2. SNI ASTM C136-2012 Meteode Analisi Saringan Agregate Halus Dan Agregat Ksaar

September 12, 2017 | Author: Zulkarnain Hasan | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

cara penguji gradasi agregate...

Description

Standar Nasional Indonesia

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C 136-06, IDT)

ICS 91.100.30

Badan Standardisasi Nasional

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM C136:2012

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: [email protected] www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

© BSN 2012

Daftar isi Daftar isi.....................................................................................................................................i Prakata ..................................................................................................................................... ii Pendahuluan............................................................................................................................ iii 1

Ruang lingkup .................................................................................................................... 1

2

Acuan normatif ................................................................................................................... 1

3

Istilah dan definisi .............................................................................................................. 2

4

Ringkasan metode uji ........................................................................................................ 2

5

Arti dan kegunaan .............................................................................................................. 2

6

Peralatan ........................................................................................................................... 2

7

Pengambilan dan penyiapan contoh uji ............................................................................. 3

8

Cara uji .............................................................................................................................. 4

9

Perhitungan ....................................................................................................................... 7

10 Laporan .............................................................................................................................. 7 11 Ketelitian dan penyimpangan ............................................................................................ 7 12 Kata kunci .......................................................................................................................... 9 Lampiran A (informatif) Daftar penyimpangan teknis dan penjelasannya ............................. 10 Lampiran B (normatif) Contoh formulir pengujian .................................................................. 11 Lampiran C (informatif) Contoh isian formulir pengujian agregat campuran ......................... 12 Lampiran D (informatif) Contoh isian formulir pengujian agregat halus ................................. 13 Lampiran E (informatif) Contoh isian formulir pengujian agregat kasar................................. 14 Lampiran F (informatif) Contoh perhitungan .......................................................................... 15 Tabel 1 - Berat minimum contoh uji agregat kasar .................................................................. 3 Tabel 2 - Jumlah contoh uji maksimum yang diizinkan tertahan pada saringan, kg................ 5 Tabel 3 - Ketelitian ................................................................................................................... 8 Tabel 4 - Ketepatan data untuk benda uji 300 g dan 500 g ..................................................... 9

i © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM C136:2012

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar adalah revisi dari SNI 03-1968-1990, Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar. Standar ini merupakan adopsi identik dari ASTM C 13606 Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates. Revisi dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan beberapa kekurangan yang terdapat pada versi sebelumnya, yaitu perubahan judul, penambahan istilah dan definisi, persyaratan dan ketentuan serta cara pengujian, penjelasan rumus, dan penambahan contoh formulir pengujian. Standar ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor : 03:1:2007 dan dibahas pada forum rapat konsensus pada tanggal 29 Oktober 2009 di Bandung oleh Subpantek dengan melibatkan para narasumber dan pakar dan lembaga terkait.

ii © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM C136:2012

Pendahuluan

Standar ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian analisis saringan agregat halus dan agregat kasar, adapun tujuannya adalah untuk mengetahui gradasi butiran dari agregat halus dan agregat kasar termasuk agregat campuran. Pengujian dilakukan dengan cara penyiapan contoh uji, penimbangan, pengeringan, dan penyaringan. Hasil pengujian dinyatakan dalam persentase material yang tertahan pada setiap saringan, persentase total dari material yang lolos setiap saringan, dan persentase total dari material yang tertahan pada setiap saringan, serta indeks modulus kehalusan.

iii © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM C136:2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar

1

Ruang lingkup

1.1 Metode uji ini meliputi penentuan pembagian ukuran partikel agregat halus dan agregat kasar dengan penyaringan. 1.2 Beberapa spesifikasi untuk agregat yang mengacu pada metode ini berisikan persyaratan gradasi agregat halus ataupun agregat kasar, termasuk di dalamnya instruksiinstruksi untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar. 1.3 Satuan angka yang dinyatakan pada unit Satuan Internasional (SI) sebagai standar. Satuan angka dalam kurung dibuat hanya untuk informasi. Spesifikasi ASTM E 11 menggunakan ukuran saringan dengan satuan inci sebagai standar, tetapi pada metode uji ini ukuran saringan menggunakan satuan SI yang ekuivalen dengan satuan inci. 1.4 Standar ini tidak mencakup semua keselamatan kerja dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja serta penentuan batasan penerapan aturan sebelum digunakan menjadi tanggung jawab pengguna standar ini.

