2011-2-00286-SP Bab4001

November 22, 2017 | Author: Rizky Ramdhani | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

2011...

Description

47

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Hasil Pengumpulan Data Data-data yang diasumsikan dalam penelitian ini adalah geometri struktur, jenis

material, dan properti penampang I girder dan T girder. Berikut adalah data jembatan :

Gambar 4.1 Denah Jembatan Multi Girder

Gambar 4.2 Tampak dan Potongan Memanjang Jembatan

48

Tabel 4.1 Data Jembatan Uraian

Notasi

Dimensi

Panjang balok prategang

L

40 m

Jarak antara balok prategang

s

1.8 m

Tebal plat lantai jembatan

h0

0.2 m

Tebal aspal

ha

0.05 m

Tabel 4.2 Specific Gravity Jenis Bahan Beton bertulang Beton Prategang Beton Aspal Air Hujan

Berat (kN/m³) 25,0 25,5 24,0 22,0 9,8

4.1.1. Geometri Struktur Dalam penelitian ini, panjang bentang memanjang yang di analisa adalah 40 m. Sedangkan lebar jembatan arah melintang adalah 5,4 m. Banyak nya gelagar yang di analisa pada potongan melintang arah jembatan sebanyak 4 buah dengan jarak antar girder yaitu 1,8 m. Berikut ini adalah sketsa layout dari geometri jembatan, jembatan arah memanjang, melintang, beserta tampak perspektif. a.

I girder Struktur jembatan yang digunakan dalam penelitian ini dengan bentang 40 m Berikut ini adalah geometri dan data girder tengah bentang yaitu I-girder

49

b2 h6 h5 h4

h3

H

h2 h1 b1 Gambar 4.3 Sketsa Penampang I Girder Jembatan Tabel 4.3 Data I Girder

b.

H (mm)

2150

h1 (mm)

300

h2 (mm)

250

h3 (mm)

110

h4 (mm)

150

h5 (mm)

100

h6 (mm)

200

b1 (mm)

700

b2 (mm)

1600

T girder T girder terletak pada tumpuan struktur jembatan dan memiliki geometri dan data seperti berikut ini :

50

b2 h3 h2

H h1

b1 Gambar 4.4 Sketsa Penampang T Girder Jembatan Tabel 4.4 Data T Girder H (mm)

2150

h1 (mm)

1850

h2 (mm)

100

h3 (mm)

200

b1 (mm)

700

b2 (mm)

1600

A (mm²)

1660000

51

4.1.2

Beton Girder Prategang dan Slab Lantai Jembatan

Pada tabel di bawah akan ditunjukkan perhitungan teknis jembatan terhadap beton girder prategang dan slab lantai jembatan. Berikut adalah spesifikasi beton girder dan slab lantai jembatan : Tabel 4.5 Perhitungan teknis jembatan Mutu beton girder prategang

K-400 = 33,2 MPa

Kuat tekan beton

= 27081,12 MPa

Modulus elastisitas beton

= 0.2

Poisson ratio

= 11283,81 MPa

Modulus geser Koefisien muai panjang beton

Batas ijin lendutan dan tegangan berdasarkan RSNI 2005 tentang Pembebanan Pada Jembatan: Kuat tekan beton pada keadaan awal (saat transfer) : = 0,80

= 26,56 MPa

Tegangan ijin beton pada masa peralihan

:

Tegangan ijin tekan

: 0,60

= - 15,94 MPa

Tegangan ijin tarik

: 0,25

= 1,288 MPa

Tegangan ijin beton pada masa layan :

52

Tegangan ijin tekan

: 0,45

= - 14,94 MPa

Tegangan ijin tarik

: 0,50

= 1,74 MPa

53

4.1.3

Spesifikasi Kabel

Jenis kabel yang digunakan adalah strand 7 dan strand 12 dengan jenis ASTM A-416 grade 270 dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel 4.6 Spesifikasi strands cable standar VSL Strand Type Nominal diameter, d (mm) Nominal cross-section, Ap (mm²) Nominal mass, M (kg/m) Nominal yield strength, fp0,1k (MPa) Nominal tensile strength, fpk (MPa) Specific/min. breaking load, Fpk (kN) Young’s Modulus (GPa) Relaxation after 1000h at 20º and 0,7 Fpk (%)

prEN 10138 – 3 ASTM A 416 – (2006) Y1860S7 06 Grade 270 15,3 15,7 15,24 140 150 140 1,093 1,172 1,102 1636 1640 1676 1860 1860 1860 260 279 260,7 Approx. 195 Max. 2,5

Sumber : VSL

4.2

Menghitung Pembebanan pada Balok Prategang

4.2.1

Penentuan Lebar Efektif Lantai

Gambar 4.5 Lebar Efektif Lantai Lebar efektif plat (Be) diambil nilai terkecil dari : L/4 = 10 m,

s = 1,80 m,

12 h0 = 2,40 m

Diambil lebar efektif plat lantai

Be = 1,80 m

54

Kuat tekan beton plat

:

= 33,2 MPa

Kuat tekan beton plat

:

= 33,2 MPa

Modulus elastisitas plat: = 27,08 MPa

Modulus elastisitas balok prategang : = 31,90 MPa

Nilai perbandingan modulus elastisitas plat dan balok Lebar pengganti beton plat lantai jembatan :

4.2.2

= 0,8488 = 1,55 m

Penampang Balok Prategang

Berikut adalah perhitungan penampang balok pada tengah bentang yaitu struktur Igirdernya.

1600 200 100 150

1550

2150

250 300

700

55

Gambar 4.6 Sketsa Penampang I Girder Jembatan

56

Tabel 4.7 Momen inersia balok prategang Dimensi

NO

1 2 3 4 5 6 7

Jarak Luas Terhadap Tampang Alas Lebar Tinggi A (m²) y (m) b (m) h (m) 1,600 0,575 0,450 0,100 0,250 0,225 0,700

0,20 0,10 0,10 0,15 1,55 0,25 0.30

0,32000 0,05750 0,04500 0,01500 0,38750 0,05625 0,21000 1,09125

2,050 1,917 1,900 1,800 0,950 0,383 0,150

Titik berat penampang terhadap alas balok (yb)

Momen Inersia A y²

Statis Momen A y

(

(m³) 0,656000 0,110228 0,085500 0,027000 0,368125 0,021544 0.031500 1,299897

Momen Inersia Io ( )

)

1,344800 0,211306 0,162450 0,048600 0,349719 0,008251 0.004725 2,129851

0,0010666670 0,0000159722 0,0000375000 0,0000093750 0,0775807292 0,0000976563 0,0015750000 0,0803830000

= 1,299897/1,09125 = 1,19 m

Titik berat penampang terhadap sisi atas balok (ya) = h – yb Momen inersia terhadap alas balok (Ib)

= 2,2

Momen inersia terhadap titik berat balok (Ix)

= 0,654

Tahanan momen sisi atas (Wa)

= 0,681 m³

Tahanan momen sisi bawah (Wb)

= 0,55 m³

= 0,96 m

57

4.2.3

Penampang Balok Prategang dan Plat Lantai 1800 200 200 100 150

1550

2150

250 300 700 1600 ]Gambar 4.7 Sketsa Penampang I Girder Jembatan dengan Plat Lantai Pada tabel berikut merupakan perhitungan manual penampang balok prategang struktur I-girder dengan plat lantai (komposit). Tabel 4.8 Momen inersia balok prategang dan plat lantai (komposit) Dimensi NO

0 1 2 3 4

Lebar b (m)

Tinggi h (m)

Luas Tampang A (m²)

1,800 1,600 0,575 0,450 0,100

0,20 0,20 0,10 0,10 0,15

0,36000 0,32000 0,05750 0,04500 0,01500

Jarak Terhadap Alas y (m)

Statis Momen A y (m³)

2,250 2,050 1,917 1,900 1,800

0,810000 0,656000 0,110230 0,085500 0,027000

Momen Inersia A y² (

Momen Inersia Io ( )

)

1,822500 1,344800 0,211306 0,162450 0,048600

0,0012000000 0,0010666670 0,0000159722 0,0000375000 0,0000093750

58

5 6 7

0,250 0,225 0,700

1,55 0,25 0,30

0,38750 0,950 0,05625 0,383 0,21000 0,150 1,45125 Titik berat penampang terhadap alas balok (ybc)

0,368125 0,349719 0,021544 0,008251 0,031500 0.004725 2,109897 3,952351 = 1,45 m

Titik berat penampang terhadap sisi atas balok (yac)

= 0,90 m

Momen inersia terhadap alas balok (Ibc)

= 4,0034

Momen inersia terhadap titik berat balok (Ixc)

= 0,952

Tahanan momen sisi atas plat (Wac)

= 1,0578 m³

Tahanan momen sisi atas balok (W’ac)

= 1,360 m³

Tahanan momen sisi bawah balok (Wbc)

= 0,6566 m³

4.2.4

0,0775807292 0,0000976563 0,001575000 0,081583000

Pembebanan Balok Prategang

Perhitungan kemudian dilanjutkan dengan menghitung beban – beban yang terdapat pada jembatan yang ditunjukkan pada tabel –tabel di bawah. a.

Berat sendiri jembatan Tabel 4.9 Beban, Gaya dan Momen berat sendiri jembatan

No 1 2 3

Jenis beban berat sendiri Balok Prategang Plat Lantai Diafragma

Lebar Tebal b h (m) (m)

1,8

0,20

Luas Berat sat. w A (m²) (kN/m³)

0,37

25,00 Total

b.

Beban Qms (kN/m)

Geser Vms (kN)

Momen Mms (kNm)

27,51

550,16

5501,60

9 6,08 42,59

180 121,69 851,85

1800 1216,88 8518,48

Beban mati tambahan (MA) Tabel 4.10 Perhitungan beban, gaya geser, dan momen beban mati tambahan No

Jenis beban berat

Lebar b

Tebal h

Luas A

Berat sat. W

Beban QMA

Geser VMA

Momen MMA

59

1 2

c.

sendiri Aspal beton Plat Lantai

(m) 1,8 1,8

(m) 0,05 0,025

(m²) 0,09 0,045

(kN/m³) (kN/m) (kN) 22,00 1,98 39,60 9,80 0,441 8,82 Total 2,421 48,42

Beban lajur “D” (TD) Gaya geser dan momen maksimum pada balok akibat beban lajur “D” : VTD = (½

MTD = (1/8

d.

QTD

L) + (1/2

QTD

PTD)

L²) + (1/4

PTD

= 307,44 kN

L) = 3628,8 kN

Gaya rem (TB) Gaya geser dan momen maksimum padsa balok akibat gaya rem : VTB = M/L MTB = ½

e.

= 4,642 kN M = 92,83 kNm

Beban Angin (EW) Gaya geser dan momen maksimum akibat beban angin :

f.

VEW = 1/2

QEW

L = 20,16 kN

MEW = 1/8

QEW

L² = 201,60 kNm

Beban Gempa (EQ) Gaya geser dan momen maksimum akibat beban gempa vertikal :

g.

VEQ = 1/2

QEQ

L = 96,026 kN

MEQ = 1/8

QEQ

L² = 960,26 kNm

Resume Momen dan Gaya Geser pada balok

(kNm) 396 88,2 484,2

60

Tabel 4.11 Momen dan gaya geser pada balok Q P M (kN/m) (kN) (kN.m) 1 Berat balok prategang Balok 27,508 2 Berat plat Plat 9 3 Berat sendiri MS 6,0844 4 Mati tambahan MA 2,421 5 Lajur “D” TD 12,6 110,88 6 Gaya rem TB 185,66 7 Angin EW 1,008 8 Gempa EQ 5,029 Momen maksimum akibat berat balok, Mbalok = 1/8 Qbalok L² = 5501,6 kNm NO

Jenis beban

Kode Beban

Momen maksimum akibat berat plat, Mplat = 1/8

4.2.5

Qplat



Kondisi awal (saat transfer)

Gambar 4.8 Kondisi awal (saat transfer) Ditetapkan jarak titik berat tendon terhadap alas balok, z0 = 0,19 m Eksentrisitas tendon es = yb – z0 = 1,004 m Momen akibat berat sendiri balok, Mbalok = 5501,6 kNm Tegangan di serat atas, 0 = (-Pt/A) + (Pt es/Wa) – (Mbalok/ Wa)

(persamaan 1)

= 1800 kNm

61

Tegangan di serat bawah, 0,6

= (-Pt/A) - (Pt es/Wb) + (Mbalok/ Wb)

(persamaan 2)

Besarnya gaya prategang awal, Dari persamaan 1 :

Pt = Mbalok / (es – (Wa/A)

Dari persamaan 2 : Pt = [(0,6

Wb)+ Mbalok] / [(Wb/A)+ es] = 9412,492 kN

Besar gaya prategang yang diambil,

4.2.6

= 14868,165 kN

Pt = 9412,492 kN

Kondisi akhir

Digunakan kabel yang terdiri dari beberapa kawat baja untaian (strands cable) standar VSL, dengan data sebagai berikut : Tabel 4.12 Spesifikasi strands cable standar VSL Jenis strands Tegangan leleh strand Kuat tarik strand Diameter nominal strand Luas tampang nominal 1 strand Beban putus minimal 1 strand Jumlah kawat untaian (strands cable) Beban putus 1 tendon Modulus elastis strands

7 wire super strands ASTM A-416 grade 270 fpy = 1676000 kPa fpu = 1860000 kPa 0,01524 m Ast = 0,00014 Pbs = 260,7 Kn Dipakai dua jenis strands yaitu 7 dan 12 Pb1 = 3128,4 kN Es = 1,95E+08

Sumber : VSL

Jumlah tendon, nt = 6 tendon a.

Posisi Tendon Tengah Bentang Berikut merupakan letak tendon pada struktur tengah bentang jembatan yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

62

ns4 ns3 ns2 ns1

Gambar 4.9 Posisi tendon tengah bentang Tabel 4.13 Posisi Tendon Tengah Bentang ns ns1 ns2 ns3 ns4 nt

Jumlah tendon 3 1 1 1 6

Jumlah strands 12 12 12 7

Total strands 36 12 12 7 67

Persentase tegangan leleh yang timbul pada baja (% Jacking Force) Po = Pt1 / (0,85

ns

Pbs)

= 63,437% < 80%(OK)

Gaya prategang akibat jacking Pj = Po

b.

ns

Pbs

= 11080,477 kN

Posisi Tendon di Tumpuan Berikut merupakan letak tendon pada struktur tumpuan jembatan yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

63

ns6 ns5 ns4 ns3 ns2 ns1

Gambar 4.10 Posisi tendon di tumpuan Tabel 4.14 Posisi Tendon di Tumpuan ns ns1 ns2 ns3 ns4 ns5 ns6 nt

Jumlah tendon 1 1 1 1 1 1 6

Jumlah strands 12 12 12 12 12 7

Total strands 12 12 12 12 12 7 67

Berikut bentuk pemodelan jembatan single girder dan multi girder beserta kabel prategangnya yang dimodelkan pada MIDAS CIVIL

64

Gambar 4.11 Pemodelan Kabel Prategang Jembatan Single Girder pada MIDAS CIVIL

Gambar 4.12 Pemodelan Kabel Prategang Jembatan Multi Girder pada MIDAS CIVIL 4.2.7

Kehilangan Tegangan (Loss of prestress) pada kabel

a.

Kehilangan tegangan akibat gesekan angkur (anchorage friction) Gaya prategang akibat jacking (jacking force): Pj = 11080,477 kN Kehilangan gaya akibat gesekan angkur diperhitungkan sebesar 3% dari gaya prategang akibat jacking: P0 = 97%

Pj = 10748,063 kN

65

b.

Kehilangan tegangan akibat gesekan kabel (jack friction) Kehilangan prategang akibat gesekan kabel : dengan e = 2,7183

Px = 10182,09 kN c.

Kehilangan tegangan akibat pemendekan elastis (elastic shortening) Kehilangan prategang akibat pemendekan elastis, = 839,66 kN

d.

Kehilangan tegangan akibat pengangkuran (anchoring) Kehilangan prategang akibat pengangkuran = 638,567 kN

e.

P’max = P0 – (

= 10428,78 kN

Pmax = P’max –

= 9588,72 kN

Kehilangan tegangan akibat relaksasi tendon •

Pengaruh susut

= Regangan dasar susut

memanjang terhadap luas tampang balok, p = 0,5%.

50%,

= 0,999 untuk kondisi kering udara dengan kelembaban <

= 0,0006

66

= Koefisien yang tergantung pada pemakaian air semen untuk beton

mutu tinggi dengan faktor air semen w = 0,40 dan cement content = 4,5 kN/m³, = 0,905

= Koefisien yang tergantung tebal teoritis (em),

em = 2

A/K = 0,3785 m

= 1,05

= Koefisien yang tergantung pada luas tulangan baja memanjang non

prategang. Persentase luas tulangan = 0,0005696

Tegangan susut, = 111072 kPa •

Pengaruh rangkak (creep) P initial (keadaan saat transfer) di tengah bentang, Pi = Px -

Pi / (ns

= 9342,43 kN

Pbs) = 53,48% UTS

Tegangan beton di serat atas,

67

= -2989,71 kPa

Tegangan beton di serat bawah, = -15742,60 kPa

Regangan akibat rangkak,

= Koefisien yang tergantung pada kelembaban udara dimana dalam

perhitungan sebelumnya diambil kondisi kering dengan kelembaban udara < 50%, =3

= 0,938

= 0,2

= 0,000264

Tegangan akibat rangkak, = 51480 kPa

= 162552 kPa

= 995942,43 kPa

Besar tegangan terhadap UTS = 53,48% UTS X = 0, Jika

< 50% UTS

68

X = 1, Jika

= 50% UTS

X = 2, Jika

= 70% UTS

X = 1,488 Relaksasi setelah 1000 jam pada 70% beban putus (UTS), c = 2,5% = 31002,124 kPa

Kehilangan prategang jangka panjang =

= 193554,124 kPa

= 1815,54 kN

Gaya efektif di tengah bentang balok, Peff = Pi -

= 7526,89 kN

Kehilangan prategang pada kabel :

= 32,07%

30%

Kontrol tegangan pada tendon baja pasca tarik segera setelah penyaluran gaya prategang Tegangan ijin tendon baja pasca tarik : 0,7

fpu = 1302000 kPa

Tegangan yang terjadi pada tendon baja pasca tarik, = 806278,25 kPa < 0,7fpu (OK)

4.2.8

Tegangan yang terjadi pada penampang balok

69

a.

Keadaan awal (saat transfer) Tegangan beton di serat atas, = -2951,8 kPa

Tegangan beton di serat bawah, = -15936 kPa < -0,8 fc’ (AMAN)

b.

Keadaan setelah kehilangan prategang

Gambar 4.13 Diagram beton kondisi awal Tegangan beton di serat atas, = -3970,39 kPa

Tegangan beton di serat bawah, = -11767,03 kPa < -0,45 fc’ (AMAN)

c.

Keadaan setelah plat lantai setelah dicor (beton muda) Tegangan beton di serat atas, = -6602,35 kPa

70

Tegangan beton di serat bawah, = -7452,09 kPa< -0,45 fc’ (AMAN)

d.

Keadaan setelah plat dan balok menjadi komposit

Gambar 4.14 Diagram beton komposit Eksentristas tendon untuk penampang komposit, e’s = es + (ybc – yb) = 1,2397 m Tegangan beton di serat atas plat, = -3395,55 kPa

Tegangan beton di serat atas balok, = - 3835,98 kPa

Tegangan beton di serat bawah balok, = -6984,33 kPa < -0,45 fc’

(AMAN) 4.2.9

Tegangan yang terjadi pada balok komposit

a.

Tegangan akibat berat sendiri (MS)

71

Gambar 4.15 Diagram balok komposit Tegangan beton di serat atas plat, = - 8490,46 kPa

Tegangan beton di serat atas balok, = - 6645,19 kPa

Tegangan beton di serat bawah balok, = 13190,59 kPa

b.

Tegangan akibat beban mati tambahan (MA) Tegangan beton di serat atas plat, = - 482,61 kPa

Tegangan beton di serat atas balok, = - 377,72 kPa

Tegangan beton di serat bawah balok, = 749,77 kPa

c.

Tegangan akibat susut dan rangkak

72



Tegangan akibat susut beton Eksentrisitas tendon,

e’ = yac – (h0/2) = 0,8203 m

Gaya internal yang timbul akibat susut =0,0005696

= 2,139

= 1718,714 kN

Tegangan beton di serat atas plat, = 2901,42 kPa

Tegangan beton di serat bawah plat, = 3206,82 kPa

Tegangan beton di serat atas balok, = -2337,42 kPa

Tegangan beton di serat bawah plat, = -945,53 kPa



Tegangan akibat rangkak beton

73

Gambar 4.16 Diagram tegangan akibat rangkak balok komposit Residual creep berdasarkan NAASRA Bridge Design dinyatakan dengan persamaan :

= Tegangan pada balok setelah plat lantai selesai dicor (beton muda)

= Tegangan pada balok setelah plat lantai dan balok menjadi komposit

Tabel 4.15 Tegangan akibat rangkak pada beton

Tegangan pada beton Tegangan beton di serat atas plat, fac Tegangan beton di serat bawah plat, f’ac Tegangan beton di serat atas balok, f’ac Tegangan beton di serat bawah balok, fcb •

(kPa) -3395,55 - 3835,98 - 3835,98 -6984,33

(kPa)

-6602,35 -7452,09

(kPa) -2995,55 -3384,10 2440,49 412,66

Superposisi tegangan susut dan rangkak Tabel 4.16 Tegangan akibat susut dan rangkak pada beton

d.

Tegangan pada beton

Susut (kPa)

Rangkak (kPa)

Tegangan beton di serat atas plat, fac Tegangan beton di serat bawah plat, f’ac Tegangan beton di serat atas balok, f’ac Tegangan beton di serat bawah balok, fcb

2901,42 3206,82 -2337,42 -945,53

-2995,55 -3384,10 2440,49 412,66

Tegangan akibat prategang (PR)

Susut dan Rangkak (kPa) -94,13 -177,28 103,07 -532,87

74

Gambar 4.17 Diagram tegangan akibat prategang balok komposit Tegangan beton di serat atas plat, = 3882,04 kPa

Tegangan beton di serat atas balok, = 2236,32 kPa

Tegangan beton di serat bawah balok, = -19876,70 kPa

e.

Tegangan akibat Beban lajur “D” (TD) Tegangan beton di serat atas plat, = - 3616,86 kPa

Tegangan beton di serat atas balok, = - 2830,80 kPa

Tegangan beton di serat bawah balok, = 5619,08 kPa

f.

Tegangan akibat gaya rem (TB) Tegangan beton di serat atas plat,

75

= -92,52 kPa

Tegangan beton di serat atas balok, = -72,42 kPa

Tegangan beton di serat bawah balok, = 143,74 kPa

g.

Tegangan akibat beban angin (EW) Tegangan beton di serat atas plat, = - 200,94 kPa

Tegangan beton di serat atas balok, = - 157,27 kPa

Tegangan beton di serat bawah balok, = 312,17 kPa

h.

Tegangan akibat beban gempa (EQ) Tegangan beton di serat atas plat, = - 957,10 kPa

Tegangan beton di serat atas balok, = - 749,09 kPa

Tegangan beton di serat bawah balok, = 1486,93 kPa

76

i.

Tegangan akibat beban pengaruh suhu (ET) Gaya internal akibat perbedaan suhu, Pt = At

Ebalok

(

Tabel 4.17 Perhitungan gaya dan momen akibat pengaruh suhu

Temperatur

Lebar

Tebal

Luas

b

h

At

(m)

(m)

(m²)

0

1,55

0,2

0,31

15,0

10,0

12,5

1359,74

0,8205

1115,67

1

1,6

0,2

0,32

10,0

8,0

9

1010,59

0,6205

627,07

2

0,575

0,1

0,058

8,0

7,0

7,5

137,57

0,4872

67,02

3

0,45

0,1

0,045

7,0

6,0

6,5

102,64

0,4705

48,29

4

0.1

0,15

0,015

6,0

4,5

5,25

27,64

0,3705

10,24

5

0,25

0,75

0,188

4,5

0

2,25

148,04

0,0455

6,74

No

Atas

Gaya Momen

Bawah

Pt

z (kN.m)

(kg)

Pt

Mt

= 2786,22

Eksentrisitas = ep = Ʃ Mt / Ʃ Pt = 0,673 m Tegangan yang terjadi akibat perbedaan suhu : Tegangan beton di serat atas plat, = - 1388,26 kPa

Tegangan beton di serat atas balok, = - 39,95 kPa

= 1875,03

77

Tegangan beton di serat bawah balok, = - 857,29 kPa

4.2.10 Kontrol Tegangan terhadap Kombinasi Pembebanan Mutu Beton, K-400

Kuat tekan beton,

Tegangan ijin tekan beton,

Fc’ = -14940 kPa

Tegangan ijin tarik beton,

Fc = 174 kPa

fc’ = 33200 kPa

Tabel 4.18 Kombinasi pembebanan untuk tegangan ijin Aksi

Simbol

Kombinasi Pembebanan 1 2 3 4 5

A. Aksi Tetap Berat Sendiri

MS











Beban Mati Tambahan

MA











Susut dan rangkak

SR











Prategang

PR











Beban Lajur “D”

TD











Gaya Rem

TB









B. Aksi Transien

C. Aksi Lingkungan Pengaruh Suhu

ET

Beban Angin

EW

Beban Gempa

EQ



√ √

√ √

Tabel 4.19 Kontrol Kombinasi Tegangan Berat Sendiri (MS) Beban Mati Tambahan (MA) Susut dan rangkak (SR) Prategang (PR) Beban Lajur “D” (TD)

fac (KPa) -8490,46 -482,61 -94,13 3882,04 -3616,86

f'ac (KPa) -6645,19 -377,72 -177,28 2236,32 2830,8

f"ac (KPa) -6645,19 -377,72 -103,07 2236,32 2830,8

fbc (KPa) 13190,59 749,77 -532,87 -19876,7 5619,08

Keterangan

78 Gaya Rem Pengaruh Suhu Beban Angin Beban Gempa

(TB) (ET) (EW) (EQ)

KOMBINASI 1 KOMBINASI 2 KOMBINASI 3 KOMBINASI 4 KOMBINASI 5

-92,52 -1388,26 -200,94 -957,10

-72,42 -39,95 -157,27 -749,09

-72,42 -39,95 -157,27 -749,09

143,74 -857,29 312,17 1486,93

-8894,54 -10282,8 -9095,48 -10483,74 -6142,26

-2205,49 -2245,44 -2362,76 -2402,71 -5712,96

-2131,28 -2171,23 -2288,55 -2328,5 -5638,75

-706,39 -1563,68 -394,22 -1251,51 -4982,28

AMAN AMAN AMAN AMAN AMAN

4.2.11 Lendutan Balok A.

Lendutan pada balok prategang (sebelum komposit) •

Lendutan pada keadaan awal (transfer) = 5/384

(-Qpt1 + Qbalok)

/ (Ebalok

Ix) = -0,0315 m (Ke atas) < L/800

(OK) •

Lendutan setelah kehilangan prategang = 5/384

(-Qpeff + Qbalok)

/ (Ebalok

Ix) = -0,0164 m (Ke atas) <

L/800 (OK) •

Lendutan setelah plat selesai dicor (beton muda) = 5/384

(-Qpeff + Qbalok+plat)

/ (Ebalok

Ix) = -0,00203 m (Ke atas) <

L/800 (OK) •

Lendutan setelah plat dan balok menjadi komposit = 5/384

(-Qpeff + Qbalok+plat)

L/800 (OK) B.

Lendutan pada balok komposit •

Lendutan akibat berat sendiri (MS)

/ (Ebalok

Ixc) = -0,0115 m (Ke atas) <

79

= 5/384 •

Ixc) = 0,0482 m (Ke bawah)

QMA

/ (Ebalok

Ixc) = 0,00274 m (Ke bawah)

Lendutan akibat prategang (PR) = 5/384



/ (Ebalok

Lendutan akibat beban mati tambahan (MA) = 5/384



QMS

-Qpeff

/ (Ebalok

Ixc) = -0,04275 m (Ke atas)

Lendutan akibat susut dan rangkak (SR) -

Lendutan akibat susut = 5/384

-

Qps

/ (Ebalok

Ixc) = 0,000797 m

Lendutan akibat rangkak Lendutan pada balok setelah plat lantai selesai dicor (beton muda) = -0,00203m

Lendutan pada balok setelah plat dan balok menjadi komposit, = -0,0115 m

Lendutan akibat rangkak, = -0,00947 m

Lendutan (superposisi) akibat susut dan rangkak , = -0,008673 m (atas) •

Lendutan akibat beban lajur “D” (TD)

80

= [1/48

PTD

/ (Ebalok

Ixc)] + [5/384

QTD

/ (Ebalok

0,0193 m (bawah) •

Lendutan akibat beban rem (TB) = 0,0642



Ixc) = 0,000647 m (bawah)

Pt

ep

/ (Ebalok

Ixc) = 0,0065 m (bawah)

Lendutan akibat beban angin (EW) = 5/384



/ (Ebalok

Lendutan akibat pengaruh suhu (ET) = 0,0642



MTB

QEW

/ (Ebalok

Ixc) = 0,00114 m

Lendutan akibat beban gempa (EQ) = 5/384

QEQ

/ (Ebalok

Ixc) = 0,0057 m

4.2.12 Kontrol Lendutan terhadap Kombinasi beban Lendutan maksimum yang diijinkan

Tabel 4.20 Kontrol Kombinasi Lendutan (m) Berat Sendiri (MS) Beban Mati Tambahan (MA) Susut dan rangkak (SR) Prategang (PR) Beban Lajur “D” (TD) Gaya Rem (TB) Pengaruh Suhu (ET) Beban Angin (EW) Beban Gempa (EQ)

0,048200 0,002740 -0,008673 -0,042750 0,019300 0,000647 0,006500 0,001140 0,005200

KOMBINASI 1

0,019460

Keterangan

AMAN

Ixc)] =

81

KOMBINASI 2 KOMBINASI 3 KOMBINASI 4

0,026000 0,020600 0,005200

AMAN AMAN AMAN

4.2.13 Kapasitas Momen Balok Modulus elastis baja prategang ASTM A-416 Grade 270,Es

= 195000 kPa

Jumlah total strands,

ns = 67 buah

Luas nominal satu strand,

Ast = 0,00014 m²

Tegangan leleh tendon baja prategang,

fpy = 1676 MPa

Aps = ns

Luas tampang tendon baja prategang

feff = Peff / Aps

Tegangan efektif baja prestress,

Untuk nilai L/H ≤ 35,

) MPa

fps harus ≤ feff + 400 MPa dan harus ≤ 0,8

fpy

Tinggi total balok prategang, H = h + h0 = 2,35 m, L/H = 17,02 < 35 (OK)

fps = feff + 150 + f’c / (100

= 802,44 MPa

= 0,00646

Rasio luas penampang baja prestress,

fps = feff + 150 + f’c / (100

Ast = 0,00938 m²

) = 1003,83 MPa

82

fps = feff + 400 = 1202,44 MPa fps = 0,8fpy = 1340,8 MPa Diambil kuat leleh baja prategang, fps = 1003,83 MPa untuk fc’ ≤ 30 MPa

= 0,85

= 0,85 – (0,05

(fc’ – 30)/7)

untuk fc’ > 30 MPa

harus ≥ 0,65

untuk fc’ = 33,2 MPa, maka nilai

= 0,827

Gaya tarik pada baja prategang, Ts = Aps

fps = 9415,95 kN

Gaya tekan beton, Cc = Ts maka,

a = (Aps

fps)/(

fc’ b) = 0,4899 m

d = 2,16 m lengan gaya, L = d – (a/2) = 1,915 m Momen nominal, Mn = Ts

L = 18031,54 kNm

Momen kapasitas, Mkap = 0,8

16807,47= 14425,23 kNm

83

Gambar 4.18 Diagram momen balok komposit 4.2.14 Momen Ultimit Balok a.

Momen akibat susut dan rangkak Gaya internal akibat susut,

Ps = 1718,714 kN

Eksentrisitas gaya susut terhadap pusat penampang, Momen akibat susut,

Momen akibat rangkak,

Momen akibat susut dan rangkak, b.

e’ = 0,8203 m

MS = -Ps

MR = Peff

(e’s – es) = 1774,09 kNm

MSR = MS + MR = 364,23 kNm

Momen akibat pengaruh suhu Gaya internal akibat susut,

Pt = 2786,22 kN

Eksentrisitas gaya susut terhadap pusat penampang, Momen akibat suhu,

c.

e’ = -1409,86 kNm

ep = 0,673 m

MS = Pt ep = 1875,13 kNm

Momen akibat prategang Gaya prategang efektif,

Peff = 7526,89 kN

Eksentrisitas tendon, Momen akibat prategang,

Tabel 4.21 Resume Momen Balok

e’s = 1,2397 m MPR = -Peff

e’s = -9331,09 kNm

84

Aksi / beban

Faktor Beban Ultimit

M

Momen (kNm)

Momen Ultimit Mu (kNm)

A. Aksi Tetap Berat sendiri

KMS

1,3

MMS

8518,48

KMS MMS

11074,02

Beban mati tambahan

KMA

2,0

MMA

484,2

KMA MMA

968,4

Susut dan rangkak

KSR

1,0

MSR

364,23

KSR MSR

364,23

Prategang

KPR

1,0

MPR

-9331,09

KPR MPR

-9331,09

Beban lajur “D”

KTD

2,0

MTD

3628,8

KTD MTD

7257,6

Gaya rem

KTB

2,0

MTB

92,83

KTB MTB

185,66

Pengaruh suhu

KET

1,2

MET

1875,13

KET MET

2250,156

Beban angin

KEW

1,2

MEW

201,6

KEW MEW

241,92

Beban gempa

KEQ

1,0

MEQ

960,26

KEQ MEQ

960,26

B. Aksi Transien

C. Aksi Lingkungan

Tabel 4.22

Kontrol Kombinasi Momen Ultimit

Momen kapasitas, Mkap = 0,8

16807,47= 14425,23 kNm

Keterangan

Berat Sendiri (MS) Beban Mati Tambahan (MA) Susut dan rangkak (SR) Prategang (PR) Beban Lajur “D” (TD) Gaya Rem (TB) Pengaruh Suhu (ET) Beban Angin (EW) Beban Gempa (EQ)

Mxx (kN.m) 11074,02 968,4 364,23 -9331,09 7257,6 185,66 2250,156 241,92 960,26

KOMBINASI 1 KOMBINASI 2 KOMBINASI 3 KOMBINASI 4

10518,820 12768,976 10760,740 11293,420

AMAN AMAN AMAN AMAN

85

4.3

Perilaku Dinamik pada Jembatan

Analisa perilaku dinamik pada jembatan dilakukan dengan program MIDAS CIVIL dan dihitung kehilangan gaya prategang secara bertahap yaitu sebesar 95%, 90%, 85% sampai dengan 50% Besar gaya prategang yang diberikan terhadap jembatan pada kabel ditunjukkan pada tabel 4.23 berikut : Tabel 4.23 Besar Gaya Prategang Kabel yang Diberikan Terhadap Jembatan % Prategang 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 4.3.1

Besar gaya prategang (kN) 7526,89 7150,55 6774,20 6397,86 6021,51 5645,17 5268,82 4892,48 4516,13 4139,79 3763,45

Perhitungan Frekuensi Alamiah secara Manual

Berikut adalah perhitungan frekuensi alamiah secara manual melalui metode pendekatan. a.

Single girder Pada cara menghitung frekuensi jembatan single girder secara manual perlu dihitung kekakuan kabel dengan menghitung lendutan masing-masing tendon dan gaya yang dihasilkan masing-masing kabel. Dalam rumus (4.1), (4.2), dan (4.3) merupakan rumus untuk menghitung lendutan kabel, gaya yang dihasilkan kabel, dan kekakuan kabel.

86

∆=

............................................................................................................... (4.1)

Fkabel = P sin

..............................................................................................................(4.2)

Kkabel =

.......................................................................................................................(4.3)

Kbalok =

.................................................................................................................(2.33)

kN/m

Ktotal = Kkabel + Kbalok = 8654,297 kN/m Kemudian pada perhitungan massa jembatan single girder dihitung berdasakan rumus (2.32) dan massa yang terdapat pada jembatan single girder adalah massa girder I sendiri, girder T, massa kabel prategang sendiri, dan massa plat lantai jembatan Mtotal =

MgirderI

........................................................................................................ (2.32)

+

MgirderT

+

Mkabel

+

Mplatlantai

=

= 725,625

+ 12,45 + 14,9475 + 182,7 = 935,7225 kN Tabel 4.24 Perhitungan Frekuensi Alamiah pada Jembatan Single Girder

Tendon

P (kN)

Sudut angkur

1 2 3

786,39 1348,10 1348,10

7,1052° 6,1884° 5,2716°

P sin (kN) 97,2699 145,6055 123,8594

∆ (m)

Qkabel (kN/m)

Kkabel (kN/m)

Kbalok (kN/m)

0,12576 0,18826 0,16014

97,2699 145,6055 123,8594

773,4334 773,4334 773,4334

4013,6964

87 4 5 6 Total

b.

1348,10 1348,10 1348,10 7526,89

4,3548° 2,8650° 1,3752°

102,3645 67,3819 32,3537

0,13235 0,08712 0,04183

102,3645 67,3819 32,3537

773,4334 773,4334 773,4334 4640,6

Multi girder Pada cara menghitung frekuensi jembatan multi girder secara manual juga tidak jauh berbeda dengan single girder,yang perlu dihitung terlebih dahulu adalah kekakuan kabel dengan menghitung lendutan masing-masing tendon dan gaya yang dihasilkan masing-masing kabel. Dalam rumus (4.1), (4.2), dan (4.3) merupakan rumus untuk menghitung lendutan kabel, gaya yang dihasilkan kabel, dan kekakuan kabel.

Δ=

.................................................................................................. (4.1)

Fkabel = P sin

...............................................................................................(4.2)

Kkabel =

.........................................................................................................(4.3)

Kbalok =

...................................................................................................(2.33)

kN/m

Ktotal = Kkabel + Kbalok = 34617.19 kN/m

88

Sedikit perbedaan adalah pada perhitungan massa jembatan multi girder, massa tetap dihitung berdasakan rumus (2.32) tetapi massa yang terdapat pada jembatan multi girder lebih banyak dibanding single girder, massa-massa yang terdapat pada jembatan multi girder yaitu massa girder I sendiri, girder T, massa kabel prategang sendiri, massa plat lantai jembatan, dan massa diafragma pada tumpuan dan bentang jembatan Mtotal =

............................................................................................. (2.32)

MgirderI + MgirderT + Mkabel + Mplatlantai + MdiafragmaUjung + MdiafragmaTengah

=

= (4

725,625) + (4

12,45) + (4

14,9475) + (4

182,7) + 48,6 + 46,575

= 3838,065 kN Tabel 4.25 Perhitungan Frekuensi Alamiah pada Jembatan Multi Girder

Tendon

P (kN)

Sudut angkur

1 2 3 4 5 6

786,39 1348,10 1348,10 1348,10 1348,10 1348,10

7,1052° 6,1884° 5,2716° 4,3548° 2,8650° 1,3752°

Total

7526,89

P sin (kN) 97,2699 145,6055 123,8594 102,3645 67,3819 32,3537

∆ (m)

Qkabel (kN/m)

Kkabel (kN/m)

0,12576 0,18826 0,16014 0,13235 0,08712 0,04183

97,2699 145,6055 123,8594 102,3645 67,3819 32,3537

773,4334 773,4334 773,4334 773,4334 773,4334 773,4334 4640,6 4 = 18562,4

Kbalok (kN/m)

16054,79

89

4.3.2

Perhitungan Frekuensi Alamiah dengan Program MIDAS CIVIL

Berikut adalah hasil perhitungan frekuensi alamiah dengan program MIDAS CIVIL untuk single girder dan multi girder pada gaya prategang 100% Tabel 4.26 Hasil Output Frekuensi Alamiah Jembatan Single Girder pada 100% Prategang

Tabel 4.27 Hasil Output Frekuensi Alamiah Jembatan Multi Girder pada 100% Prategang

Nilai hasil frekuensi alamiah secara manual dan menggunakan program MIDAS CIVIL dan hasil momen kapasitas jembatan yang didapatkan ditunjukkan pada tabel 4.21. 4.3.3

Rangkuman Hasil Pengolahan Data

90

Dari cara perhitungan manual dan hasil data yang didapatkan melalui program MIDAS CIVIL didapat hasil data dan kondisi jembatan yang terrangkum pada tabel – tabel di bawah ini Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Frekuensi Alamiah dan Momen Kapasitas Jembatan Gaya prategang (kN) 7526,89 7150,55 6774,20 6397,86 6021,51 5645,17 5268,82 4892,48 4516,13 4139,79 3763,45

Frek. Single girder (Hz) MIDAS MANUAL 0,486849 0,484019 0,475042 0,477486 0,464004 0,470863 0,453697 0,464146 0,444045 0,458655 0,434981 0,450410 0,426448 0,443382 0,418396 0,436241 0,412883 0,428982 0,405508 0,421597 0,398557 0,414081

Frek. Multi girder (Hz) MIDAS MANUAL 0,475579 0,477980 0,463430 0,471529 0,452164 0,464989 0,441677 0,458355 0,431886 0,451623 0,422714 0,444790 0,414101 0,437850 0,405991 0,430799 0,398337 0,423630 0,391098 0,416337 0,384238 0,408915

Momen Kapasitas (kN.m) 14425,23 13920,26 13407,97 12890,36 12367,01 11837,78 11302,58 10761,51 10214,13 9661,53 9102,75

Dari hasil frekuensi yang didapatkan secara perhitungan manual dan MIDAS CIVIL didapatkan persen perbedaan antara frekuensi single girder dan multi girder yang ditampilkan pada tabel 4.27 berikut. Tabel 4.29 Persentase Perbedaan Frekuensi Single Girder dan Multi Girder dari Perhitungan Manual dan MIDAS CIVIL % Prategang

% Perbedaan Single girder

% Perbedaan Multi girder

100 95 90 85 80 75 70 65 60

0,58% 0,52% 1,48% 2,30% 3,07% 3,55% 3,97% 4,26% 3,89%

0,50% 2,84% 3,78% 4,57% 5,22% 5,74% 6,11% 6,35% 6,45%

91

55 50 Rata-rata

3,97% 3,89% 2,86%

6,42% 1,75% 4,52%

Grafik momen kapasitas dan gaya prategang kabel terhadap frekuensi alamiah secara perhitungan manual dan yang didapat dari perhitungan MIDAS CIVIL ditampilkan pada gambar 4.19 sampai 4.22

Gambar 4.19 Perbandingan Momen Kapasitas terhadap Frekuensi Alamiah Single Girder dan Multi Girder Jembatan dari Perhitungan Manual

92

Gambar 4.20 Perbandingan Momen Kapasitas terhadap Frekuensi Alamiah Single Girder dan Multi Girder Jembatan dari Perhitungan MIDAS CIVIL

Gambar 4.21 Perbandingan Gaya Prategang terhadap Frekuensi Alamiah Single Girder dan Multi Girder Jembatan dari Perhitungan Manual

93

Gambar 4.22 Perbandingan Gaya Prategang terhadap Frekuensi Alamiah Single Girder dan Multi Girder Jembatan dari Perhitungan MIDAS CIVIL Dari perbandingan grafik perbandingan momen kapasitas dan gaya prategang kabel terhadap frekuensi yang dihasilkan secara perhitungan manual maupun MIDAS CIVIL dapat disimpulkan bahwa pola penurunan frekuensi yang terjadi adalah linear. Kemudian grafik perbandingan antara gaya prategang kabel terhadap momen kapasitas jembatan dapat dilihat pada gambar 4.23

94

Gambar 4.23 Grafik Perbandingan Gaya Prategang terhadap Momen Kapasitas Jembatan Sebagai perbandingan grafik dihitung persentase penurunan frekuensi yang terjadi dari hasil perhitungan manual dan MIDAS CIVIL. Penurunan frekuensi dihitung dengan rumus berikut: % Penurunan Frekuensi

................................................................(2.41)

Besar frekuensi alamiah dan besar persentase penurunan frekuensi alamiah yang didapatkan ditampilkan pada tabel 4.30 berikut.

95

Tabel 4.30 Frekuensi Alamiah Jembatan dan Besar Persentase Penurunan Frekuensi Frek. Single girder (Hz) % MANUAL turun

Penurunan Prategang (%)

MIDAS

100%

0,486849

-

95%

0,475042

90%

Frek. Multi girder (Hz) % MANUAL turun

% penurunan kapasitas

% turun

MIDAS

% turun

0,484019

-

0,475579

-

0,477980

-

-

2,4%

0,471763

1,4%

0,463430

2,6%

0,465877

1,4%

3,5 %

0,464004

4,7%

0,459181

2,7%

0,452164

4,9%

0,453452

2,7%

7,1 %

85%

0,453697

6,8%

0,446244

4,1%

0,441677

7,1%

0,440676

4,1%

11,0 %

80%

0,444045

8,8%

0,434320

5,4%

0,431886

9,2%

0,427518

5,4%

14,3 %

75%

0,434981

11,0%

0,419173

6,9%

0,422714

11,1%

0,413943

6,9%

21,4 %

70%

0,426448

12,4%

0,404959

8,4%

0,414101

12,9%

0,399907

8,4%

22,3 %

65%

0,418396

14,1%

0,390229

9,9%

0,405991

14,6%

0,385360

9,9%

25,4 %

60%

0,412883

15,2%

0,374920

11,4%

0,398337

16,2%

0,370242

11,4%

29,2 %

55%

0,405508

16,7%

0,358958

12,9%

0,391098

17,8%

0,354480

12,9%

33,0 %

50%

0,398557

18,1%

0,342253

14,4%

0,384238

19,2%

0,337983

14,4%

36,9 %

Dari hasil pada tabel 4.28 dapat diketahui apakah besar penurunan frekuensi dan momen kapasitasnya telah sesuai dengan Pedoman Uji Getar. Berikut pada tabel 4.29 akan ditunjukkan apakah sesuai atau tidak besar penurunan yang terjadi. Tabel 4.31Penyesuaian Kondisi Jembatan dengan Pedoman Uji Getar dari Perhitungan MIDAS CIVIL

SINGLE

MULTI

% Penurunan kapasitas

95%

2,4%

2,6%

3,5 %

% Penurunan frekuensi sesuai Pedoman 0% - 5%

90%

4,7%

4,9%

7,1 %

0% - 5%

0% -10%

SESUAI

85%

6,8%

7,1%

11,0 %

6% - 10%

11% - 20%

SESUAI

80%

8,8%

9,2%

14,3 %

6% - 10%

11% - 20%

SESUAI

75%

11,0%

11,1%

21,4 %

11% - 17%

21% - 34%

SESUAI

70%

12,4%

12,9%

22,3 %

11% - 17%

21% - 34%

SESUAI

65%

14,1%

14,6%

25,4 %

11% - 17%

21% - 34%

SESUAI

60%

15,2%

16,2%

29,2 %

11% - 17%

21% - 34%

SESUAI

55%

16,7%

17,8%

33,0 %

11% - 17%

21% - 34%

SESUAI

50%

18,1%

19,2%

36,9 %

18% - 20%

35% - 40%

SESUAI

Penurunan Prategang (%)

% Penurunan frekuensi

% Penurunan Kapasitas sesuai Pedoman 0% -10%

SESUAI

KET

96

Tabel 4,32 Penyesuaian Kondisi Jembatan dengan Pedoman Uji Getar dari Perhitungan Manual % Penurunan Frekuensi

3,5 %

% Penurunan frekuensi sesuai Pedoman 0% - 5%

% Penurunan Kapasitas sesuai Pedoman 0% -10%

SESUAI

2,7%

7,1 %

0% - 5%

0% -10%

SESUAI

4,1%

4,1%

11,0 %

6% - 10%

11% - 20%

TIDAK SESUAI

80%

5,4%

5,4%

14,3 %

6% - 10%

11% - 20%

TIDAK SESUAI

75%

6,9%

6,9%

21,4 %

11% - 17%

21% - 34%

TIDAK SESUAI

70%

8,4%

8,4%

22,3 %

11% - 17%

21% - 34%

TIDAK SESUAI

Penurunan Prategang (%)

SINGLE

MULTI

% Penurunan kapasitas

95%

1,4%

1,4%

90%

2,7%

85%

KET

65%

9,9%

9,9%

25,4 %

11% - 17%

21% - 34%

TIDAK SESUAI

60%

11,4%

11,4%

29,2 %

11% - 17%

21% - 34%

SESUAI

55%

12,9%

12,9%

33,0 %

11% - 17%

21% - 34%

SESUAI

50%

14,4%

14,4%

36,9 %

18% - 20%

35% - 40%

TIDAK SESUAI

Apabila terdapat ketidaksesuaian antara penurunan frekuensi dengan penurunan kapasitas penampang jembatan maka penilaian kondisi akan jembatan dilihat berdasarkan persen penurunan kapasitas karena kapasitas penampang merupakan kekuatan jembatan itu sendiri. Berikut ditampilkan grafik perbandingan antara penurunan frekuensi MIDAS CIVIL dan frekuensi manual serta kapasitas berdasarkan penilaian kondisi jembatan menurut pedoman uji getar pada gambar 4.24.

90

Gambar 4.24 Grafik Perbandingan Antara Penurunan Frekuensi MIDAS CIVIL Dan Frekuensi Manual serta Kapasitas Berdasarkan Penilaian Kondisi Jembatan Menurut Pedoman Uji Getar

90

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF