260110160089_Diva Nadya Ardheta_Laporan Akhir Analisis Instrumen.pdf
March 18, 2018 | Author: Diva Nadya Ardheta | Category: N/A
Short Description
Download 260110160089_Diva Nadya Ardheta_Laporan Akhir Analisis Instrumen.pdf...
Description
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN
Identifikasi Senyawa Obat Golongan Alkohol, Fenol, Asam Karboksilat, Alkaloid dan Basa Nitrogen, Sulfonamida dan Barbiturat dan Antibiotik
Disusun Oleh : Diva Nadya Ardheta
260110160089
LABORATORIUM ANALISIS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2017
Identifikasi Senyawa Obat Golongan Alkohol, Fenol, Asam Karboksilat, Alkaloid dan Basa Nitrogen, Sulfonamida dan Barbiturat dan Antibiotik I.
TUJUAN Mengetahui cara identifikasi senyawa golongan obat alkohol, fenol, asam karboksilat, alkoid dan basa nitrogen, sulfomida dan barbiturat dan antibiotik.
II.
PRINSIP 2.1.
Prinsip Alkohol: Esterifikasi Esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dari senyawa alkohol dan asam karboksilat yang memiliki araoma yang khas. Reaksi ini merupakan reaksi reversibel dengan katalis asam (Fessenden dan Fessenden,1986).
2.2.
Prinsip Fenol Reaksi Pembentukan Kompleks Reaksi pembentukan kompleks adalah suatu ion yang terdiri dari satu atom pusat dengan beberapa ligan yang terikat dengan atom atau ion pusat tersebut (Petrucci,1997).
2.3.
Prinsip Asam Karboksilat: Reaksi Kristal Reaksi pembentukan padatan dari atom,molekul atau ion penyusunnya yang tersusun secara teratur dan polanya berulang melebar tiga dimensi (Roth,1985).
2.4.
Prinsip Alkaloid dan Basa Nitrogen Reaksi Identifikasi Alkaloid dan Basa Nitrogen Reaksi
positif
dengan
pereaksi
Dragendroff
akan
menghasilkan endapan coklat muda sampai kuning dan dengan uji mayer menghasilkan endapan putih (Sastronamidjojo,1996).
2.5.
Prinsip Sulfonamida dan Barbiturat Reaksi identifikasi gol.sulfonamida Zat antimikroba yang bersifat amfoter bekerja sebagai penghambat sintesis asam folat. Dengan reagen p-DAB HCl menghasilkan endapan merah (Gupra,2014). Reaksi identifikasi gol.barbiturat Pembentukan kompleks berwarna dengan reagen Parri. Dalam obat zat ini digunakan sebagai obat penenang atau anestesi (Sudarma dan Mulyanto,2008).
2.6.
Prinsip Antibiotika Reaksi identifikasi golongan antibiotika Reaksi dengan asan atau basa pekat. Dengan gugus fungsi yang berbeda maka warna yang dihasilkan juga akan berbeda dengan reagen yang spesifik (Petrucci,1997).
III.
REAKSI 3.1.
Golongan Alkohol a. Esterifikasi
(Fessenden, 1986) b. K2Cr2O7
(Chang, 2005)
c. Gliserin + CuSO4 + NaOH
(Petrucci, 1992) d. Menthol + Vanilin + H2SO4
(Attoway, 2004) 3.2.
Golongan Fenol a. Fenol + FeCl3
(Kelly, 2009) b. Fenol + Liebermann
(Kelly, 2009) c. Fenol + K2Cr2O7
(Chang, 2005)
d. Nipagin + FeCl3
(Kelly, 2009) e. Nipagin + HNO3
(Attaway, 2004) f. Hidrokuinon + FeCl3
(Attaway, 2004) g. Hidrokuinon + NaOH
(Chang, 2005)
h. Resorsinol + FeCl3
(Clark, 2002)
3.3.
Golongan Asam Karboksilat a.
Asam tartat
(Svehla, 1985).
b. Asam Benzoat 3C6H5COOH + FeCl3 → Fe(C6H5COOH)3 + 3HCl (Svehla, 1985).
3.4.
Golongan Alkaloid dan Basa Nitrogen
3.5.
Golongan Sulfonamida dan Barbiturat 1.1. Reaksi Sulvamezatin dengan P-DAB HCl
(Roth, 1985). 1.2. Reaksi Sulfamezatin dengan Vanilin dan H2SO4
(Svehla, 1985). 1.3.Reaksi Luminal dengan Asam Sulfat – α – Naftol
(Svehla, 1985).
1.4.Reaksi Barbital dengan Asam Sulfat – α – Naftol
(Svehla, 1985). 1.5.Reaksi Barbital dengan Kopyar Zwiker + NaOH
(Svehla, 1985). 3.6.
Golongan Antibiotik Amoksislin Amoksisilin + Asam sulfat pekat
(Roth, 1988). Tetrasiklin Tetrasiklin + asam sulfat
(Hasan, 1984).
IV.
DATA PENGAMATAN DAN HASIL
NO
NAMA ZAT
REAGEN
PROSEDUR
Esterifikasi
1. Memasukkan 1
-As. Salisilat
ml etanol dalam
-As. Karboksilat
as.benzoat dan
PUSTAKA
HASIL
KRITERIA
Bau balsam
Sesuai
as.salisilat kedalam tbung reaksi. 2. Menambahkan I.
1. Etanol (R-
(ALKOHO
OH) /
L)
(C2H5OH)
H2SO4 secara perlahan melalui dinding tabung. 3. Menutup tabung dengan sumbat kapas. 4. Memanaskan diatas penangas air. 5. Mengamati aroma.
Tercium bau khas metil salisilat (Auterhoff, 1987).
GAMBAR
1. Memasukkan 1 ml etanol dalam tabung reaksi. Iodoform
2. Menambahkan pereaksi iodoform. 3. Amati aroma
Bau iodoform tercium jika ada etanol (Auterhoff,1 987).
Larutan bening kekuningan
Sesuai
dengan bau iodide.
1. Memasukkan
K2Cr2O7
larutan jenuh
Larutan
K2Cr2O7 kedalam
berwarna
Larutan
H2SO4 50% dalam
hijau
bening
tabung reaksi.
(Clark,2007)
kehijauan.
2. Mengamati
.