2 2.1

Acuan normatif Standar ASTM

C 117, Test Method for Materials Finer than 75- µm (No. 200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing. C 125, Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates. C 637, Specification for Aggregates for Radiation-Shielding Concrete (SNI 03-2457-1991, Metode pengujian agregat untuk beton penahan radiasi) C 670, Practice for Preparing Precision and Bias Statements for Test Methods for Construction Materials (SNI 03-6865-2002, Tata cara pelaksanaan program antar laboratorium untuk penentuan presisi metode uji bahan dan konstruksi). C 702, Practice for Reducing Samples of Aggregate to Testing Size (SNI 13-6717-2002, Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat). D 75, Practice for Sampling Aggregates (SNI 03-6889-2002, Tata cara pengambilan contoh agregat). E 11, Specification for Wire Cloth and Sieves for Testing Purposes (SNI 03-6866-2002, Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian). 2.2

Standar AASHTO

AASHTO No. T 27, Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates (SNI 03-1968-1990, Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar).

1 dari 16 © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM C136:2012

3

Istilah dan definisi

3.1 Istilah dan definisi yang digunakan dalam metode ini mengacu kepada istilah-istilah yang terdapat dalam ASTM C 125.

4

Ringkasan metode uji

4.1 Contoh uji agregat kering dengan massa yang sudah diketahui dipisahkan melalui rangkaian saringan dengan bukaan yang semakin kecil untuk menentukan pembagian ukuran partikel.

5

Arti dan kegunaan

5.1 Metode uji ini terutama digunakan untuk menentukan gradasi material berupa agregat. Hasil tersebut biasanya digunakan untuk menentukan pemenuhan ukuran distribusi partikel dengan syarat-syarat spesifikasi yang dapat dipakai dan untuk menyediakan data penting dalam mengatur produksi dari berbagai macam agregat dan campuran yang mengandung agregat. Data tersebut dapat pula berguna khususnya yang terkait dengan porositas dan pengepakan (porosity and packing). 5.2 Ketelitian penentuan material yang lolos saringan 75 µm (No. 200) tidak dapat dicapai hanya dengan menggunakan metode ini. Untuk material yang lolos saringan 75 µm dengan pencucian harus dilakukan sesuai dengan ASTM C 117.

6

Peralatan

6.1 Timbangan – Timbangan yang digunakan untuk pengujian agregat halus dan agregat kasar harus memiliki keterbacaan dan ketelitian sebagai berikut: 6.1.1 Untuk agregat halus, pembacaan sampai 0,1 g dan ketelitian 0,1 g atau 0,1% dari massa uji, dipilih nilai yang lebih besar pada kisaran nilai yang digunakan. 6.1.2 Untuk agregat kasar atau gabungan dari agregat halus dan agregat kasar, pembacaan dan ketelitian sampai 0,5 g atau 0,1% dari massa uji, dipilih nilai yang lebih besar pada kisaran nilai yang digunakan. 6.2 Saringan − Saringan harus terpasang pada rangka yang tersusun sedemikian sehingga dapat mencegah kehilangan material selama penyaringan. Saringan dan rangka standar harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi ASTM E 11 (SNI 03-6866-2002). Rangka non-standar yang dapat digunakan harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi ASTM E 11. CATATAN 1 – Disarankan menggunakan saringan dengan diameter lebih besar dari pada diameter standar 203,2 mm (8 inci), untuk mengurangi kemungkinan beban berlebih dalam saringan pada pengujian agregat kasar, lihat 8.3.

6.3 Pengguncang saringan mekanis – Apabila digunakan saringan yang digerakkan secara mekanis, saringan tersebut harus menghasilkan gerakan saringan yang menyebabkan butiran memantul, berjatuhan atau berputar, bergerak tidak beraturan di atas permukaan saringan. Cara penyaringan harus sesuai dengan yang dijelaskan pada 8.4 dalam jangka waktu tertentu. 2 dari 16 © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM C136:2012

CATATAN 2 – Disarankan menggunakan pengguncang saringan mekanis, apabila banyaknya contoh uji 20 kg atau lebih, dan dapat digunakan untuk contoh uji yang lebih kecil, termasuk agregat halus. Kelebihan waktu (kurang lebih 10 menit) untuk mencapai penyaringan yang cukup dapat mengakibatkan degradasi pada contoh uji. Pengguncang saringan mekanis yang sama tidak bisa digunakan untuk semua ukuran contoh uji karena luasan penyaringan besar hanya digunakan untuk agregat kasar dengan ukuran nominal besar, apabila digunakan untuk contoh agregat kasar dengan ukuran kecil atau agregat halus, akan menyebabkan hilangnya sebagian contoh uji.

6.4 Oven – Oven yang digunakan harus memiliki ukuran yang sesuai dan dapat mempertahankan temperatur yang merata pada (110 ± 5 ) C.

7

Pengambilan dan penyiapan contoh uji

7.1 Pengambilan contoh uji agregat dilakukan sesuai dengan ASTM D 75 (SNI 03-68892002). Banyaknya berat contoh dari lapangan harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam ASTM D 75 (SNI 03-6889-2002) atau empat kali dari jumlah yang disyaratkan dalam 7.4 dan 7.5 (kecuali seperti dimodifikasi dalam 7.6), diambil nilai yang lebih besar. 7.2 Pengadukan contoh agregat dilakukan dengan seksama dan contoh uji tersebut dikurangi sampai jumlahnya sesuai untuk pengujian, menggunakan prosedur yang berlaku dalam ASTM C 702 (SNI 13-6717-2002). Banyaknya contoh harus mendekati jumlah yang dibutuhkan dalam kondisi kering dan harus merupakan hasil akhir dari proses pengurangan. Pengurangan contoh sampai jumlah yang persis sebagaimana jumlah minimum yang ditentukan tidak diizinkan. CATATAN 3 – Jika hanya untuk tujuan pengujian analisis saringan, termasuk menentukan material yang lolos saringan 0,075 mm (No. 200), jumlah contoh uji dapat dikurangi di lapangan untuk menghindari jumlah berlebihan material yang dibawa ke laboratorium.

7.3

Agregat halus – Jumlah contoh uji agregat halus setelah kering harus minimum 300 g.

7.4

Agregat kasar – Jumlah contoh uji agregat kasar harus sesuai dengan Tabel 1: Tabel 1 - Berat minimum contoh uji agregat kasar Ukuran nominal maksimum bukaan saringan mm inci 9,5 12,5 19,0 25,0 37,5 50,0 63,0 75,0 90,0 100,0 125,0

Massa minimum contoh uji

3/8 1/2 3/4 1 1½ 2 2½ 3 3½ 4 5

3 dari 16 © BSN 2012

kg

lb

1 2 5 10 15 20 35 60 100 150 300

2 4 11 22 33 44 77 130 220 330 660

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM C136:2012

7.5 Campuran agregat kasar dan agregat halus – banyaknya contoh uji campuran agregat kasar dan agregat halus harus sama dengan banyaknya contoh uji untuk agregat kasar pada butir 7.4. 7.6 Contoh uji agregat kasar berukuran besar - banyaknya contoh uji yang diperlukan untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum  50 mm harus sedemikian untuk mencegah pengurangan contoh uji, kecuali menggunakan alat pemisah contoh dan alat pengguncang saringan mekanis. Sebagai alternatif, apabila peralatan tersebut tidak tersedia, daripada menggabungkan dan mencampurkan contoh uji tersebut kemudian mengurangi contoh lapangan lebih baik melakukan analisis saringan dengan jumlah yang kira-kira sama dengan keperluan contoh uji sehingga total massanya sesuai dengan persyaratan dalam 7.4. 7.7 Apabila jumlah material lebih halus dari saringan ukuran 0,075 mm (No. 200) harus ditentukan sesuai dengan ASTM C 117, sebagai berikut: 7.7.1 Untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum ≤ 12,5 mm (1/2 inci) atau kurang, contoh uji yang sama dapat digunakan untuk pengujian dengan ASTM C 117 dan metode ini. Pertama uji sesuai dengan ASTM C 117 sampai pekerjaan pengeringan, lalu lakukan penyaringan kering contoh uji seperti yang ditetapkan pada 8.2 sampai dengan 8.7. 7.7.2 Untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum > 12,5 mm (1/2 inci), contoh uji tunggal boleh digunakan, seperti yang dijelaskan pada 7.7.1 atau contoh uji yang berbeda boleh digunakan ASTM C 117 dan metode ini. 7.7.3 Apabila spesifikasi diperlukan untuk menentukan jumlah total material lolos saringan ukuran 0,075 mm (No. 200) dengan pencucian dan penyaringan kering, gunakan prosedur yang dijelaskan pada 7.7.1.

8 8.1

Cara uji Keringkan contoh uji sampai massa tetap pada temperatur 110 ± 5 oC (230 ± 9 oF).

CATATAN 4 – Untuk keperluan kontrol, terutama bila hasil dibutuhkan segera, umumnya contoh uji agregat kasar tidak perlu dikeringkan untuk pengujian analisis saringan. Hasilnya akan sedikit dipengaruhi oleh kadar air kecuali: (1) ukuran maksimum nominal lebih kecil dari12,5 mm (1/2 inci); (2) agregat kasar mengandung material yang lebih halus dari 4,75 mm (No. 4); atau (3) agregat kasar memiliki peresapan yang tinggi (contohnya agregat ringan). Tanpa mempengaruhi hasil, contoh uji boleh dikeringkan pada temperatur lebih tinggi dengan penggunaan hot-plates dengan syarat uap tidak terperangkap sehingga tidak menghasilkan tekanan yang cukup untuk menghancurkan partikel dan temperatur tidak terlalu tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan secara kimiawi pada agregat.

8.2 Saringan dipilih berdasarkan bukaan yang sesuai dengan bahan yang akan diuji untuk memberikan informasi yang diperlukan dalam spesifikasi. Saringan-saringan tambahan dapat digunakan jika diperlukan untuk memberikan informasi lain, seperti modulus kehalusan atau untuk mengatur jumlah material dari suatu saringan tertentu. Saringan disusun dengan urutan dari atas ke bawah, dengan saringan yang memiliki bukaan lebih besar ditempatkan di bagian atas dan menempatkan contoh uji di bagian atas saringan. Saringan diguncangkan dengan cara manual atau menggunakan peralatan mekanis dengan waktu yang cukup, dengan cara coba-coba atau mengukur contoh uji yang nyata, untuk memenuhi kriteria kecukupan penyaringan, sebagaimana dijelaskan pada 8.4.

4 dari 16 © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM C136:2012

8.3 Jumlah contoh uji pada saringan dibatasi sehingga semua butiran mempunyai kesempatan untuk mencapai bukaan saringan selama waktu pelaksanaan penyaringan. Untuk saringan dengan bukaan saringan lebih kecil dari 4,75 mm (No. 4), jumlah yang tertahan pada setiap saringan pada akhir proses penyaringan tidak boleh melebihi 7 kg/m2 dari luas permukaan saringan (lihat Catatan 5). Untuk saringan dengan bukaan saringan ukuran 4,75 mm (No. 4) atau lebih besar, jumlah contoh uji yang tertahan pada saringan dalam kg tidak melebihi dari 2,5 kali [bukaan saringan, mm x (luas penyaringan efektif m2)] yang ditunjukkan pada Tabel 2 untuk lima tipe ukuran bingkai saringan yang umum digunakan. Jumlah material pada saringan dibatasi sehingga jumlah yang tertahan tidak boleh menyebabkan perubahan permanen pada kain saringan. Tabel 2 - Jumlah contoh uji maksimum yang diizinkan tertahan pada saringan, kg

Bukaan saringan mm

203,2 mm Diameterb 0,0285

125 100 90 75 63 50 37,5 25,0 19,0 12,5 9,5 4,75

c

Dimensi nominal saringana 304,8 (350 x 254 mm mm 350) Diameterb Diameterb mm Luas bidang penyaringan, m2 0,0457 0,0670 0,1225 c

c

c

c

c

c

c

c

c

8,6 7,2 5,7 4,3 2,9 2,2 1,4 1,1 0,54

15,1 12,6 10,6 8,4 6,3 4,2 3,2 2,1 1,6 0,80

30,6 27,6 23,0 19,3 15,3 11,5 7,7 5,8 3,8 2,9 1,5

c

3,6 2,7 1,8 1,4 0,89 0,67 0,33

(372 x 580) mm 0,2158 67,4 53,9 48,5 40,5 34,0 27,0 20,2 13,5 10,2 6,7 5,1 2,6

Perhitungan Jumlah contoh uji maksimum yang diizinkan tertahan pada saringan diperhitungkan dengan 2,5 x [bukaan saringan,mm x (luas efektif bidang saringan, m2)] dalam satuan kg. a Dimensi bingkai saringan dalan satuan inci: diameter 8,0 inci.; diameter 10,0 inci.; diameter 12,0 inci.; 13,8 x 13,8 inci (nominal 14 inci x 14 inci); 14,6 inci x 22,8 inci (nominal 16 inci x 24 inci). b Bidang saringan lingkaran didasarkan pada diameter efektif 12,7 mm (1/2 inci) kurang dari diameter nominal bingkai karena M 92 mengizinkan perekat antara kain saringan dan bingkai sampai 6,35 mm (1/4 inci) melebihi kain saringan. Diameter efektif penyaringan untuk diameter bingkai saringan 203,2 mm (83,0 inci) adalah diameter bingkai saringan 190,5 mm (7,5 inci). Pada beberapa produk saringan perekatnya mungkin tidak penuh 6,35 mm (1/4 inci). c Menandai saringan yang memiliki kurang dari lima bukaan penuh yang tidak boleh digunakan untuk pengujian saringan.

8.3.1 Adanya material berlebih di atas setiap saringan harus dihindari dengan cara mengikuti salah satu dari metode berikut ini: 8.3.1.1 Satu saringan tambahan disisipkan dengan ukuran bukaan di antara saringan yang berlebih dan saringan di atasnya, dalam susunan saringan semula.

5 dari 16 © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM C136:2012

8.3.1.2 Contoh uji dipisahkan menjadi dua bagian atau lebih, penyaringan setiap bagian dilakukan secara terpisah. Jumlah dari beberapa bagian yang tertahan pada satu saringan tertentu digabungkan sebelum menghitung persentase contoh uji. 8.3.1.3 Menggunakan saringan-saringan yang memiliki ukuran bingkai lebih besar dan memiliki bidang penyaringan yang lebih besar. CATATAN 5 – 7 kg/m2 setara dengan 200 g untuk saringan dengan diameter 203,2 mm (8 inci) (dengan permukaan efektif penyaringan berdiameter 190,5 mm (7,5 inci).

8.4 Lanjutkan penyaringan dengan waktu secukupnya sehingga setelah selesai tidak lebih dari 1% massa total contoh uji yang tertahan pada setiap saringan selama 1 menit dengan penyaringan manual secara terus menerus yang dilakukan sebagai berikut: Pegang setiap saringan yang telah dilengkapi pan dan penutup dengan posisi agak miring dengan satu tangan. Ketuk sisi dari saringan dengan keras ke arah tangan yang satunya dengan kecepatan sekitar 150 kali per menit, putar saringan sekitar 1/6 putaran pada setiap interval sekitar 25 kali. Dalam menentukan penyaringan yang memadai untuk ukuran saringan lebih besar dari 4,75 mm (No.4), batasi contoh uji pada saringan dalam satu lapisan partikel. Jika ukuran susunan saringan penguji membuat gerakan penyaringan tidak praktis, gunakan saringan dengan diameter 203 mm (8 inci) untuk memverifikasi penyaringan yang memadai. 8.5 Untuk campuran agregat kasar dan agregat halus, bagian contoh uji yang lebih halus dari saringan 4,75 mm (No.4) dapat didistribusikan menjadi dua atau lebih susunan saringan-saringan untuk mencegah muatan berlebih pada setiap saringan.

A



B x 1 2 W W

8.5.1 Cara lain, jumlah bagian yang lebih halus dari saringan 4,75 mm (No.4) dapat dikurangi dengan menggunakan pemisah contoh uji mekanis menurut metode ASTM C 702. Jika langkah kerja ini diikuti, massa setiap ukuran dari contoh uji awal dapat dihitung sebagai berikut : ……………………………………………………………………………….. (1)

Keterangan: A adalah massa setiap ukuran pada jumlah contoh uji total; W1 adalah massa setiap fraksi yang lolos saringan 4,75 mm (No.4); W2 adalah massa bagian yang berkurang pada contoh uji lolos saringan 4,75 mm (No.4) yang disaring, dan B adalah jumlah massa agregat halus dari agregat gabungan. 8.6 Jika tidak menggunakan pengguncang saringan mekanis, untuk partikel yang lebih besar dari 75 mm (3 inci) dapat dilakukan penyaringan tangan, dengan menentukan bukaan saringan terkecil sampai setiap partikel bisa lolos. Dimulai dengan menggunakan saringan paling kecil. Memutar partikel-partikel, jika diperlukan, untuk menentukan apakah partikel lolos melalui bukaan tertentu. Bagaimanapun, jangan memaksa partikel-partikel untuk lolos melalui satu bukaan. 8.7 Tentukan massa contoh uji tertahan pada setiap saringan dengan menggunakan timbangan yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam 5.1 dengan ketelitian 0.1% dari jumlah total contoh uji kering. Massa total contoh uji setelah penyaringan harus mendekati massa awal dari contoh uji yang ditempatkan pada saringan. Jika perbedaan lebih dari 0,3% massa awal contoh uji kering, hasilnya tidak boleh digunakan untuk syarat penerimaan.

6 dari 16 © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM C136:2012

8.8 Jika contoh uji sebelumnya telah diuji dengan Metode Uji C 117, tambahkan massa lolos saringan 75 µm (No. 200) sesuai dengan metode tersebut kepada massa yang lolos saringan 75 µm (No. 200) dengan penyaringan kering dari contoh uji yang sama pada metode ini.

9

Perhitungan

9.1 Persentase lolos, persentase total tertahan, atau persentase dalam berbagai fraksi dihitung sampai mendekati 0,1% berdasarkan massa awal dari total contoh uji kering. Jika contoh uji yang sama telah diuji dengan metode C 117 terlebih dahulu, termasuk massa material lolos saringan 0,075 mm (No. 200) dengan pencucian dalam perhitungan analisis saringan dan gunakan massa total contoh uji sebelum pencucian dalam metode uji C 117 sebagai dasar untuk perhitungan semua persentase. 9.1.1 Apabila contoh diuji sesuai butir 7.6, massa dari bagian yang tertahan pada setiap saringan dijumlahkan total dan gunakan massa tersebut untuk memperhitungkan persentase sesuai butir 9.1. 9.2 Apabila diperlukan, modulus kehalusan dihitung dengan menjumlahkan akumulasi persentase bahan dari contoh uji tertahan dari saringan 0,150 mm (No.100), 0,300 mm (No.50), 0,600 mm (No.30), 1,18 mm (No.16), 2,36 mm (No.8), 4,75 mm (No.4), 9,6 mm (No. 3/8 inci), 19,0 mm (No. 3/4 inci), 37,5 mm (No. 1½ inci), 75 mm (No. 3 inci), 150 mm (No. 6 inci), dan jumlahnya dibagi dengan 100.

10 Laporan 10.1 Tergantung pada format dari spesifikasi yang digunakan untuk pengujian bahan, laporan harus meliputi salah satu dari berikut ini: 10.1.1 Persentase total dari material yang lolos setiap saringan. 10.1.2 Persentase total material yang tertahan pada setiap saringan. 10.1.3 Persentase material yang tertahan antara saringan-saringan yang berurutan. 10.2 Laporkan persentase sampai mendekati angka bulat, kecuali jika persentase yang lolos dari saringan 0,075 mm (No. 200) kurang dari 10% harus dilaporkan sampai mendekati 0,1%. 10.3 Laporkan modulus kehalusan, jika diperlukan, sampai mendekati 0,01.

11 Ketelitian dan penyimpangan 11.1 Ketelitian, estimasi ketelitian pada metode uji ini tercantum pada Tabel 3. Estimasi tersebut berdasarkan hasil dari AASHTO Materials Reference Laboratory Proficiency Sample Program, dengan dilakukan pengujian yang menggunakan metode uji ASTM C 136 dan metode uji AASHTO T 27. Data hasil uji berdasarkan analisis dari 65 laboratorium sampai 233 laboratorium yang diuji 18 pasang contoh uji profisiensi agregat kasar dan hasil uji dari 74 laboratorium sampai 222 laboratorium yang diuji 17 pasang contoh uji profisiensi agregat halus (Contoh uji No.21 sampai No.90). Nilai pada tabel diberikan untuk hasil yang berbeda dari total persentase agregat yang lolos saringan. 7 dari 16 © BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

SNI ASTM C136:2012

11.1.1 Nilai ketelitian untuk agregat halus pada Tabel 3 berdasarkan contoh uji nominal 500 g. Revisi metode uji tahun 1994 mengizinkan minimum 300 g untuk contoh uji agregat halus. Analisis hasil pengujian contoh uji 300 g dan 500 g dari uji profisiensi agregat dengan 99 contoh uji dan 100 contoh uji (99 contoh uji dan 100 contoh uji hampir sama) dihasilkan nilai ketelitian pada Tabel 4, yang menunjukkan sedikit perbedaan mengenai ukuran contoh uji. CATATAN 6 - Nilai untuk agregat halus pada Tabel 3 akan direvisi, yang menunjukkan ukuran contoh uji 300 g jika jumlah uji profisiensi agregat telah dilakukan dengan ukuran contoh uji untuk mendapatkan data yang akurat.

Tabel 3 - Ketelitian Presentasi total dari bahan yang lolos saringan Agregat kasar.B Ketelitian Tunggal

Ketelitian beberapa laboratorium

Agregat halus: Ketelitian tunggal

Ketelitian beberapa laboratorium

Rentang yang dapat diterima dari dua hasil uji (d2s), %A

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF