2-standar-kompetensi1

July 26, 2017 | Author: Mochammad Yassir | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download 2-standar-kompetensi1...

Description

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS PENDIDIKAN

2

KATA PENGANTAR Sejak tahun 2001 rencana perubahan kurikulum sudah sampai ke sekolah. Kurikulum 1994 diganti dengan kurikulum baru yang berorientasi kepada kompetensi. Sementara itu, dalam rangka pemantapannya, beberapa mata pelajaran yang termasuk muatan nasional sudah diujicobakan, sehingga masa transisi pembelajaran antara kurikulum lama dengan yang baru makin terasa. Balai Pengembangan Bahasa Daerah Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat sejak tahun 2003 sudah mengadakan pemantauan terhadap kenyataan ini, khususnya yang berkaitan dengan (1) kurikulum, (2) bahan ajar, (3) sarana dan sumber belajar, dan (4) pelaksanaan pengajaran. Bersamaan dengan itu, Dinas Pendidikan pun telah memprakarsai terbitnya buku Pedoman Kurikulum Berorientasi Kompetensi Bahasa Daerah (Sunda) untuk Guru SD (2003) yang isinya disesuaikan dengan petunjuk Pusat Kurikulum – Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional yang berturutturut terbit sejak tahun 2001 dan Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda ini merupakan dikeluarkan sebagai arahan atau pedoman bagi guru dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Isinya memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), yang harus disusun dan dikembangkan lagi oleh guru dan sekolah mednjadi kurikulum yang berisi SK, KD, indikator, pengalaman belajar, lingkup materi, dan jenis evaluasi. Penyusunan kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisi setempat. Masih berhubungan dengan keadaan setempat yang berbeda satu dengan lainnya, perlu dipertimbangkan pengelompokan keadaan (kategorisasi lokal), baik di wilayah pemakaian bahasa Sunda maupun wilayah yang memiliki dialek bahasa Sunda atau bahasa daerah lain seperti Melayu-Betawi di

3

daerah Depok dan Bekasi serta Bahasa Cirebon di wilayah Cirebon dan Indramayu. Bahasa-bahasa tersebut termasuk bahasa daerah yang hidup di Propinsi Jawa Barat sesuai dengan Peraturan Daerah Jawa Barat No. 5/2003 tentang Pelestarian Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah. SKKD ini dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, yang untuk kepentingan regional Jawa Barat diputuskan oleh Gubernur Jawa Barat dengan Nomor: 423.5/Kep.674-Disdik/2006. Bandung, April 2007 Kepala Disdik Jawa Barat, Dr. Dadang Dali, M.Sc.

4

Gubernur Jawa Barat KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR: 423.5/Kep.674-Disdik/2006 TENTANG STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR SERTA PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang:

a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, sastra, dan Aksara Daerah, bahasa daerah diajarkan di pendidikan formal dan non-formal di Jawa Barat; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a tersebut di atas, perlu menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950); 2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

5

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) jo. UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 5 Seri E); 9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 20032008 (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 1 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 6).

6

Memperhatikan: 1. Rekomendasi UNESCO tentang Pemeliharaan Bahasa-bahasa Ibu di dunia. 2. Hasil Kongres Bahasa Sunda VIII di Subang pada tanggal 28-30 Juni 2005. 3. Hasil identifikasi Balai Pengembangan Bahasa Daerah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERTAMA : Mencabut dan menyatakan tidak berlaku Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Nomor 979/102/ Kep/I/94 tentang Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar. KEDUA

KETIGA

KEEMPAT

: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Satuan Pendiidikan Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Atgfal (RA), Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) /Madrasah Tsanawiyah (MTs.), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA) Tahun 2006, terdiri dari: a. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum; b. Standar Kompetensi Isi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda; c. Standar Kompetensi Lulusan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA. : Uraian mengenai standar kompetensi dasan kompetensi dasar serta panduan penyusunan kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda serta standar kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada Diktum KEDUA tercantum dalam Lampiran sebagai bagian tak terpisahkan dari Keputusan ini. :

Standar kompetensi dan kompetensi dasar serta panduan penyusunan kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda serta standar

7

kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada Diktum KEDUA merupakan pedoman dalam penyusunan silabus dan penilaian. KELIMA

:

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

KEENAM

:

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Bandung, Pada tanggal 25 Juli 2006 GUBERNUR JAWA BARAT,

DANNY SETIAWAN.

8

LAMPIRAN

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR SERTA PANDUAN PENYUSUNAN KUTIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR: 423.5/Kep.674-Disdik/2006 TANGGAL 25 JULI 2006

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT Jalan Dr. Radjiman No. 6 Telp. (022)4264813 Fax. (022)4264881 Wisselbord (022) 4264944, 4264957, 4264973 BANDUNG (40171)

9

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KEPALA DISDIK JAWA BARAT............................. KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT.................................. ........... LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT........................... DAFTAR ISI................................................................................... ...........

2 4 8 9

PENDAHULUAN A. Umum................................................................................. 12 B. Pengertian........................................................................... 13 C. Fungsi dan Tujuan................................................................ 14 1. Fungsi............................................................................. 14 2. Tujuan.............................................................................. 14 D. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum................................... 15 E. Standar Kompetensi Isi........................................................ F. Standar Kompetensi Lulusan................................................ 1. Standar Kompetensi Lulusan TK/RA.................................. 2. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI.................................. 3. Standar Kompetensi Lulusan SMP/MTs............................. 4. Standar Kompetensi Lulusan SMA/SMK/MA...................... G. Muatan Lokal....................................................................... MUATAN LOKAL KEMAMPUAN BERBAHASA SUNDA TK/RA A. Latar Belakang..................................................................... B. Pengertian........................................................................... C. Fungsi dan Tujuan................................................................ 1. Fungsi.............................................................................. 2. Tujuan.............................................................................. D. Standar Kompetensi Lulusan TK/RA...................................... E. Aspek Pengembangan Bahasa Sunda di TK/RA..................... F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar TK/RA................ G. Arah Pengembangan............................................................ MUATAN LOKAL BAHASA DAN SASTRA SUNDA SD/MI A. Latar Belakang..................................................................... B. Pengertian........................................................................... C. Fungsi dan Tujuan................................................................ 1. Fungsi.............................................................................. 2. Tujuan.............................................................................. D. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI...................................... F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI................ G. Arah Pengembangan............................................................

10

MUATAN LOKAL BAHASA DAN SASTRA SUNDA SMP/MTs A. Latar Belakang.................................................................. B. Pengertian........................................................................ C. Fungsi dan Tujuan............................................................. 1. Fungsi.......................................................................... 2. Tujuan.......................................................................... D. Standar Kompetensi Lulusan SMP/MTs............................. F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs....... G. Arah Pengembangan........................................................ MUATAN LOKAL BAHASA DAN SASTRA SUNDA SMA/SMK/MA A. Latar Belakang................................................................. B. Pengertian....................................................................... C. Fungsi dan Tujuan............................................................ 1. Fungsi.......................................................................... 2. Tujuan.......................................................................... D. Standar Kompetensi Lulusan SMA/SMK/MA...................... F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/SMK/MA G. Arah Pengembangan........................................................

11

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA TAMAN KANAK-KANAK (TK) RAUDHATUL ATHFAL (RA) SEKOLAH DASAR (SD) MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) SEKOLAH MENENAG PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MADRASAH ALIYAH (MA)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN

12

PENDAHULUAN A. U m u m Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan dan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang “pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia”. Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Bahasa Sunda juga menjadi bahasa pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal SD/MI. Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa Sunda harus diajarkan di sekolah-sekolah, mulai Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA), Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliah (MA). Oleh karena itu, perlu disusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan satuan pendidikan tersebut. Pembelajaran bahasa Sunda diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya dan budaya Sunda, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat Sunda,

13

dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Sunda dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Sunda. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Sunda merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal dan regional. Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Sunda ini diharapkan: 1. peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya sastra dan intelektual orang Sunda; 2. guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; 3. guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya; 4. orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah; 5. sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; 6. daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan lokal dengan tetap memperhatikan kepentingan regional Jawa Barat.

14

B. Pengertian Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda. C. Fungsi dan Tujuan 1. Fungsi Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara terpadu. Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara. Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa Sunda untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya daerah (Sunda). 2. Tujuan Pertimbangan itu berkonsekuensi pula pada tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda yang secara umum agar murid mencapai tujuan-tujuan berikut. 1) Murid beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Sunda.

15

2) Murid menghargai dan membanggakan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah di Jawa Barat, yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakatnya. 3) Murid memahami bahasa Sunda dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan, keperluan, dan keadaan). 4) Murid mampu menggunakan bahasa Sunda untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. 5) Murid memiliki kemampuan dan kedisiplinan dalam berbahasa Sunda (berbicara, menulis, dan berpikir). 6) Murid mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra Sunda untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Sunda, mengembangkan kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan. 7) Murid menghargai dan membanggakan sastra Sunda sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Sunda. D. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum Standar kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang diperlukan murid untuk mencapai seluruh potensi dalam kehidupan. Kompetensi ini harus dibakukan dan dicapai murid melalui pengalaman belajarnya. Standar kompetensi ini meliputi berbagai kemampuan untuk: 1) memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya; 2) menggunakan bahasa untuk memahami, mengem-bangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain; 3) memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola, struktur, dan hubungan;

16

4) memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber; 5) memahami dan menghargai lingkungan fisik, mahluk hidup, dan teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (nilai-nilai) untuk mengambil keputusan yang tepat; 6) berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan budaya global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis, dan historis; 7) berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya, dan karya intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkat-kan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab; 8) berpikir logis, kritis, dan tertata dengan memperhi-tungkan potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan; dan 9) menunjang motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan bekerja sama dengan orang lain. E. Standar Isi Standar isi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mencakup empat aspek kemampuan berikut. 1) Menyimak (ngaregepkeun) Mampu menyimak, memahami, dan menanggapi berbagai bentuk dan jenis wacana lisan. 2) Berbicara (nyarita) Mampu berbicara secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) dalam beragam bentuk dan jenis wacana lisan di berbagai kesempatan berbicara. 3) Membaca (maca) Mampu membaca, memahami, dan menanggapi berbagai jenis wacana tulis.

17

4) Menulis (nulis) Mampu menulis secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) dan kreativitas sastra dalam berbagai bentuk dan jenis karangan (wacana tulis). F. Standar Kompetensi Lulusan Standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan standar kompetensi yang harus dicapai oleh setiap lulusan dalam satuan pendidikan tertentu, yakni TK/RA, SD/MI, SMP/MTs., dan SMA/SMK/MA. 1. Standar Kompetensi Lulusan TK/RA Standar kompetensi lulusan Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA) dalam berbahasa Sunda adalah sebagai berikut. a. Mampu bermain dengan menggunakan bahasa Sunda. b. Mampu mengenal dan mengucapkan kosa kata bahasa Sunda sederhana yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan dirinya. 2. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI Standar kompetensi kulusan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek yang terurai seperti berikut. a. Menyimak (ngaregepkeun) Mampu memahami dan menanggapi berbagai ragam wacana lisan sastra maupun nonsastra, yang berupa pengucapan bunyi bahasa, kata, kalimat sederhana dan luas, pengumuman, penjelasan, nasihat, perintah, tuturan, berita, dikte, pelantunan puisi (sajak, guguritan, kakawihan), dan pembacaan cerita (dongeng, cerita pendek).

18

b. Berbicara (nyarita) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan, yang berupa percakapan, wawancara, bercerita menceritakan, mengumumkan, menelpon, menjelaskan, menyampaikan (sanggahan, pujian, usul, laporan) diskusi, pidato, bermain peran, dan musikalisasi/dramatisasi puisi. c. Membaca (maca) Mampu memahami dan menanggapi beragam teks yang berupa aksara, kata-kata lepas, kalimat lepas, prosa (pengumuman, surat, bahasan, dongeng, cerita pendek, artikel, pidato), percakapan, dan puisi (sajak, guguritan). d. Menulis (nulis) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan dalam beragam tulisan yang berupa suku kata, kata-kata, bentuk kalimat (kalimat sederhana dan luas), fungsi kalimat (berita, tanya, perintah), prosa (wacana pendek, surat, berita, biografi, narasi,deskripsi, eksposisi, pidato, laporan), puisi (sajak, guguritan), serta penggunaan ejaan dan tanda baca.

3. Standar Kompetensi Lulusan SMP/MTs. Standar kompetensi lulusan SMP/MTs. dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek berikut. a. Menyimak (ngaregepkeun) Mampu memahami dan menanggapi beragam wacana lisan yang berupa percakapan, pidato, pembacaan atau pelantunan puisi (sajak, pupujian, guguritan), dan pembacaan prosa (dongeng, cerpen, novel, carita pondok, berita, biografi, bahasan, dan artikel).

19

b. Berbicara (nyarita) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan yang berupa percakapan, wawancara, bercerita, menceritakan, mengumumkan, menelpon, menjelaskan, berdiskusi, pidato, dan bermain peran. c. Membaca (maca) Mampu memahami dan menanggapi beragam teks yang berupa percakapan, prosa (sejarah, bahasan, biografi, carita pondok, dongeng, novel), wawacan, dan puisi (sajak, sawer, guguritan). d. Menulis (nulis) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam beragam karangan yang berupa pedoman wawancara, prosa (pengalaman, biografi, bahasan, berita, esai, surat, carita pondok, laporan), dan puisi (sajak, guguritan, sisindiran).

