October 20, 2018 | Author: Chatri Ningsih | Category: N/A
Download 242524769-Yahman-Tindak-Pidana-Penipuan-Dan-Wanprestasi.pdf...
BATAS WANPRESTASI DAN PENIPUAN DALAM HUBUNGAN KONTRAK KOMERSIAL 38
Yahman
abstrak
Konsep wanprestasi merupakan domain hukum perdata yang diatur dalam Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Undang-Undan g Hukum Perdata) Staatsblad 1847 Nomor 23 untuk mengatur kepentingan privat, konsep penipuan domain hukum pidana yang mengatur kepentingan publik diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 sebagaimana diperbaruhi dengan Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang berlakunya hukum pidana di seluruh wilayah Indonesia; dengan menggunakan methode penelitian normatif, penelitian ini menemukan bahwa dalam praktik terdapat kegamangan hakim untuk menentukan batas pembeda antara wanprestasi dan penipuan, hakim dalam amar putusannya terdapat inkonsistensi atas persoalan hubungan hukum kontrak komersial. Kata Kunci: Wanprestasi, Penipuan, Kontrak Komersial
abstract The concept of default is the domain of civil law which is set in Burgerlijk Wetboek (Book of Civil Law Act), Staatsblad 1847 Number 23 to regulate private interests, the concept of domain fraud criminal law governing the public interest stipulated in Law No. 1 of 1946 as Replaces the Law Act No. 73 of 1958 on the enactment of criminal law in all parts of Indonesia. By using normative normative research method, this research found that in practice there is uncertainty judge to determine the boundaries distinguishing between breach of contract and fraud, the judges in the decision there is an inconsistency on matters of commercial contract law relationship.
Keywords: Default, Fraud, Commercial Contracts
38
Dosen Universitas Bhayangkara Surabaya, Surabaya, email:
[email protected].
[email protected].
��
untuk pelaksanaan eksekusi dan dapat
Pendahuluan
Prinsip
peradilan
yang
cepat,
terjadi pula dinyatakan menang “di atas
sederhana, dan biaya ringan masih jauh
kertas” faktanya prestasi yang digugat
dari harapan. Di dalam penanganan
atau diharapkan sudah tidak ada lagi.
kasus-kasus, baik untuk perkara perdata,
Berbeda
dengan
pelaksanaan
pidana, tata usaha negara, atau kasus lain
eksekusi dalam perkara pidana yang
yang diperiksa pengadilan untuk sampai
relatif lebih mudah, tetapi eksekusi
pada
yang
pidana mati misalnya memang masih
mempunyai kekuatan hukum tetap ( in
berlarut-larut. Terkait dengan eksekusi
kracht van gewijsde ) memerlukan waktu
hukuman mati tidak ada aturan yang
bertahun-tahun dan biaya yang tidak
jelas batas waktu dan berapa kali
sedikit. Untuk perkara perdata putusan
pengajuan
yang telah mempunyai kekuatan hukum
kembali, sehingga belum ada kepastian
masih tetap memerlukan upaya hukum
kapan seseorang akan melaksanakan
lagi
eksekusi hukuman mati.
mendapatkan
yaitu
Permasalahan
keputusan
penetapan
peninjauan
40
Atas kedua kondisi tersebut, dalam
rumitnya, banyak fakta menunjukkan
praktik penegakkan hukum para pencari
pihak yang dimenangkan tidak serta
keadilan mencari jalan pintas untuk
dapat
tidak
maupun
kalah
merta
eksekusi
eksekusi.
grasi
memperoleh
haknya.
39
segera
mendapatkan
haknya,
salah
Misalnya dalam eksekusi pengosongan
satunya dengan cara melaporkan kepada
tanah/rumah, pembayaran hutang dan
polisi (perkara pidana). Argumentasinya
lain-lain, pihak yang dimenangkan masih
agar
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit
pengenaan sanksi pidana yang pada
pihak
lawan
“takut”
akan
akhirnya tidak terlalu lama tujuan untuk 39
mendapatkan
Lihat Eksekusi tanah Genting Kecamatan Asemrowo Surabaya seluas 6,9 Ha tidak segera terlaksana dan mengalami penundaan beberapa kali, karena terhalang oleh penghuni yang tidak berhak di atas objek tanah yang bukan miliknya. Lihat pula persoalan eksekusi tanah yang dikenal dengan Lapangan Tenis Jalan Embongsawo Surabaya, juga mengalami hambatan dalam pelaksanaan eksekusi. Eksekusi dapat terlaksana oleh Panitera Pengadilan Negeri Surabaya atas bantuan dari pihak Kepolisian dari Polwiltabes Surabaya maupun dari Polda Jatim.