Sesuai
perubahan. 1.Mencampurkan larutan gliserin dengan 1 tetes
2.Gliserin (C3H8O3)
CuSO4 + NaOH
CuSO4 dan
Gliserin
membasakannya
menjadi
Larutan mid
dengan NaOH.
lebih cair
cair
2. Mengamati
(Clark,2007)
perubahan warna. 3. Mengkisatkan sampel diatas
Sesuai
penangas air. 4.Mengamati perubahan.
1. Mengamati
Organoleptis
Bau tajam
mentol diatas pelat
seperti
tetes.
minyak
2.Mengamti aroma
permen (Depkes
3.Mentol (R-
RI,1979)
OH)/(C10H20 O)
Vanillin+H2SO4
1.Menambahkan
Larutan
H2SO4 dan
berwarna
Kristal putih tidak berwarna dengan aroma mint
salisilat dehid.
kuning
Tidak
2.Mengamati
jingga
dilakukan
perubahan warna
(Depkes RI,1979)
Sesuai
-
-
FeCl3
1.Menambahkan larutan FeCl3 kedalam larutan dalam pelat tetes. 2.Mengamati perubahan warna.
p-DAB HCl
Larutan berwarna
Larutan
violet
berwarna
(Depkes
ungu
Sesuai
RI,1979)
1.Melarutkan zat dalam air 2.Meneteskan
II.
1. Fenol
diatas pelat tetes
(FENOL)
(C2H5OH)
3.Menambahkan pereaksi p-DAB 4.Mengamati
Larutan bening
Larutan
kekuningan
bening
(Depkes
kekuningan
Sesuai
RI,1979)
perubahan. Lieberman
1.Melakukan uji Lieberman 2.Mengamati perubahan warna
Larutan cokelat
Larutan
kehitaman
merah
(Depkes
kehitaman
RI,1995)
Sesuai
K2Cr2O7
1.Melakukan uji kalium dikromat
Larutan
2.Mengamati
berwarna
perubahan warna
jingga atau
Larutan
oranye pekat
kuning
Sesuai
(Depkes RI,1979)
FeCl3
1.Membuat larutan zat dengan
Larutan
pemanasan
ungu
Larutan
kemerahan
Ungu
(Depkes,199
kemerahan
2.Mendinginkan dan menambahkan FeCl3, amati.
2.Nipagin
Pereaksi Millon
(C8H9O3)
Sesuai
5)
1.Memanaskan larutan dalam alcohol&pereaksi
Larutan
millon 10 menit
oranye
2.Mengamati
(Clark,2007)
Larutan oranye
Sesuai
perubahan HNO3
1.Menambahkan HNO3 pekat
-
-
-
kedalam sampel di pelat tetes, amati 2.Melarutkan dalam air Ag(NH3)NO3
1.Melarutkan zat dalam air 2.Menambahkan larutan perak nitrat ammonia 3.Mengamati perubahan warna
3.Hidrokuino
FeCl3
1. Menambahkan FeCl3 kedalam
n (C6H6O2)
sampel, amati perubahan warnanya Pb(COOCH3)2+NH
1.Menambahkan
4OH
larutan timbal
Larutan hijau
Larutan
kecoklatan
cokelat
(Depkes,197
kehitaman
Tidak sesuai
9)
Larutan kehitaman
Larutanungu
(Depkes,197
kehitaman
Sesuai
9)
asestat dan NH4OH kedalam sampel dalam pelat tetes 2.Amati perubahan
-
-
-
NaOH
1.Menambahkan larutan NaOH
Larutan
kedalam sampel
cokelat
Larutan
dalam pelat tetes
kehitaman
cokelat
(Depkes
kehitaman
2.Amati perubahan
Sesuai
RI,1979)
p-DAB HCl
4.Resorsinol (C6H6O2)
FeCL3
1.Membuat larutan
Larutan
zat dalam air
bening
2.Meneteskan
terpisah
pereaksi p-DAB
dengan
dalam pelat tetes
larutan
3.Mengamati
merah muda
perubahan
(Clark,2007)
Larutan merah
Sesuai
1.Menambahkan FeCl3 kedalam sampel 2.Mengamati perubahan
-
-
-
Ag(NH3)NO3
1.Melarutkan zat dengan air dalam tabung reaksi 2.Menambahkan larutan perak nitrat ammonia
Larutan abuabu kehitaman (Clark,2007)
Larutan cokelat
Sesuai
kehitaman
3.Mengamati perubahan Lieberman
1.Melakukan uji Lieberman 2.Mengamati perubahan
Larutan kuning muda (Clark,2007)
Fe(SO4)3 + H2O2
1.Larutan zat
+NaOH
direaksikan dengan Fe(III)
III. ( Asam Karboksilat )
1.Asam Tartrat (C4H6O6)
Sesuai
tidak berwarna,
peroksida akan
kemudian
terjadi pewarnaan
biru kuat
kuning sepintas
sampai ungu
2.Menambahkan
(Auterhoff,1
secara bertetes
hitam
Larutan
Sulfat&larutan
larutan NaOH
Larutan
987)
-
-
3.Mengamati perubahan warna 1. Larutan senyawa tartrat dipanaskan dengan larutan KBr,resorsin,dan
Larutan biru
KBr+C6H6O2+H2S
asam sulfat akan
tua setelah
Larutan biru
O4
terjadi pewarnaan
pendinginn
tua
biru tua setelah
(Roth,1995)
Sesuai
pendinginan 2.Mengamati perubahan warna 1.Mereaksikan larutan senyawa tartrat dengan CuSO4 dan CuSO4+NaOH
dibasakan dengan NaOH 2.Amati perubahan warna
Larutan biru muda
Larutan biru
(Depkes
muda
RI,1979)
Sesuai
1.Menambahkan pereaksi marquis, amati perubahan warna Marquis
Endapan putih (Depkes,197 9)
Larutan merah dengan
Sesuai
endapan putih
1.Menambahkan FeCl3, amati perubahan warna
2.Asetosal
Larutan
(C9H8O4)
keunguan
FeCl3
(Depkes RI,1979)
1.Melakukan Sublimasi
sublimasi kristal
Larutan ungu
Sesuai
kehitaman
Terbentuk endapan (Depkes
-
-
-
-
RI,1979) NaOH+H2SO4
1.Mendidihkan 200
encer+Metanol+H2S mg sampel dengan
Tercium bau etil asetat
O4
4 ml larutan NaOH
(Depkes
8% 3 menit dan
RI,1979)
menambahkan 5 ml H2SO4 encer dan terbentuk endapan hablur putih asam salisilat 2.Memanaskan filtrate dengan methanol dan 2 ml asam sulfat pekat tercium aroma bau metil salisilat 1.Senyawa benzoate direaksikan dengan H2SO4 dalam tabung reaksi akan 3.Asam Benzoat
H2SO4+Sublimasi
terjadi hasil
Hablur halus,ringan, tidak berwarna
sublimasi pada
dan berbau
dinding tabung
(Depkes
2.Mengamati
Ri,1979)
perubahan yang terjadi
Bau metil salisilat
Sesuai
1.Senyawa benzoate direaksikan dengan HCl encer akan
HCl encer
terjadi endapan
Terbentuk
krisal putih yang
endapan
setelah
hablur putih
Terbentuk
dikristalisasi air
pada tabung
hablur putih
panas dan dikeringkan akan
Sesuai
reaksi (Clark,2007)
meleleh pada suhu 120 2.Mengamti perubahan 1.Larutan netral
FeCl3
Terbentuk
senyawa benzoate
endapan
direaksikan dengan
kuning
FeCl3 akan terjadi
muda, larut
pewarnaan
dalam eter
Warna
dan
oranye
berwarna
kekuningan
2.Amati perubahan warna
merahcokelat (Auterhoff,1 987)
Sesuai
H2SO4
King
IV. (ALKALOI D DAN BASA
Lapisan Kloroform Kinin HCL
NITROGE N)
Kristal
Zat dialrutkan di dalam alkohol dan ditambahkan asam sulfat. Setelah itu diamati fouroesenssi di bawah ssinar UV.
Dilakukan reksi thalequin dan diamati perubahan yag terjadi Kedalam tabug reaksi ditambahkan 10 mg zat dan ditambahkan dengan HCl. Kemudian kedalam tabung yang sama ditambahkan aquadest. Ditambahkan 1 ml Br2 dan dikocok. Ditambahkan larutan kalium ferisianida 5%, kloroform dituangkan dengan hati-hati, dan diamati lapian kloroform yang terjadi. Zat direaksikan
UV 254 menghasilka n warna hijau muda, dan pada UV 366 menghasilka n warna ungu (Svehla, 1985) Larutan hijau (clark, 2007)
Lapisan berwarna merah (Clark,2007)
Tidak dilakukan percobaan karena tidak tersedia bahan
Tidak dilakukan percobaan karena tidak ada pereaksi Adanya lapisan kloroform yang berwaarna putih dan berbentuk seperti agar,
-
-
-
-
Tidak sesuai
Krstal
Adanya
sesuai
Liebermann
Marquis
Fluoreensi Papaverin HCL
Kristal
Eferidin
Liebermann
dengan reagen Hg2Cl2
persegi panjang (Depkes RI, 1979)
Reagen liebermann ditambahkan kedalam zat kemudian diamati apa yang terjadi Reagen marquiss ditambahkan kedalam zat dan kemudian diamati yang teerjadi 100 mg zat ditambahkan dengan antihidrid asam asetat dan ditambahkan juga tiga tetes asam sulgfat pekatkemudian dipanaskan. Diamati dibawah sinar UV Zat direaksikan dengan Hg2Cl2
Hitam sedikit endapan (Clark, 2007) Endapan berwarna putih (Clark, 2007)
Reagen Liebermann
Kening kehijaun (Fessenden, 1986)
Kristal bulat bergerombol (Svehla, 1985)
Orange berbuih
kristal panjang panjang berbentuk persegi di dinding tabung reaksi Kening kecoklatan Tidak sesuai
Endapan berwarna utih
Tidak dilakukan percobaan karena tidak tersedianya alat
Adanya kristal bulat bulat di dinding tabung reaksi Zat tidak dapat larut
sesuai
-
Sesuai
Tidak sesuai
-
Cuso4 + NH4OH
Kristal
Asam Salisilat
Heksamin Lakmus
ditambahkan kedalam zat kemudian diamati apa yang terjadi Percobaan dilakukan dengan menggunakan plat tetes, larutan CuSO4 dan NaOH encer ditambahkan ke dalam serbuk sampel dan kemudian diamati perubahan yang terjadi Reaksi kristalisasi dilakukan dengan menggunakan reagenHg2Cl2 100 mg sampel dicampurkan dengan asam salisilat kemudian dipanaskan dengn cara menambahkan asam sulfat pekat kedalamnya dan diamati perubahan yang terjadi Sampel ditambahkan asam sulfat pekatdan ditetesi formaldehid. Ujun tabung ditutup dengan menggunakan
(Fessenden, 1986)
Ungu dan sedikit ada gumpalan (Fessenden, 1985)
Larutan biru
Tidak Sesuai
Larut didalam Hg2Cl2 Larutan merah dan berbusa hitam (Clark, 2007)
Larutan berwarna merah dan panas
Lakmus merah tidak berubah warna (Clark, 2007)
Lakmus tetap merah
sesuai
sesuai
Kristal
P-DAB HCl
CuSO4
V.
kapas dan lakmus merah Kristal dibuat dengan cara sublimasi menggunakan 2 kaca objek dan ring sublimasi Sampel dilarutkan di dalam HCl encer dan ditambahkan pereaksi-DAB dan diamati perubahan yang terjadi Sampel dimasukkan ke dalam reagen CuSO4 kemudian diamati perubahan yang terjadi
Kristal bulat segi enam (Clark, 2007)
Tidak dilakukan pengujian
Kuningjingga (Svehla, 1979)
Tidak dilakukan percobaan karena tidak ada reagen
Merah muda (Svehla, 1979)
Larutan biru dengan endapan putih
Tidak Sesuai
Merah jingga (Svehla, 1986)
Larutan berwarna jingga
Sesuai
(Sulfonamid a dan
Sulfomezatin
Barbiturat) Vanilin + H2SO4
Sampel dimasukkan ke dalam vanilin dan ditambahkan asam sulfat pekat, diamati perubahan yang terjadi
-
-
-
-
Kopayyi + zwikker
Zatditambahkan pereaksi Kopayyi + zwikker, kemudian diamati perubahan yang terjadi
Merah muda (Svehla, 1985)
Larutan merah muda
Sesuai
Kopayyi + zwikker + NaOH
dilakukanuji kopayyi zwikker keudian ditambahkan NaOH pada sampel dan diamati perubahan yang terjadi
Larutan berwarna pink (Clarkson, 1997)
Larutan merah muda
Sesuai
Lieberman
Dilkukan reaksi antara zat dengan regen libermann kemudian diamati perubahan yang terjadi
Oranye kekuningan (Clarkson, 2000)
Larutan kuning
Sesuai
Luminal
HgNO3 (Milon)
Sampel ditambahkan HgNO3 kemudian diamati perubahan yang terjadi
Kuning oranye (Clarkson, 2000)
Larutan oranye
Kristal
reaksi kristal aseton-air dibuat dengan menggunakan kaca objek serta mengamati perubahan Dilakukan uji kopayyi zwikker, kemudian ditambahkan NaOH pada sampel, diamati perubahan yang terjadi
Kristal jarum (Depkes, 1995)
Percobaan tidak dilakukan
Larutan ungu (Clarkson, 1997)
Larutan berwarna ungu
Sesuai
Sampel ditambahkan HgNO3 kemudian diamati perubahan yang terjadi
Larutan hitam (Depkes RI, 1995)
Larutan hitam
Sesuai
Kopayyi zwikker + NaOH
Barbital
HgNO3
Sesuai
-
-
Kristal
Aroma/bau
H2SO4
Amoksisilin Kristal
VI. (ANTIBIOT
HCl + Kloroform
IK)
Eritromisin H2SO4
kristal
Dibuat reaksi antara aseton dan air, kemudian diamati perubahan yang terjadi
Kristal bubuk (Depkes RI, 1995)
Percobaan tidak dilakukan
Zat diambil dan dipanaskan di bunsen kemuadian dicium baunya Zat ditambahkan asam sulfat pekat kemudian diamati fuoroesesnsi
Bau karet (Petrrucci, 1997)
Bau karet terbakar
Fluoroesensi berwarna hijau (Petytruci, 1997) Kristal amorf bintik hitam (Pettruci, 1997)
Percobaan tidak dilakukan
Kuning menjadi ungu, kemudian menjadi coklat tua dan hijau (Pettruci, 1997) Warna keungunan (Petrruci, 1997)
Percobaan tidak dilakukan
Dilakukan dengan menggunakan kaca objek, proses kristalisasi dilakukan dengan aseton-air Zat dilarutkan di dalam aseton, kemudian ditambahkan masing masing 2 ml HCl dan Kloroform, diamati apa yang terjadi Zat ditambahkan asam sulfat di dalam pelat tetes
Dilakukan
Kristal
Percobaan tidak dilakukan
Percobaan tidak dilakukan karena zat tidak tersedia Percobaan
-
-
sesuai
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
kristalisasi dengan aseton-air
Uji Fujiwara
Flame test keristal
Tetrasiklin
Benedict
Aquabrom
libermann
Mandelin
Marquis
jarum berwarna bening/ merah abu (Pettruci, 1997)
tidak dapat dilakukan karena zat tidak ersedi
Bentuk jarum (Clark, 2007) Endapan kuning (Clark, 2007)
Percobaan tidak dilakukan
Berwarna coklat (Pettruci, 1997)
kecoklatan
Tidak dilakukan percobaan
Zat ditambahkan pereaksi mandelin dan diamati apa yang terjadi
Larutan berwarna coklat pekat/kehita man (Clark, 2007) Larutan coklat terang (Clark, 2007)
Zat ditambahkan
Larutan
Uji fujiwara dilakukan terhadap sampel Flame test dilakukan Kristal direaksikan dengan reaksi antara aseton - air Zat ditambahkan pereaksi bendict kemudian dipanaskan sampai suhu 100oC Zat ditambahkan pereaksi aquabrom kemudian diamati perubahan yang terjadi Zat ditambahkan pereaksi libermann kemudian diamati apa yang terjadi
Terdapat endapan berarna kuning
-
-
sesuai
sesuai
Larutan berwarna coklat terang agak kemmerahan Hijau pekat
-
sesuai
sesuai
-
H2SO4
reagen marquis kemudian diamati perubahan yang terjadi Sampel ditambahkan asam sulfat pekat kemudian diamati perubahan yang terjadi
berwarna hijau pekat (Clark, 2007) Merah darah (Clark, 2007)
Merah terang sesuai
V.
PEMBAHASAN Pada praktikum Analisis Instrumen ini, praktikan mempelajari berbagai metode identifikasi untuk macam-macam senyawa yang termasuk ke dalam golongan alkohol,
fenol,
asam karboksilat,
alkaloid&basa nitrogen, sulfonamide&barbiturate, dan antibiotik .
1.
Alkohol Beberapa macam senyawa golongan alkohol yang dapat digunakan
dalam identifikasi gugus alcohol adalah etanol, gliserin, dan mentol. Senyawa etanol (C2H5OH) termasuk dalam alkohol monovalen karena hanya memiliki satu gugus hidroksi dan termasuk ke dalam kelompok alkohol alifatik sehingga dapat diidentifikasi dengan menggunakan reaksi esterifikasi atau pereaksi K2Cr2O7 dengan H2SO4 pekat. Reaksi yang ditimbulkan melalui hasil esterifikasi antara senyawa etanol dengan asam karboksilat, dalam praktikum asam karboksilat yang digunakan adalah asam salisilat serta asam benzoate. Kemudian dihasilkan suatu senyawa ester berupa etil salisilat atau etil benzoat yang memiliki aroma khas pada masing-masing masing-masing zatnya. Reaksi esterifikasi umumnya dapat terjadi dan membentuk suatu ester dengan bantuan katalis yang umum digunakan yaitu asam sulfat pekat. Asam sulfat pekat berperan dalam proses inisiasi untuk lebih mengaktifkan asam karboksilat yang digunakan agar lebih mudah bereaksi dengan alkohol serta memberi suasana asam. Proses katalis berfungsi dalam mempercepat reaksi tanpa ikut memengaruhi hasil (bereaksi) dan diperoleh
kembali
dalam
keadaan
utuh
diakhir
reaksi.
Selain
menggunakan katalis, reaksi ini pun dipercepat dengan adanya proses pemanasan yang turut memengaruhi gerakan atau tumbukan antar partikelnya dan momen dipol yang terjadi agar reaksi berlangsung semakin cepat.
Mekanisme reaksi yang terjadi antara asam benzoat atau asam salisilat terhadap etanol cukup identik. Tahapan pertama yang terjadi dalam mekanisme esterifikasi asam benzoat atau asam salisilat oleh etanol adalah protonasi. Selanjutnya yang terjadi adalah adisi alkohol dimana etanol akan masuk mengintervensi asam benzoat atau asam salisilat teraktivasi melalui atom O dari hidroksi yang terdapat dalam etanol. Tahapan ketiga adalah deprotonasi dimana molekul akan melepaskan satu atom H
+
yang paling mudah dilepaskan karena ketidakstabilan yang
terjadi dalam molekul. Tahapan keempat adalah protonasi kembali oleh +
H yang sehingga terjadi penggabungan dua atom H pada salah satu gugus O. Tahapan kelima adalah proses dehidrasi atau hilangnya gugus H 2O dari molekul asam benzoat atau asam salisilat yang sudah terintervensi. Tahapan terakhir yang terjadi dalam esterifikasi asam benzoat atau asam salisilat adalah deprotonasi sehingga terbentuklah ester yang dikenal dengan etil benzoat serta etil. Ester etil benzoat memiliki aroma khas seperti bau pada balsam sementara itu ester etil salisilat memiliki aroma khas seperti bau lisol. Selanjutnya, etanol pun dapat diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi K2Cr2O7 dengan H2SO4 pekat. Etanol dengan larutan yang bening mengalami perubahan warna menjadi larutan kuning jernih saat ditambahkan pereaksi K2Cr2O7 yang berwarna kuning. Selanjutnya, dilakukan penambahan kembali H2SO4 pekat beberapa tetes ke dalam tabung reaksi dan mengakibatkan terjadinya reaksi perubahan warna larutan dari kuning menjadi larutan berwarna hijau. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya reduksi atom Cr
+6
menjadi Cr
+3
sehingga terjadi
perubahan warna dari kuning menjadi hijau toska. Selain itu, reaksi yang terjadi merupakan reaksi yang bersifat eksoterm atau terjadinya pelepasan
kalor, hal ini dibuktikan karena pada saat penambahan H2SO4 pekat timbul panas yang cukup ekstrem pada dasar tabung. Selanjutnya, dilakukan identifikasi terhadap senyawa gliserin (C3H8O3)
menggunakan
dikisatkan.
Dengan
pereaksi
metode
CuSO4+NaOH
pengisatan
langsung
atau
langsung
menggunakan
pemanasan, dengan penempatan gliserin pada kaca arloji di atas penangas air, dapat diamati bahwa gliserin mengalami perubahan viskositas menjadi lebih encer dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan pengingkatan suhu akan menunjukkan hasil berbanding terbalik dengan nilai dari. Gliserin pun dapat diidentifikasi menggunakan pereaksi CuSO 4 dengan NaOH. Identifikasi senyawa alkohol yang selanjutnya adalah mentol (C10H20O). Mentol termasuk dalam golongan senyawa alkohol siklik. Pengujian untuk mentol dilakukan dengan dua cara yaitu dengan organoleptis
dan
menggunakan
pereaksi
vanilin
sulfat.
Secara
organoleptis, mentol memiliki karakteristik yang cukup spesifik. Mentol memiliki bentuk seperti kristal mirip jarum, tidak berwarna, dan memiliki aroma seperti minyak permen. Kemudian setelah organoleptis, mentol ditambahkan asam sulfat dan pereaksi vanilin dan kemudian bereaksi, larutan berubah warna menjadi biru keunguan dan larutan bersifat lebih kental. Hal ini dapat terjadi karena adanya proses oksidasi. 2.
Fenol Setelah alkohol, dilakukan identifikasi senyawa golongan fenol.
Beberapa macam senyawa golongan fenol yang diidentifikasi adalah fenol, nipagin, hidrokuinon, dan resorsinol. Fenol merupakan senyawa aromatik yang memiliki satu hidroksi pada gugusnya. Karena gugus aromatis yang dimilikinya, fenol dapat melakukan resonansi. Resonansi yaitu perputaran awan elektron yang bergerak disekitar cincin fenol. Kemampuan resonansi
ini yang menyebabkan fenol cukup reaktif dalam pengidentifikasianya dan dapat memancarkan warna tertentu yang berbeda. Saat fenol direaksikan dengan FeCl3 dalam pelat tetes terjadi perubahan warna yang cukup signifikan. Terbentuk juga larutan yang tidak bercampur dan terdapat lapisan bening dengan emulsi berwarna hitam pekat. Dalam reaksi ini, emulsi terbentuk dikarenakan adanya perbedaan kepolaran antara kedua senyawa. Identifikasi fenol pun dapat dilakukan dengan mereaksikan fenol dengan p-DAB (para-dimetilaminobenzaldehida) sehingga terbentuk dua larutan tidak bercampur berupa larutan bening dengan emulsi berwarna orange pucat. Senyawa fenol pun dapat diidentifikasi dengan pereaksi marquis. Pereaksi ini menunjukkan perubahan warna yang spesifik untuk fenol yaitu larutan berwarna krem tua dengan adanya endapan coklat. Endapan dapat terbentuk karena adanya nilai konstanta kelarutan yang lebih besar dibandingkan nilai Kspnya. Senyawa fenol pun dapat diidentifikasi dengan pereaksi K2Cr2O7 menghasilkan dua senyawa yang tidak bercampur dengan emulsi berwarna merah kejinggaan dan lapisan bening diatasnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kepolaran menyebabkan terbentuknya dua lapisan yang tidak bercampur. Senyawa golongan fenol lainnya yang telah dipelajari untuk identifikasi adalah nipagin (metil paraben). Saat nipagin diidentifikasi dengan menggunakan FeCl3 terjadi perubahan warna yang cukup signifikan yaitu larutan bening menjadi berwarna ungu kemerahan. Nipagin juga dapat diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi HNO3 pada pelat tetes di dalam ruang asam menghasilkan larutan keruh dengan endapan berwarna putih. Senyawa golongan fenol lainnya yang telah diidentifikasi adalah resorsinol. Resorsinol dapat diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi FeCl3, pereaksi p-DAB, dan pereaksi Marquis. Resorsinol termasuk dalam fenol polivalen yang saat direaksikan dengan pereaksi FeCl3 akan
menghasilkan larutan berwarna ungu gelap. Hal ini terjadi karena gugus 3+
hidroksi yang dimiliki oleh resorsinol terpecah dan bereaksi dengan Fe . Larutan FeCl3 dapat bereaksi dengan berbagai macam senyawa dan menghasilkan
warna
yang
berbeda-beda
dikarenakan
perbedaan
penggantian jumlah gugus atom yang terjadi di dalam senyawa dan adanya perbedaan kalorimetri. Selain itu, identifikasi resorsinol dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi p-DAB yang membuat larutan menjadi agak kental dan berwarna merah muda soft. 3.
Asam Karboksilat Pada identifikasi senyawa golongan asam karboksilat, beberapa
macam senyawa golongan asam karboksilat yang diidentifikasi adalah asam tartrat, asam asetil salisilat ( asetosal ), dan asam benzoat. Identifikasi senyawa asam karboksilat yang pertama yaitu asam tartrat (C4H6O6) dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi CuSO4 dengan NaOH. Penambahan NaOH digunakan untuk membuat larutan menjadi suasana. Reaksi pengamatan yang terjadi adalah terbentuk larutan berwarna biru muda dengan bulir-bulir berwarna biru tua didalamnya yang tersebar secara tidak merata. Bulir-bulir ini menunjukkan terjadinya reaksi antara asam tartrat dengan logam Cu
2+
yang menimbulkan endapan
berwarna biru tua. Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap senyawa asetosal dengan menggunakan pereaksi FeCl3 dan pereaksi Marquis. Reaksi yang ditimbulkan antara serbuk asetosal dengan pereaksi FeCl3 terbentuk larutan berwarna merah dengan adanya endapan berwarna putih di dasar tabung. FeCl3 mempunyai reaksi yang cukup spesifik dan mampu bereaksi menghasilkan warna yang spesifik untuk setiap senyawa terutama yang
mengandung cincin aromatis didalamnya. Karena dengan adanya resonansi dalam cincin aromatis senyawa, perubahan warna dapat ditimbulkan dan bergantung seberapa aktif FeCl3 dapat bereaksi dengan senyawa. Asetosal pun dapat diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi marquis yang menghasilkan pengamatan berupa larutan berwarna ungu kehitaman. Hasil yang didapatkan pun sesuai dengan literature yang terdapat dalam Farmakope Indonesia Edisi III. Senyawa asam karboksilat yang selanjutnya telah dipelajari proses identifikasinya adalah asam benzoat. Pada reaksi identifikasi asam benzoat ini, ditambahkan pereaksi yang sifatnya asam pada awal reaksi agar memastikan senyawa karboksilat yang akan direaksi sudah berada dalam keadaan asamnya. Reaksi yang cukup spesifik untuk asam benzoat adalah reaksi esterifikasi yang dilakukan antara asam karboksilat dengan alkohol. Dalam praktikum ini, digunakan asam benzoat dengan pereaksi etanol dan katalis H2SO4 pekat. Cara identifikasi asam benzoat yang lainnya adalah dengan menggunakan pereaksi FeCl3 yang akan menyebabkan perubahan warna serbuk asam benzoat yang berwarna putih menjadi oranye kekuningan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya gugus yang terputus karena penambahan Fe
3+
atau karena resonansi yang
terjadi di dalam cincin aromatis yang dimiliki asam karboksilat sehingga dapat menghasilkan warna yang berbeda dengan kalorimetri yang berbeda pula. 4.
Alkaloid dan Basa Nitrogen Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung substansi dasar
nitrogen basa dan umumnya dalam bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid biasanya pahit dan sangat beracun. Pada identifikasi senyawa golongan alkaloid dan basa nitrogen, beberapa macam senyawa golongan alkaloid
dan basa nitrogen yang diidentifikasi adalah Kinin HCl, Papaverin HCl, Efedrin, dan Heksamin. Identifikasi penggolongan senyawa alkaloid dapat dilakukan menggunakan pereaksi umum yaitu pereaksi Mayer dan pereaksi Dragendorf yang akan bereaksi positif membentuk endapan dengan senyawa alkaloid. Kedua pereaksi tersebut adalah pereaksi umum yang digunakan untuk identifikasi alkaloid. Senyawa alkaloid mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan pereaksi Mayer dan Dragendorf karena dalam senyawa alkaloid terdapat gugus nitrogen yang masih memiliki satu pasang elektron bebas yang menyebabkan senyawa-senyawa alkaloid bersifat nukleofilik dan cenderung bersifat basa. Akibatnya, senyawasenyawa alkaloid mampu mengikat ion-ion logam berat yang bermuatan positif dan membentuk senyawa- senyawa kompleks tertentu yang berwarna. Pada identifikasi Kinin HCl tidak dilakukan pengamatan fluoresensi karena tidak tersedianya alat. Pada identifikasi Kinin HCl hanya dilakukan identifikasi dengan reagen kloroform. Kinin HCl ditambahkan HCl untuk membentuk suasana asam. Lalu ditambahkan Br 2 dan Kalium peroksida. Namun hasil yang didapat tidak sesuai dengan literature
yang
menunjukkan
hasil
larutan
berwarna
merah.
Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena kesalahan pada zat dan dapat terjadi juga karena kesalahan saat penambahan reagen. Senyawa yang diidentifikasi selanjutnya adalah Papaverin HCl dengan pereaksi Lieberman. Lieberman akan memberikan hasil berupa larutan berwarna coklat kehitaman. Hal ini terjadi Karena pereaksi Lieberman spesifik terhadap gugus O-alkil yang berikatan dengan cincin benzen pada Papaverin. Senyawa golongan alkaloid yang diidentifikasi selanjutnya adalah efedrin.
Identifikasi
dilakukan
dengan
penambahan
reagensia
Liebermann dan CuSO4 + NH4OH. Penambahan larutan uji Liebermann
menghasilkan perubahan warna menjadi orange kecoklatan dan berbuih. Pada saat ditambahkan CuSO4 dan NaOH, terbentuk cairan berwarna biru. Warna biru cairan yang terbentuk dapat berasal dari CuSO4 karena pemeriannya berupa kristal berwarna biru. Senyawa
yang
diidentifikasi
terakhir
adalah
Heksamin.
Penambahan asam salisilat dengan H2SO4 pada heksamin tidak dilakukan karena tidak tersedianya reagen. Kemudian yang dilakukan dalam identifikasi adalah dengan memasukkan H2SO4 encer dan setelahnya dimasukkan kertas lakmus. Hasil yang ditunjukkan sesuai dengan literature yaitu kertas lakmus merah tidak berubah warna ( Clark, 2007 ). 5.
Sulfonamida dan Barbiturat Pada identifikasi senyawa golongan Sulfonamida dan Barbitural,
beberapa macam senyawa yang diidentifikasi adalah Sulfametazin, Sulfonilamid, Luminal, dan Barbital. Dalam praktikum ini, semua senyawa golongan sulfonamida akan diidentifikasi menggunakan metode dan pereaksi yang sama sehingga dapat dibedakan tiap senyawa dari reaksi yang ditimbulkan. Reaksi identifikasi yang akan dilakukan untuk seluruh senyawa golongan sulfonamida adalan reaksi dengan penambahan p-DAB, reaksi dengan CuSO4, reaksi dengan Koppayi-Zwikker dan reaksi dengan vanilin + H2SO4. Senyawa golongan sulfonamida dan barbiturat pertama yang diidentifikasi
adalah
sulfamezatin.
Identifikasi
sulfamezatin
menggunakan pereaksi p-DAB tidak dilakukan karena tidak tersedianya pDAB. Lalu identifikasi dengan H2SO4+vanillin menghasilkan larutan berwarna merah jingga. Sulfamezatin dapat menimbulkan reaksi yang positif dengan vanilin + H2SO4 karena terjadinya oksidasi terhadap senyawa sulfametazin oleh vanillin + H2SO4. Setelah itu, identifikasi dilakukan menggunakan pereaksi Koppayi-Zwikker. Koppayi Zwikker
merupakan pereaksi yang mengandung kobalt nitrat 1% dalam etanol. Penambahan pereaksi Koppayi-Zwikker ini menimbulkan perubahan larutan menjadi berwarna merah muda. Hal ini disebabkan karena pereaksi Koppayi Zwikker bereaksi dengan senyawa yang mengandung gugus imida (O=S-NH2). Selain itu, pereaksi Koppayi-Zwikker mengandung kobalt yang termasuk ke dalam golongan transisi, dimana golongan transisi ini akan membentuk senyawa kompleks berwarna. Selanjutnya, dilakukan identifikasi golongan barbiturat. Asam barbiturat diperoleh dari hasil kondensasi yang terjadi antara urea dengan asam malonat melalui reaksi eliminasi dua molekul air. Asam barbiturat dapat berada dalam bentuk keto maupun enol yang mana pada saat berada dalam bentuk enol maka senyawa ini dapat bereaksi asam sehingga dapat terionisasi. Selain itu, garam-garam Natrium dari senyawa ini bersifat tidak stabil. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa dalam bentuk garamnya di dalam air, asam barbiturat tidak boleh disimpan terlalu lama. Asam barbiturat sukar larut dalam air, mudah larut dalam eter, kloroform, dan etil asetat. Selain itu, senyawa ini mudah mengadakan sublimasi sehingga hasil dari sublimasi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi barbital khususnya pada keadaan vaccum. Reaksi antara barbital dengan Koppayi Zwikker akan menghasilkan suatu Kristal berbentuk jarum dan berwarna ungu sedangkan reaksi antara barbital dengan reagen Lieberman akan menghasilkan larutan yang berwarna jingga. Reaksi H2SO4 dan alfa naftol dengan barbital menghasilkan larutan bening kehitaman. Untuk sampel luminal yang direaksikan dengan reagen koppayizwikker menghasilkan warna merah muda. Sementara itu, reaksi antara luminal dengan Lieberman menghasilkan warna oranye pada sampel. Reagen Lieberman ini digunakan untuk mengidentifikasi senyawa yang memiliki cincin benzen, pembentukkan warna oranye yang kemudian berubah menjadi warna coklat dengan terbentuknya endapanmenunjukkan bahwa luminal positif memiliki cincin benzen yang terdistribusi tunggal.
6.
Antibiotik Antibiotika merupakan segolongan senyawa, baik alami maupun
sintetik, yamg mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri ( Ganiswara, 1995 ). Antibiotik merupakan salah satu golongan yang terdiri dari banyak kelompok dan turunannya. Secara umum, antibiotik terdiri dari golongan obat yang mengandung cincin beta laktam, turunan aminoglikosida, kloramfenikol, sefalosporin, beta laktam, kuinolon, turunan tetrasiklin, makrolida, penisilin, dan golongan lain yang secara kimia mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Prinsip rekasi identifikasi antibiotik adalah dapat bereaksi dengan asam pekat atau basa pekat karena asam sulfat pekat yang ditambahkan dapat mengoksidasi senyawa zat aktif. Sampel yang dipilih pada pengamatan kali ini yaitu amoksisilin, eritromisin, kloramfenikol, dan tetrasiklin. Golongan ini termasuk golongan antibiotik dengan berbagai gugus fungsi yang berbeda. Berdasarkan literature pada Farmakope Indonesia IV, Amoksisilin memiliki rumus molekul C16H19N3O5S. 3H2O. Pemeriannya adalah serbuk hablur putih, praktis tidak berbau. Pada sampel pertama, gugus fungsi amoksisilin dilakukan dua identifikasi. Identifikasi pertama adalah uji bau dari pemanasan amoksisilin dan identifikasi kedua adalah penambahan asam sulfat. Pengujian bau dari amoksisilin dilakukan dengan pengamatan bau atau aroma yang dihasilkan dari amoksisilin yang dipanaskan di atas nyala api bunsen. Mula-mula, amoksisilin dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan di atas nyala api bunsen dan diamati. Setelah beberapa detik, bau yang dihasilkan dari pemanasan amoksisilin adalah bau karet yang terbakar yang merupakan bau khas dari amoksisilin. Hal ini terjadi karena pada saat pembakaran, amoksisilin melepas zat-zat yang
terdiri dari atom karbon, nitrogen, dan hidrogen dalam bentuk senyawa gas yang menimbulkan bau tersebut. Identifikasi kedua dari amoksisilin adalah penambahan asam sulfat pekat karena pada penambahan asam sulfat pekat struktur antibiotik yang tidak begitu stabil kemudian akan dipecah dan berikatan dengan gugus sulfat dari asam sulfat sehingga menghasilkan warna-warna yang khas. Mula-mula, amoksisilin dimasukkan ke dalam plat tetes, kemudian ditetesi dengan 1-3 tetes asam sulfat pekat, diaduk, dan diamati. Setelah diaduk, hasil yang diperoleh adalah ketidaklarutan amoksisilin dan perubahan warna dari warna putih amoksisilin menjadi warna kuning kehijauan. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya kompleks antara asam sulfat dengan amoksisilin sehingga menghasilkan warna yang spesifik. Selanjutnya adalah Kloramfenikol, berdasarkan literatur pada Farmakope kloramfenikol bekerja
dengan
Indonesia berbentuk menghambat
sintesis
III, kristal protein
dan mikroorganisme.
Kloramfenikol memiliki spektrum, dosis, kadar dalam darah yang sama dengan tetrasiklin. Pada gugus fungsi eritromisin dilakukan tiga identifikasi. Identifikasi pertama adalah penambahan aseton, asam klorida, dan kloroform dan identifikasi kedua adalah penambahan asam sulfat. Pengamatan eritromisin yang pertama dilakukan di dalam tabung reaksi. Mula-mula, zat dilarutkan dengan aseton, kemudian ditambahkan 2 ml HCl dan 2 ml kloroform. Lalu diamati perubahan yang terjadi. Eritromisin ditambahkan asam klorida karena eritromisin larut dalam asam klorida encer. Pada penambahan aseton dan asam klorida pada eritromisin, dihasilkan warna coklat tua dan pada penambahan kloroform dihasilkan larutan yang keruh. Larutan yang keruh ini tidak sesuai dengan literature dimana hasil yang sesuai adalah larutan berwarna hijau ( Petrucci, 1992 ).
Hal ini bisa terjadi karena kesalahan dari sampel dan dapat terjadi saat penambahan reagen HCl atau kloroform. Identifikasi eritromisin yang kedua dilakukan dengan penambahan asam sulfat yang dilakukan di atas plat tetes. Hasil yang diperoleh adalah larutan berwarna ungu kehitaman. Gugus fungsi ketiga dari golongan antibiotik yang diuji adalah kloramfenikol. Pada gugus fungsi ini, hanya dilakukan dengan uji Fujiwara saja. Hasil yang didapatkan dari uji pada gugus antibiotic ini sesuai dengan literature dimana hasil yang didapatkan adalah larutan berwarna jingga kemerahan ( Clark, 2007 ). Sampel keempat adalah tetrasiklin. Berdasarkan Farmakope Indonesia III, tetrasiklin adalah antibiotik dengan spektrum luas karena menginhibisi hampir semua bakteri gram-negatif maupun gram-positif. Pada gugus
fungsi tetrasiklin dilakukan
lima
identifikasi
yaitu
penambahan reagen benedict, Liebermann, mandelin, marquis, dan asam sulfat. Pada pengujian pertama yaitu dengan benedict, mula-mula sampel ditempatkan pada tabung reaksi, lalu ditambahkan 0,5 ml reagen. Kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit dan diamati perubahan yang terjadi. Hasil yang diperoleh adalah larutan hijau dengan endapan yang terjadi akibat reaksi dengan zat pereduksi dari tetrasiklin yang mengandung gugus hidroksil pada gugus alifatik. Pengujian kedua adalah penambahan reagen Liebermann pada tetrasiklin. Mula-mula, sampel ditempatkan pada plat tetes, lalu ditambahkan pereaksi Liebermann, dan diamati perubahannya. Hasil yang diperoleh adalah larutan berwarna cokelat yang disebabkan oleh senyawa
yang mengandung dua cincin benzen tersubstitusi mono yang tergabung dalam satu atom karbon atau atom karbon yang berdampingan. Pengujian ketiga adalah penambahan reagen mandelin yang dilakukan dengan cara penambahan reagen mandelin pada sampel tetrasiklin yang telah ditempatkan pada plat tetes, kemudian diamati perubahannya. Hasil yang diperoleh adalah cokelat terang dari reaksi dengan cincin aromatik.
Pengujian keempat adalah dengan penambahan reagen marquis yang dilakukan dengan penambahan reagen mandolin pada sampel yang ditempatkan pada plat tetes, dan kemudian diamati perubahannya. Hasil yang diperoleh adalah larutan hijau pekat yang merupakan hasil yang sesuai pada literature ( Clark, 2007 ). Pengujian terakhir tetrasiklin adalah penambahan 2 ml asam sulfat pada 0,5 mg sampel, lalu diamati perubahannya. Hasil yang diperoleh adalah larutan yang berwarna merah kehitaman akibat reaksi antara tetrasiklin dan reagen asam sulfat.
VI.
SIMPULAN Dapat mengetahui cara identifikasi senyawa golongan obat alkohol, fenol, asam karboksilat, alkoid dan basa nitrogen, sulfomida dan barbiturat dan antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Attaway, Stephen. 2004. Rope System Analysis. New South Wales : Oberon State Emergency Service. Auterhoff dan Kovar. 1987. Identifikasi Obat. Bandung: Penerbit ITB. Chang, R. 2005. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Jilid I. Jakarta : Erlangga. Clark, Jim. 2002. The Mechanism for the Esterification Reaction. Available at http://www.chemguide.co.us (diakses pada 26 Maret 2017). Clark, R. 2007. Avaliable online at : http://www.chemistryrules.me.uk./condrans/carbonyls.htm [diakses pada 17 Maret 2017] Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : DEPKES RI. Fessenden, J dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Erlangga. Ganiswara, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Gupta, RIC, Ali S, dkk. 2014. PCR – RFLP Differentiation of Multidrug Resistent Proteus sp. Stains From Row Beef. Journal Microbiology and Biotechnology. Vol. 2 No. 4 : 426 -430. Hasan, T. 1984. Mechanism of Tetracycline Phototoxicity. Tersedia online di http://www.nature.com [Diakses pada tanggal 25 Maret 2017]. Kelly, A. L. 2009. Properties and Constituents of Cow’s Milk. West : Blackwell Publishing Ltd. Petrucci, Ralph H. 1992. General Chemistry. Jakarta : Erlangga.
Petrucci,Ralph H. 1997. General Chemistry. New Jersey : Prentice Hall. Roth, H. J. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sasmita, Dedi Purnama. 1979. Card System dan Reaksi Warna. Bandung: ITB. Sastronamidjojo,H. 1996.Sintesis Bahan Alam Cetakan I. Yogyakarta:Liberty. Sudarma, I dan Mulyanto. 2008. Studi Kasus Analog Sufanilamid Dari Senyawa Bahan Alam Papavenin. Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 9 No. 2. Svehla,G. 1985. Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro . Jakarta : P.T.
Kalman Media Pustaka.
View more...
Comments