4. Standar Kompetensi Lulusan SMA/SMK/MA Standar kompetensi lulusan SMA/SMK/MA dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek berikut. a. Menyimak (ngaregepkeun) Mampu memahami dan menanggapi beraneka ragam wacana lisan sastra maupun nonsastra, yang berupa percakapan, pidato, siaran radio/televisi, pembacaan puisi (sajak, guguritan, lagu kawih/tembang), dan pembacaan prosa (dongeng, cerita wayang).

20

b. Berbicara (nyarita) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan, yang berupa mengumumkan, menceritakan, bercerita, pidato, percakapan, wawancara, berdiskusi, dan bermain peran. c. Membaca (maca) Mampu memahami dan menanggapi berbagai bacaan yang berupa prosa (sejarah, biografi, carita pondok, dongeng, carita pantun, novel, bahasan, artikel), teks percakapan, wawacan dan puisi (sajak). d. Menulis (nulis) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan dalam beragam karangan yang berupa terjemahan, aksara Sunda, prosa (surat, biografi, berita, bahasan, esai, resensi buku, carita pondok, laporan, puisi (sajak, guguritan, sisindiran), dan teks drama. G. Muatan Lokal Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal di wilayah Provinsi Jawa Barat. Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan nilainya wajib dicantumkan dalam buku rapor.

21

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA

TK/RA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN

22

MATA PELAJARAN MUATA LOKAL KEMAMPUAN BERBAHASA SUNDA TK/RA

A. Latar Belakang Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentang usia lahir sampai 6 tahun. Juga disebut anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan 50-80%. Hasil penelitian Pusat Kurikulum Balitbang DIknas tahun 1999, dalam berbagai aspek perkembangan anak, anak yang masuk TK lebih tinggi daripada anak yang tidak masuk TK di kelas I SD. Data angka mengulang kelas tahun 2001/2002 untuk kelas I SD (10,85%), kelas II (6,6*%), kelas III (5,48%), kelas IV (4,28%), kelas V (2,92%), dan kelas VI (0,42%). Angka mengulang kelas I dan II lebih tinggi daripada kelas lain. Diperkirakan anak-anak yang mengulang kelas tersebut adalah anak-anak yang tidak masuk pendidikan prasekolah (baca: TK/RA) sebelum masuk SD. Mereka adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tuanya memasuki SD. Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan informal di rumah dan pendidikan formal di sekolah menyebabkan anak yang masuk pendidikan prasekolah (TK/RA) mengalami kejutan sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak mampu menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak masa prasekolah. Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya. Masa peka ini akan mematangkan fungsifungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungannya. Masa ini menjadi masa peletak dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik,

23

kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh karena itu, diperlukan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lain) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak 4-6 tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan “bermain sambil belajar” atau “belajar seraya bermain”. Dengan bermain, anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, berekspresi diri, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain dapat membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan. Salah satu aspek perkembangan anak adalah aspek berbahasa. Perkembangan bahasa anak berkaitan erat dengan perkembangan mental dan perilakunya. Apabila dibiasakan berbahasa dengan baik dan santun, anak akan tumbuh dan berkembang untuk berkomunikasi secara baik dan santun pula. Anak cenderung dekat dengan ibunya. Komunikasi ibu dengan anak lebih erat, efektif, dan efisien. Salah satu bahasa yang dekat dengan anak adalah bahasa ibu mereka. Di Jawa Barat, misalnya, bahasa ibu bagi anak-anak adalah bahasa Sunda, meskipun terdapat bahasa Indonesia atau bahasa daerah lain. Bahasa ibu menjadi landasan awal anak dalam belajar berbahasa, berekspresi, dan berpikir. Anak yang pandai berbahasa ibunya cenderung akan lebih mudah belajar bahasa kedua (bahasa Indonesia) atau bahasa asing. Oleh karena itu, bahasa Sunda sebagai bahasa ibu bagi anak-anak di Jawa Barat perlu diperkenalkan kepada anak-anak usia dini atau usia prasekolah (TK/RA). Pada dasarnya pendidikan TK/RA mengacu pada dua aspek perkembangan dalam pembentukan perilaku melalui dua cara, yakni (1) pembiasaan dan (2) pengembangan kemampuan dasar. Pertama, Pengembangan pembentukan perilaku melalui pembiasaan dilakukan secara terus-menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang

24

baik. Bidang ini meliputi pengembangan moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian. Kedua, pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni. Melalui kedua pengembangan pembentukan kebiasaan dan kemampuan dasar tersebut, terutama kemampuan berbahasa Sunda, anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cageur, bageur, bener, pinter teu kabalinger, singer, tur pangger. B. Pengertian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kemampuan Berbahasa Sunda TK/RA adalah program untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi melalui bahasa Sunda, yakni mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui bahasa yang sederhana secara tepat. C. Fungsi dan Tujuan 1. Fungsi Pengembangan kemampuan berbahasa Sunda bagi anak TK/RA berfungsi sebagai berikut, yakni: 1) alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan; 2) alat untuk mengembangkan intelektual anak; 3) alat untuk mengembangkan ekspresi anak; dan 4) alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. 2. Tujuan Pengembangan kemampuan berbahasa Sunda di TK/RA bertujuan agar: 1) Anak didik memperoleh pengalaman berbahasa Sunda; 2) Anak didik mampu berkomunikasi dengan menggunakan

25

bahasa Sunda. 3) Anak didik menghargai dan membanggakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu, bahasa daerah, dan bahasa resmi kedua di Jawa Barat setelah bahasa Indonesia D.Standar Kompetensi Lulusan TK/RA Standar kompetensi lulusan (SKL) Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA) dalam berbahasa Sunda adalah sebagai berikut. a. Mampu bermain dengan menggunakan bahasa Sunda. b. Mampu mengenal dan mengucapkan kosa kata bahasa Sunda sederhana yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan dirinya. E. Aspek Pengembangan Bahasa Sunda di TK/RA Pengembangan kemampuan berbahasa Sunda di TK/RA pada dasarnya mencakup empat keterampilan berbahasa secara sederhana. a. Menyimak (ngaregepkeun) Mendengarkan dan memahami berbagai bentuk wacana lisan b. Berbicara (nyarita) Mampu mengungkapkan pesan dalam bentuk wacana lisan di berbagai kesempatan berbicara. c. Membaca (maca) Mampu membaca dan memahami berbagai simbol bahasa atau gambar tulisan, cuaca, situasi, ekspresi, dsb. d. Menulis (nulis) Mampu menggoreskan pensil untuk mengungkapkan pesan dan kreativitas bahasa seperti menggambar, membentuk berbagai goresan/garis, dan simbol sederhana.

26

F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar TK/RA Kelompok A Kompetensi Berbahasa Sunda Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar 0.1 Mampu menyimak, 0.1.1 Menyimak dan membedakan berbicara, memiliki bunyi suara, bunyi bahasa kosa kata, dan Sunda, dan mengucapkannya. mengenal simbol0.1.2 Menyimak dan memahami kata simbol bahasa dan kalimat sederhana. yang 0.1.3 Berbicara tentang jatidiri, melambangkannya. pengalaman, dan menjawab pertanyaan sederhana. 0.1.4 Memperkaya kosa kata seharihari yang berkaitan dengan nama-nama anggota tubuh. 0.1.5 Mengenal bentuk-bentuk simbolsimbol sederhana (pramenulis). 0.1.6 Menyebutkan gambar secara sederhana (pramembaca) 0.1.7 Menghubungkan bahasa lisan dan bahasa tulis (pra membaca) 0.1.8 Mengucapkan salam dan berperilaku sopan santun. 0.1.9 Menyanyikan rumpaka lagu kawih.

27

Kelompok B Kompetensi Berbahasa Sunda Standar Kompetensi 0.2 Mampu menyimak, berbicara, memiliki kosa kata, dan mengenal simbolsimbol bahasa yang melambangkanny a untuk persiapan membaca dan menulis.

Kompetensi Dasar 0.2.1 Menyimak dan membedakan bunyi suara, bunyi bahasa Sunda, dan mengucapkannya. 0.2.2 Menyimak dan memahami kata dan kalimat sederhana serta mengucapkannya dengan lafal yang benar. 0.2.3 Berbicara dengan lancar dan benar tentang jatidiri, pengalaman, dan sesuatu hal. 0.2.4 Memperkaya dan mengucapkan kosa kata sehari-hari yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. 0.2.5 Mengenal bentuk-bentuk simbolsimbol sederhana dan menuliskannya (pramenulis). 0.2.6 Menyebutkan gambar dengan lengkap (pramembaca) 0.2.7 Menghubungkan bahasa lisan dan bahasa tulis dengan membacakan kelompok kata dan kalimat sederhana (pra membaca) 0.2.8 Berbahasa santun dan berperilaku ramah (tatakrama Sunda). 0.2.9 Menyanyikan rumpaka lagu kawih Sunda dengan benar. 0.2.10 Menampilkan sajak Sunda yang sederhana dengan gaya. 0.2.11 Mengekspresikan cerita dan lagu dalam gerakan/bermain peran.

28

G. Arah Pengembangan 1. Bahasa Pengantar Pembelajaran Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda, dapat digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun sepenuhnya. Tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsur-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki bahasa dialek (basa wewengkon), kata-kata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Pendekatan dan Prinsip Pembelajaran a. Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran kemampuan berbahasa Sunda bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimakberbicara) dan kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Sunda dipusatkan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Sunda, berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan budaya Sunda. Juga diarahkan untuk mempertajam perasaan anak didik. Anak didik tidak hanya mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat menghargai perbedaan yang berlatar belakang budaya Sunda. Anak didik tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang lugas dan tersurat, juga yang kias dan tersirat. Agar anak didik mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali anak didik terampil berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Anak didik dilatih lebih banyak menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa.

29

Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi berbagai konteks, antara lain, siapa penyapa dan pesapa, pada situasi bagaimana, di mana tempatnya, kapan waktunya, media apa yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk keperluan itu, dalam pengembangan kemampuan berbahasa Sunda dapat digunakan pendekatan kontekstual dengan berbagai media dan sumber belajar. Anak didik adalah peserta yang aktif. Berkaitan dengan pengembangan kemampuan berbahasa Sunda, anak didik harus diberi kesempatan yang sebanyak-banyaknya dan seluasluasnya untuk memperoleh pengalaman berbahasa Sunda, melalui kegiatan reseptif (menyimak, membaca) dan kegiatan produktif (berbicara, menulis). b. Metode Pembelajaran Dalam pelaksanaannya, pengembangan kemampuan berbahasa Sunda dapat menggunakan metode/teknik pembelajaran, antara lain: (1) berceritera, (2) permainan bahasa, (3) sandiwara boneka, (4) bercakap-cakap, (5) tanya jawab, (6) dramatisasi, (7) mengucapkan syair, (8) bermain peran, dan (9) karyawisata. c. Prinsip Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran di TK/RA berdasarkan prinsipprinsip sebagai berikut. 1) Bahan latihan/kegiatan, percakapan diambil dari lingkungan anak atau tema tertentu. 2) KBM berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator, serta sadapat mungkin dikaitkan dengan tema 3) Anak didik diberi kebebasan dalam menyatakan pikiran dan perasaan serta serta ditekankan pada spontanitas 4) Guru menguasai metode/teknik

30

5) Komunikasi antara guru dan anak dilaksanakan secara akrab 6) Guru memberi contoh/teladan dalam cara menggunakan bahasa 7) Bahan mengandung isi untuk pengembangan intelektual, emosional serta sesuai dengan taraf perkembangan anak dan lingkungannya. 8) Tidak diberikan pelajaran membaca dan menulis seperti di SD. 3. Karakteristik Anak Usia Dini Anak usia dini seperti anak TK/RA dapat dikenali karakteristik fisik, sosial, emosi, dan kognitifnya. Ciri-ciri anak usia dini tersebut dapat dirinci sebagai berikut. a. Ciri Fisik 1) Sangat aktif; 2) Melakukan banyak kegiatan; 3) Otot-otot besar (lengan, kaki) lebih dulu berkembang dari otot yang lebih kecil (jari); 4) Koordinasi tangan, kaki dan mata belum sempurna; 5) Tubuh lentur sehingga mudah bergerak; dan 6) Anak laki-laki umumnya lebih besar dari anak perempuan. b. Ciri Sosial 1) Bersahabat hanya pada satu atau dua orang dan mudah berganti; 2) Bermain dalam kelompok yang kecil; 3) Anak yang lebih muda bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar; 4) Pola bermain bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan jenis kelamin (gender); 5) Sering terjadi perselisihan dan mudah berbaikan kembali; dan 6) Telah menyadari peran jenis kelamin.

31

c. Ciri Emosi 1) Mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka; 2) Sikap marah lebih sering diperlihatkan; 3) Iri hati pada anak yang lain; dan 4) Selalu memperebutkan perhatian orang dewasa di dekatnya (gurunya). d. Ciri Kognitif 1) Umumnya terampil dalam berbahasa; 2) Memiliki rasa ingin tahu yang besar; dan 3) Mengemukakan pikiran secara terbuka dan spontan. 4. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar a. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan berbahasa Sunda. Teknologi komunikasi berupa media cetak dan elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas pengembangan kemampuan berbahasa Sunda. b. Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Seni-budaya Sumber pengembangan kemampuan berbahasa Sunda dapat pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Anak didik diupayakan agar berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam pengembangan kemampuan berbahasa Sunda.

32

5. Diversifikasi Kurikulum a. Kesamaan Memperroleh Kesempatan Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada penyeragaman untuk semua sekolah atau anak didik. Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan anak didik yang berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi pada kurikulum memberikan peluang bagi anak didik yang berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan tambahan. Penyediaan tempat yang memberdayakan semua anak didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan. Seluruh anak didik dari berbagai kelompok seperti yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya. b. Kategorisasi Lokasi Kebahasaan Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasabahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang anak didiknya berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan daerah setempat. pengembangan kemampuan berbahasa Sunda tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan. Misalnya, di wilayah Cirebon, Indramayu, Depok, dan Bekasi. 6. Tema Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya

33

perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Penentuan tema hendaknya memperhatikan prinsipprinsip berikut. 1) Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak ke tema yang semakin jauh dari kehidupan anak. 2) Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lebih rumit bagi anak 3) Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak 4) Keinsidentalan, artinya peristiwa atau kejadian di sekitar anak (sekolah) yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu. Penentuan tema dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut. 1) Mengidentifikasi tema yang sesuai denga hasil belajar dan indikator dalam kurikulum. 2) Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip pemilihan tema. 3) Menjabarkan tema ke dalam sub-tema agar cakupan tema tidak terlalu luas. 4) Memilih sub-tema yang sesuai. Tema-tema yang dapat dikembangkan di TK/RA, antara lain: (1) diri sendiri, (2) lingkunganku, (3) kebutuhanku, (4) binatang, (5) tanaman, (6) rekreasi, (7) pekerjaan, (8) air, udara, dan api, (9) alat komunikasi, (10) tanah airku, dan (11) alam semesta.

34

7. Penilaian Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang dicapai anak melalui kegiatan pembelajaran. Penilaian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik selama mengikuti pendidikan di TK/RA. Penilaian aspek perkembangan bahasa meliputi: (a) menyebutkan nama danjenis kelamin; (b) berbicara lancar dengan kalimat sederhana; (c) menirukan kembali 2—4 uruta kata (latihan pendengaran); (d) mampu melaksanakan 1—2 perintah secara berurutan dengan benar; (e) memberi keterangan/informasi tentangsesuatu hal; (f) melengkapi kalimat sederhana yang diucapkan oleh guru; (g) dapat mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut; (h) mengekspresikan diri melalui dramatisasi; (i) membuat kata sebanyak-banyaknya dari suku kata awal yang disediakan dalam bentuk lisan; (j) memahami konsep lawan kata, misalnya: calik x ngadeg; (k) mengenal kata kerja melalui gerakan-gerakan yang sederhana, misalnya: calik, nagog, lumpat, neda, nangis; (l) menggunakan kata ganti (abdi, anjeun, anjeunna); (m)mengucapkan suku kata dalam nyanyian (kawih), Misalnya: da-da-da, mi-mi-mi, na-na-na, dst. (n) menggunakan konsep waktu (dinten ieu, énjing, ayeuna, engké); (o) mengungkapkan beberapa sajak sederhana; (p) menyebutkan tulisan sederhana melalui simbol yang melambangkannya; (q) dapat menceritakan gambar (gambar yang disediakan atau dibuat sendiri);

35

(r) mengurutkan dan menceritakan isi gambar berseri; (s) menggunakan dan menjawab pertanyaan: naon, saha, di mana, iraha, sabaraha, kumaha, dan ku naon; (t) menggunakan bahasa isyarat seperti anggukan kepala, gerakan tubuh, tangan, dan mata; dan (u) menyanyikan kawih sederhana bersama-sama.

36

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA

SD/MI PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN

37

MATA PELAJARAN MUATA LOKAL BAHASA DAN SASTRA SUNDA SD/MI

A. Latar Belakang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan dan Kebudayaan di samping sejalan pula dengan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang “pemeliharaan bahasa-bahasa ibu”, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan. SKKD ini diputuskan oleh Gubernur Jawa Barat dengan Nomor 423.5/Kep.674Disdik/2006. Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Karena kenyataan ini, pembelajaran bahasa Sunda di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan prinsip pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil pembelajaran di lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa Sunda sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan kondisi bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini harus disikapi dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok agar berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda

38

dewasa ini. Alokasi waktu untuk mata pelajaran Bahasa Sunda 2 (dua) jam pelajaran. Dengan demikian, KTSP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda yang dibuat guru tersebut harus berbanding lurus dengan alokasi waktu yang tersedia. Bahasa Sunda menjadi bahasa tutur dan bahasa tulis pada masyarakat Jawa Barat. Tuturan dan wacana tulis itu dapat dijadikan bahan untuk menjabarkan lebih lanjut materi pokok seraya tetap mengacu pada kompetensi dasar dan indikator yang tercantum pada standar kompetensi. Bahasa Sunda adalah bahasa daerah yang memiliki jumlah penuturnya yang sangat banyak, menyebar di wilayah yang sangat luas (Jawa Barat, Banten, dan bagianbagian barat Jawa Tengah), serta memiliki beberapa basa wewengkon (dialek). Kenyataan tersebut harus diantisipasi sekolah secara wajar, yakni dengan mengenalkan bahasa dialek setempat seraya mengenalkan pula bahasa Sunda lulugu sebagai padanannya. Penutur bahasa Sunda menjadi dwibahasawan, selain berkomunikasi dengan bahasa Sunda, juga menggunakan bahasa Indonesia. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda berpijak pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra. Belajar bahasa dan sastra pada dasarnya adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai nilai-nilai kemanusiaan serta nilainilai kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Sunda diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, serta untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra Sunda. Sebagai alat komunikasi bahasa Sunda digunakan untuk bertukar pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan), baik lisan maupun tulis, menyertai berbagai segi kehidupan masyarakat penuturnya. Dalam fungsinya untuk mengungkapkan imajinasi dan kreativitas, bahasa Sunda juga telah menghasilkan aneka ragam bentuk dan jenis karya sastra dalam tradisi yang telah bersejarah. Dengan demikian, pemilihan bahan (materi) pembelajaran akan semakin penting, apalagi hanya tersedia waktu dua jam pelajaran dalam satu minggu.

39

B. Pengertian Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda SD/MI adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda peserta didik pada jenjang satuan pendidikan tersebut.

C. Fungsi dan Tujuan 1. Fungsi Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara terpadu. Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara. Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa Sunda untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya daerah (Sunda).

40

2. Tujuan Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini bertujuan memberikan petunjuk, arahan, kejelasan, dan kemudahan kepada para pelaksana pendidikan di sekolah dalam melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. Sebagai acuan program dalam pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda, isi standar kompetensi dan kompetensi dasar ini didasarkan pada tujuan umum pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, yakni peserta didik memperoleh pengalaman dan pengetahuan berbahasa serta bersastra Sunda. Tujuan umum tersebut dapat diperinci sebagai berikut. 1) Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah di Jawa Barat, yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakatnya. 2) Peserta didik memahami bahasa Sunda dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan, keperluan, dan keadaan). 3) Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan dalam berbahasa Sunda untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. 4) Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra Sunda untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Sunda, mengembangkan kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan. 5) Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Sunda sebagai khazanah budaya dan intelektual masyarakat Sunda.

41

D. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI Standar kompetensi lulusan (SKL) SD/MI dalam Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek berikut. a. Menyimak (ngaregepkeun) Mampu menyimak, memahami, dan menanggapi berbagai ragam wacana lisan sastra maupun nonsastra, yang berupa pengucapan bunyi bahasa, kata, kalimat sederhana dan luas, pengumuman, penjelasan, nasihat, perintah, tuturan, berita, dikte, pembacaan atau pelantunan puisi (sajak, guguritan, kakawihan), dan pembacaan cerita (dongeng, cerita pendek). b. Berbicara (nyarita) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan, yang berupa percakapan, wawancara, bercerita, menceritakan, mengumumkan, menjelaskan, menyampaikan (sanggahan, pujian, usul, laporan), diskusi, pidato, bermain peran, dan dramatisasi puisi. c. Membaca (maca) Mampu membaca, memahami, dan menangapi beragam teks yang berupa aksara, kata-kata lepas, kalimat lepas, prosa (pengumuman, surat, bahasan, dongeng, cerita pendek, artikel, pidato), teks percakapan, teks puisi (sajak, guguritan). d. Menulis (nulis) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan dalam beragam tulisan yang berupa suku kata, kata-kata, bentuk kalimat (kalimat sederhana dan luas), fungsi kalimat (berita, tanya, perintah), prosa (wacana pendek, surat, berita, biografi, narasi, deskripsi, eksposisi, pidato, laporan), puisi (sajak, guguritan), serta penggunaan ejaan dan tanda baca.

42

E. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra Sunda, yang meliputi aspek-aspek berikut, yakni: 1. menyimak (ngaregepkeun); 2. berbicara (nyarita); 3. membaca (maca); dan 4. menulis (nulis). Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut dikaitkan dengan aspek tema dan kaidah bahasa (kebahasaan) seperti lafal dan ejaan, pembentukan kata, dan penataan kalimat.

F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI KELAS I 1. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi 1.1 Mampu memahami dan menangggapi bunyi bahasa (sora basa), perintah (parentah) sederhana, perbuatan, dan dongeng yang dilisankan.

Kompetensi Dasar 1.2.1 Membedakan bunyi bahasa Sunda 1.2.2 Melakukan perintah sederhana 1.2.3 Menanggapi dengan perbuatan 1.2.4 Memahami isi dongeng

43

2. Berbicara (Nyarita) Standar Kompetensi 1.2 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam meminta izin, memperkenalkan diri (ngawanohkeun), bercakap-cakap (paguneman), menyebutkan dan menerangkan gambar.

Kompetensi Dasar 1.2.1 Meminta izin 1.2.2 Memperkenalkan diri 1.2.3 Bercakap-cakap dengan teman 1.2.4 Menyebutkan berbagai gambar benda 1.2.5 Menerangkan berbagai jenis gambar peristiwa

3. Membaca (maca) Standar Kompetensi 1.3 Mampu memahami dan menanggapi tulisan dengan membaca katakata lepas, kalimat lepas, dan paragraf pendek.

Kompetensi Dasar

1.3.1 1.3.2 1.3.3

1.3.4

44

Membaca kata-kata lepas yang mengandung kata asal dwisuku (dua engang) Membaca kalimat lepas dua kata Membaca kalimat lepas tiga kata Membaca paragraf pendek tiga kalimat

4. Menulis (nulis) Standar Kompetensi 1.4 Mampu menulis atau menyalin huruf lepas, suku kata (engang), dan kalimat sederhana.

Kompetensi Dasar

1.4.1 1.4.2

1.4.3 1.4.4 1.4.5

Menyalin huruf lepas Menyalin suku kata Menyalin kata dwisuku Menyalin kata trisuku . Menyalin kalimat sederhana

KELAS II 1.

Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi 2.1 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan dengan menyimak tata tertib, penjelasan, dongeng, dan kakawihan.

Kompetensi Dasar 2.1.1 Menyimak tata cara atau tata tertib belajar 2.1.2 Menyimak penjelasan tentang cara hidup sehat 2.1.3 Menyimak dongeng 3.2.4 Menyimak kakawihan

2. Berbicara (nyarita) Standar Kompetensi 2.2 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam mengajak, berjanji, memperkenalkan, mengundang, dan bertamu.

45

Kompetensi Dasar 2.2.1 Mengajak teman 2.2.2 Berjanji dengan teman 2.2.3 Memperkenalkan teman 2.2.4 Mengundang teman 2.2.5 Bertamu ke rumah teman

3. Membaca (maca) Standar Kompetensi 2.3 Mampu memahami dan menanggapi bacaan dengan membaca nyaring, membaca bersuara, membaca/ menembangkan kakawihan, dan dongeng.

Kompetensi Dasar

2.3.1 2.3.2 2.3.3 2.3.4

Membaca nyaring (bedas) deskripsi Membaca bersuara (nyoara) eksposisi Membaca/menembangkan kakawihan Membaca dongeng

4. Menulis (nulis) Standar Kompetensi 2.4 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dengan menulis, menyusun, dan menyempurnakan kalimat, serta menyalin paragraf pendek.

46

Kompetensi Dasar 2.4.1 Menulis kalimat berhuruf kapital 2.4.2 Menulis/menyalin kalimat sederhana 2.4.3 Menyusun kalimat sederhana 2.4.4 Menyempurnakan kalimat dengan menggunakan tanda koma dan tanda titik 2.4.5 Menyalin paragraf pendek

KELAS III

1. Menyimak (ngaregepkeun) Kompetensi Dasar Standar Kompetensi 3.1 Mampu memahami dan 3.1.1 Menyimak bahasan tentang kesehatan dan menanggapi wacana lisan makanan melalui menyimak bahasan, 3.1.2 Menyimak bahasan dongeng fabel, dan tentang kebersihan dan kakawihan. pakaian 3.1.3 Menyimak dongeng fabel (dongéng sato) 3.1.4 Menyimak kakawihan

2.