diperoleh. 40
prestasi
Ada
kalanya
akan
segera
mengetahui
Lihar eksekusi kasus Terorisme Imam Samudra dan Amroji, dan terpidana Sumiarsih dalam kasus pembunuhan terhadap Kolonel Marinir Purwanto, yang dilaksanakan setelah terpidana menunggu beberapa tahun, waktu yang cukup lama dengan penantian yang panjang disertai perasaan gelisah dalam menghadapi kematian. ��
persoalannya dilaporkan kepada Polisi,
nota
ia
merupakan
secepatnya
menyelesaikan
dan
membayar kerugian yang ditimbulkan.
didapati
adanya
yang
yang
perkara
dihadapi
perdata
atau
tidak perlu terjadi jika memahami kedua
kegamangan
konsep tadi.
dalam memahami persoalan-persoalan hukum
perkara
wanprestasi; persoalan ini seharusnya
Dalam konteks penegakkan hukum masih
bene
Untuk putusan perkara perdata
berhubungan
dengan
yang telah mempunyai kekuatan hukum
atau
kontraktual.
Karena
masih memerlukan upaya hukum lagi
ketidakpahaman
mencermati
konsep
yaitu penetapan eksekusi. Permasalahan
perjanjian
penipuan dan konsep wanprestasi,
ada
eksekusi tidak kalah rumitnya, fakta
kalanya dalam menghadapi persolaan
menunjukkan pihak yang dimenangkan
tersebut seseorang mendapat perlakukan
tidak serta merta dapat memperoleh
tidak
haknya tetapi masih mengeluarkan biaya
manusiawi
kriminalisasi.
bahkan
mengalami
41
yang besar. Misalnya eksekusi untuk
Kriminalisasi merupakan tindakan yang
dilakukan
terhadap
penegak
seseorang
melakukan
yang
hukum,
hutang
diduga
dan
dimenangkan
lain-lain. dalam
Pihak putusan
yang untuk
hukum.
memperolehhaknya masih mengeluarkan
Pelanggaran hukum yang disangkakan
biaya tidak sedikit untuk pelaksanaan
atau didakwakan terkesan dipaksakan,
eksekusi dan dapat terjadi dinyatakan
agar seseorang menjadi tersangka atau
menang “di atas kertas” karena prestasi
terdakwa yang tidak berdasar atas aturan
yang digugat sudah tidak ada lagi.
hukum
melainkan
Berbeda dengan pelaksanaan eksekusi
dengan
dalam perkara pidana yang relatif lebih
tindakan
pelanggaran
pengosongan tanah/rumah, pembayaran
yang
berlaku,
sewenang-wenang
menyalahgunakan institusi dimana sedang
memegang
jabatan
ia
mudah, tetapi untuk eksekusi pidana
tertentu.
mati misalnya memang masih terkesan
Seseorang mengalami penahanan yang
berlarut-larut. tersebut,
41
Suatu Istilah diambil dari perseteruan antara “Cicak dan Buaya” dalam kasus Bibit Candra dan Susno Duadji yang menjadi perhatian Publik, Politisi, maupun para Pakar Hukum dan tidak henti-hentinya mengomentari atau pendapat dalam media cetak maupun media elektronik.
Atas
dalam
kedua
praktik
kondisi
penegakan
hukum para pencari keadilan mencari jalan pintas untuk segera mendapatkan haknya, yang salah satunya dengan cara
��
melaporkan
kepada
polisi
(perkara
prestasi
42
dilandasi
adanya
perjanjian
pidana). Permasalahan hutang piutang,
sehingga akibat hukumnya wanprestasi
jual beli, sewa menyewa dan lain
dan pihak yang ingin memperjuangkan
sebagainya
selintas
haknya yaitu dengan jalan mengajukan
merupakan perkara keperdataan namun
gugatan perdata. pendapat yang kedua,
dimintakan
melalui
Jika salah satu pihak mempunyai niat
jalur pidana, karena itu aparat penegak
kepalsuan atau kebohongan sebelum
hukum hendaknya dapat membedakan
perjanjian diakseptasi, tidak dipenuhinya
“domain” masing-masing jenis hukum.
suatu prestasi tetap dianggap sebagai
dimana
tampak
penyelesaiannya
Berdasarkan uraian di atas, dengan
penipuan walaupun perjanjian tersebut
menggunakanmetode penelitian normatif
masih berlangsung (hidup).
isu hukumnya konsep wanprestasi dan penipuan
dan
penerapan
Menurut Yurisprudensi Mahkamah
konsep
Agung
Republik
Indonesia
dalam
wanprestasi dan penipuan dalam putusan
putusan MARI Nomor Perkara 933K/
pengadilan.
Pid/1994 tanggal 28 Agustus 1997
Analisis Hukum
perjanjian pinjam meminjam dengan
Dalam praktik penegakkan hukum terdapat
perbedaan
pendapat
43
menggunakan cek kosong atau cek yang
terkait
tidak ada dananya, yang pada pokoknya
dengan implikasi apabila salah satu
menyatakan
pihak tidak memenuhi prestasi yang
dalam
telah diperjanjikan, pendapat pertama
sudah cukup dinyatakan sebagai delik
menyatakan
penipuan sebagaimana dimaksud dalam
wanprestasi
sedangkan
pendapat kedua menyatakan penipuan.
pemberian
perjanjian
cek
pinjam
kosong
meminjam
Pasal 378 KUHP telah terbukti.
Pendapat pertama mendasarkan pada
Putusan
argumentasi bahwa tidak dipenuhinya
Mahkamah
Agung
Republik Indonesia yang tertuang dalam
42
43
Argumentasi yang dikemukakan oleh pencari keadilan untuk melapor kepada polisi adalah agar pihak lawan “takut” akan pengenaan sanksi pidana yang pada akhirnya tidak terlalu lama tujuan untuk mendapatkan prestasi akan segera diperoleh, dengan menunjukan bukti laporan dari polisi dijadikan alat untuk presser kepada pihak lawan agar kerugian segera dibayar.
Dalam perkara ini terjadi perjanjian pinjam meminjam barang atau uang, pihak yang memberi pinjaman telah menyerahkan barang atau uang, sedangkan pihak peminjam telah menyerahkan cek sebagai jaminan. Pihak pemberi pinjaman atau penerima cek kemudian menguangkan ceknya ke Bank dan dinyatakan bahwa cek tersebut kosong (tidak ada dananya) maka delik penipuan telah dinyatakan terbukti.
��
Putusan MARI Perkara Nomor: 1061
perjanjian
K/Pid/1990 tanggal 26 Juli 1990, yang
penyerahan uang muka, ternyata uang
menyatakan bahwa, terdakwa
tidak
muka tidak digunakan membayar kayu
terbukti secara sah dan meyakinkan telah
melainkan dipakai sendiri, yang pada
melakukan perbuatan penipuan yang
pokoknya
disangkakan
sebagaimana
terdakwa terbukti, akan tetapi perbuatan
dimaksud Pasal 378 KUHP, melainkan
itu tidak merupakan suatu tindak pidana.
kepadanya
terdakwa telah melakukan perbuatan melanggar hukum yaitu wanprestasi.
jual
beli
kayu
menyatakan
dengan
perbuatan
Menurut Abdulkadir Muhammad,
44
yang dimaksud dengan ganti kerugian
Yurisprudensi MA No. Perkara
adalah
ganti
kerugian
yang
timbul
45
karena debitur melakukan wanprestasi
dalam perkara Yayasan Baret Jingga
karena lalai. Wanprestasi terjadi dalam
449K/Pid/2001 tanggal 17 Mei 2001
46
kondisi salah satu pihak lalai melakukan
44
Kasus posisi seseorang mengadakan hubungan dagang dalam jual beli komiditi hasil bumi, serta pinjam meminjam uang yang berkaitan dengan jual beli tersebut. Pembayaran uang jual beli dan atau pinjam meminjam uang diberikan jaminan berupa barang bergerak dan uang pinjaman belum dikembalikan, kemudian atas kesepakatan kedua belah terjadi jual beli saham asuransi, maka peristiwa ini secara yuridis bukan merupakan perbuatan pidana (delict) ex Pasal 378 KUHP (penipuan), melainkan merupakan masalah perdata. 45 Kasus posisi: Seseorang Direktur suatu perusahaan bergerak di bidang perkayuan mengadakan perjanjian kontrak jual beli kayu sebuah PT, kayu akan dikirim secara bertahap dalam kurun waktu 6 bulan dan disetujui untuk menyerahkan uang muka, setelah uang muka dikirim ke rekening perusahaan PT uang tersebut tidak diserahkan kepada karyawannya untuk mencari kayu akhirnya tidak mendapatkan kayu. Sehingga pembelian kayu tersebut batal dan baru bisa mengirim kayu sebagian saja, tidak bisa memenuhi sejumlah kayu yang dijanjikan dan uang yang telah diterima oleh Direktur PT digunakan untuk kepentingan pribadi, dalam putusan Pengadilan tingkat pertama dinyatakan bersalah melakukan penipuan ex pasal 378 KUHP dihukum 3 tahun 6 bulan, dikuatkan Pengadilan Tinggi hukuman dikurangi menjadi 2 tahun 8 bulan, putusan Mahkamah Agung RI perbuatan yang disangkakan terbukti, akan tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana.
kewajiban demikian terjadi
pemenuhan apakah
karena
prestasi,
wanprestasi suatu
jika dapat
kesengajaan?
padahal dapat terjadi tidak dipenuhinya suatu prestasi karena unsur kesengajaan. Penentuan
perbuatan
tersebut
disengaja atau tidak, tidaklah mudah. Dalam teori, untuk menentukan apakah perbuatan tersebut disengaja atau tidak harusdiperhatikan perbuatan sebelumnya (ante factum ) dan perbuatan sesudahnya ( post
pactum).
Misalnya
melakukan
perjanjian jual beli kayu padahal si penjual tidak mungkin mempunyai kayu, perbuatan tersebut rasanya tidak cukup membawa 46
keadilan
jika
dinyatakan
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Adity Bakti, Bandung, 1992, h. 56. ��
wanprestasi. perjanjian
Atas
tidak
dasar selalu
itu
adanya
Wanprestasi
terminologi
dalam
menimbulkan
hukum perdata yang artinya ingkar janji
akibat hukum wanprestasi. Penelaahan
(tidak menepati janji), yang diatur dalam
secara kasuistis perlu dilakukan, dengan
Buku ke III
begitu akan didapatkan parameter yang
didasari adanya suatu perjanjian atau
tepat
kapan
perikatan, baik perjanjian dibuat secara
kapan
lisan atau tertulis, baik dalam bentuk
untuk
dinyatakan
menentukan
wanprestasi
dan
dinyatakan penipuan. Konsep konsep
perjanjian di bawah tangan atau dalam
wanprestasi
penipuan
BW. Wanprestasi harus
menurut
dengan
akte otentik, tanpa dilandasi perjanjian
dogmatig
atau perikatan tidak dapat dinyatakan
hukum merupakan 2 (dua) konsep yang
wanprestasi
berbeda, konsep wanprestasi merupakan
melanggar hukum ( onrechtmatigdaad ).
domain
Pihak yang dirugikan dapat mengajukan
hukum
perdata
sebagaimana
melainkan
dimaksud dalam 1236 BW sedangkan
gugatan keperdataan.
konsep penipuan merupakan domain
Penipuan
terminologi
perbuatan
dalam
hukum pidana sebagaimana dimaksud
hukum pidana, diatur dalam Buku Ke II
dalam Pasal 378 KUHP, oleh karenanya
(tentang kejahatan) Bab XXV. Penipuan
ke-2 (dua) konsep tersebut tidak dapat
merupakan perbuatan melawan hukum
47
dipertukarkan. Namun demikian untuk
dengan modus memberikan kata bohong,
menentukan batasan di antara ke-2 (dua)
tipu muslihat, menggunakan martabat
konsep tersebut tidaklah mudah.
palsu/nama palsu yang dapat merugikan
Dari referensi yang ada tidak
orang
lain
(memberikan
sesuatu,
diketemukan pembahasan yang spesifik
membuat utang, menghapuskan piutang),
tentang
(lihat Pasal 378 KUHP). Pasal 1320 BW
batasan
antara
wanprestasi
dengan penipuan padahal permasalahan
menentukan syarat sah suatu perjanjian:
tersebut penting untuk dipecahkan demi kepastian
hukum,
permasalahan
1. Sepakat mereka yang mengikatkan
ini
diri;
banyak terjadi dalam praktik penegakan
2. Kecakapan
hukum.
untuk
membuat
perjanjian; 3. Suatu hal tertentu;
47
Philipus M.Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, GajahMada University Press, Yogjakarta, 2005, h.23.
4. Suatu sebab yang diperbolehkan.
��
bar to enforcement since the test is the
Dua syarat pertama disebut sebagai syarat
subyektif,
karena
50
real will and not the will as declared ”.
mengenai
subyek perjanjian, sedangkan dua syarat
Dengan
yang terakhir disebut syarat obyektif,
harus diberitahukan pada pihak lain,
karena mengenai obyek dari perjanjian.
tidak menjadi soal apakah disampaikan
Tidak
subyektif
secara lisan atau tertulis, dan bahkan
perjanjiannya diancam dengan batal,
dengan bahasa isyarat pun atau dengan
akan tetapi jika tidak dipenuhi syarat
cara membisu sekalipun dapat terjadi
obyektif maka perjanjiannya diancam
perjanjian asal ada kata sepakat.
dipenuhinya
syarat
dengan batal demi hukum.
dua
48
demikian
Kata
kehendak
sepakat
tersebut
51
tidak
hanya
Untuk sahnya perjanjian harus ada
“kesesuaian” kehendak antara mereka
kehendak
yang
yang
mencapai
kata
berjanji
saja,
tetapi
juga
sepakat atas consensus . Dengan kata
menyangkut kehendak dan pernyataan
sepakat dimaksudkan bahwa diantara
kehendak
pihak-pihak yang bersangkutan tercapai
(wilsovereenstemming), disebut dengan
suatu persesuaian kehendak; artinya apa
istilah adanya “persesuaian kehendak”,
yang dikehendaki yang satu adalah juga
dan tidak sekedar kesesuaian, sehingga
dikehendaki oleh yang lain, atau bahwa
tidak timbul cacat kehendak. Kecakapan
kehendak mereka adalah “sama”, yaitu
merupakan unsur subyektif sahnya suatu
apa yang mereka kehendaki adalah sama
perjanjian. Pada dasarnya setiap orang
dalam
satu
yang sudah dewasa atau aqil baligh dan
lain
sehat pikirannya adalah cakap menurut
kebalikannya,
menerima
haknya
yang
dan
melakukan kewajibannya. George
W.Paton
yang
49
yang
itu
harus
sesuai
52
hukum. Pasal 1330 BW menyebutkan menyebutkan
orang-orang
kehendak yang “senyatanya” dan bukan kehendak
mereka
yang
digolongkan
tidak
cakap untuk membuat perjanjian:
“dipernyatakan”
a. orang-orang belum dewasa;
sebagaimana dalam pernyataanya: “ a
b. mereka yang ditaruh di bawah
secret mental reservation should be a
pengampuan;
48
50
Lihat Jacob Hans Niewenhuis, PokokPokok Hukum Perikatan (Terjemahan Djasadin Saragih), h. 2. 49 Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Bandung, 1979, h.16.
G.W. Paton, Text Book Of Jurisprudence”, Oxford, h.335. 51 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty, Yogjakarta, 2004, h.98. 52 Subekti , Op.Cit., h.17. ��
c. orang perempuan dalam hal-hal yang
ditetapkan
oleh
timbul suatu perselisihan, barang yang
undang-
dimaksudkan dalam perjanjian paling
undang dan semua orang kepada
sedikit harus ditentukan jenisnya bahwa
siapa
barang itu sudah ada atau sudah berada
undang-undang
telah
melarang membuat perjanjian -
ditangannya
perjanjian tertentu.
perjanjian dibuat tidak diharuskan oleh
Sedangkan yang
seorang
bersuami,
untuk
si-berhutang
pada
saat
perempuan
undang-undang, juga jumlahnya tidak
mengadakan
perlu disebutkan, asal saja dapat dihitung
perjanjian memerlukan bantuan atau ijin
atau ditetapkan.
(kuasa tertulis) dari suaminya (Pasal 108
Syarat yang keempat adalah suatu
BW). Terhadap ketentuan ini, Subekti
sebab
menyatakan
yang
sebab (oorzaak ) ini dimaksudkan adalah
mengenai soal-soal kecil yang dapat
isi perjanjiannya, yang berarti harus
dimasukkan dalam pengertian keperluan
dihilangkan suatu kemungkinan salah
rumah
telah
sangka bahwa sebab itu adalah suatu
53
yang menyebabkan seseorang membuat
Hal ini diperkuat oleh Mahkamah Agung
perjanjian yang dimaksud. Meskipun
dengan
dalam
untuk
tangga,
perjanjian
dianggap
istri
dikuasakan oleh suaminya untuk itu.
mengeluarkan
Surat
Edaran
yang
diperbolehkan.
perjanjian
Dengan
menganut
asas
Nomor:3 Tahun 1963 tanggal 4 Agustus
kebebasan berkontrak, tidak berarti apa
1963 yang pada pokoknya dinyatakan
saja
bahwa Pasal 108 dan Pasal 110 BW
diperjanjikan
tentang
dilarang,
kewenangan
istri
untuk
boleh
diperjanjikan, adalah
maka
Jika
sesuatu
perjanjian
yang yang
tersebut
melakukan perbuatan hukum dan untuk
berakibat batal demi hukum. Misalnya
menghadap di depan pengadilan dengan
perjanjian jual beli ganja, maka jual beli
ijin atau bantuan suaminya, sudah tidak
tersebut adalah batal demi hukum.
berlaku lagi.
Tujuan
perikatan
sebagaimana
Syarat yang ketiga adalah adanya
dalam Pasal 1234 BW adalah untuk
suatu hal tertentu, artinya apa yang
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu
diperjanjikan hak-hak dan kewajiban-
atau tidak berbuat sesuatu. Perbedaan
kewajiban
berbuat sesuatu dengan tidak berbuat
kedua
belah
pihak.
Jika
sesuatu, yang pertama bersifat positip 53
Ibid.. h.18. ��
dan sedangkan yang kedua bersifat
Dalam Pasal 1243 BW wanprestasi
negative. Sedangkan pengertian berbuat
terjadi setelah debitur dinyatakan lalai
sesuatu
(ingebreeke ).
dengan
sangat kecil.
memberikan
sesuatu
54
Atas
dasar
itu
untuk
debitur dinyatakan lalai kadang-kadang
Pasal-pasal
BW
disyaratkan sommasi dan dalam hal-hal
memuat ketentuan tentang akibat-akibat
lain debitur wanprestasi karena hukum.
dari:
pemenuhan,
Sommasi diperlukan untuk terjadinya
pemenuhan tidak tepat pada waktunya
wanprestasi alasannya sebagai berikut:
atau pemenuhan yang tidak pantas dari
bahwa pada kebanyakan perikatan yang
suatu perikatan. Pasal 1235 BW memuat
tidak menunjuk suatu jangka waktu
ketentuan bahwa dalam perikatan untuk
tertentu, tanpa somasi debitur dianggap
memberikan sesuatu benda, terkandung
memenuhi prestasi tidak tepat pada
kewajiban untuk mempertahankannya/
waktunya.
Bahkan
membiarkannya sampai saat penyerahan,
ditetapkan
waktu
yang berarti ia harus memeliharanya
memenuhi prestasinya, maka haruslah
sebagai ayah yang baik.
diterima, bahwa kreditur dapat menerima
tidak
1235-1252
adanya
Istilah “memelihara” Ada yang
sebagai
tidak
terakhir
untuk
prestasinya setiap waktu dan waktu
berpendapat harus diadakan perbedaan: a. memelihara
bilamana
tersebut dapat diukur sampai kapan saja,
penyimpan
tanpa adanya wanprestasi.
(bewaarnemer ) yaitu pemeliharaan
56
Untuk menghentikan agar debitur
yang baik untuk kepentingan orang
dalam
yangmenyimpankan (bewaargever)
kewajiban prestasinya tidak bertentangan
atas barangnya;
dengan
b. memelihara (bruiklener )
sebagai yaitu
peminjam
menunda-nunda
kehendak
pemenuhan
debitur,
undang-
undang memberikan satu upaya untuk
pemeliharaan
mengingatkan
debitur
akan
waktu
yang cukup baik untuk menjamin
terakhir untuk pemenuhan itu dengan
kepentingan yang meminjamkan
cara fixatie dan sebagai pemberitahuan
55 (bruikgever ).
akan
ganti
rugi,
apabila
ia
tidak
memperhatikan jangka waktu tersebut. 54
Marthalena Pohan, Wanprestasi, Yuridika No.3 Tahun IV, Mei-Juni 1989,h.198. 55 Ibid,.h.198.
56 57
��
Ibid.,h.200. Ibid.
57
Dalam Arrestnya tanggal 12 Maret
kreditur dapat menerima, bahwa
1925 Hoge Raad memutuskan bahwa
suatu somasi tidak akan membawa
dengan
perubahan;
suatu
somasi
yang
tidak
menentukan suatu jangka waktu tertentu untuk
prestasi,
dinyatakan
debitur
tidak
wanprestasi,
6. Apabila debitur mengakui sendiri
dapat
bahwa ia wanprestasi;
bahkan
7. Apabila debitur tidak memprestir mestinya
( niet
gepresteerd ),
maka
bilamana sommasi yang demikian itu
sebagaimana
diulangi. Pada ketentuan yang terakhir
behoorlijk
ini, pada umumnya kita anggap, bahwa
tanpa somasi ganti rugi dapat
sommasi berguna untuk memperingatkan
dituntut.
pihak debitur agar mengetahui, bahwa
Debitur hanya wajib membayar
59
pihak kreditur menghendaki prestasi itu
ganti rugi jika ada hubungan
58
pada suatu waktu tertentu. Somasi
antara
tidak
Menurut
diperlukan
untuk
menentukan
syarat wanprestasi dalam hal:
klausal
Yurisprudensi, ada
apabila
hubungan
bukan
hanya
dalam
perikatan
akan tetapi juga kerugian akibat yang
sifat
perikatan,
secara wajar dapat diduga dari adanya
misalnya dengan “dwangsom”; 3. Apabila
kerugian.
sine qua non ” untuk timbulnya kerugian,
ditentukan jangka waktunya;
terkandung
dan
wanprestasi yang merupakan “ condition
1. Apabila dalam perikatan itu sudah
2. Apabila
wanprestasi
kausal
prestasi
itu
wanprestasi tersebut.
hanya
Marthalena
mempunyai arti, jika dilaksanakan
Pohan
menjelaskan
bahwa wanprestasi terjadi apabila:
dalam jangka waktu yang telah
1. tidak ada prestasi sama sekali;
ditentukan (Pasal 1243 BW);
2. ada prestasi, akan tetapi tidak tepat
4. Apabila perbuatan
debitur yang
melakukan
pada waktunya atau terlambat;
bertentangan
3. ada prestasi, akan tetapi tidak
dengan kewajibannya;
sebagaimana
5. Apabila debitur menolak untuk melakukan
prestasi
mestinya
behoorlijk presteren).
(tidak
mengaku adanya perikatan) dan 59 58
60
Ibid.h.201. ��
Ibid.,h.202-2003. Ibid.,h.207.
60
(niet
Kerugian terdiri atas 3 (tiga) unsur:
nama sendiri yang khusus. Penipuan
a. ongkos-ongkos atau biaya-biaya
adalah
yang telah dikeluarkan; b. kerugian
karena
atau
kerusakan,
keuntungan
diharapkan (interest).
hanya
dapat
dirumuskan
Pasal 378 KUHP unsur-unsur pokoknya: 1. dengan (sengaja) maksud;
yang
2. hendak
61
diberikan
menguntungkan
diri
sendiri atau orang lain dengan
Menurut Pasal 1248 BW, ganti rugi
yang
dalam Pasal 378 s/d 395. Penipuan dalam
kerugian yang sungguh diderita; c. bunga
kejahatan
melawan hukum;
sebagai
3. memakai nama palsu atau keadaan
akibat langsung dan seketika dari tidak
palsu, akal atau tipu muslihat,
dipenuhi perikatan. Pasal 1247 BW
rangkaian kata bohong;
membatasi lebih sempit tanggunggugat
4. membujuk
orang
supaya
debitur yang tidak bersifat tipu daya
memberikan
sesuatu
barang,
(arglistig) dengan tidak hanya melihat
membuat
hutang
atau
saat wanprestasi, akan tetapi tanggung
menghapuskan piutang.
gugatnya
Untuk
juga
dikaitkan
dengan
menentukan
kesengajaan
pertanyaan apakah kerugian itu dapat
tidaklah mudah karena terkait dengan
diduga pada saat diadakannya perikatan.
menentukan niat bathin si pelaku, dalam
Untuk adanya tipu daya tidak
teori bentuk kesengajaan meliputi tiga
disyaratkan bahwa debitur mempunyai
hal yaitu:
tujuan untuk merugikan krediturnya,
a. kesengajaan dengan maksud;
akan tetapi sudah cukup, jika ia secara
b. kesengajaan
sadar (willens en wetens ) melanggar
dengan
kepastian/
keharusan; dan
kewajiban kontraktualnya.
c. kesengajaan dengan kemungkinan
Tindak Pidana Penipuan telah di
(dolus eventualis ).
atur Bab XXV Buku II Kitab Undang-
Di
dalam
Pasal
KUHP
maksud
maka
Undang Hukum Pidana (KUHP) memuat
dinyatakan
berbagai
yang
kesengajaan tersebut meliputi bentuk
dirumuskan dalam 20 pasal. Di antara
kesengajaan yang pertama (kesengajaan
bentuk-bentuk
dengan maksud). Oleh karenanya di
bentuk
penipuan
penipuan
itu
memiliki
dengan
378
dalam penipuan tidak dapat dinyatakan 61
Abdulkadir Muhammad, Loc.Cit. ��
perbuatan tersebut dilakukan karena lalai
Kesimpulan
(culfa ).Untuk unsur melawan hukum
w anprestasi
Karakteristik
dan
(wederrechtelijk ) terkait berlakunya asas
penipuan, memiliki karakteristik yang
legalitas (Pasal 1 ayat (1) KUHP).
sama, yaitu sama-sama didahului atau
Perbuatan
diawali
perbuatan
seseorang melawan
dinyatakan hukum
konsep
hubungan
hukum
62
jika
kontraktual. Ketika kontrak ditutup
bertentangan dengan undang-undang. Bagaimana
dengan
diketahui sebelumnya ada tipu muslihat,
“memakai
keadaan
palsu
dan
rangkaian
kata
nama palsu atau keadaan palsu, akal atau
bohong oleh salah satu pihak, maka
tipu muslihat, rangkaian kata bohong”
hubungan
dapat disejajarkan dengan tipu daya
“penipuan” dalam hukum pidana ex
(arglistig) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 378 KUHP dan “penipuan” dalam
Pasal 1247 BW. Konsep” “memakai
hukum perdata ex Pasal 1328 BW
nama palsu atau keadaan palsu, akal atau
(adanya cacat kehendak diantaranya:
tipu muslihat,rangkaian kata bohong”
kekhilkafan , paksaan, dan penipuan).
dengan konsep “tipu daya” adalah sama karena
kedua
konsep
tersebut
hukum
Dalam
pada
ini
melindungi
dinamakan
hak
dan
kewajiban, dua koridor hukum dapat Pertama,
dasarnya mempunyai pengertian pihak
ditempuh.
lain diperdaya untuk melakukan sesuatu
yaitu penipuan ex Pasal 378 KUHP
dan bilamana mengetahui keadaan yang
terdapat perbuatan “melawan hukum”,
sebenarnya
dengan
dapat
dipastikan
pihak
tersebut tidak akan melakukan. Untuk
dinyatakan
telah
tujuan
tuntutan pidana
adanya
efek
jera
berkenaan dengan sanksi pidana berupa terjadi
penjara.
Kedua,
melakukan
gugatan
penipuan jika cara memberikan martabat
perdata adanya “perbuatan melanggar
palsu/nama palsu, tipu muslihat atau
hukum” sesuai Pasal 1365 BW dan Pasal
rangkaian
1328 BW, dengan tujuan pembatalan
kebohongan
menimbulkan
piutang, menghapuskan piutang, atau
kontrak.
Apabila
setelah
kontrak
menimbulkan hak; pendek kata dengan
ditutup adanya tipu muslihat, keadaan
“tipu daya” akan menimbulkan kerugian 62
atau harus ada “ condition sine qua non ”
Lihat dalam Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan Yang Lahir dalam Hubungan Kontraktual, Disertasi, UNAIR, 2010, h. 325.
antara tipu daya dengan kerugian.
��
Daftar Bacaan
palsu dan rangkaian kata bohong, maka dinamakan “wanprestasi”. Upaya yang
Buku
dilakukan dengan mengajukan gugatan
Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana , Citra Aditya Bakti, Bandung, l996.
perdata, dengan tujuan untuk pemenuhan “prestasi dan ganti kerugian”.
A.
Penerapan konsep wanprestasi dan penipun atas
kasus yang lahir dari
------,Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan penanggulangan Kejahatan, PT Citra Aditya, Bandung, 2001.
hubungan kontraktual, belum terdapat acuan, pemahaman dan penafsiran yang sama, antara hakim Pengadilan Tingkat Pertama,
Tingkat
Banding
Bruggink,J.J.H., Rechtsreflecties, alih bahasa Arief Sidharta, Citra Aditya Bakti, Bandung, l996.
maupun
Tingkat Kasasi. Satu pihak menyatakan hubungan hukum itu merupakan sutau
Hadjon, Philipus M. dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum , Gajah Mada University Press, 2005.
perbuatan “wanprestasi”, di lain pihak merupakan sutau perbuatan “penipuan”. Untuk
mengetahui
batasan
antara
J.Noyon-G.E.Langemeyer,Het Wetboek van Strafrecht, Arnhem: S.Gonda - Quint, l954.
‘wanprestasi’ dan ‘penipuan’ terletak pada ‘tempus delecti ’ (waktu) ketika
Moris L. Cohen, et.all, Legal Research in a Nut Shell, West Publishing Co., St. Paul, Minn, l992.
63
“kontrak ditutup” . Apabila “setelah” ( post factum) kontrak ditutup, diketahui adanya
Muhammad, Abdulkadir, Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992.
tipu muslihat, keadaan palsu
atau rangkaian kata bohong dari salah
Niewenhuis,J.H., Pokok-Pokok Hukum Perikatan , (terjemahan Djasadin Saragih ), Surabaya, 1985.
satu pihak, maka perbuatan itu adalah wanprestasi. Jika suatu kontrak setelah ditutup
ternyata
“ sebelumnya ”
(ante
Packer, H.L., The Limits of the Criminal Sanction, Stanford University Press, California, 1968.
factum) ada rangkaian kata bohong,
keadaan palsu, tipu muslihat dari salah satu
pihak,
merupakan
maka
perbuatan
perbuatan
itu
‘ penipuan’
ex
Paton,
G.W. Text Book Jurisprudence, Oxpord.
Of
Hukum Pidana Remmelink, Jan, Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting Dari Kitab UndangUndang Hukum Pidana Belanda
Pasal 378 KUHP Jo. ex Pasal 1328 BW. 63
Garner, Bryan, Blacks Law Dictionary , Seven Edition, St Paul, Minn, 1999.
Ibid. ��
Pohan,Martalena, Wanprestasi, Yuridika No.3 Tahun IV, Mei-Juni 1989.
dan Padanannya Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
Rekso Wibowo, Basuki, Penemuan, Penafsiran dan Penciptaan Hukum oleh Hakim Berkaitan dengan Jurisprudensi Sebagai Pedoman Penetapan Hukum bagi Pengadilan, Yuridika Vol. 11, September- Desember 1996.
Rekso Wibowo, Basuki, Arbitrase Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdagangan di Indonesia, Disertasi, Universitas Airlangga, 2004. Smith, Russel G, Crime in the Professions, Ashgate Publishing Limited, England, 2004.
Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan Yang LahirDari Hubungan Kontraktual, Disertasi UNAIR, 2010.
Undang-undang
------,Beberapa Catatan dan Tanggapan Naskah Ademik Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana , disampaikan Dalam ”Seminar Membahas Draf Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana” yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Bekerjasama Dengan Fakultas Hukum UNAIR, Kamis, tanggal 9 Desember 2010.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Kitab Undang-undang (KUH Perdata/BW)
Hukum Perdata
Putusan Pengadilan
Putusan Mahkamah Agung RI Perkara Nomor: 1061 K/Pid/1990 tanggal 26 Juli 1990. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor Perkara 33K/Pid/1994 tanggal 28 Agustus 1997.
-------, Cacat Kehendak Yang Lahir Dari Hubungan Kontraktual Beserta Akibat Hukumnya, Judiciary Jurnal Hukum & Keadilan, Vol. 1 Desember 2010, di terbitkan oleh Fakultas Hukum UBHARA, Surabaya, 2010.
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor Perkara 449K/Pid/2001 tanggal 17 Mei 2001.
Jurnal/Majalah
Isnaeni, M,Dalam Pelatihan Hukum Perikatan Bagi Dosen & Praktisi, Fakultas Hukum Univ. Airlangga Surabaya,6-7 September 2006
----- ooo 0 ooo -----
��