15-Article Text-26-1-10-20191125
September 19, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download 15-Article Text-26-1-10-20191125...
Description
Lam)) IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DAUN BIDARA ( ZiziphusmauritianaLam DARI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NTT SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KROMATOGRAFI KOLOM
*)Alfreds Roosevelt, Roosevelt, **)Amandus L G I Sapu Ghari Ghari *)Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar **)Program Studi Farmasi Sandi Karsa Makassar
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai Identifikasi Senyawa Kimia Daun Bidara ( Ziziphus mauritiana Lam) Dari Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Secara Kromatografi Lapis Tipis Dan Kromatografi Kolom untuk mengetahui senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak daun bidara ( Ziziphus mauritiana Lam) yang berasal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi N Nusa usa Tenggara Timur dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi, kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dengan melakukan Uji Identifikasi yaitu Alkaloid, Flavonoid, Tanin, Saponin dan steroid Secara Kromatografi Lapis Tipis Dan Kromatografi Kolom. Adapun hasil dari penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dengan beberapa pengujia diperoleh yaitu Alkaloid negatif (-), Flavonoid positif (+), Taninpositif (+), Steroid/Terpenoidpositif (+), Saponinpositif (+). Bercak noda yang terbentuk pada Kromatografi Lapis Tipis berwana merah, hijau kehitaman, ungu, dan kuning. Sedangkan pada kromatografi kolom fraksi warna yang terbentuk berwarna kuning, hijau, merah, dan putih. Kata Kunci: Identifikasi, daun Bidara ( Ziziphus mauritiana Lam), Kromatografi lapis tipis, Kromatografi kolom. PENDAHULUAN
diimbangi dengan kemampuan daya beli masyarakat (Fauziah Nugraha. 2016).
A. Latar Belakang Indonesia memiliki ribuan jenis tumbuhan yang tersebar di berbagai daerah. Keanekaragaman hayati yang ada tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat modern dan tradisional. Masyarakat Indonesia telah lama mengenal dan memakai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit (Fauziah Nugraha. 2016). Semakin mahalnya harga obat modern dipasaran merupakan salah satu alasan untuk menggali kembali penggunaan obat tradisional. Banyak jenis tanaman obat di Indonesia yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku obat, sebagian spesies tanaman tersebut bahkan telah diuji secara klinis kandungan fitokimia, khasiat dan keamanan penggunaannya (Fauziah Nugraha. 2016).
Tanaman obat merupakan jenis tanaman yang dipercaya masyarakat mempunyai khasiat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Obat tradisional digunakan untuk berbagai macam tujuan seperti menjagakesegaran dan kesehatan tubuh secarakeseluruhan, menyembuhkan penyakit tertentu,mengatur kehamilan dan kosmetik (I. A. R. Astiti Asih.2009). Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat adalah bidara ( Ziziphus mauritiana Lam). Lam ). Di India masyarakat menggunakan bidara Ziziphus mauritiana Lam Lam)) sebagai obat diare, kencing ( Ziziphus manis, demam dan malaria sedangkan di Malaysia rebusan kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat sakit perut dan sebagian masyarakat lagi menggunakan daun bidara ( Ziziphus mauritiana Lam Lam)) untuk mengatasi
Penelitian ilmiah tentang obat-obatan tradisional di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Jepang, Korea, Cina dan India.Akibatnya perkembangan obat tradisional ditanah air tidak terlampau pesat.Pemakainya hanya sebatas kalangan tertentu.Selain itu, obat tradisional juga belum bisa sepenuhnya diterima oleh kalangan medis (Fauziah Nugraha. 2016). Pada zaman dahulu, obat tradisional dikonsumsi dalam kondisi segar dan masih diolah dengan cara sangat sederhana. Selain itu, tingkat konsumsi masyarakat terhadap ramuan tradisional juga masih tinggi karena saat itu belum banyak obat-obatan kimia yang diproduksi seperti sekarang.Sementara itu, alasan pemakaian obat tradisional saat ini lebih disebabkan
masalah kecantikan seperti mengatasi jerawat, keriput dan lingkaran hitam pada bawah mata (Fauziah Nugraha, 2016). Golongan kimia dalam suatu sampel penelitian dapat diketahui dengan uji skrining fitokimia. Skrining fitokimia merupakan uji kualitatif kandungan senyawa kimia dalam bagian tumbuhan, terutama kandungan metabolit sekunder yang diantaranya adalah flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, terpenoid, dan sebagainya. Skrining fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain sederhana, cepat dapat dilakukan dengan peralatan minimal, bersifat semi kuantitatif yaitu memiliki batas kepekaan untuk senyawa yang bersangkutan, selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari (Nirwana. A.P. 2014).
semakin tingginya harga obat buatan pabrik yang tidak
Upaya untuk memberikan nilai tambah dari tanaman ini yaitu perlu dilakukan penelitian terhadap
Jurnal Farmasi Sandi Karsa Vol. IV No.7 November 2018
5
kandungan kimia serta khasiatnya, Karena peniliti ingin membandingkan membandingkan literatur terkait senyaw senyawaa daun bidara ( Ziziphus mauritiana Lam Lam)) yang ada dengan tanaman daun bidara yang berasal dari daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi senyawa Lam)) kimia dari daun bidara ( Ziziphus mauritiana Lam dengan metoda ekstraksi dengan maserasi dan kromatografi. Diharapkan data kandungan senyawa kimia pada daun bidara ( Ziziphus mauritiana Lam Lam)) tersebut dapat dimanfaatkan untuk ilmu pengetahuan di bidang farmasi. B. Rumusan Masalah Apakah daun bidara ( Ziziphus mauritiana Lam) dari Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki kandungan senyawa kimia? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa kimiayang terkandung dalam ekstrak daun bidara ( Ziziphus mauritianaLam)yang berasal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan,Provinsi Nusa Tenggara Timurdengan menggunakan ekstraksi maserasi, identifikasi, metode pemisahan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti sebagai acuan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang identifikasi senyawa kimia daun bidara ( Ziziphus mauritiana Lam Lam). ). 2. Sebagai bahan referensi bagi farmasis dalam melakukan penelitian selanjutnya METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yaitu penelitian eksperimen untuk menunjukkan identifikasi senyawa metabolit sekunder Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.) yang terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provisi Nusa Tenggara Timur. B. Waktu Dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan pada Bulan Oktober tahun 2018 di Laboratorium Fitokimia Akademi Farmasi Sandi Karsa MakassarProvinsi Sulawesi Selatan. C. Alat Dan Bahan 1. Alat-alat yang digunakan Seperangkat alat maserasi modifikasi yaitu: Batang pengaduk, Chumber dan penutup chumber, Corong gelas, cawan porselin, Erlenmeyer (pyrex), Gelasukur (pyrex), Gelas kimia (pyrex),Pipet tetes,Rak tabung,Rotary Efaporator (gucci), Seperangkat Maserasi,
Tabung reaksi, Toples. 2. Bahan-bahan yang digunakan Jurnal Farmasi Sandi Karsa Vol. IV No.7 November 2018 6
Aquadest (H2O), Asam Sulfat (H2SO4) 10%, etil asetat, Metanol (CH 4O), Lempeng KLT,N-Heksan, etanol 70%, FeCl3,kertas saring,lakban, metanol,NaCl, HCI pekat, serbuk Mg, pereaksi Liberman-bouchardat, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendrof, Silika Gel(GF 254) dan Sampel Ekstrak Daun Bidara( Ziziphus mauritianaL.). D. Metode Kerja 1. Pengambilan Sampel Sampel dikumpulkan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2. Pengolahan Sampel Daun Bidara ( Ziziphus mauritianaL.) yang telah dikumpulkan, dibersihkan dengan cara dicuci di air yang mengalir lalu dipotong-potong kecil kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, setelah kering sebagian diserbukkan lalu dilakukan proses ekstraksi kemudian dilakukan uji identifikasi kimia. 3. Pembuatan Ekstrak Ekstraksi Daun Bidara ( Ziziphus mauritiana L.) yaitu dengan menggunakan metode maserasi dimana alat terlebih dahulu dicuci dan dibersihkan, kemudian keringkan. Simplisia yang telah dipotong-potong kecil sesuai dengan derajat kehalusannya kemudian ditimbang. Setelah itu, di masukkan ke dalam toples kemudian ditambahkan dengan methanol bersamaan dengan simplisia.Setelah toplessudah terisi dengan cairan penyari dan simplisia toples di tutup rapat lalu di biarkan sampai kurun waktu 5 hari dan sesekali di aduk, pelarut diganti tiap 5 hari sekali dan dilakukan sebayak 3 kali. Filtrat dan endapan dipisahkan, selanjutnya filtrat diuapkan pada rotavapor hingga kering dan senyawa di identifikasi secara kromatografi lapis tipis dan kolom. 4. Pembuatan Pereaksi a. Larutan pereaksi Dragendrof Sebanyak 8 gram Bismuth Nitrat dilarutkan dalam Asam Nitrat 20 ml kemudian dicampur dengan larutan Kalium Iodida sebanyak 27,2 gram dalam 50 ml Air suling. Campuran didiamkan sampai memisah sempurna.Larutan jernih diambil dan diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml. b. Larutan pereaksi Bouchardat Sebanyak 4 gram Kalium Iodida dilarutkan dalam 20 ml Air suling kemudian ditambah 2 gram Iodium sambil diaduk sampai larut, lalu ditambah Air suling hingga 100 ml. c. Pereaksi Mayer Sebanyak 5 gram Kalium Iodida dalam 10 ml Air suling kemudian ditambahkan larutan 1,36 gram Merkuri (III) Klorida
dalam 60 ml Air suling. Larutan dikocok dan ditambahkan Air suling hingga 100 ml. 6
d. Larutan pereaksi Liebarman-Bourchard 20 tetes Asam Asetat Anhidrat dan 1 tetes Asam Sulfat pekat. E. Identifikasi Kandungan Kimia a. Pemeriksaan alkaloid Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia ditimbang, ditambahkan 1 ml Asam Klorida 2 N dan 9 ml Air suling, dipanaskan diatas tangas air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring, filtrat dipakai untuk untuk uji alkaloid. Diambil 3 tabung reaksi, lalu kedalam masing-masing tabung reaksi dimasukan 0,5 ml filtrat. 1) Pada tabunng 1, ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning. 2) Pada tabung II, ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan terbentuk endapan berwarna coklat atau jingga jingga kecoklatan. 3) Pada tabung III, ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai kehitaman. Alkaloid dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga percobaan diatas (DIRJEN POM, 1995). b. Pemeriksaan flavonoid Sebanyak 10 gram serbuk simplisia ditimbang, dilarutkan 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 gram serbuk Mg dan 1 ml HCL pekat dan 2 ml Amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga, pada lapisan amil (DIRJEN POM, 1995). c. Pemeriksaan tanin Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia ditimbang, ditambahkan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi Besi (III) Klorida dan d an (HCl) 1%. Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukan adanya tannin (DIRJEN POM, 1995). d. Pemeriksaan steroid Sebanyak 1 gram serbuk simplisia ditimbang, dimaserasi dengan 20 ml N-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapakan dalam cawan penguap.Pada sisa ditambahkan 20 tetes Asam Asetat Anhidrat dan 1 tetes Asam Sulfat pekat (pereaksi Lieberman-Burchard). Timbul warna biru atau hijau menunjukan adanya steroid (DIRJEN POM, 1995). e. Pemeriksaan saponin Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia ditimbang, dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml Air suling panas, didinginkn kemudian dikocok kuat kuat selama
menit setinggi 1-10 cm, dan dengan penambahan 1 tetes larutan Asam Klorida 2 N buih tidak hilang (DIRJEN POM, 1995). F. Metode Pemisahan 1. Kromatografi lapis tipis ( KLT ) Pemisahan dengan KLT digunakan untuk mencari fase gerak yang terbaik yang akan digunakan dalam kromatografi kolom. Fase diam yang digunakan pada KLT adalah silika gel GF254 dan sebagai fase gerak digunakan nheksana, kloroform, etil asetat dan n butanol.Bejana kromatografi sebelum digunakan untuk elusi, terlebih dahulu dijenuhkan dengan fase geraknya. Sedikit fraksi positif flavonoid yaitu fraksi n-heksana dilarutkan dengan pelarutnya (eluen yang akan dipakai) kemudian ditotolkan(I.A.R. Astiti Asih, 2009). Pada plat kromatografi lapis tipis dengan menggunakan pipa kapiler. Setelah kering lalu dimasukkan dalam bejana.Bila fase gerak telah mencapai batas yang ditentukan, plat diangkat, dan dikeringkan di udara terbuka.Sebagai penampak noda digunakan asam sulfat.Noda yang terbentuk diamati dengan lampu UV 254 nm kemudian dihitung Rf-nya (I. A. R. Astiti Asih.2009). 2. Kromatografi kolom Fase diam yang digunakan pada kromatografi kolom adalah silika gel, sedangkanfase geraknya digunakan fase gerak yang memberikan pemisahan terbaik pada KLT (I. A. R. Astiti Asih.2009). Silika gel 60 (70-100) Mesh terlebih dahulu dipanaskan dalam oven pada suhu 110 0C, kemudian ditambahkan sedikit fase geraknya sehingga menjadi bubur.Pelarut (fase gerak yang digunakan) dimasukkan ke dalam kolom sampai hampir penuh dan keadaan kran kolom tertutup.Setelah itu kecepatan aliran kolom diatur dan bubur dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam kolom sampai seluruh bubur masuk ke dalam kolom.Setelah bubur masuk, fase diam ini dielusi hingga homogen (kolom ini didiamkan selama 1 hari sehingga diperoleh pemampatan yang sempurna).Sementara itu sampel dilarutkan dalam pelarut, kemudian sampel dimasukkan dengan hati-hati melalui dinding kolom dan aliran fase gerak diatur.Begitu sampel masuk ke dalam fase diam, fase gerak ditambahkan secara kontinyu sampai terjadi pemisahan.Eluen ditampung pada botolpenampung fraksi setiap 3 mL, kemudiankeseluruhan fraksi yang dihasilkan dilakukan KLT penggabungan (I. A. R. Astiti Asih.2009). Asih.2009).
10 detik. Saponin positif jika terbentuk buih atau busa yang selama tidak kurang dari 10 Jurnal Farmasi Sandi Karsa Vol. IV No.7 November 2018
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
=
A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Identifikasi Tabel I. Hasil pemeriksaan identifikasi kandungan senyawa kimia ekstrak methanol daun Bidara ( Ziziphus Ziziphus mauritiana Lam) yang berasal dari kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pemeriksaan Senyawa
Pereaksi Pelarut
Alkaloid
Mayer Bouchardat
Dragendorft
Saponin Steroid
Tannin Flavonoid
HCl pekat Eter Liberman bouchard FeCl3 Serbuk Mg HCl pekat C5H11OH
Hasil Pengamatan Pengamatan Pustaka
Ada endapan kuning Tidak ada endapan coklat Tidak ada endapan jingga Berbusa Merah
Hijau kehitaman Kuning dan merah
Ket.
Endapan kuning Endapan coklat
Positif Negative
Endapan jingga
Negative
Berbusa Merah
Positif Positif
Hijau kehitaman Merah, kuning, atau jingga
Positif Positif
n-heksan metanol (7:3)
:
n-heksan metanol (3:7)
:
2. Perhitungan a. Polar Perhitungan nilai = Noda 1 nilai Rf
=
Noda 2 nilai Rf
=
= 0,02 0,02
5 ℎ ,
=
= 0,04 0,04
=
Noda 3 nilai Rf
ℎ ,1
=
5 noda yang terbentuk jarak tempuh noda ,3
=
5
5
= 0,64
B. Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia daun Bidara ( Ziziphus mauritiana Lam.) yang terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provisi Nusa Tenggara Timur mennggunakan metode Kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom. Cara pembuatan simplisia daun Bidara ( Ziziphus mauritiana Lam.) pertama-tama panen daun sekitar jam 07.00-10.00 pagi kemudian dilakukan sortasi basah untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan bahan asing yang tua dengan yang muda serta bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil tahap selanjutnya pencucian dengan air mengalir kemudian perajangan (dipotong-potong kecil) selanjutnya pengeringan dengan sinar matahari kemudian dilakukan sortasi kering maka didapatkan hasil simplisa. Cara pembuatan ekstak daun Bidara ( Ziziphus mauritiana Lam.) adalah dengan metode maserasi dengan pelarut methanol. Salah satu upaya dalam pencarian tumbuhan yang berkhasiat obat tersebut dapat dilakukan dengan uji kualitatif. Uji kualitatif adalah mengidentifikasi zatzat kimia, mengenai unsur-unsur atau senyawa yang
terdapat dalam suatu sampel.Identifikasi kandungan senyawa kimia yaitu pemeriksaan berdasarkan reaksi kimia antara kandungan tumbuhan dengan menggunakan pereaksi.Pada penelitian ini dilakukan beberapa uji yaitu uji alkaloid, uji steroid, uji tanin, uji saponin dan uji flavonoid. Pada uji alkaloid dengan menggunakan tiga pereaksi yaitu pereaksi mayer, dragendorf dan bouchardat, dimana hasil yang didapatkan pada pereaksi Mayer terjadi endapan kuning, pada pereaksi Bouchardat tidak terjadi endapan coklat dan pada pereaksi Dragendrof tidak terjadi endapan, Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan daun Bidara ( Ziziphus Ziziphus mauritiana Lam.) negatif mengandung alkaloid.Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkurium(II) klorida ditambah kalium iodide akan
Table II. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Nama Eluen Gambar sampel Daun Bidara
,3
= 0,06 0,06
b. Non polar
bereaksi membentuk endapan merah berlebih merkurium(II) iodide. Jika kalium iodide ditambahkan maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(III). Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikata-ikatan kovalen koordinat dengan ion logam. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Pada uji saponinidentifikasi berbentuk buih sehingga jika ditambahkan dengan air panas dan HCl lalu dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan selama 10 menit. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya buih atau busa dimana
Noda 1 nilai Rf
=
ℎ
Farmasi Sandi Karsa Vol. IV No.7 November 2018 Jurnal 8
Ziziphus mauritianabusa daun Bidara (saponin.Timbulnya Lam.) ini uji positif mengandung pada ini 8
menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya. Pada uji steroid yaitu ditambahkan pereaksi leberman dan bauchardat, di mana hasil yang didapatkan warna merah, daun Bidara ( Ziziphus mauritiana Lam.)positif mengandung steroid. Pada uji tanin yaitu ditambahkan NaCl dan FeCl3dimana hasil yang didapatkan warna hijau kehitaman, daun Bidara ( Ziziphus mauritiana Lam.) positif mengandung tanin.Identifikasi tanin menggunakan besi(III)klorida dan hasil yang diperoleh adalah sampel positif mengandung tanin dengan memberikan efek perubahan warna yakni warnahijau kehitaman. Penambahan ekstrak dengan FeCl 3 dalam air menimbulkan warna biru, merah ungu atau hitam yang kuat. Terbentuknya warna tersebut setelah penambahan FeCl3 tanin akan bereaksi dengan ion Fe3+ membenk senyawa kompleks. Identifikasi terakhir yang dilakukan yaitu identifikasi flavonoid, pada identifikasi flavonoid didapatkan hasil berwarna kuning dan merah dimana daun Bidara ( Ziziphus mauritiana Lam.)ini positif mengandung flavonoid.Pada identifikasi flavonoid menggunakan uji Wilstater menunjukkan perubahan warna menjadi jingga yang berarti positif adanya flavonoid. Magnesium dan asam klorida pada uji Wilstater bereaksi membentuk gelembung-gelembung yang merupakan gas H2, sedangkan Logam Mg dan HCl pekat pada uji ini berfungsi untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid sehingga terbentuk perubahan warna menjadi merah atau jingga. Kemudian dilanjutkan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dimana metode ini bertujuan sebagai uji penegasan atau untuk pemisahan berdasarkan proses mirgrasi dari komponen-komponen senyawa diantara dua fasae yaitu fase diam dan fase gerak. Dimana fase gerak berupa pelarut (eluen) dan fase diam berupa lempeng KLT yang terbuat dari silika gel. Pada proses kromatografi lapis tipis (KLT) digunakan 2 pelarut yaitu, n-heksan dan metanol dengan perbandingan 7 : 3. Sebelum melakukan proses pemisahan secara KLT, lempeng KLT terlebih dahulu dipanaskan dalam oven dengan suhu 110 0 C selama 30 menit. Kemudian eluen dijenuhkan dalam chamber menggunakan kertas saring. Selanjutnya lempeng lempeng silika gel ditotolkan dengan ekstrak metanol daun Bidara ( Ziziphus mauritiana Lam.), lalu dimasukan kedalam chamber. Setelah itu chamber ditutup dan dibiarkan hingga terelusi ke atas sampai batas elusi yang telah dibuat. Setelah terelusi sempurna lempeng dikeluarkan dan diangin- anginkan hingga kering.Selanjutnya pemeriksaan terhadap noda yang terbentuk pada permukaan lempeng KLT dibawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm. Noda yang terpisah dari elusi menggunakan KLT, selanjutnya diukur nilai Rf-nya. Nilai Rf (retention factor). Nilai Rf didapatkan berdasarkan rumus : nilai Rf =
noda yang terbentuk jarak tempuh noda
Jurnal Farmasi Sandi Karsa Vol. IV No.7 November 2018
Pada pelarut polar diperoleh sebanyak 3 noda untuk noda 1 nilai nilai Rf 0,02, dan noda 2 nilai Rf 0,04 dan noda 3 nilai Rf 0,06. Untuk non polar hanya 1 noda dengan nilai Rf 0,64. Diduga senyawa saponin, steroid, tannin dan flavonoid karena adanya adanya noda berwarna merah,hijaukehitaman, agak keunguan dan kuning setelah disemprot dengan H2SO4. Berdasarkan (Nafisah dkk., 2014; Miharja dkk., 2001; Harlis, 2010; Karim dkk., 2015) Hasil KLT yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid yang ditandai dengan adanya nodaberwarna kuning, hasil yang menunjukkan adanya senyawa steroid karena adanya noda berwarna hijau-biru, hasil yang menunjukkan adanya senyawa taninditandai dengan noda berwarna hijau kehitaman, hasil yang menunjukkan adanya senyawa saponin ditandai dengan adanya noda berwarna merah jambu sampai ungu.Ini terjadi karena senyawa dalam ekstrak yang terkandung didalam daun bereaksi dengan eluen yang digunakan sehingga naik membentuk bercak-bercak noda. Faktor – faktor faktor yang mempengaruhi gerak noda dalam KLT dan juga mempengaruhi harga Rf yaitu sruktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan, sifat penyerap dan derajat aktivitasnya,biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan molekul-molekul air yang menepati pusat-pusat serapan dari penyerapan. Adanya ketebalan dalam ketidakrataan dari lapisan penyerap bisa menyebabkan aliran pelarut tidak rata dalam daerah yang kecil dari plat. Jumlah cuplikan yang digunakan terlalu berlebihan memberiikan penyebaran noda-noda dengan kemungkinan trbentuknya ekor dan tak seimbang hingga akan mengakibatkan kesalahankesalahan pada nilai. Ekstrak daun Bidara ( Ziziphus mauritiana Lam) pada kromatografi lapis tipis menghasilkan 4 bercak noda, untuk memastikan dan memperkuat hasil uji identifikasi dan kromatografi lapis tipis maka dilakukan kromatografi kolom, serbuk silica gel. Dari berbagai fase gerak yang digunakan, fase gerak n-heksana :etanol :etil asetat (9:1:0,5) yang memberikan pemisahanterbaik, sehingga fase ini yang digunakan dalam kromatografi kolom. Terhadap 2g ekstrak kental metanoldilakukan proses pemisahan dengan menggunakan fase diam silika gel 60 (70-100 Mesh) sekitar 100 g (panjang kolom 45cm, diameter 2,3 cm), menggunakan fase gerak n- heksana: etanol : etil asetat (9:1:0,5). Hasil dari kromatografi kolom menghasilkan empat fraksi warna yaitu kuning, hijau, merah kecoklatan, dan putih.Fraksi warna pada kromatografi kolom berdasarkan pembentukan bercak noda (warna) pada lempeng Ktomatografi Lapis Tipis. Tipis. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada identifikasi senyawa
kimia melalui metode kualitatif (uji identifikasi) dan metode pemisahan(uji Kromatografi Lapis Tipis dan 9
Kromatgrafi kolom)daun Bidara ( Ziziphus mauritiana Lam) dari Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengandung senyawa kimia tanin, saponin, flavonoid, dan steroid. B. Saran Diharapkan untuk penelitian ini dapat di lanjutkan ke tahap isolasi dan karakteristik senyawa yang terkandung dalam Daun bidara ( Ziziphus mauritiana Lam.) dari Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Maserasi, Refluks Jimbaran. Udayana
dan
Sokhletasi.
Bukit
Taradipta Roni Made Dewa I. 2015. Uji Aktivitas Adaptogenik Ekstrak Etanol Daun Bidara (Zizhiphus mauritiana Auct non Lamk.) Dengan Metode Swimming Endurance Test Pada Mencit Galur Balb/C . Bali. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto Andi, Joko Santoso, Edi Suprasetya. 2017. Uji Effektivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Bidara ( Ziziphus maurtiana Lam.) Pada Mencit Jantan ( Mus musculus) Dengan Induksi Oleum Ricini. Yogyakarta.Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Alan Yohanes, Fitria Lafita Agresa, Yori Yuliandra. 2017. Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebun Schizostachyum brachycladum Kurz (Kurz) Pada Mencit Putih Jantan. Sumatera Barat. Universitas Andalas Asih I. A. R. Astiti. 2009. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Isoflavon dari Kacang Kedelai (Glycine max). max). Bali. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana Aulia Silma Savira, Iyan Sofyan, muchtaridi. 2016. Penetapan Kadar Simvastatin Menggunakan Kromatorafi Cair Kinerja Tinggi (Kckt) :Review. Universitas PadjadjaranFakultas Farmasi. Buana Ika. 2015. Kromatografi Kertas dan Kolom . FK Unissula. Prodi farmasi Bintoro Adi. 2017. Analisis dan Identifikasi Senyawa Saponin Dari Daun Bidara ( Ziziphus Mauritania L.). Banten. ITEKIMA Depkes.(1989). Materia Medika Indonesia Indonesia.. Jilid V. Jakarta. Hanani Endang. 2014. Analisis Fitokimia. Jakarta. EGC Nugrahwati Fauziah. 2016. Uji Aktifitas Antipiretik Ekstrak Daun Bidara ( Ziziphus Mauritania L.) terhadap Mencit Jantan ( Mus muculus).Makassar. UIN ALAUDDIN Putra Bawa A.A, N.W. bogoriani, N.P Diantariani, dan Ni Luh Utari Samadewi. 2014. Ekstraksi zat Warna Alam dari Bonggol Tanaman pisang ( Musa Musa paradiasciaca L.) dengan Metode Jurnal Farmasi Sandi Karsa Vol. IV No.7 November 2018 10
10
View more...
Comments