Berbicara (nyarita) Kompetensi Dasar Standar Kompetensi 3.2 Mampu mengungkapkan 3.2.1 Menyapa teman pikiran, perasaan, dan 3.2.2 Meyakinkan teman keinginan secara lisan dalam 3.2.3 Bercakap-cakap tentang menyapa, meyakinkan, jenis binatang bercakap-cakap, dan 3.2.4 Bercakap-cakap tentang menceritakan gambar. jenis makanan 3.2.5 Menceritakan gambar berseri

47

3.

Membaca (maca) Standar Kompetensi

3.3 Mampu memahami dan menanggapi bacaan melalui membaca dalam hati dan membaca nyaring.

Kompetensi Dasar

3.3.1 3.3.2 3.3.3 3.3.4

Membaca dalam hati karangan eksposisi Membaca nyaring karangan deskripsi Membaca nyaring (maca bedas) puisi Membaca nyaring carita pondok

4. Menulis (nulis) Standar Kompetensi 3.4 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam menulis kalimat dan paragraf pendek.

Kompetensi Dasar

3.4.1 3.4.2 3.4.3 3.4.4 3.4.5

48

Menulis kalimat berita (kalimah wawaran) Menulis kalimat luas (kalimah jembar) Menulis kalimat tanya (kalimah pananya) Menulis kalimat perintah (kalimah paréntah) Menulis paragraf pendek dengan menggunakan ejaan

KELAS IV 1. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi 4.1 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak pengumuman (béwara), dongeng, dan guguritan.

Kompetensi Dasar 4.1.1 Menyimak pengumuman 4.1.2 Menyimak dongeng 4.1.3 Menyimak guguritan

4. Berbicara (nyarita) Standar Kompetensi 4.2 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam meminta, menegur, mengkritik atau memuji, bercakap-cakap, bercerita, dan menceritakan benda.

Kompetensi Dasar 4.2.1 Menyampaikan permintaan 4.2.2 Menegur 4.2.3 Mengkritik atau memuji 4.2.4 Bercakap-cakap 4.2.5 Bercerita tentang kegemaran 4.2.6 Menceritakan benda di lingkungan

49

3. Membaca (maca) Standar Kompetensi

4.3 Mampu

memahami dan menanggapi bacaan melalui membaca cepat, teks percakapan, carita pondok, dan guguritan.

Kompetensi Dasar 4.3.1 Membaca cepat 4.3.2 Membaca teks percakapan 4.3.3 Membaca carita pondok 4.3.4 Membaca guguritan

4. Menulis (nulis) Standar Kompetensi

4.4 Mampu

mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis melalui menulis pengumuman, pengalaman, narasi, deskripsi, dan eksposisi.

Kompetensi Dasar 4.4.1 Menulis pengumuman 4.4.2 Menulis pengalaman 4.4.3 Menulis narasi 4.4.4 Menulis deskripsi 4.4.5 Menulis eksposisi

50

KELAS V 1. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi 5.1 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak penjelasan, pesan, dan dongeng.

Kompetensi Dasar 5.1.1 Menyimak penjelasan dari narasumber 5.1.2 Menyimak pesan lewat tatap muka atau telepon 5.1.3 Menyimak dongeng

2. Berbicara (nyarita) Standar Kompetensi 5.2 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam mendeskripsikan, berwawancara, berpendapat, menanggapi, menyimpulkan, dan memerankan.

51

Kompetensi Dasar 5.2.1 Mendeskripsikan benda atau alat 5.2.2 Berwawancara dengan narasumber 5.2.3 Menyampaikan pendapat tentang persoalan faktual 5.2.4 Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa 5.2.5. Menyimpulkan isi percakapan 5.2.6 Memerankan drama pendek

3. Membaca (maca) Standar Kompetensi 5.3 Mampu memahami dan menanggapi bacaan melalui membaca dalam hati dan membaca nyaring.

Kompetensi Dasar

5.3.1 5.3.2 5.3.3

Membaca dalam hati bahasan Membaca nyaring sajak Membaca carita pondok

4. Menulis (Nulis) Standar Kompetensi 5.4 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam menyusun paragraf, meringkas bacaan, menulis surat, narasi, deskripsi, dan eksposisi.

Kompetensi Dasar 5.4.1 Menyusun paragraf 5.4.2 Meringkas bacaan 5.4.3 Menulis surat 5.4.4 Menulis narasi 5.4.5 Menulis deskripsi 5.4.6 Menulis eksposisi

52

KELAS VI 1. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi 6.1 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak nasihat, berita radio/ televisi, dan dongeng.

Kompetensi Dasar 6.1.1 Menyimak nasihat 6.1.2 Menyimak berita radio/TV 6.1.3 Menyimak dongeng

2. Berbicara (nyarita) Standar Kompetensi 6.2 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam menceritakan hasil pengamatan, membahas buku, mengeritik, berpidato, berdiskusi, dan memerankan drama.

Kompetensi Dasar 6.2.1 Menceritakan hasil pengamatan 6.2.2 Membahas isi buku 6.2.3 Mengeritik dengan alasan 6.2.4 Berpidato (biantara) 6.2.5 Berdiskusi (sawala) 6.2.6 Memerankan drama anak-anak

53

3. Membaca (maca) Kompetensi Dasar Mampu memahami dan 6.3.1 Membaca sekilas menanggapi bacaan 6.3.2 Membaca cepat melalui membaca 6.3.3 Membaca intensif sekilas (skimming), membaca cepat, dan membaca intensif.

Standar Kompetensi

6.3

4. Menulis (nulis) Standar Kompetensi 6.4 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam mengisi formulir, melengkapi karangan, menulis kejadian, berita, riwayat hidup, dan pidato.

Kompetensi Dasar

6.4.1 6.4.2 6.4.3 6.4.4 6.4.5

6.4.6

54

Mengisi formulir Melengkapi karangan Menuliskan kejadian Menuliskan berita Menulis riwayat hidup Menulis pidato (biantara)

G. Arah Pengembangan 1. Bahasa Pengantar Pembelajaran Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun sepenuhnya. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsung-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa wewengkon, katakata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimak-berbicara) dan kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda, kemampuan berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan tentang budaya Sunda, juga diarahkan untuk mempertajam perasaan murid. Di samping itu, diharapkan murid tidak hanya mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat menghargai perbedaan yang berlatar belakang budaya. Murid tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang lugas dan tersurat, melainkan juga yang kias dan tersirat. Agar murid mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali murid terampil berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Murid dilatih lebih banyak menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa. Juga pembelajaran sastra Sunda diarahkan agar murid beroleh pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, bukan pada

55

pengetahuan sastra. Dalam sastra terkandung pengalaman manusia, yang meliputi pengalaman pengindraan, perasaan, kahyal, dan perenungan, yang secara terpadu diwujudkan dalam penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Melalui sastra murid diajak untuk memahami, menikmati, dan menghayati karya sastra. Pengetahuan tentang sastra dijadikan penunjang dalam mengapresiasi karya sastra. Dengan demikian, fungsi utama sastra sebagai penghalus budi, peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, serta penyaluran gagasan dan imajinasi secara kreatif dapat tercapai dan tersalurkan. Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi berbagai konteks, antara lain, siapa penyapa dan pesapa, pada situasi bagaimana, di mana tempatnya, kapan waktunya, media apa yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk keperluan itu, dalam pembelajaran bahasa dapat digunakan berbagai pendekatan, antara lain, pendekatan kompetensi komunikatif dan pendekatan kontekstual dengan berbagai media dan sumber belajar. Murid adalah peserta aktif atau sebagai pelajar. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda, murid harus mendapat kesempatan yang sebanyak-banyaknya dan seluasluasnya untuk beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Sunda, melalui kegiatan reseptif (menyimak, membaca) dan kegiatan produktif (berbicara, menulis). Di dalam hal ini perlu pula dipertimbangan pemakaian aspek-aspek kebahasaan yang berupa fonem, kata, kalimat, dan paragraf. 3. Pengorganisasian Materi 1) Kompetensi, Indikator, dan Materi Pokok Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda merupakan kerangka tentang standar kompetensi yang harus diketahui, dilakukan, dan dikuasai oleh peserta didik pada setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam dua komponen utama, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.

56

Standar kompetensi mencakup menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Masing-masing bersangkutan dengan kemampuan berbahasa dan pengalaman bersastra. Aspek-aspek tersebut dalam pembelajarannya dilaksanakan secara terpadu. Pada gambar berikut terlihat bagaimana sebuah tema atau kebahasaan dapat terpadu dalam dua aspek atau lebih. Penekanan bisa dilakukan pada salah satu aspek.

Kompetensi dasar yang dicantumkan dalam sebuah standar kompetensi merupakan kemampuan minimal yang harus dikuasai murid. Oleh karena itu, guru di daerah atau di sekolah dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan keadaan dan keperluan setempat dalam silabus dan rencana pembelajaran. Perumusan kompetensi dasar dilakukan dalam bentuk konstruksi predikatif, yakni struktur predikat dan objek (P-O), seperti menyimak dongeng atau struktur predikat dan keterangan (P-Ket) seperti membaca nyaring. Akibat kedua

57

struktur predikatif tersebut, isi kompetensi dasar memperlihatkan kemampuan proses dan kemampuan substansi. Memang tampak adanya ketidakajegan, namun hal itu tidak dapat dihindari karena kompetensi dasar dapat mengacu kepada kemampuan proses maupun substansi. 4. Penomoran Kompetensi Penomoran dalam standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dimaksudkan untuk memudahkan penandaan jumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang terdapat pada kelas tertentu (I - XII). Standar kompetensi mengacu kepada empat aspek keterampilan bahasa, yakni (1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Untuk menandai keterkaitan kelas dan SK, penomoran KD dibuat dalam tiga angka. Angka pertama menunjukkan kelas, angka kedua menunjukkan nomor SK, dan angka ketiga menunjukkan nomor KD. Contoh: KELAS IV 1. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

4.1 Mampu memahami dan 4.1.1 Menyimak pengumuman menanggapi wacana 4.1.2 Menyimak dongeng lisan melalui menyimak 4.1.3 Menyimak guguritan pengumuman, dongeng, dan guguritan.

Nomor-nomor kompetensi dasar tersebut bukan urutan pembelajaran. Guru dapat memilih dan memulai dari nomor kompetensi dasar mana saja.

58

5. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar 5.1 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. Teknologi komunikasi berupa media cetak dan elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. 5.2 Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Murid diupayakan agar berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam penelaahan bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran sastra, murid diupayakan untuk mengetahui kehidupan sastra secara eksplisit atau secara implisit seperti yang terkandung di dalam unsur-unsur kesenian Sunda (seni pertunjukan/teater, seni tari, seni rupa, seni karawitan, dan seni kriya). 6. Bacaan Wajib Sastra Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar membaca, setiap murid pada jenjang SD/MI diwajibkan membaca sejumlah karya sastra (puisi, cerpen, novel, dan drama) yang sesuai dalam jumlah yang memadai. Pengajaran apresiasi sastra ini disesuaikan dengan kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam kurikulum pada aspek kemampuan bersastra. Pemilihan bahan ajar ini dapat dilihat pada bagian lampiran atau dicari pada sumber lain.

59

7. Penilaian Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi untuk mengetahui pencapaian kompetensi berbahasa dan bersastra Sunda oleh murid setelah beberapa kali tatap muka di kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada tengah semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, baik yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra. Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes (pengukuran), bukan tes (pengamatan kinerja murid keseharian), atau portopolio (pengumpulan dan pengamatan seluruh karya murid, dari awal sampai akhir tahun). 8. Diversifikasi Kurikulum 8.1 Kesamaan Beroleh Kesempatan Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada penyeragaman untuk semua sekolah atau semua murid. Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan murid yang berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi pada kurikulum memberikan peluang bagi murid yang berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan tambahan. Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan. Seluruh murid dari berbagai kelompok, seperti yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya. 8.2 Kategorisasi Lokasi Kebahasaan Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam

60

hubungan itu, bagi daerah-daerah yang murid-muridnya berbahasa ibu bukan bahasa Sunda kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan daerah setempat. Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.

9. Pengembangan Materi Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru dan sekolah untuk menentukan bahan ajar berdasarkan kompetensi dasar. Penentuan itu disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa berbedabeda. Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat dijadikan acuan oleh para guru. 9.1 Materi Kebahasaan Kebahasaan atau pengetahuan bahasa masih diperlukan dalam belajar berbahasa. Pembelajaran bahasa Sunda tidak secara khusus mengajarkan pengetahuan bahasa, melainkan keterampilan berbahasa. Aspek kebahasaan (kosa kata dan tata bahasa) disajikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa secara integratif. Pertama, bahan ajar kosa kata diterapkan di dalam kalimat, bukan daftar kata-kata berserta maknanya. Cakupan kosa kata dapat berupa pemakaian seperti berikut: (1) kata-kata khusus (istilah) yang berkaitan dengan sosial-budaya Sunda; (2) kata-kata lugas (denotatif) dan kata kiasan (konotatif); (3) kata-kata yang berhubungan makna (sinonim, antonim, homonim, hiponim); (4) perubahan makna (meluas, menyempit, meningkat, menurun, sinestesia, asosiasi); (5) ungkapan (babasan) dan peribahasa (paribasa); (6) majas (gayabasa) dan rima (purwakanti);

61

(7) tatakrama basa atau undak usuk basa dalam percakapan (paguneman). Kedua, bahan ajar tata bahasa diperlukan ketika membetulkan kesalahan pemakaian kaidah bahasa sebagai latihan disiplin berbahasa. Bukan pembelajaran tentang tata bahasa, tetapi pemakaian atau penerapannya dalam kalimat. Cakupan tata bahasa meliputi aspek-aspek berikut: (1) lafal dan ejaan; (2) pemakaian bentuk kata (wangun kecap) yang meliputi kata dasar (kecap asal), kata turunan (kecap rundayan), kata ulang (kecap rajekan), dan kata majemuk (kecap kantetan) dalam kalimat. Misalnya, kata berimbuhan N- dan di-, diajarkan ketika bertemu dengan materi pokok kalimat aktif (kalimah aktip) dan kalimat pasif (kalimah pasip); (3) pemakaian bentuk kalimat (wangun kalimah), berawal dari kalimat sederhana (kalimah basajan), kalimat luas (kalimah jembar), menuju ke kalimat majemuk (kalimah ngantet) dan kalimat bertingkat (kalimah sumeler); (4) pemakaian fungsi kalimat (kagunaan kalimah) yang meliputi kalimat berita (kalimah wawaran), kalimat tanya (kalimah pananya), kalimat perintah (kalimah parentah), dan kalimat seru (kalimah panyeluk); (5) pemakaian tipe kalimat (wanda kalimah) yang meliputi kalimat langsung dan kalimat tak langsung, kalimat aktif (kalimah migawe), kalimat pasif (kalimah kapigawe), kalimat refleksif (kalimah migawe maneh), dan kalimat resiprokatif (kalimah silihbales) berada dalam pembelajaran wacana dialog dan drama. Ketiga, bahan ajar wacana atau teks berkaitan dengan aspek keterampilan berbahasa dan bersastra, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Cakupan wacana dapat berupa:

62

(1) paragraf, petikan cerita, surat, dan artikel; (2) bentuk wacana seperti narasi (carita), deskripsi (dadaran, candraan), eksposisi (pedaran), dan argumentasi (bahasan); (3) jenis wacana seperti puisi (wangun ugeran), prosa (wangun lancaran), dan drama (wangun paguneman). 9.2 Materi Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa memiliki urutan yang alamiah, mulai dari menyimak (ngaregepkeun) dan berbicara (nyarita), sebagai kegiatan berbahasa lisan serta membaca (maca), dan menulis (nulis) sebagai kegiatan berbahasa tulis. Menyimak dan membaca termasuk kegiatan berbahasa reseptif, sedangkan berbicara dan menulis termasuk kegiatan berbahasa produktif. Aspek Menyimak (ngaregepkeun) Menyimak adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana lisan melalui mendengarkan lambing-lambang bunyi ujaran. Kegiatannya dapat berupa mendengarkan: (1) pembacaan puisi; (2) penuturan dongeng; (3) pembacaan cerita; (4) pembacaan kutipan novel; (5) pengumuman (wawaran, bewara); (6) dialog atau diskusi; (7) khutbah/pidato/ceramah; (8) acara radio/TV; (9) kakawihan, kawih, dan tembang. a.

Aspek Berbicara (nyarita) Aspek berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) secara lisan. Kegiatannya dapat berupa: (1) bercerita (ngadongeng), b.

63

(10) (11) (12) (13) (14) (15)

(2) berwawancara (wawancara), (3) menceritakan kembali (nyaritakeun deui); (4) menyampaikan pesan (nepikeun amanat); (5) bermain peran (metakeun, ngaragakeun); (6) menyapa (tumanya); (7) mengeritik (ngeritik, nyawad); (8) memberikan pujian/memuji (muji); (9) memberikan tanggapan (mere tanggapan); mendiskusikan (nyawalakeun, ngadiskusikeun); membahas (medar); menyanggah pendapat/menolak usul; berpidato (biantara); bercakap-cakap (ngobrol, ngawangkong); melisankan hasil sastra (puisi, prosa, dan drama).

c. Aspek Membaca (maca) Membaca adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana tulis atau bacaan. Aspek membaca dapat berupa kegiatan: (1) membaca permulaan (maca munggaran); (2) membaca pemahaman (maca nyangkem); (3) membaca nyaring (maca bedas); (4) membaca bersuara (maca nyoara); (5) membaca memindai (maca tenget); (6) membaca cepat (maca gancang); (7) membaca dalam hati (maca jero hate, ngilo); (8) membaca pendalaman (maca neuleuman); (9) membaca berurutan (maca ngaruntuy); (10) membaca sekilas (maca saliwat, saulas); (11) membaca intensif (maca intensif, ngulik); (12) membaca ekstensif (maca ekstensif, ngalanglang); (13) membaca naskah drama; (14) membaca sajak (maca sajak).

64

(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

d. Aspek Menulis (nulis) Menulis adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) secara tertulis atau melalui lambanglambang grafis. Aspek menulis dapat berupa kegiatan: (1) menulis permulaan (nulis munggaran); (2) menyalin (nyalin); (3) mendeskripsikan (ngadadarkeun); (4) melengkapi karangan rumpang (ngalengkepan); (5) menulis paragraf; (6) menulis surat; (7) menyunting (nyarungsum); (8) menerapkan ejaan dan tanda baca; (9) menulis rangkuman (ngarangkum); menulis teks pidato; menulis laporan; menulis pesan ringkas; menulis iklan; menulis warta/berita; menulis artikel; menulis bahasan.

65

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA

SMP/MTs. PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN

66

MATA PELAJARAN MUATA LOKAL BAHASA DAN SASTRA SUNDA SMP/MTs A. Latar Belakang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan dan Kebudayaan di samping sejalan pula dengan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang “pemeliharaan bahasa-bahasa ibu”, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan. SKKD ini diputuskan oleh Gubernur Jawa Barat dengan Nomor 423.5/Kep.674Disdik/2006. Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Karena kenyataan ini, pembelajaran bahasa Sunda di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan prinsip pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil pembelajaran di lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa Sunda sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan kondisi bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini harus disikapi dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok agar berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda dewasa ini. Alokasi waktu untuk Mata Pelajaran Bahasa Sunda 2

67

(dua) jam pelajaran. Dengan demikian, KTSP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda yang dibuat guru tersebut harus berbanding lurus dengan alokasi waktu yang tersedia. Bahasa Sunda menjadi bahasa tutur dan bahasa tulis pada masyarakat Jawa Barat. Tuturan dan wacana tulis itu dapat dijadikan bahan untuk menjabarkan lebih lanjut Materi Pokok seraya tetap mengacu pada Kompetensi Dasar dan Indikator yang tercantum pada standar kompetensi. Bahasa Sunda adalah bahasa daerah yang memiliki jumlah penuturnya yang sangat banyak, menyebar di wilayah yang sangat luas (Jawa Barat, Banten, dan bagianbagian barat Jawa Tengah), serta memiliki beberapa basa wewengkon (dialek). Kenyataan tersebut harus diantisipasi sekolah secara wajar, yakni dengan mengenalkan bahasa dialek dalam bahasa tutur setempat seraya mengenalkan pula bahasa Sunda lulugu sebagai padanannya. Penutur bahasa Sunda menjadi dwibahasawan, selain berkomunikasi dengan bahasa Sunda, juga menggunakan bahasa Indonesia. Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda berpijak pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra. Belajar bahasa dan sastra pada dasarnya adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai nilai-nilai kemanusiaan serta nilainilai kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Sunda diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, serta untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra Sunda. Sebagai alat komunikasi, bahasa Sunda digunakan untuk bertukar pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan), baik lisan maupun tulis, menyertai berbagai segi kehidupan masyarakat penuturnya. Dalam fungsinya untuk mengungkapkan imajinasi dan kreativitas, bahasa Sunda juga telah menghasilkan aneka ragam bentuk dan jenis karya sastra dalam tradisi yang telah bersejarah. Dengan demikian, pemilihan bahan (materi) pembelajaran akan semakin penting, apalagi hanya tersedia waktu dua jam pelajaran dalam satu minggu.

68

B. Pengertian Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda SMP/MTs adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda peserta didik pada jenjang satuan pendidikan tersebut. C. Fungsi, dan Tujuan 1. Fungsi Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara terpadu. Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara. Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa Sunda untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya daerah (Sunda). 2. Tujuan Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini bertujuan memberikan petunjuk, arahan, kejelasan, dan

69

kemudahan kepada para pelaksana pendidikan di sekolah dalam melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. Sebagai acuan program dalam pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda, isi standar kompetensi dan kompetensi dasar ini didasarkan pada tujuan umum pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, yakni peserta didik memperoleh pengalaman dan pengetahuan berbahasa serta bersastra Sunda. Tujuan umum tersebut dapat diperinci sebagai berikut. 1) Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah di Jawa Barat, yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakatnya. 2) Peserta didik memahami bahasa Sunda dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan, keperluan, dan keadaan). 3) Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan dalam berbahasa Sunda untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. 4) Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra Sunda untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Sunda, mengembangkan kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan. 5) Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Sunda sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Sunda.

D. Standar Kompetensi Lulusan SMP/MTs. Standar kompetensi lulusan SMP/MTs. dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek berikut.

70

a. Menyimak (ngaregepkeun) Mampu menyimak, memahami, dan menanggapi beragam wacana lisan yang berupa percakapan, pidato, pembacaan atau pelantunan puisi (sajak, pupujian, guguritan), dan pembacaan prosa (dongeng, cerpen, novel, carita pondok, berita, biografi, bahasan, dan artikel). b. Berbicara (nyarita) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan yang berupa percakapan, wawancara, bercerita, menceritakan, mengumumkan, menelpon, menjelaskan, berdiskusi, pidato, dan bermain peran. c. Membaca (maca) Mampu membaca, memahami, dan menanggapi beragam teks yang berupa percakapan, prosa (sejarah, bahasan, biografi, carita pondok, dongeng, novel), dan puisi (sajak, sawer, guguritan, wawacan). d. Menulis (nulis) Mampu mengungkapkan berbagai pesan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam beragam karangan yang berupa pedoman wawancara, prosa (pengalaman, biografi, bahasan, berita, esai, surat, carita pondok, laporan, karangan ilmiah), dan puisi (sajak, guguritan, sisindiran). E. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra Sunda, yang meliputi aspek-aspek berikut: 1. menyimak (ngaregepkeun); 2. berbicara (nyarita); 3. membaca (maca); dan 4. menulis (nulis).

71

Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut dikaitkan dengan aspek tema dan kaidah bahasa (kebahasaan) seperti lafal dan ejaan, pembentukan kata, dan penataan kalimat.

F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. KELAS VII 1. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi 4.2 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak percakapan, dongeng, dan pupujian.

5.

Kompetensi Dasar

4.2.1 Menyimak penggalanpenggalan percakapan (rekaman; dibacakan) 7.1.2 Menyimak dongeng 7.1.3 Menyimak pupujian

Berbicara (nyarita) Standar Kompetensi 7.2 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam menyampaikan pengumuman, bercerita tentang pengalaman, menyampaikan bahasan, menceritakan tokoh, berbicara melalui telepon, dan bercakap-cakap dengan teman.

Kompetensi Dasar 7.2.1 Menyampaikan pengumuman (wawaran) 7.2.2 Menceritakan pengalaman 7.2.3 Menyampaikan bahasan 7.2.4 Menceritakan tokoh idola 7.2.5 Berbicara melalui telepon 7.2.6 Bercakap-cakap (guneman) dengan teman sekelas

72

6.

Membaca (maca) Standar Kompetensi

7.3 Mampu

memahami dan menanggapi bacaan melalui membaca sejarah lokal/cerita babad, teks percakapan, dongeng, dan carita pondok. .

Kompetensi Dasar

7.3.1 7.3.2 7.3.3

7.3.4

Membaca sejarah lokal/cerita babad Membaca teks percakapan (paguneman) Membaca dongeng Membaca carita pondok

4. Menulis (nulis) Standar Kompetensi 7.4 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam bentuk menulis pengalaman, biografi, sajak, bahasan, dan berita (warta).

Kompetensi Dasar 7.4.1 Menulis pengalaman 7.4.2 Menulis biografi singkat 7.4.3 Menulis sajak 7.4.4 Menulis bahasan (eksposisi) 7.4.5 Menulis berita (warta)

73

KELAS VIII 1. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi 8.1 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak lirik (rumpaka) lagu, puisi sawer, dan pembacaan bahasan.

2.

Kompetensi Dasar 8.1.1 Menyimak lirik (rumpaka) lagu-lagu kawih (dinyanyikan langsung atau rekaman) 8.1.2 Menyimak puisi sawer 8.1.3 Menyimak bahasan tentang jenis-jenis kesenian daerah

Berbicara (nyarita) Standar Kompetensi 8.2

Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam berwawancara, berdiskusi, menyampaikan informasi dan laporan perjalanan, memandu acara, dan memimpin diskusi.

Kompetensi Dasar 8.2.1 Berwawancara dengan narasumber 8.2.2 Berdebat dalam diskusi 8.2.3 Menyampaikan informasi 8.2.4 Menyampaikan laporan perjalanan 8.2.5 Memandu acara kegiatan 8.2.6 Memimpin diskusi

74

3. Membaca (maca) Standar Kompetensi 8.3 Mampu memahami dan menanggapi bacaan melalui membaca teks kepahlawanan, cerita wawacan, sajak, dan argumentasi.

Kompetensi Dasar

8.3.1 8.3.2 8.3.3 8.3.4

7.

Membaca wacana tentang pahlawan Membaca penggalan cerita wawacan Membaca sajak (poetry reading) Membaca wacana argumentasi

Menulis (nulis) Standar Kompetensi 8.4 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam bentuk surat, esai, laporan, sisindiran, dan guguritan.

Kompetensi Dasar 8.4.1 Menulis surat 8.4.2 Menulis esai 8.4.3 Menulis laporan 8.4.4 Menulis sisindiran 8.4.5 Menyusun guguritan

75

KELAS IX 1. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi

9.1 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak pidato/khotbah, lirik (rumpaka) lagu jenis tembang, dan pembacaan cerita pendek (carita pondok).

Kompetensi Dasar

9.1.1 9.1.2 9.1.3

Menyimak pidato (biantara)/ khotbah (hutbah). Menyimak lirik (rumpaka) lagu-lagu jenis tembang Menyimak pembacaan cerita pendek (carita pondok)

2. Berbicara (nyarita) Standar Kompetensi 9.2 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam bentuk mengemukakan kritik, berpidato, menceritakan isi novel, berdiskusi, bermain peran, dan dramatisasi/ musikalisasi puisi.

Kompetensi Dasar Mengkritik berbagai karya seni

9.2.2 9.2.3 9.2.4 9.2.5 9.2.6

76

Berpidato (biantara) Menceritakan isi novel Berdiskusi di kelas Bermain peran berdasarkan naskah drama Dramatisasi/musikalisasi puisi

3. Membaca (maca) Standar Kompetensi

9.3

Mampu memahami dan menanggapi bacaan melalui membaca artikel, bahasan, puisi, dan naskah drama.

Kompetensi Dasar 9.3.1 Membaca artikel 9.3.2 Membacakan bahasan karangan sendiri 9.3.3 Membacakan puisi karangan sendiri 9.3.4 Membaca wacana dialog (paguneman)/naskah drama

4. Menulis (nulis) Standar Kompetensi 9.4 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam bentuk surat, berita, teks pidato, hasil wawancara, dan bahasan.

Kompetensi Dasar 9.4.1 Menulis surat 9.4.2 Menulis berita 9.4.3 Menulis teks pidato 9.4.4 Menulis hasil wawancara 9.4.5 Menulis bahasan

77

G. Arah Pengembangan 1. Bahasa Pengantar Pembelajaran Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun sepenuhnya. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsung-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa wewengkon, katakata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimak-berbicara) dan kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda, kemampuan berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan tentang budaya Sunda, juga diarahkan untuk mempertajam perasaan murid. Di samping itu, diharapkan murid tidak hanya mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat menghargai perbedaan yang berlatar belakang budaya. Murid tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang lugas dan tersurat, melainkan juga yang kias dan tersirat. Agar murid mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali murid terampil berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Murid dilatih lebih banyak menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa. Juga pembelajaran sastra Sunda diarahkan agar murid beroleh pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, bukan pada pengetahuan sastra. Dalam sastra terkandung pengalaman

78

manusia, yang meliputi pengalaman pengindraan, perasaan, kahyal, dan perenungan, yang secara terpadu diwujudkan dalam penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Melalui sastra murid diajak untuk memahami, menikmati, dan menghayati karya sastra. Pengetahuan tentang sastra dijadikan penunjang dalam mengapresiasi karya sastra. Dengan demikian, fungsi utama sastra sebagai penghalus budi, peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, serta penyaluran gagasan dan imajinasi secara kreatif dapat tercapai dan tersalurkan. Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi berbagai konteks, antara lain, siapa penyapa dan pesapa, pada situasi bagaimana, di mana tempatnya, kapan waktunya, media apa yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk keperluan itu, dalam pembelajaran bahasa dapat digunakan berbagai pendekatan, antara lain, pendekatan kompetensi komunikatif dan pendekatan kontekstual dengan berbagai media dan sumber belajar. Murid adalah peserta aktif atau sebagai pelajar. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda, murid harus mendapat kesempatan yang sebanyak-banyaknya dan seluasluasnya untuk beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Sunda, melalui kegiatan reseptif (menyimak, membaca) dan kegiatan produktif (berbicara, menulis). Di dalam hal ini perlu pula dipertimbangan pemakaian aspek-aspek kebahasaan yang berupa fonem, kata, kalimat, dan paragraf. 3. Pengorganisasian Materi 1) Kompetensi, Indikator, dan Materi Pokok Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda merupakan kerangka tentang standar kompetensi yang harus diketahui, dilakukan, dan dikuasai oleh peserta didik pada setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam dua komponen utama, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.

79

Standar kompetensi mencakup menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Masing-masing bersangkutan dengan kemampuan berbahasa dan pengalaman bersastra. Aspek-aspek tersebut dalam pembelajarannya dilaksanakan secara terpadu. Pada gambar berikut terlihat bagaimana sebuah tema atau kebahasaan dapat terpadu dalam dua aspek atau lebih. Penekanan bisa dilakukan pada salah satu aspek.

Kompetensi dasar yang dicantumkan dalam sebuah standar kompetensi merupakan kemampuan minimal yang harus dikuasai murid. Oleh karena itu, guru di daerah atau di sekolah dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan keadaan dan keperluan setempat dalam silabus dan rencana pembelajaran. Perumusan kompetensi dasar dilakukan dalam bentuk konstruksi predikatif, yakni struktur predikat dan objek (P-O), seperti menyimak dongeng atau struktur predikat dan keterangan (P-Ket) seperti membaca nyaring. Akibat kedua

80

struktur predikatif tersebut, isi kompetensi dasar memperlihatkan kemampuan proses dan kemampuan substansi. Memang tampak adanya ketidakajegan, namun hal itu tidak dapat dihindari karena kompetensi dasar dapat mengacu kepada kemampuan proses maupun substansi. 4. Penomoran Kompetensi Penomoran dalam standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dimaksudkan untuk memudahkan penandaan jumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang terdapat pada kelas tertentu (I - XII). Standar kompetensi mengacu kepada empat aspek keterampilan bahasa, yakni (1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Untuk menandai keterkaitan kelas dan SK, penomoran KD dibuat dalam tiga angka. Angka pertama menunjukkan kelas, angka kedua menunjukkan nomor SK, dan angka ketiga menunjukkan nomor KD. Contoh: KELAS VII 2. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

7.1 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak pencakapan, sajak, dan pupujian.

7.1.1

Menyimak penggalan percakapan (rekaman, dibacakan) 7.1.2 Menyimak pembacaan sajak pilihan teman sekelas 7.1.3 Menyimak pupujian

Nomor-nomor kompetensi dasar tersebut bukan urutan pembelajaran. Guru dapat memilih dan memulai dari nomor kompetensi dasar mana saja.

81

5. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar 5.1 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. Teknologi komunikasi berupa media cetak dan elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. 5.2 Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Murid diupayakan agar berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam penelaahan bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran sastra, murid diupayakan untuk mengetahui kehidupan sastra secara eksplisit atau secara implisit seperti yang terkandung di dalam unsur-unsur kesenian Sunda (seni pertunjukan/teater, seni tari, seni rupa, seni karawitan, dan seni kriya). 6. Bacaan Wajib Sastra Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar membaca, setiap murid pada jenjang SMP/MTs diwajibkan membaca sejumlah karya sastra (puisi, cerpen, novel, dan drama) yang sesuai dalam jumlah yang memadai. Pengajaran apresiasi sastra ini disesuaikan dengan kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam kurikulum pada aspek kemampuan bersastra. Pemilihan bahan ajar ini dapat dilihat pada bagian lampiran atau dicari pada sumber lain.

82

7. Penilaian Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi untuk mengetahui pencapaian kompetensi berbahasa dan bersastra Sunda oleh murid setelah beberapa kali tatap muka di kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada tengah semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, baik yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra. Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes (pengukuran), bukan tes (pengamatan kinerja murid keseharian), atau portopolio (pengumpulan dan pengamatan seluruh karya murid, dari awal sampai akhir tahun). 8. Diversifikasi Kurikulum 8.1 Kesamaan Beroleh Kesempatan Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada penyeragaman untuk semua sekolah atau semua murid. Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan murid yang berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi pada kurikulum memberikan peluang bagi murid yang berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan tambahan. Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan. Seluruh murid dari berbagai kelompok, seperti yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya. 8.2 Kategorisasi Lokasi Kebahasaan Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam

83

hubungan itu, bagi daerah-daerah yang murid-muridnya berbahasa ibu bukan bahasa Sunda kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan daerah setempat. Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.

9. Pengembangan Materi Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru dan sekolah untuk menentukan bahan ajar berdasarkan kompetensi dasar. Penentuan itu disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa berbedabeda. Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat dijadikan acuan oleh para guru. 9.1 Materi Kebahasaan Kebahasaan atau pengetahuan bahasa masih diperlukan dalam belajar berbahasa. Pembelajaran bahasa Sunda tidak secara khusus mengajarkan pengetahuan bahasa, melainkan keterampilan berbahasa. Aspek kebahasaan (kosa kata dan tata bahasa) disajikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa secara integratif. Pertama, bahan ajar kosa kata diterapkan di dalam kalimat, bukan daftar kata-kata berserta maknanya. Cakupan kosa kata dapat berupa pemakaian seperti berikut: (1) kata-kata khusus (istilah) yang berkaitan dengan sosial-budaya Sunda; (2) kata-kata lugas (denotatif) dan kata kiasan (konotatif); (3) kata-kata yang berhubungan makna (sinonim, antonim, homonim, hiponim); (4) perubahan makna (meluas, menyempit, meningkat, menurun, sinestesia, asosiasi); (5) ungkapan (babasan) dan peribahasa (paribasa); (6) majas (gayabasa) dan rima (purwakanti);

84

(7) tatakrama basa atau undak usuk basa dalam percakapan (paguneman). Kedua, bahan ajar tata bahasa diperlukan ketika membetulkan kesalahan pemakaian kaidah bahasa sebagai latihan disiplin berbahasa. Bukan pembelajaran tentang tata bahasa, tetapi pemakaian atau penerapannya dalam kalimat. Cakupan tata bahasa meliputi aspek-aspek berikut: (1) lafal dan ejaan; (2) pemakaian bentuk kata (wangun kecap) yang meliputi kata dasar (kecap asal), kata turunan (kecap rundayan), kata ulang (kecap rajekan), dan kata majemuk (kecap kantetan) dalam kalimat. Misalnya, kata berimbuhan N- dan di-, diajarkan ketika bertemu dengan materi pokok kalimat aktif (kalimah aktip) dan kalimat pasif (kalimah pasip); (3) pemakaian bentuk kalimat (wangun kalimah), berawal dari kalimat sederhana (kalimah basajan), kalimat luas (kalimah jembar), menuju ke kalimat majemuk (kalimah ngantet) dan kalimat bertingkat (kalimah sumeler); (4) pemakaian fungsi kalimat (kagunaan kalimah) yang meliputi kalimat berita (kalimah wawaran), kalimat tanya (kalimah pananya), kalimat perintah (kalimah parentah), dan kalimat seru (kalimah panyeluk); (5) pemakaian tipe kalimat (wanda kalimah) yang meliputi kalimat langsung dan kalimat tak langsung, kalimat aktif (kalimah migawe), kalimat pasif (kalimah kapigawe), kalimat refleksif (kalimah migawe maneh), dan kalimat resiprokatif (kalimah silihbales) berada dalam pembelajaran wacana dialog dan drama. Ketiga, bahan ajar wacana atau teks berkaitan dengan aspek keterampilan berbahasa dan bersastra, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Cakupan wacana dapat berupa:

85

(1) paragraf, petikan cerita, surat, dan artikel; (2) bentuk wacana seperti narasi (carita), deskripsi (dadaran, candraan), eksposisi (pedaran), dan argumentasi (bahasan); (3) jenis wacana seperti puisi (wangun ugeran), prosa (wangun lancaran), dan drama (wangun paguneman). 9.2 Materi Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa memiliki urutan yang alamiah, mulai dari menyimak (ngaregepkeun) dan berbicara (nyarita), sebagai kegiatan berbahasa lisan serta membaca (maca), dan menulis (nulis) sebagai kegiatan berbahasa tulis. Menyimak dan membaca termasuk kegiatan berbahasa reseptif, sedangkan berbicara dan menulis termasuk kegiatan berbahasa produktif. a. Aspek Menyimak (ngaregepkeun) Menyimak adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana lisan melalui mendengarkan lambing-lambang bunyi ujaran. Kegiatannya dapat berupa mendengarkan: (1) pembacaan puisi; (2) penuturan dongeng; (3) pembacaan cerita; (4) pembacaan kutipan novel; (5) pengumuman (wawaran, bewara); (6) dialog atau diskusi; (7) khutbah/pidato/ceramah; (8) acara radio/TV; (9) kakawihan, kawih, dan tembang. b. Aspek Berbicara (nyarita) Aspek berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) secara lisan. Kegiatannya dapat berupa: (1) bercerita (ngadongeng),

86

(2) berwawancara (wawancara), (3) menceritakan kembali (nyaritakeun deui); (4) menyampaikan pesan (nepikeun amanat); (5) bermain peran (metakeun, ngaragakeun); (6) menyapa (tumanya); (7) mengeritik (ngeritik, nyawad); (8) memberikan pujian/memuji (muji); (9) memberikan tanggapan (mere tanggapan); (10) mendiskusikan (nyawalakeun, ngadiskusikeun); (11) membahas (medar); (12) menyanggah pendapat/menolak usul; (13) berpidato (biantara); (14) bercakap-cakap (ngobrol, ngawangkong); (15) melisankan hasil sastra (puisi, prosa, dan drama). c. Aspek Membaca (maca) Membaca adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana tulis atau bacaan. Aspek membaca dapat berupa kegiatan: (1) membaca permulaan (maca munggaran); (2) membaca pemahaman (maca nyangkem); (3) membaca nyaring (maca bedas); (4) membaca bersuara (maca nyoara); (5) membaca memindai (maca tenget); (6) membaca cepat (maca gancang); (7) membaca dalam hati (maca jero hate, ngilo); (8) membaca pendalaman (maca neuleuman); (9) membaca berurutan (maca ngaruntuy); (10) membaca sekilas (maca saliwat, saulas); (11) membaca intensif (maca intensif, ngulik); (12) membaca ekstensif (maca ekstensif, ngalanglang); (13) membaca naskah drama; (14) membaca sajak (maca sajak).

87

d. Aspek Menulis (nulis) Menulis adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) secara tertulis atau melalui lambanglambang grafis. Aspek menulis dapat berupa kegiatan: (1) menulis permulaan (nulis munggaran); (2) menyalin (nyalin); (3) mendeskripsikan (ngadadarkeun); (4) melengkapi karangan rumpang (ngalengkepan); (5) menulis paragraf; (6) menulis surat; (7) menyunting (nyarungsum); (8) menerapkan ejaan dan tanda baca; (9) menulis rangkuman (ngarangkum); (10) menulis teks pidato; (11) menulis laporan; (12) menulis pesan ringkas; (13) menulis iklan; (14) menulis warta/berita; (15) menulis artikel; (16) menulis bahasan.

88

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA

SMA/SMK/MA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN

89

MATA PELAJARAN MUATA LOKAL BAHASA DAN SASTRA SUNDA SMA/SMK/MA

A. Latar Belakang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan dan Kebudayaan di samping sejalan pula dengan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang “pemeliharaan bahasa-bahasa ibu”, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan. SKKD ini diputuskan oleh Gubernur Jawa Barat dengan Nomor 423.5/Kep.674Disdik/2006. Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Karena kenyataan ini, pembelajaran bahasa Sunda di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan prinsip pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil pembelajaran di lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa Sunda sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan kondisi bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini harus disikapi dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok agar berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda

90

dewasa ini. Alokasi waktu untuk Mata Pelajaran Bahasa Sunda 2 (dua) jam pelajaran. Dengan demikian, KTSP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda yang dibuat guru tersebut harus berbanding lurus dengan alokasi waktu yang tersedia. Bahasa Sunda menjadi bahasa tutur dan bahasa tulis pada masyarakat Jawa Barat. Tuturan dan wacana tulis itu dapat dijadikan bahan untuk menjabarkan lebih lanjut Materi Pokok seraya tetap mengacu pada Kompetensi Dasar dan Indikator yang tercantum pada standar kompetensi. Bahasa Sunda adalah bahasa daerah yang memiliki jumlah penuturnya yang sangat banyak, menyebar di wilayah yang sangat luas (Jawa Barat, Banten, dan bagianbagian barat Jawa Tengah), serta memiliki beberapa basa wewengkon (dialek). Kenyataan tersebut harus diantisipasi sekolah secara wajar, yakni dengan mengenalkan bahasa dialek dalam bahasa tutur setempat seraya mengenalkan pula bahasa Sunda lulugu sebagai padanannya. Penutur bahasa Sunda menjadi dwibahasawan, selain berkomunikasi dengan bahasa Sunda, juga menggunakan bahasa Indonesia. Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda berpijak pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra. Belajar bahasa dan sastra pada dasarnya adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai nilai-nilai kemanusiaan serta nilainilai kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Sunda diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, serta untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra Sunda. Sebagai alat komunikasi, bahasa Sunda digunakan untuk bertukar pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan), baik lisan maupun tulis, menyertai berbagai segi kehidupan masyarakat penuturnya. Dalam fungsinya untuk mengungkapkan imajinasi dan kreativitas, bahasa Sunda juga telah menghasilkan aneka ragam bentuk dan jenis karya sastra dalam tradisi yang telah bersejarah. Dengan demikian, pemilihan bahan (materi) pembelajaran akan semakin penting, apalagi hanya tersedia waktu dua jam pelajaran dalam satu minggu.

91

B. Pengertian Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda SMA/SMK/MA adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda peserta didik pada jenjang satuan pendidikan tersebut. C. Fungsi dan Tujuan 1. Fungsi Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara terpadu. Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara. Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa Sunda untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya daerah (Sunda).

92

2. Tujuan Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini bertujuan memberikan petunjuk, arahan, kejelasan, dan kemudahan kepada para pelaksana pendidikan di sekolah dalam melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. Sebagai acuan program dalam pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda, isi standar kompetensi dan kompetensi dasar ini didasarkan pada tujuan umum pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, yakni peserta didik memperoleh pengalaman dan pengetahuan berbahasa serta bersastra Sunda. Tujuan umum tersebut dapat diperinci sebagai berikut. (1) Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah di Jawa Barat, yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakatnya. (2) Peserta didik memahami bahasa Sunda dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan, keperluan, dan keadaan). (3) Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan dalam berbahasa Sunda untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. (4) Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra Sunda untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Sunda, mengembangkan kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan. (5) Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Sunda sebagai khazanah budaya dan intelektual masyarakat Sunda.

93

D. Standar Kompetensi Lulusan SMA/SMK/MA

Standar kompetensi lulusan SMA/SMK/MA dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek berikut. a. Menyimak (ngaregepkeun) Mampu memahami dan menanggapi beraneka ragam wacana lisan sastra maupun nonsastra, yang berupa percakapan, pidato, siaran radio/televisi, pembacaan puisi (sajak, guguritan, lagu kawih/tembang), dan pembacaan prosa (dongeng, cerita wayang). b. Berbicara (nyarita) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan, yang berupa mengumumkan, menceritakan, bercerita, pidato, percakapan, wawancara, berdiskusi, dan bermain peran. c. Membaca (maca) Mampu memahami dan menanggapi berbagai bacaan yang berupa prosa (sejarah, biografi, carita pondok, dongeng, carita pantun, novel, bahasan, artikel), teks percakapan, wawacan dan puisi (sajak). d. Menulis (nulis) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan dalam beragam karangan yang berupa terjemahan, aksara Sunda, prosa (surat, biografi, berita, bahasan, esai, resensi buku, carita pondok, laporan, puisi (sajak, guguritan, sisindiran), dan teks drama.

94

E. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra Sunda, yang meliputi aspek-aspek berikut: 1. menyimak (ngaregepkeun); 2. berbicara (nyarita); 3. membaca (maca); dan 4. menulis (nulis). Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut dikaitkan dengan aspek tema dan kaidah bahasa (kebahasaan) seperti lafal dan ejaan, pembentukan kata, dan penataan kalimat.

F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/SMK/MA KELAS X 1. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi 10.1 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak pidato (biantara) dan siaran radio/televisi.

Kompetensi Dasar 10.1.1 Menyimak bahasa dan isi pidato 10.1.2 Menyimak bahasa dan isi siaran radio/televisi

95

2. Berbicara (nyarita) Standar Kompetensi 10.2 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam menceritakan pengalaman, berpidato, bercerita (ngadongeng), bercakap-cakap, dan berdiskusi kelompok.

3.

Kompetensi Dasar 10.2.1 Menceritakan pengalaman 10.2.2 Berpidato (biantara) 10.2.3 Bercerita (ngadongeng) 10.2.4 Bercakap-cakap dalam berbagai situasi 10.2.5 Berdiskusi kelompok

Membaca (maca)

Standar Kompetensi 10.3 Mampu memahami dan menanggapi wacana tulis melalui membaca sejarah lokal/cerita babad, puisi, dan berita dari surat kabar/ majalah/media elektronik.

Kompetensi Dasar 10.2.1 Membaca sejarah lokal/ cerita babad 10.3.3 Membaca puisi 10.3.3 Membaca berita (warta) dari surat kabar/majalah/ media elektronik

4. Menulis (nulis) Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

96

10.4 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam bentuk terjemahan, aksara Sunda, surat, dan biografi.

10.4.1 Menerjemahkan ke dalam bahasa Sunda 10.4.2 Menulis aksara Sunda 10.2.2 Menulis beragam surat 10.2.3 Menulis biografi (riwayat hirup)

KELAS XI 1. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi 11.1 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak rumpaka lagu kawih/ tembang dan cerita wayang.

Kompetensi Dasar 11.1.1 Menyimak rumpaka kawih/tembang secara langsung atau melalui media kaset/radio/televisi. 11.1.2 Mendengarkan carita wayang secara langsung atau melalui media kaset/radio/televisi

2. Berbicara (nyarita) Standar Kompetensi 11.2 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam menyampaikan berita, pengumuman, atau pesan, bercerita (ngadongeng), memimpin rapat, berwawancara, dan bermain peran. 3. Membaca (maca) Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar 11.2.1 Menyampaikan berita (warta), pengumuman (bewara), atau pesan (talatah) 11.2.2 Bercerita (ngadongeng) 11.2.3 Memimpin acara rapat 11.2.4 Mewawancarai tokoh 11.2.5 Bermain peran (ngaragakeun)

Kompetensi Dasar

97

11.3 Mampu memahami dan menanggapi bacaan melalui membaca biografi, novel, laporan jurnalistik perjalanan, dan bahasan.

11.3.1 Membaca biografi 11.3.2 Membaca novel 11.3.3 Membaca laporan jurnalistik perjalanan (lalampahan) 11.3.4 Membaca bahasan

4. Menulis (nulis) Standar Kompetensi 11.4 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam bentuk carita pondok, laporan kegiatan, dan resensi buku.

Kompetensi Dasar 11.4.1 Menulis carita pondok 11.4.2 Menulis laporan kegiatan 11.4.3 Menulis resensi buku

KELAS XII 1. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi 12.1 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak dongeng dan percakapan (wangkongan).

Kompetensi Dasar 12.1.1 Menyimak dongeng dari radio/ kaset/yang dibacakan 12.1.2 Menyimak percakapan dalam berbagai situasi

98

2. Berbicara (nyarita) Standar Kompetensi 12.2 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan melalui bercakap-cakap, memandu acara, memimpin diskusi (numbu catur), berdiskusi/ Berseminar (sawala), dan berpidato.

Kompetensi Dasar 12.2.1 Bercakap-cakap (maguneman) 12.2.2 Memandu acara (MC) 12.2.3 Memimpin diskusi 12.2.4 Berdiskusi atau berseminar 12.2.5 Berpidato dalam berbagai situasi

3. Membaca (maca) Standar Kompetensi 12.3 Mampu memahami dan menanggapi bacaan melalui membaca artikel, carita buhun, dan bahasan.

Kompetensi Dasar 12.3.1 Membaca artikel tentang budaya 12.3.2 Membaca carita buhun 12.3.3 Membaca bahasan tentang kesenian

4. Menulis (nulis) Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

99

12.4 Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam bentuk puisi, esai, dan teks drama.

12.4.1 Menulis puisi (wangun ugeran) 12.4.2 Menulis esai berdasarkan topik tertentu 12.4.3 Menulis teks drama berdasarkan cerita

G. Arah Pengembangan 1. Bahasa Pengantar Pembelajaran Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun sepenuhnya. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsung-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa wewengkon, katakata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimak-berbicara) dan kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda, kemampuan berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan tentang budaya Sunda, juga diarahkan untuk mempertajam perasaan murid. Di samping itu, diharapkan murid tidak hanya mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat menghargai perbedaan yang berlatar belakang budaya. Murid tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang lugas dan tersurat, melainkan juga yang kias dan tersirat.

100

Agar murid mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali murid terampil berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Murid dilatih lebih banyak menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa. Juga pembelajaran sastra Sunda diarahkan agar murid beroleh pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, bukan pada pengetahuan sastra. Dalam sastra terkandung pengalaman manusia, yang meliputi pengalaman pengindraan, perasaan, kahyal, dan perenungan, yang secara terpadu diwujudkan dalam penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Melalui sastra murid diajak untuk memahami, menikmati, dan menghayati karya sastra. Pengetahuan tentang sastra dijadikan penunjang dalam mengapresiasi karya sastra. Dengan demikian, fungsi utama sastra sebagai penghalus budi, peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, serta penyaluran gagasan dan imajinasi secara kreatif dapat tercapai dan tersalurkan. Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi berbagai konteks, antara lain, siapa penyapa dan pesapa, pada situasi bagaimana, di mana tempatnya, kapan waktunya, media apa yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk keperluan itu, dalam pembelajaran bahasa dapat digunakan berbagai pendekatan, antara lain, pendekatan kompetensi komunikatif dan pendekatan kontekstual dengan berbagai media dan sumber belajar. Murid adalah peserta aktif atau sebagai pelajar. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda, murid harus mendapat kesempatan yang sebanyak-banyaknya dan seluasluasnya untuk beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Sunda, melalui kegiatan reseptif (menyimak, membaca) dan kegiatan produktif (berbicara, menulis). Di dalam hal ini perlu pula dipertimbangan pemakaian aspek-aspek kebahasaan yang berupa fonem, kata, kalimat, dan paragraf. 3. Pengorganisasian Materi

101

1) Kompetensi, Indikator, dan Materi Pokok Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda merupakan kerangka tentang standar kompetensi yang harus diketahui, dilakukan, dan dikuasai oleh peserta didik pada setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam dua komponen utama, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi mencakup menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Masing-masing bersangkutan dengan kemampuan berbahasa dan pengalaman bersastra. Aspek-aspek tersebut dalam pembelajarannya dilaksanakan secara terpadu. Pada gambar berikut terlihat bagaimana sebuah tema atau kebahasaan dapat terpadu dalam dua aspek atau lebih. Penekanan bisa dilakukan pada salah satu aspek.

Kompetensi dasar yang dicantumkan dalam sebuah standar kompetensi merupakan kemampuan minimal yang harus dikuasai murid. Oleh karena itu, guru di daerah atau di sekolah dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan

102

bahan yang disajikan dengan keadaan dan keperluan setempat dalam silabus dan rencana pembelajaran. Perumusan kompetensi dasar dilakukan dalam bentuk konstruksi predikatif, yakni struktur predikat dan objek (P-O), seperti menyimak dongeng atau struktur predikat dan keterangan (P-Ket) seperti membaca nyaring. Akibat kedua struktur predikatif tersebut, isi kompetensi dasar memperlihatkan kemampuan proses dan kemampuan substansi. Memang tampak adanya ketidakajegan, namun hal itu tidak dapat dihindari karena kompetensi dasar dapat mengacu kepada kemampuan proses maupun substansi. 4. Penomoran Kompetensi Penomoran dalam standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dimaksudkan untuk memudahkan penandaan jumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang terdapat pada kelas tertentu (I - XII). Standar kompetensi mengacu kepada empat aspek keterampilan bahasa, yakni (1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Untuk menandai keterkaitan kelas dan SK, penomoran KD dibuat dalam tiga angka. Angka pertama menunjukkan kelas, angka kedua menunjukkan nomor SK, dan angka ketiga menunjukkan nomor KD. Contoh: KELAS X 4. Menyimak (ngaregepkeun) Standar Kompetensi 10.1 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak pidato (biantara) dan siaran radio/televisi.

Kompetensi Dasar 10.1.1 Menyimak bahasa dan isi pidato 10.1.2 Menyimak bahasa dan isi siaran radio/televisi

103

Nomor-nomor kompetensi dasar tersebut bukan urutan pembelajaran. Guru dapat memilih dan memulai dari nomor kompetensi dasar mana saja. 5. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar 5.1 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. Teknologi komunikasi berupa media cetak dan elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. 5.2 Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Murid diupayakan agar berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam penelaahan bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran sastra, murid diupayakan untuk mengetahui kehidupan sastra secara eksplisit atau secara implisit seperti yang terkandung di dalam unsur-unsur kesenian Sunda (seni pertunjukan/teater, seni tari, seni rupa, seni karawitan, dan seni kriya). 6. Bacaan Wajib Sastra Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar membaca, setiap murid pada jenjang SMA/SMK/MA diwajibkan membaca sejumlah karya sastra (puisi, cerpen, novel, dan drama) yang sesuai dalam jumlah yang memadai.

104

Pengajaran apresiasi sastra ini disesuaikan dengan kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam kurikulum pada aspek kemampuan bersastra. Pemilihan bahan ajar ini dapat dilihat pada bagian lampiran atau dicari pada sumber lain. 7. Penilaian Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi untuk mengetahui pencapaian kompetensi berbahasa dan bersastra Sunda oleh murid setelah beberapa kali tatap muka di kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada tengah semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, baik yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra. Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes (pengukuran), bukan tes (pengamatan kinerja murid keseharian), atau portopolio (pengumpulan dan pengamatan seluruh karya murid, dari awal sampai akhir tahun). 8. Diversifikasi Kurikulum 8.1 Kesamaan Beroleh Kesempatan Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada penyeragaman untuk semua sekolah atau semua murid. Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan murid yang berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi pada kurikulum memberikan peluang bagi murid yang berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan tambahan. Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan. Seluruh murid dari berbagai kelompok, seperti yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.

105

8.2 Kategorisasi Lokasi Kebahasaan Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang murid-muridnya berbahasa ibu bukan bahasa Sunda kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan daerah setempat. Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.

9. Pengembangan Materi Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru dan sekolah untuk menentukan bahan ajar berdasarkan kompetensi dasar. Penentuan itu disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa berbedabeda. Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat dijadikan acuan oleh para guru. 9.1 Materi Kebahasaan Kebahasaan atau pengetahuan bahasa masih diperlukan dalam belajar berbahasa. Pembelajaran bahasa Sunda tidak secara khusus mengajarkan pengetahuan bahasa, melainkan keterampilan berbahasa. Aspek kebahasaan (kosa kata dan tata bahasa) disajikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa secara integratif. Pertama, bahan ajar kosa kata diterapkan di dalam kalimat, bukan daftar kata-kata berserta maknanya. Cakupan kosa kata dapat berupa pemakaian seperti berikut: (1) kata-kata khusus (istilah) yang berkaitan dengan sosial-budaya Sunda; (2) kata-kata lugas (denotatif) dan kata kiasan (konotatif); (3) kata-kata yang berhubungan makna (sinonim, antonim, homonim, hiponim);

106

(3) perubahan makna (meluas, menyempit, meningkat, menurun, sinestesia, asosiasi); (4) ungkapan (babasan) dan peribahasa (paribasa); (5) majas (gayabasa) dan rima (purwakanti); (6) tatakrama basa atau undak usuk basa dalam percakapan (paguneman). Kedua, bahan ajar tata bahasa diperlukan ketika membetulkan kesalahan pemakaian kaidah bahasa sebagai latihan disiplin berbahasa. Bukan pembelajaran tentang tata bahasa, tetapi pemakaian atau penerapannya dalam kalimat. Cakupan tata bahasa meliputi aspek-aspek berikut: (1) lafal dan ejaan; (2) pemakaian bentuk kata (wangun kecap) yang meliputi kata dasar (kecap asal), kata turunan (kecap rundayan), kata ulang (kecap rajekan), dan kata majemuk (kecap kantetan) dalam kalimat. Misalnya, kata berimbuhan N- dan di-, diajarkan ketika bertemu dengan materi pokok kalimat aktif (kalimah aktip) dan kalimat pasif (kalimah pasip); (3) pemakaian bentuk kalimat (wangun kalimah), berawal dari kalimat sederhana (kalimah basajan), kalimat luas (kalimah jembar), menuju ke kalimat majemuk (kalimah ngantet) dan kalimat bertingkat (kalimah sumeler); (4) pemakaian fungsi kalimat (kagunaan kalimah) yang meliputi kalimat berita (kalimah wawaran), kalimat tanya (kalimah pananya), kalimat perintah (kalimah parentah), dan kalimat seru (kalimah panyeluk); (5) pemakaian tipe kalimat (wanda kalimah) yang meliputi kalimat langsung dan kalimat tak langsung, kalimat aktif (kalimah migawe), kalimat pasif (kalimah kapigawe), kalimat refleksif (kalimah migawe maneh), dan kalimat resiprokatif (kalimah silihbales) berada dalam pembelajaran wacana dialog dan drama.

107

Ketiga, bahan ajar wacana atau teks berkaitan dengan aspek keterampilan berbahasa dan bersastra, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Cakupan wacana dapat berupa: (1) paragraf, petikan cerita, surat, dan artikel; (2) bentuk wacana seperti narasi (carita), deskripsi (dadaran, candraan), eksposisi (pedaran), dan argumentasi (bahasan); (3) jenis wacana seperti puisi (wangun ugeran), prosa (wangun lancaran), dan drama (wangun paguneman). 9.2 Materi Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa memiliki urutan yang alamiah, mulai dari menyimak (ngaregepkeun) dan berbicara (nyarita), sebagai kegiatan berbahasa lisan serta membaca (maca), dan menulis (nulis) sebagai kegiatan berbahasa tulis. Menyimak dan membaca termasuk kegiatan berbahasa reseptif, sedangkan berbicara dan menulis termasuk kegiatan berbahasa produktif. a. Aspek Menyimak (ngaregepkeun) Menyimak adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana lisan melalui mendengarkan lambing-lambang bunyi ujaran. Kegiatannya dapat berupa mendengarkan: (1) pembacaan puisi; (2) penuturan dongeng; (3) pembacaan cerita; (4) pembacaan kutipan novel; (5) pengumuman (wawaran, bewara); (6) dialog atau diskusi; (7) khutbah/pidato/ceramah; (8) acara radio/TV; (9) kakawihan, kawih, dan tembang. b. Aspek Berbicara (nyarita)

108

Aspek berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) secara lisan. Kegiatannya dapat berupa: (1) bercerita (ngadongeng), (2) berwawancara (wawancara), (3) menceritakan kembali (nyaritakeun deui); (4) menyampaikan pesan (nepikeun amanat); (5) bermain peran (metakeun, ngaragakeun); (6) menyapa (tumanya); (7) mengeritik (ngeritik, nyawad); (8) memberikan pujian/memuji (muji); (9) memberikan tanggapan (mere tanggapan); (10) mendiskusikan (nyawalakeun, ngadiskusikeun); (11) membahas (medar); (12) menyanggah pendapat/menolak usul; (13) berpidato (biantara); (14) bercakap-cakap (ngobrol, ngawangkong); dan (15) melisankan hasil sastra (puisi, prosa, dan drama). c. Aspek Membaca (maca) Membaca adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana tulis atau bacaan. Aspek membaca dapat berupa kegiatan: (1) membaca permulaan (maca munggaran); (2) membaca pemahaman (maca nyangkem); (3) membaca nyaring (maca bedas); (4) membaca bersuara (maca nyoara); (5) membaca memindai (maca tenget); (6) membaca cepat (maca gancang); (7) membaca dalam hati (maca jero hate, ngilo); (8) membaca pendalaman (maca neuleuman); (9) membaca berurutan (maca ngaruntuy); (10) membaca sekilas (maca saliwat, saulas); (11) membaca intensif (maca intensif, ngulik); (12) membaca ekstensif (maca ekstensif, ngalanglang);

109

(13) membaca naskah drama; dan (14) membaca sajak (maca sajak). d. Aspek Menulis (nulis) Menulis adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) secara tertulis atau melalui lambanglambang grafis. Aspek menulis dapat berupa kegiatan: (1) menulis permulaan (nulis munggaran); (2) menyalin (nyalin); (3) mendeskripsikan (ngadadarkeun); (4) melengkapi karangan rumpang (ngalengkepan); (5) menulis paragraf; (6) menulis surat; (7) menyunting (nyarungsum); (8) menerapkan ejaan dan tanda baca; (9) menulis rangkuman (ngarangkum); (10) menulis teks pidato; (11) menulis laporan; (12) menulis pesan ringkas; (13) menulis iklan; (14) menulis warta/berita; (15) menulis artikel; dan (16) menulis bahasan.

110

Kedudukan muatan local dalam struktur kurikulum satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs., SMA/SMK/MA) tampak pada tabel berikut. Tabel 1: Struktur Kurikulum SD/MI Komponen I

Kelas dan Alokasi Waktu II III IV, V, VI

A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggris 5. Matematika 6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni Budaya dan Keterampilan 9. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

3 2 5 5 4 3 4 4 4

B. Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Sunda

2 2*)

C. Pengembangan Diri Jumlah

26

111

27

28

32

Tabel 2: Struktur Kurikulum SMP/MTs. Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu VI VIII IX 2 3 4

1 A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggris 5. Matematika 6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni Budaya 9. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 10. Keterampilan Vokasional/Teknologi Informasi dan Komunikasi B. Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Sunda C. Pengembangan Diri Jumlah

112

2 2 4 4 4 4 4 2 2

2 2 4 4 4 4 4 2 2

2 2 4 4 4 4 4 2 2

2

2

2

4

4

4

2 2

2 2

2 2

32

32

32

Tabel 3: Struktur Kurikulum SMA/SMK/MA Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu X XI XII 2 3 4

1 A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggris 5. Matematika 6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni Budaya 9. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 10. Keterampilan Vokasional/Teknologi Informasi dan Komunikasi B. Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Sunda C. Pengembangan Diri Jumlah

113

2 2 4 4 4 4 4 2 2

2 2 4 4 4 4 4 2 2

2 2 4 4 4 4 4 2 2

2

2

2

4

4

4

2 2

2 2

2 2

32

32

32

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF