239403521 Referat Sudden Death Forensik

October 27, 2017 | Author: Rian Yupita | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

GHJGH...

Description

DAFTAR ISI

Daftar Isi...................................................................................................................................................1 Kata Pengantar. ..................................................................................................................................... 2 BAB I: PENDAHULUAN................................................................................................................ 3 BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mati Mendadak ........................................................................................ 5 2.2 Epidemiologi ............................................................................................................... 5 2.3 Penyebab ....................................................................................................................... 6 2.4 Pemeriksaan penunjang..........................................................................................14 2.5 Kepentingan Autopsi Forensik ..........................................................................15 2.6 Aspek medikolegal ...................................................................................................16 2.7 Autopsi ..............................................................................................................................17 BAB III: KESIMPULAN............................................................................................................ 17 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................18

1

Kata Pengantar Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas KehendakNya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Kematian Mendadak. Referat ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Ilmu Forensik dan Medikolegal. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun referat ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan. Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. H. Noorman Herryadi, Sp.F.,SH yang telah memberikan bimbingan selama periode kepaniteraan ilmu forensik dan medikolegal serta masukan yang berguna dalam proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang juga turut membantu dalam upaya penyelesaian referat ini. Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi masukan yang berguna dan dapat menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, dan khususnya tentang perihal berkaitan kematian mendadak. Para Penyusun

_____________

2

BAB I: PENDAHULUAN 1.1; Latar Belakang

Kematian mendadak yang tidak diharapkan dan tidak dapat dijelaskan ditemukan pada sebagian besar kasus pada praktek kedokteran forensik. Kematian mendadak yang tidak dijelaskan sering tercatat sebagai kematian karena sebab yang alami. Para ahli percaya bahwa kebanyakan dari kematian ini dikarenakan Sudden Death Syndrome (sindroma kematian mendadak) atau Sudden Cardiac Death (kematian jantung mendadak).1 Penyebab kematian mendadak akibat penyakit dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh, diantaranya sistem Susunan Saraf Pusat, sistem kardiovaskuler, dan sistem pernafasan. Pada tahun-tahun terakhir ini, penyebab kematian tersering pada kasus kematian mendadak adalah penyakit kardiovaskular. Penyebab penyakit jantung itu sendiri bermacam-macam, mulai dari penyakit jantung koroner, kardiomiopati, penyakit katup jantung hingga akibat kelainan genetik seperti pada sindrom marfan.2 Sebuah

studi

post

mortem

pada

salah

satu

Rumah

Sakit

di

Dublin,

Connoly Hospital antara Januari 1987 hingga Desember 2001, menyebutkan bahwa penyebab terbanyak kematian mendadak adalah penyakit Jantung (79%). Di Indonesia sendiri sulit didapatkan insiden kematian mendadak yang sebenarnya. Angka yang ada hanyalah jumlah kematian mendadak yang diperiksa di bagian kedokteran forensik FKUI. Dalam tahun 1990, dari seluruh 2461 kasus, ditemukan 227 kasus adalah terdiri dari laki-laki (9,2%) dan 50 adalah perempuan (2%) pada kasus kematian mendadak, sedangkan pada tahun 1991 dari 2557 kasus diperiksa 228 laki-laki (8,9%) dan 54 perempuan (2,1%). Oleh karena penyebabnya yang wajar, maka apabila kematian tersebut didahului oleh keluahn, gejala serta terdapat sakdi (apalagi jika saksinya adalah dokter) biasanya tidak akan menjadi masalah kedokteran forensik. Namun apabila kematian tersebut terjadi tanpa riwayat penyakit dan tanpa saksi, maka dapat menimbulkan kecurigaan bagi penyidik, apakah terkait unsur pidana di dalamnya. Disinilah peran pemeriksaan forensik berupa autopsi dan pemeriksaan histologi akan sangat penting guna menjawab permasalahan di atas.

3

1.2;

Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui cara kematian korban yang diduga mati mendadak (sudden death).

1.3; Manfaat 1; Membantu mengetahui cara kematian korban, yaitu apakah pembunuhan, bunuh

diri atau kecelakaan, 2; Mengetahui apakah kematian wajar mendadak (sudden natural death) atau kematian tak wajar mendadak (sudden unnatural death), 3; Membantu mengungkapkan proses terjadinya tindak pidana yang menyebabkan kematian. 4; Membantu mengungkapkan identitas jenazah.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mati Mendadak 4

Berdasarkan Simpson (1985) dalam bukunya “Forensic Medicine” menulis dua alternatif definisi, yaitu a) sudden death adalah kematian yang tidak terduga, non-traumatis, non-self inflicted fatality, yang terjadi dalam 24 jam sejak onset gejala; b) kematian yang terjadi dalam satu jam sejak timbulnya gejala.3 Berdasarkan WHO, kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. Kematian mendadak tidak selalu tidak terduga, dan kematian yang tak diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering keduanya ada bersamaan pada suatu kasus. Pengertian mati mendadak sebenarnya berasal dari sudden unexpected natural death yang didalamnya terkandung kriteria penyebab yaitu natural (alamiah, wajar). Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu kematian alamiah yang terjadi tanpa diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan kematian mendadak dengan terminologi “sudden natural unexpected death”(Hakim, 2010). Sedangkan menurut Baradero (2008), mati mendadak mengandung pengertian kematian yang tidak terduga, dalam kurun waktu kurang dari 1 jam atau dalam waktu 24 jam. Sering mati mendadak terjadi dalam beberapa menit, sehingga tidak ada yang menyaksikan atau tidak sempat mendapat pertolongan sama sekali.

2.2 Epidemiologi Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam penyebab kematian mendadak, dengan kecenderungan kematian mendadak lebih besar pada laki-laki. Penyakit jantung dan pembuluh darah secara umum menyerang laki-laki lebih sering dibanding perempuan dengan perbandingan 7:1 sebelum menopause dan menjadi 1:1 setelah perempuan menopause. Di Indonesia, seperti yang dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% pada tahun 1975 menjadi 9,1% pada tahun 1981, 16,0% pada tahun 1986 dan 19,0% pada tahun 1995. 2.3; Penyebab.3

Secara garis besar penyebab kematian mendadak adalah karena trauma, keracunan dan penyakit. Insiden kematian mendadak akibat trauma dan keracunan lebih kurang sekitar 2530%, sementara penyakit merupakan penyebab tersering dari terjadinya kematian mendadak 5

dengan persentase mencapai 60-70%. Penyakit yang menjadi penyebab mati mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh, yaitu sistem susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem haemopoietik dan sistem endokrin. Dari sistem-sistem tersebut, yang paling banyak menjadi penyebab kematian adalah sistem kardiovaskular, dalam hal ini penyakit jantung. A; Sistem Kardiovaskular

Mati mendadak adalah kematian yang tidak terduga, nontraumatis, non self inslicted fatality, yang terjadi dalam waktu 24 jam sejak awal gejala. Berdasarkan definisi ini maka penyakit jantung (sudden cardiac death) merupakan 60 % dari keseluruhan kasus. Jika yang dianggap mati mendadak adalah kematian yang terjadi satu jam sejak timbulnya gejala, maka sudden cardiac death merupakan 91% dari semua kasus mati mendadak. Sudden Cardiac Death adalah kematian tidak terduga karena penyakit jantung, yang didahului dengan gejala maupun tanpa gejala yang terjadi 1 jam sebelumnya. Lebih dari 50% penyakit kardiovaskular adalah penyakit jantung iskemik akibat sklerosis koroner. Urutan berikutnya adalah miokarditis, kelainan katup, refleks viserovagal, hipersensitivitas karotid, sinkope vasovagal, ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit. ; Penyakit jantung iskemik Penyakit arteri koronaria merupakan penyebab paling banyak kematian mendadak. Penyempitan dan oklusi koroner oleh atheroma adalah yang paling sering ditemukan. Terjadinya sklerosis koroner dipengaruhi oleh faktor-faktor makanan (lemak), kebiasaan merokok, genetik, usia, jenis kelamin, ras, diabetes mellitus, hipertensi, stress psikis, dan lain-lain. Kematian lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Sklerosis ini sering terjadi pada ramus descendens arteri koronaria sisnistra, pada lengkung arteri koronaria dekstra, dan pada ramus sirkumfleksa arteri koronaria sisnistra. Lesi tampak sebagai bercak kuning putih (lipidosis) yang mula-mula terdapat di intima, kemudian menyebar keluar lapisan yang lebih dalam. Kadang-kadang dijumpai perdarahan subintima atau ke dalam lumen. Adanya sklerosis dengan lumen menyempit hingga pin point sudah cukup untuk menegakkan diagnosis iskemik, karena pada kenyataannya tidak semua kematian koroner disertai kelainan otot jantung. ; Infark miokard Infark miokard adalah nekrosis jaringan otot jantung akibat insufisiensi aliran darah yang terjadi karena spasme atau sumbatan akibat sklerosis dan thrombosis. Infark miokard adalah patologik (gejala klinisnya bervariasi, bahkan kadang tanpa gejala apapun), sedangkan infark miokard akut adalah pengertian klinis (dengan gejala diagnosis tertentu). Sumbatan pada ramus descendent arteria koronaria sinistra dapat menyebabkan infark di daerah septum bilik bagian depan, apeks, dan bagian depan pada dinding bilik kiri. 6

Sedangkan infark pada dinding belakang bilik kiri disebabkan oleh sumbatan bagian arteria koronaria dekstra. Gangguan pada ramus sirkumfleksa arteria koronaria sinistra hanya menyebabkan infark di samping belakang dinding bilik kiri. Suatu infark yang bersifat dini akan bermanifestasi sebagai daerah yang berwarna gelap atau hemoragik. Sedangkan infark yang lama tampak berwarna kuning padat. Kematian dapat terjadi dalam beberapa jam awal atau hari setelah infark dan penyebab segeranya adalah fibrilasi ventrikel. Penyebab lain dari kematian mendadak setelah onset dari infark adalah ruptur dinding ventrikel pada daerah infark dan kematian akibat tamponade jantung. Penyakit Katup Jantung Lesi katup sering ditemukan pada kasus-kasus kematian mendadak dan tampak pada banyak kasus dapat ditoleransi dengan baik hingga akhir hidup. Suatu lesi katup spesifik yang terjadi pada kelompok usia lanjut adalah stenosis aorta kalsifikasi (sklerosis anular), yang tampak sebagai degenerasi atheromatosa daun katup dan cincinnya dan bukan suatu akibat dari penyakit jantung rematik pada usia muda. Penyakit katup jantung biasanya mempunyai riwayat yang panjang. Kematian mendadak dapat terjadi akibat ruptur valvula. Kematian mendadak dapat juga terjadi pada stenosis aorta kalsifikasi (calcific aortal stenosis), kasus ini disebabkan oleh penyakit degenerasi dan bukan karditis reumatik. Penyakit ini lebih banyak pada pria dibanding wanita dan timbul pada usia sekitar 60 tahun atau lebih. ;

Miokarditis Miokarditis adalah radang pada miokardium yang ditandai dengan adanya proses eksudasi dan sebukan sel radang. Miokarditis akut dapat berupa miokarditis akut purulenta yang merupakan komplikasi dari septikemia atau abses miokard. Miokarditis biasanya tidak menunjukkan gejala dan sering terjadi pada dewasa muda. Diagnosis miokarditis pada kematian mendadak hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi. Otot jantung harus diambil sebanyak dua puluh potongan dari dua puluh lokasi yang berbeda untuk pemeriksaan ini. Pada pemeriksaan histopatologik tampak peradangan interstisial atau parenkim, edema, perlemakan, nekrosis, degenerasi otot hingga miolisis. Infiltrasi leukosit berinti tunggal, plasmosit dan histiosit tampak jelas. ;

Hipertoni Hipertoni ditegakkan dengan adanya hipertrofi otot jantung disertai dengan adanya tanda-tanda dekompensasi, sklerosis pembuluh perifer serebral status lakunaris pada gangglia basalis, sklerosis arteria folikularis limfa dan arteriosklerosis ginjal. Hipertrofi miokardium dapat terjadi pada hipertensi, penyakit katup jantung, penyakit paru-paru

;

7

yang kronik atau oleh karena keadaan yang disebut kardiomiopati atau idiopati kardiomegali. Satu atau kedua sisi jantung. Penyakit Arteri Sebagai penyebab kematian mendadak, satu-satunya penyakit arteri yang penting adalah yang dapat menjadi aneurisma, sehingga mudah ruptur. Aneurisma paling sering terjadi di aorta thoracalis dan aneurisma atheromatous pada aorta abdominalis, yang biasanya terjadi pada laki-laki berusia di atas lima puluh tahun. Akibat dari ruptur aneurisma tergantung pada lokasi ruptur. Jika ruptur terjadi pada aneurisma aorta ascenden, maka mungkin akan masuk ke dalam paru-paru, rongga pleura, medistinum, bahkan trakhea, bronkus, dan esophagus. Ruptur pada aorta thoracalis pars descendent biasanya selalu ruptur ke cavum pleura. Pada aorta pars abdominalis ruptur biasanya terjadi sedikit di atas bifucartio. Jika aneurisma juga melibatkan arteri-arteri iliaca, maka ruptur akan terjadi di sekitar pembuluh darah tersebut. Perdarahan biasanya retroperitoneal dan kolaps mendadak bisa terjadi. Ruptur mungkin ke arah rongga retroperitoneal atau kadang-kadang sekitar kandung kemih dan diagnosis baru dapat diketahui setelah autopsi. Selain ruptur aneurisma, mati mendadak karena kelainan aorta juga disebabkan oleh koarktasio aorta, meskipun biasanya berakibat terjadinya ruptur dan deseksi. Kematian terjadi beberapa jam atau hari setelah gejala muncul. Gejala atau keluhan yang paling sering muncul pada umumnya adalah rasa sakit.

;

B; Sistem Respirasi

Kematian biasanya melalui mekanisme perdarahan, asfiksia, dan atau pneumothoraks. Perdarahan dapat terjadi pada tuberkulosis paru, kanker paru, bronkiektasis, abses, dan sebagainya. Sedangkan asfiksia terjadi pada pneumonia, spasme saluran napas, asma, dan penyakit paru obstruktif kronis, aspirasi darah atau tersedak. ; Perdarahan saluran napas Mati mendadak yang terjadi pada orang yang tampak sehat akibat sistem pernapasan jarang ditemukan. Kematian dapat terjadi disebabkan karena perdarahan yang masuk ke dalam saluran pernapasan, misalnya akibat pecahnya pembuluh vena tuberkulosis, neoplasma bronkus, bronkiektasis, atau abses paru-paru. Penyebab utama dari sistem ini adalah perdarahan, yakni karena perdarahan yang cukup banyak atau masuknya perdarahan ke dalam paru-paru. Di dalam autopsi akan ditemukan adanya darah, trachea, bronkus, atau saluran napas yang lebih dalam lagi. Perdarahan dapat muncul dari lesi inflamasi pada daerah nasopharing. Beberapa kasus dapat juga berasal dari arteri carotis.

8

Perdarahan yang lain dapat berasal dari karsinoma di daerah esophagus atau jaringan sekitarnya. Aneurisma aorta dapat juga ruptur ke arah bronkus atau esophagus. Bronkiektasis Bronkiektasis adalah pelebaran dari lumen bronkus. Biasanya lokal dan permanen. Ektasis terjadi akibat adanya kerusakan dinding bronkus. Kerusakan dinding tersebut dapat disebabkan oleh penyakit paru-paru. Jadi, bronkiektasis bukan merupakan suatu penyakit yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu akibat dari penyakit paru-paru. Pelebaran dinding bronkus diikuti dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan pelebaran pembuluh darah. Ulserasi dari dinding ektasis akan menimbulkan perdarahan ke dalam lumen bronkus yang dapat berakibat kematian. Gambaran fisik muncul akibat adanya hipoksia dan perdarahan yang tampak pada hemoptisis. Penting untuk dilakukan pemeriksaan patologi anatomi jaringan paru-paru untuk memastikan diagnosis adanya bronkiektasis pada kasus mati mendadak yang dicurigai karena perdarahan paru-paru.

;

Abses paru Abses paru adalah lesi paru yang berupa supurasi dan nekrosis jaringan. Abses dapat timbul akibat luka karena trauma paru, perluasan abses subdiafragma, dan infark paruparu yang terinfeksi. Karena penyebab terbanyak adalah infeksi, maka mikroorganisme yang menyebabkan abses merupakan organisme yang terdapat di dalam mulut, hidung, dan saluran napas. Macam-macam organisme tersebut misalnya kuman kokus (streptococcus, staphylococcus), basil fusiform, basil anaerob dan aerob, spyrochaeta, proteus dan lain sebagainya. Patologi terjadinya abses diawali dengan kuman yang teraspirasi ke dalam saluran napas sampai di bronkus dan bronkiolus. Kemudian infeksi menyebar ke parenkim paru. Terjadi pembentukan jaringan granulasi yang mengelilingi lokasi infeksi. Dapat terjadi perluasan ke pleura, sehingga pus dan jaringan nekrotik dapat keluar ke rongga pleura. Abses tanpa pengobatan yang kuat dapat menjadi kronis.

;

Pneumothorax Pneumothoraks adalah adanya udara di dalam rongga pleura. Banyak terjadi pada dewasa tua, sekitar usia 40 tahun dan lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita. Penyakit dasar penyebab pneumothoraks adalah tuberkulosis paru, emfisema, dan bronkhitis kronis. Pneumothoraks berulang dengan menstruasi pada wanita disebabkan oleh adanya pleura endometrosis (katamenial pneumothoraks). Spontan pneumothoraks dapat terjadi sebagai penyebab kematian. Umunya terjadi karena ruptur daru bulla emfisema.

;

9

Pneumothoraks juga dapat terjadi akibat pecahnya kaverna sehingga berfungsi sebagai pentil udara (ventil pneumothoraks). Penderita menderita sesak napas yang berat, tekanan intrapleural meningkat sangat tinggi, terjadi kolaps paru dan penekanan pada mediastinum, termasuk jantung, venous return juga terganggu. Akibatnya selain terjadi gangguan pernapasan juga terjadi gangguan pada sirkulasi jantung yang berakibat pada kematian. Obstruksi Saluran Napas Obstruksi respiratori akut dari laring dapat disebabkan oleh neoplasma, edema glotis akut yang disebabkan oleh alergi (angioneurotic inflammatory edema), atau peradangan lokal (streptococcal atau staphylococcal inflammatory glottis oedema), juga dapat disebabkan oleh laryngitis difteri.

;

Asma Bronkial Mati mendadak dapat juga terjadi pada saat serangan asma bronkial. Patogenesis dari asma bronkial yang khas adalah adanya penyempitan sampai obstruksi dari bronkus kecil pada tahap inspirasi dan ekspirasi. Penyempitan itu disebabkan oleh spasme otot polos bronkus, edema mukosa bronkus dan sekresi kelenjar bronkus meningkat. Pada autopsi, penderita asma bronkial yang meninggal didapatkan perubahan-perubahan sebagai berikut :  Perubahan patologis  Overdistensi dari kedua paru  Paru tidak kolaps waktu cavum pleura dibuka.  Dalam bronkus sampai bronkus terminalis didapatkan gumpalan eksudat yang menyerupai gelatin.  Perubahan histopatologis.  Hispertrofi otot bronkus.  Edema mukosa bronki.  Kerusakan epitel permukaan mukosa.  Penebalan nyata dari membran basalis.  Infiltrasi eosinofil dalam dinding bronkus. Akibat lanjut dari sumbatan saluran napas pada asma bronkial adalah menurunnya tekanan parsial oksigen di alveoli, sehingga oksigen dalam peredaran darah juga menurun (hipoksemia). Sebaliknya terjadi resistensi karbon dioksida, sehingga kadar karbon dioksida dalam peredaran darah meningkat. Hal ini menyebabkan rangsangan pada pusat pernapasan sehingga terjadi hiperventilasi. Dari pathogenesis terjadinya serangan asma tersebut maka kepastian mati mendadak akibat serangan asma memerlukan pemeriksaan histologi dan biokimia (toksikologi) dengan baik.

;

10

C; Sistem pencernaan

Penyakit pada esofagus dan lambung Kematian mendadak dapat disebabkan oleh varises esophagus. Varises esophagus sering merupakan komplikasi dari sirosis hepatis. Mekanisme terjadinya adalah akibat dari hipertensi portal. Hipertensi portal sendiri dapat disebabkan oleh kelainan intrahepatal (virus hepatitis, sirosis portal, sirosis bilier, tumor primer maupun metastatic hepar, trombosis vena hepatika, amyloidosis hepatika) menyebabkan sirkulasi portal dalam hepar terbendung sehingga tidak lancar, dan sebagai kompensasi maka aliran portal tersebut melalui pembuluh vena lain untuk dapat masuk ke dalam sirkulasi darah. Ulkus peptikum bisa menyebabkan kematian mendadak. Ulkus peptikum merupakan ulkus yang terjadi di mukosa, submukosa, bahkan kadang bisa mencapai lapisan muskuler dari tractus gastrointestinal yang selalu berhubungan dengan asam lambung atau asam klorida. Lokasi ulkus mulai dari bawah esophagus, lambung, dan duodenum bagian atas. Untuk autopsi kematian mendadak oleh karena kasus perdarahan rongga abdomen yang tidak jelas penyebabnya perlu dilakukan pemeriksaan lambung dan usus dengan hati-hati, untuk mencari kemungkinan disebabkan oleh adanya perforasi akibat ulkus peptikum.

;

Penyakit pada usus halus, usus besar dan pankreas Setiap tahun terdapat komplikasi dari peritonitis dan gangrene usus yang menyebabkan kematian. Kondisi lain yang mungkin menyebabkan kematian seperti strangulasi hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, dan volvulus. Kematian mendadak juga dapat terjadi pada perforasi megakolon toksik. Megakolon toksik adalah dilatasi semua bagian dari kolon sampai dengan diameter 6 cm disertai toksisitas sistemik. Megakolon toksik merupakan komplikasi dari setiap inflamasi berat pada kolon, seperti : colitis ulseratif, colitis granulomatosa (Chron’s disease), colitis amubikakolitis pseudomembranosa, colitis salmonella, tifus abdominalis, disentri basiler, kolera, enterokolitis iskemik, infiltrasi limfoma pada kolon, colitis karena clostridium dan campylobacter. Kematian pada megakolon toksik cukup tinggi.

;

D; Sistem saraf pusat

Masalah mati mendadak yang berhubungan dengan penyakit sistem saraf pusat biasanya akibat perdarahan yang dapat terjadi pada epidural, subarakhnoid atau intraserebral. Perdarahan subarachnoid berhubungan dengan ruptur aneurisma. Biasanya terletak pada sirkulus willisi tetapi kadang juga di tempat lain dari arteri serebral. Pada

11

umumnya ruptur arteri karena adanya kelainan congenital pada dinding pembuluh darah, tapi ruptur biasanya akibat degenerasi atheromatous. Pada dewasa muda kematian mendadak karena ada kelainan pada susunan saraf pusat yaitu pecahnya aneurisma serebri yang masih dapat diketahui lokasinya bila pemeriksaan atas pembuluh darah otak (circulus willisi) dikerjakan dengan teliti; dimana pada pemeriksaan akan ditandai dengan adanya perdarahan subaraknoid. Perdarahan subarakhnoid Perdarahan subarachnoid dapat menyebabkan kolaps mendadak dan kematian yang cepat. Tanda-tanda yang muncul seperti sakit kepala, kaku kuduk beberapa hari atau minggu sebelum ruptur yang mematikan tersebut. Bila pada pemeriksaan didapatkan adanya perdarahan subarakhnoid harus dicari sumber perdarahan, hal ini penting untuk menentukan penatalaksanaan yang tepat. Pada aoutopsi diagnosis perdarahan subaraknoid terbukti sendiri. Pada otopsi ditemukan jendalan darah atau lokal-lokal perdarahan pada bagian bawah otak dan lokasi aneurisma sering sukar untuk ditemukan. Multipel aneurisma mungkin terjadi, walaupun tidak umum. Perdarahan akan berwarna merah terang pada perdarahan segar; apabila bertahan beberapa minggu akan berwarna kecoklatan karena hemoglobin mengalami perubahan. Aneurisma tampak pada 85% kasus perdarahan sub arakhnoid spontan namun sisanya tidak menunjukkan adanya aneurisma. Hal ini mungkin karena destruksi aneurisma kecil ketika ruptur. Pencarian akan adanya aneurisma kecil pada otopsi mungkin sulit karena adanya lapisan tebal dari bekuan darah yang terjebak antara selaput otak dan pembuluh darah.

;

Perdarahan intracerebral. Perdarahan intraserebral, kematian terjadi setelah beberapa jam, pasien tampak kembali baik kemudian akhirnya kolaps. Kolaps mendadak berhubungan dengan ruptur dari ventrikel lateral. Biasanya disertai dengan adanya hipertensi lama pada pasien. Terjadi lebih sering pada laki-laki ketika beraktivitas dibandingkan dengan saat beristirahat. ;

E; Penyakit sistem urogenital

Sistem urinari jarang menimbulkan kematian mendadak, meskipun pada beberapa kondisi misalnya pada pasien dengan uremia fase terminal atau dengan koma kejang dapat terjadi mati mendadak. Pada sistem genitalia harus dipkirkan adanya perdarahan yang sering terjadi pada pasien wanita usia subur. Sering terjadi ruptur tuba pada kehamilan ektopik terganggu

12

sehingga menyebabkan perdarahan intraperitoneal yang berujung pada kematian. Hal ini harus dicegah dengan intervensi tindakan bedah secepatnya. 2.4; Pemeriksaan penunjang

Berhadapan dengan kasus kematian mendadak, autopsi harus dilakukan dengan amat teliti, pemeriksaan histopatologik merupakan suatu keharusan. Sampel diambil dari semua organ yang dianggap terlibat dengan perjalanan penyakit hingga menyebabkan kematian, juga kelainan pada organ yang tampak segcara makroskopik, walau mungkin kelainan tersebut tidak berhubungan langsung dengan penyebab kematian. Sebaiknya setiap jenis organ dimasukkan pada wadahnya sendiri, menghindari bias pembacaan mikroskopik. Eksisi sampel organ haruslah mencakup daerah yang normal dan daerah yang kita curigai secara mikroskopik terjadi proses patologik. Informasi mengenai temuan-temuan pada autopsi perlu disertakan dalam permintaan pemeriksaan histopatologi, sehingga dokter ahli patologi dapat melakukan tugasnya dengan maksimal. Pada autopsi kasus yang diduga kematian mendadak, hampir selalu harus dilakukan pemeriksaan toksikologi. Tanpa pemeriksaan toksikologi, penegakan sebab kematian menjadi kurang tajam. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toksikologi beragam sesuai dengan kecurigaan jenis racun pada kasus secara individual. Sampel yang dapat diambil untuk analisa toksikologi secara rutin adalah : a; Darah b; Urin: 20-30 ml urine dimasukkan ke dalam kontainer kosong, kecuali bila ada penundaan pemeriksaan, dapat dimasukkan sodium azide. c; Muntahan atau isi lambung: muntahan dapat dimasukkan ke dalam kantung plastik yang dapat ditutup rapat, pada autopsi isi lambung dapat dimasukkan ke dalam wadah yang sama dengan membuka kurvatura minor dengan gunting. Laboratorium tertentu juga akan meminta sampel dinding lambung karena bubuk atau debris tablet dapat melekat pada lipatan lambung dengan konsentrasi yang tinggi. d; Feses: isi rektum umumnya tidak diperlukan untuk analisa kecuali ada kecurigaan keracunan logam berat, sampel sebanyak 20-30 gram dapat dimasukkan ke dalam wadah yang dapat tertutup rapat. e; Liver dan organ lain: hati dapat diperiksa secara utuh untuk analisa toksikologi, bila hanya sebagian hati yang diambil sebagai sampel (100gram) maka berat total hati harus dicantumkan dalam lembar permintaan pemeriksaan. Pada penyalahgunaan bahan pelarut seperti pada penghirup lem, bahan kimia peracun umumnya dapat ditemukan dalam darah. Laboratorium dapat membantu bila kita dapat memberikan sampel paru secara utuh agar gas yang terperangkap dalam

13

paru dapat dianalisa. Pada keadaan ini paru dimasukkan ke wadah kedap udara seperti kantung nilon atau kantung polyvinyl klorida. f; Potongan rambut dan kuku: pada keracunan logam berat sebagian rambut dapat dipotong atau dicabut beserta akarnya, bersama dengan potongan kuku karena logam berat ini mengendap pada kuku dan dapat dianalisa dengan analisa aktivasi neutron untuk melihat hubungan pertumbuhan rambut dan paparan racun. Paparan racun yang paling baru akan terlihat paling dekat dengan akar atau pangkal kuku. 2.5 Kepentingan Autopsi Forensik Mati mendadak sampai saat ini mungkin masih dianggap sebagai peristiwa yang wajar, baik oleh masyarakat maupun pihak penyidik atau kepolisian. Sehingga kasus mati medadak tidak dimintakan autopsi. Kondisi tersebut sangat merugikan, mengingat kemungkinan kematian mendadak tersebut terdapat unsur kriminalnya, atau kematian tersebut berhubungan dengan kelalaian perbuatan orang lain. Kasus mati mendadak yang tidak terduga sering menimbulkan pertanyaan. Kecurigaan adanya ketidakwajaran sering muncul dalam pikiran orang. Berbagai pertanyaan muncul dalam benak masing-masing orang tentang korban yang mati mendadak tersebut. Pada kasus kematian mendadak, sangat perlu mendapat perhatian keadaan korban sebelum kematian. Keadaan lingkungan tempat kejadian perkara juga harus diperhatikan. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan :  Kematian terjadi pada saat seseorang melakukan aktivitas fisik maupun emosional dan disaksikan oleh orang lain, misalnya sedang berolahraga, melakukan ujian, dan lain sebagainya.  Jenazah dalam keadaan mencurigakan, misalnya korban tanpa kelainan apa-apa dengan dengan pakaian rapi ditemukan meninggal, atau meninggal di tempat tidur sendirian. 2.6 Aspek medikolegal Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan melakukan suatu tindakan atau usaha agar tindak kejahatan yang dilakukanya tidak diketahui baik oleh keluarga, masyarakat dan yang pasti adalah pihak penyidik (polisi), salah satu modus operandus yang bisa dilakukan adalah dengan cara membawa jenazah tersebut ke rumah sakit dengan alasan kecelakaan atau meninggal di perjalanan ketika menuju ke rumah sakit (Death on Arrival) dimana sebelumnya korban mengalami serangan suatu penyakit (natural sudden death). Pada kondisi diatas, dokter sebagai seorang profesional yang mempunyai kewenangan untuk memberikan surat keterangan kematian harus bersikap sangat hati-hati dalam mengeluarkan dan menandatangani surat kematian pada kasus kematian mendadak (sudden 14

death) karena dikhawatirkan kematian tersebut setelah diselidiki oleh pihak penyidik merupakan kematian yang terjadi akibat suatu tindak pidana. Kesalahan prosedur atau kecerobohan yang dokter lakukan dapat mengakibatkan dokter yang membuat dan menandatangani surat kematian tersebut dapat terkena sanksi hukuman pidana. Ada beberapa prinsip secara garis besar harus diketahui oleh dokter berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu:    

Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda kekerasan yang signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan kematian ? Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang mengarah pada keracunan ? Apakah korban merupakan pasien (contoh: penyakit jantung koroner) yang rutin datang berobat ke tempat praktek atau poliklinik di rumah sakit ? Apakah korban mempunyai penyakit kronis tetapi bukan merupakan penyakit

tersering penyebab natural sudden death ? Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada kematian yang tidak wajar berdasarkan kriteria tersebut, maka dokter yang bersangkutan harus melaporkan kematian tersebut kepada penyidik (polisi) dan tidak mengeluarkan surat kematian. 2.7 Autopsi Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. Beberapa kondisi yang mendukung untuk dilakukannya autopsi pada kasus mati mendadak, yaitu: ; Jika jenazah ditemukan dalam keadaaan yang mencurigakan, seperti ditemukan adanya tanda kekerasan. Kadang kematian mendadak yang disebabkan penyakit dapat dipacu oleh adanya kekerasan yang disengaja tanpa meninggalkan tanda pada tubuh korban. Umur korban juga memegang peranan penting dalam menentukan, apakah korban perlu dilakukan autopsi atau tidak. Mati mendadak jarang terjadi pada usia muda, jadi kecurigaan adanya unsur kriminal perlu lebih diperhatikan dibanding pada orang tua. ; Autopsi dilakukan atas permintaan keluarga, yang ingin mengetahui sebab kematian korban. ; Autopsi dilakukan untuk kepentingan asuransi. Kematian mendadak yang tidak mendatangkan kecurigaan pada prinsipnya tidak perlu dilakukan autopsi. Baru jika penyidik merasa ada kecurigaan atau tidak mampu untuk 15

menentukan adanya kecurigaan mati tidak wajar, maka dokter sebetulnya mutlak untuk melakukan pemeriksaan di tempat kejadian yang sebenarnya. Pada autopsi kasus yang diduga kematian mendadak, hampir selalu pemeriksaan toksikologi harus dilakukan. Tanpa pemeriksaan toksikologi, penegakan sebab mati menjadi kurang tajam.

BAB III: KESIMPULAN Kematian mendadak dalam aspek forensik selalu dianggap tidak wajar sampai dibuktikan merupakan kematian wajar. Untuk menentukan sebab kematian perlu dilakukan autopsi yang dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang.

DAFTAR PUSTAKA 1; Abdum Mun’im. Kematian Mendadak. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.

Edisi Pertama. Binarupa Aksara; Hal 209-13. 2; Ilmu Kedokteran Forensik 3; Shepherd R. Simpson’s Forensic Medicine. 12th Ed. London: St George’s Medical and Dental School, 2003. Hal 120-27

16

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF