1.4.a.4. Eksplorasi Konsep - Budaya Positif
August 15, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download 1.4.a.4. Eksplorasi Konsep - Budaya Positif...
Description
.4.a.4. Eksplorasi Konsep - Budaya Positif
2.1 Perubahan Paradigma Tujuan Pembelajaran Khusus: ○ CGP d dapat apat m memaha emahami mi misk miskonse onsepsi psi ten tentang tang ko kontrol ntrol d dari ari pap paparan aran Teori Kontrol Dr. William Glasser. ○ CGP dapa dapatt mem memaham ahamii da dan n me menerap nerapkan kan perub perubahan ahan parad paradigma igma stimulus-respon menjadi teori kontrol. ○ CGP dapa dapatt bers bersikap ikap k kritis, ritis, reflek reflektif, tif, da dan n terbu terbuka ka da dalam lam me mengan nganalisi alisis s perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.
Kegiatan Pemantik: Anda dan teman Anda akan melakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’. Tugas An Anda da adalah mengepalkan mengepalkan salah satu tangan Anda. Coba Anda bayangk bayangkan an bahwa Anda menyimpan menyimpan sesuatu yang sangat berharga di dalam kepalan tangan Anda. Anda perlu menjaga b benda enda tersebut sekua sekuatt tenaga Anda karena beg begitu itu pentingnya untuk kehidupan Anda. Tugas rekan Anda adalah mencoba mencoba dengan s segala egala cara untuk membuk membuka a kepalan tangan Anda. Teman Anda boleh membujuk, menghardik, menggoda, bahkan menawari Anda dengan uang agar Anda bersedia membuka kepalan tangan Anda. Cobalah lakukan kegiatan ‘Cobalah ‘Cobalah Buka’ di atas dengan teman kerja Anda secara bergantian,, masing-masing akan memiliki wa bergantian waktu ktu 1 menit saja. Sesudah itu diskusikan kegiatan ini dan coba jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara mandiri, dan diskusikan kembali dengan rekan Anda. ○ Kira-k Kira-kira ira apa apakah kah Anda a akan kan me membuk mbuka a kepa kepalan lan tan tangan gan Anda d denga engan n bujukan, godaan, atau paksaan teman Anda? Mengapa? ○ Atauk Ataukah ah Anda a akan kan b bertah ertahan an dan meno menolak lak me membuk mbuka a kep kepalan alan ttanga angan n sampai sekuat tenaga Anda? Mengapa? Bandingkan jawaban Anda, jawaban Anda, apakah berbeda, berbeda, atau sama. Bilamana berbeda, kira-kira mengapa? Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah satu strategi
yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita. Pembahasan Pembahasan disiplin kali ini akan meninjau teori yang dikemukakan oleh Diane Gossen. Sebelum kita gali lebih lanjut tentang teori Disiplin Restitusi dari Diane Gossen, mari menyamakan model berpikir kita tentang disiplin itu sendiri. Lazimnya disiplin dikaitkan dengan kontrol. Dalam hal ini kontrol guru dalam menghadapi murid. Di bawah ini adalah paparan Dr. William Glasser dalam Control Theory Theory,, untuk meluruskan berapa miskonsepsi tentang kontrol: Ilusi guru mengontrol murid. murid. Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. W Walaupun alaupun tampaknya kita sedang mengontrol perilaku murid tersebut, hal ini karena murid tersebut sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. T Teori eori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat. Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak bujukan kita, atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung tergantung pada pendap pendapat at sang guru untuk berus berusaha. aha. Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan suara halus untuk menyampaikan pesan negatif. Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak
akan efektif untuk jangka j angka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk. Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa, “..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas”. Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
2.2: Konsep Disiplin Positif dan Motivasi Tujuan Pembelajaran Khusus: ○ CGP dapa dapatt mema memahami hami k konse onsep p disi disiplin plin p positif ositif dihub dihubungk ungkan an de dengan ngan teori motivasi perilaku manusia. ○ CGP dapa dapatt mema memahami hami kons konsep ep te teori ori mo motivas tivasii man manusia usia dihu dihubung bungkan kan dengan konsep motivasi internal dan eksternal. ○ CGP dapa dapatt bers bersikap ikap reflek reflektif, tif, kr kritis, itis, kreat kreatif, if, da dan n terbuka terbuka d dalam alam menganalisis motivasi yang dimiliki oleh CGP sendiri menurut teori motivasi perilaku manusia.
Pertanyaan Pemantik: ○ Bag Bagaim aimana ana ca cara ra m memb embuat uat mur murid id dis disipl iplin? in? ○ Sia Siapak pakah ah y yang ang bis bisa a me mendi ndisip siplin linkan kan mur murid? id? ○ Apak Apakah ah gur guru u yang b bisa isa me mendisi ndisiplink plinkan an mur murid? id? Atau K Kepala epala S Sekola ekolah? h? Atau orangtua murid? Atau murid itu sen sendiri? diri? Mengapa? Bapak dan Ibu calon guru penggerak, Setelah memahami perbedaan teori stimulus respons dan teori kontrol pada pembahasan sebelumnya, sebelumnya, sekarang mari kita belajar tentang konsep disiplin positif yang merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita cita-citakan di sekolah-sekolah kita. Kebanyakan guru, sangat tertarik dengan topik pembahasan tentang disiplin. Mereka berpendapat bahwa kalau saja anak-anak bisa disiplin, pasti mereka akan bisa belajar. Para guru juga berpendapat bahwa mendisiplinkan anak-anak adalah bagian yang paling menantang menantang dari pekerjaan mereka. Bagaimana deng dengan an Bapak/Ibu CGP? Apakah Anda Anda memiliki pendapat yang sama? Marilah kita baca artikel di bawah ini:
Makna Kata Disiplin Ketika mendengar kata “disiplin”, apa yang terbayang di benak And Anda? a? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, teratur, dan kepatuhan pad pada a peraturan. Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali.
Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan menghubungka n kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan. Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)
Disitu Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri. Adapun definisi kata ‘merdeka’ ‘merdeka’ menu menurut rut Ki Hajar adalah: mardika norahanya mungterlepas lepasingdari pangreh, n ging nging ugatetapi kuwat kuwasa priyangga (merdekaiku itujarwanya, artinya; tidak p erintah; perintah; akan juga cakapamandiri buat memerintah diri sendiri)
Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. ‘belajar ’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. Diane juga menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasa menguasaii diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Dalam hal ini Ki Hajar menyatakan; “...pertanggungjawaban atau verantwoordelijkheld itulah selalu menjadi sisihannya hak atau kewajiban dari seseorang yang pegang kekuasaan atau pimpinan dalam umumnya. Adapun
artinya tidak lain ialah orang tadi harus mempertanggungjawabkan dirinya serta tertibnya laku diri dari segala hak dan kewajibannya. (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
Referensi: Restitution: Restructuring School Discipline, Diane Chelsom Gossen, 2001, New View Publications, North Canada Ki Hajar Dewantara; Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,2013, UST-Press UST-Press bekerjasama dengan Majelis Luhur Tamansiswa Tamansiswa
Bapak dan Ibu calon guru penggerak, Indah sekali bukan pemikiran-pemikiran tentang konsep disiplin di atas. Mari kita bayangkan alangkah indahnya ketika tercipta masyarakat yang bisa saling belajar belajar,, yang saling merasa terikat dan terhubungkan satu sama lain; karena masyarakat seperti itu akan mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya, senantiasa selalu berusaha untuk untuk menjadi lebih baik dari seb sebelumnya. elumnya. Itulah tujuan dari disiplin diri. Bapak Ibu calon guru penggerak, Mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan dari lingkungan, atau ada dorongan dorongan yang lain? Terkadang kita melakukan sesuatu karena kita menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan, T Terkadang erkadang kita juga melakukan sesuatu sesuatu untuk mendap mendapatkan atkan apa yang kita ma mau. u. Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat senyuman dari orang lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan uang? Apa lagi kira-kira alasan orang melakukan sesuatu? Untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai motivasi manusia, mari kita baca artikel ini:
3 Motivasi Perilaku Manusia
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 alasan motivasi perilaku manusia: 1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi untuk menghindari hukuman ketidaknyamanan, akan bertanya,perilakunya apa yang akan terjadi apabila saya tidakatau melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. 2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaa penghargaan n dari orang llain. ain. Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. 3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apa bila saya melakukannya?. Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal. Pernahkan Anda Anda berada dalam sebuah situasi dimana anda sengaja melakukan sesuatu yang menyakitkan bagi anda, bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang lain? Mengapa anda tetap memilih melakukannya padahal anda tahu akibatnya akan menyakitkan, anda mungkin akan dikecam secara sosial, bahkan ada kerugian secara finansial? Apa prinsip-prinsip yang anda perjuangkan dan anda lindungi? Saat itu, anda s sedang edang menjadi orang yang s seperti eperti apa? Bapak Ibu calon guru penggerak, Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah.
Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai. Pertanyaannya sekarang sekarang adalah bagaimana cara kita sebagai guru untuk menanamkan disiplin positif yang positif ini kepada murid-murid kita?
2.3 Keyakinan Kelas Bapak/Ibu CGP diminta untuk mengikuti aktivitas berikut ini untuk memperdalam materi keyakinan kelas. Tujuan Pembelajaran Khusus:
○ CGP dapa dapatt memahami memahami pentin pentingnya gnya memil memiliki iki keyaki keyakinan nan kelas kelas sebag sebagai ai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas. ○ CGP dapa dapatt memahami memahami prose proses s pembent pembentukan ukan dari peratu peraturan-p ran-peratu eraturan ran beralih ke keyakinan kelas. ○ CGP akan dapa dapatt berpikir berpikir kritis, kritis, kreat kreatif, if, reflekti reflektif, f, dan terbu terbuka ka dalam dalam menggali nilai keyakinan-keyakinan pada lingkungan mereka masing-masing.
Pertanyaan Pemantik:
○ Meng Mengapa apa Keyak Keyakinan inan Kelas Kelas,, mengapa mengapa tidak pera peraturan turan kela kelas s saja? saja? ○ Meng Mengapa apa adany adanya a Keyakina Keyakinan n Kelas Kelas penting penting untuk untuk terben terbentukn tuknya ya sebuah sebuah budaya positif? ○ Baga Bagaimana imana mewu mewujudk judkan an sebua sebuah h Keyaki Keyakinan nan Kelas yang efek efektif? tif?
Bapak dan Ibu para calon guru penggerak,
Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Untuk terbentuknya t erbentuknya budaya positif pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati keyakinan-keyakinan keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas. Hal ini berkaitan dengan modul 1.2 dan modul 1.3 yang membahas tentang nilai-nilai kebajikan dan visi sebuah sekolah yang perlu ada untuk menentukan arah tujuan dari sebuah institusi/sekolah. Penyatuan pemikiran untuk mendapatkan nilai-nilai kebajikan serta visi sekolah tersebut kemudian diturunkan di kelas-kelas menjadi keyakinan kelas yang disepakati bersama.
Mengapa keyakinan kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja? Pertanyaan berikut adalah, “Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm pada saat mengendarai kendaraan roda dua/motor?” Kemungkinan jawaban Anda adalah untuk ‘keselamatan’. ‘keselamatan’. Pertanyaan berikut adalah, “Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci tangan setiap saat?” Mungkin jawaban Anda adalah “untuk kesehatan dan/atau keselamatan”. Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut sebagai suatu ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu.
Pembentukan Keyakinan Kelas:
○ Keya Keyakinan kinan kelas bersi bersifat fat lebih lebih ‘abstrak’ ‘abstrak’ darip daripada ada peratura peraturan, n, yang lebih rinci dan konkrit. ○ Keyakinan Keyakinan kelas berup berupa a pernya pernyataantaan-perny pernyataan ataan univ universal ersal.. ○ Perny Pernyataan ataan keya keyakinan kinan kela kelas s senantia senantiasa sa dibuat dibuat dalam dalam bentuk bentuk posit positif. if. ○ Keya Keyakinan kinan kelas hend hendakny aknya a tidak terlalu terlalu banya banyak, k, sehingga sehingga mudah mudah diinga diingatt dan dipahami oleh semua warga kelas. ○ Keya Keyakinan kinan kelas seba sebaiknya iknya sesua sesuatu tu yang yang dapat dapat diterapkan diterapkan di di lingkunga lingkungan n tersebut. ○ Semu Semua a warga warga kelas kelas henda hendaknya knya ikut berkon berkontribus tribusii dalam dalam pembuat pembuatan an keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat. ○ Berse Bersedia dia meninj meninjau au kembali kembali keya keyakinan kinan kela kelas s dari dari waktu waktu ke waktu waktu..
Lihatlah beberapa peraturan yang tercantum di bawah ini!
Tuliskan keyakinan kelas atau nilai kebajikan yang dituju dari dari peraturan peraturan yang tercantum di bagian sisi kiri. Adapun nilai-nilai kebajikan yang diterima secara universal lepas dari latar belakang budaya, bahasa, suku bangsa, maupun agama berupa hal-hal seperti keadilan, kehormatan, peduli, integritas, kejujuran, pelayanan, keamanan, kesabaran, tanggung jawab, mandiri, berprinsip, keselamatan, kesehatan, dan masih banyak lagi nilai-nilai kebajikan universal. Peraturan-peraturan yang tercantum di sisi kiri tidak terbatas pada peraturan yang ditemui di kelas atau sekolah, namun peraturan yang biasa kita temui di sekeliling kita.
Tuliskan jawaban Anda pada kolom kosong yang disediakan
Kembalikan barang ke tempatnya Bertanggung jawab
Dilarang Mengganggu Orang Lain Saling Menghormati
Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran dimulai Menghormati Orang Lain, Komitmen
Dilarang Melakukan Kekerasan Keamanan, Saling Menghormati
Dilarang Menggunakan Narkoba Kesehatan
Bergantian atau menunggu giliran Menghormati Orang Lain, Berempati
Dilarang Merokok Kesehatan, Menghormati Orang Lain
Gunakan masker Kesehatan, masker Kesehatan, Keamanan
Berjalan di kelas dan koridor Keamanan, koridor Keamanan, Keselamatan
Prosedur Pembentukan Keyakinan Kelas:
1. Memp Mempersila ersilakan kan murid-muri murid-murid d di kelas untuk untuk bercurah bercurah pendapat pendapat tentang tentang peraturan yang perlu disepakati di kelas. 2. Menc Mencatat atat semua semua masukanmasukan-masu masukan kan para para murid di papan papan tulis tulis atau di kertas besar (kertas ukuran poster), di mana semua anggota kelas bisa melihat hasil curah pendapat. 3. Susu Susunlah nlah keyakina keyakinan n kelas sesuai sesuai prosedur prosedur ‘Pembentuka ‘Pembentukan n Keyakinan Keyakinan Kelas’. Gantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif. Contoh
Kalimat negatif : Jangan berlari di kelas atau koridor. Kalimat positif: Berjalanlah di kelas atau koridor. 4. Ti Tinjau njau kembali kembali daftar daftar curah pendap pendapat at yang sudah sudah dicatat. dicatat. Anda Anda mungkin mungkin akan mendapati bahwa pernyataan yang tertulis di sana masih banyak yang berupa peraturan-peraturan. Selanjutnya, ajak murid-murid untuk menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang menjadi inti dari peraturan tersebut. Contoh: Berjalan di kelas, Dengarkan Dengarkan Guru, Datanglah tepat waktu bisa disarikan menjadi 1 Keyakinan, yaitu keyakinan untuk Saling Menghormati atau nilai kebajikan Hormat. Keyakinan inilah yang dijadikan daftar untuk disepakati. Kegiatan ini juga merupakan peralihan dari bentuk peraturan ke keyakinan kelas. 5. Ti Tinjau njau ulang ulang Keyakinan Keyakinan Kelas secara secara bersama-s bersama-sama. ama. Seharusny Seharusnya a setelah beberapa peraturan telah disatukan menjadi beberapa keyakinan maka jumlah butir pernyataan keyakinan keyakinan akan berkurang. berkurang. Sebaiknya keyakinan keyakinan kelas tidak terlalu banyak, bisa berkisar antara 3-7 prinsip/keyakinan. Bilamana terlalu banyak, maka warga kelas akan sulit mengingatnya. 6. Setel Setelah ah keyakina keyakinan n kelas seles selesai ai dibuat, dibuat, maka semua semua warga warga kelas dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan kelas tersebut, termasuk guru dan semua murid. 7. Keya Keyakinan kinan Kelas Kelas selanjutn selanjutnya ya bisa dilekatka dilekatkan n di dinding kelas kelas di tempat tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.
Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
Contoh Keyakinan Kelas:
Keyakinan Kelas 5:
Keyakinan Kelas 7: Keyakinan Kelas 1: Agar semua warga kelas kelas dapat memahami setiap pernyataan yang telah telah tercantum dalam keyakinan kelas, maka selama seminggu di awal tahun ajaran baru dapat didedikasikan untuk pendalaman setiap keyakinan dengan berbagai kegiatan.
a) Kegiatan Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti:
Anggota kelas dibagi dibagi menjadi beberapa kelompok, kelompok, dan setiap kelompok kelompok diberikan kertas. Salah satu anggota kelompok membuat hurut T kapital yang besar (T (Tabel abel T). Guru memberikan salah satu ‘keyakinan ‘ keyakinan kelas’ kepada kepada setiap kelompok. Dua kelompok bisa mendapatkan keyakinan yang sama bila ada 10 kelompok. Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk bercurah pendapat tentang t entang keyakinan tersebut, tampak seperti apa, tampak tidak seperti apa. Kemudian hasil curah pendapat setiap kelompok dipresentasikan pada kelompok besar, besar, dan kertasnya ditempel di sekeliling dinding kelas untuk dapat dilihat setiap warga kelas agar menguatkan pemahaman.
Contoh
Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti (Tabel T) dari Keyakinan Kelas 7:
Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
Salah satu kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk memperdalam keyakinan kelas, adalah mempelajari tanggung jawab setiap warga kelas. Keyakinan bertanggung jawab serta hak seseorang seseorang adalah sesuatu sesuatu yang diungkapkan diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang menumbuhkan murid yang merdeka:
“...beratlah kemerdekaan itu! bukan hanya tidak terperintah saja, akan tetapi harus juga dapat menegakkan dirinya dan mengatur perikehidupannya dengan de ngan tertib. dalam hal ini termasuklah juga mengatur tertibnya perhubungan dengan kemerdekaan orang lain (Ki Hadjar Dewantara, buku kuning, hal.4.)
Pada pekan pendalaman Keyakinan Kelas, maka murid-murid dapat diajak berdiskusi tentang tanggung jawab dan hak masing-masing warga kelas, yaitu apa Tugas Guru dan Bukan Tugas Guru serta Apa Tugas Murid atau Bukan Tugas Murid. Berikut adalah langkah yang dapat dilakukan dalam mendiskusikan hal tersebut:
1. Guru akan memb membuat uat bagan bagan beris berisii 4 kotak. kotak. 2. Masin Masing-mas g-masing ing kotak diisi judul: Guru-Tugas Guru-Tugasnya.. nya..., ., Murid-Tugas Murid-Tugasnya.. nya..., ., Guru-Tugasnya Guru-Tug asnya Bukan.., Murid-Tug Murid-Tugasnya asnya Bukan...
3. Guru bercu bercurah rah penda pendapat pat denga dengan n dua dua cara: cara: - Mengajak murid berpendapat secara individu, atau - Membagi murid dalam 4 atau 8 kelompok, dan setiap kelompok diberikan tugas bercurah pendapat tentang masing-masing tugas/bukan tugas guru maupun murid. 4. Hasil dari dari curah pendapa pendapatt Tugas Tugas Saya-T Saya-Tugas ugas Kamu Kamu ditempel ditempel di dinding dinding kelas agar dapat dilihat seluruh warga kelas.
Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
Contoh (hasil curah pendapat guru dan murid-muridnya) Tugas Saya (Guru)-Tugas Kamu (Murid) (Kelas 4-8) Tugas Anda An da
Coba Anda lakukan kegiatan Tugas Saya-Tugas Kamu dengan murid-murid di sekolah Anda, Anda, atau bisa juga dilakukan dengan anak-anak Anda di rumah (menjadi: Tugas Orang Tua-Tugas Anak). Bercurah pendapat tentang tugas masing-masing
warga kelas atau rumah untuk membangun lingkungan positif yang aman dan nyaman, yang selanjutnya menjadi suatu budaya positif.
Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas, bilamana ada suatu pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi. Untuk itu kita perlu meninjau ulang penerapan penegakan peraturan atau keyakinan kelas kita selama ini. Penerapan terhadap suatu pelanggaran bisa dalam bentuk hukuman atau sanksi, atau berupa Restitusi. Namun sebelum kita melangkah kepada penerapan Restitusi, kita perlu bertanya adakah perbedaan antara hukuman dan Sanksi? Bila sama, di mana persamaannya? Bila berbeda, bagaimana perbedaannya? Perlu ditambahkan bahwa bentuk sanksi untuk lingkungan pendidikan disesuaikan menjadi konsekuensi. Pemahaman konsekuensi konsekuensi adalah bahwa dalam setiap tindakan atau perbuatan, pasti akan berkonsekuensi, baik atau kurang baik. Di bawah ini akan ditunjukkan bagan perbedaan hukuman dan konsekuensi serta restitusi.
Bila kita melihat bagan di bawah ini, disiplin merupakan identitas berhasil (sukses) dan hukuman merupakan identitas gagal. Disiplin di sini terbagi dua bagian yaitu Disiplin dengan Sanksi/Konsekuensi dan Disiplin dengan Restitusi, yang selanjutnya akan dijelaskan dengan lebih rinci di bagian 2.5 dan 2.6.
Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
Berdasarkan bagan di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa suatu diskusi atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun verbal dan murid disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.
Sementara disiplin dengan bentuk sanksi atau konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati. Sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Biasanya pembentukan sanksi atau konsekuensi dibentuk oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sanksi/konsekuensi yang akan diterima. Pada sanksi/konsekuensi, sanksi/konseku ensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi atau sanksi biasanya diberikan berdasarkan suatu pengukuran, misalnya: setelah 3 kali ditegur di kelas oleh guru karena tugasnya belum selesai, atau mengobrol, maka murid akan kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya. Peraturan ini sudah diketahui oleh murid dan diketahui sebelumnya. Guru senantiasa perlu memonitor murid.
Pertanyaan Pemantik: Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan Ibu Anas guru kelas 2 SD, mendapatkan masalah. Murid-muridnya tidak bisa tertib berdiri antri di depan pintu kelas, dan selalu berebutan masuk ke dalam kelas setelah jam istirahat usai. Ini tentunya sangat mengganggu proses pembelajaran pembelajaran dimana kelas tidak dapat mulai tepat waktu karena Ibu Anas sibuk menenangkan murid-muridnya untuk waktu cukup lama. Akhirnya Bu Anas berpikir cepat, dan mengandalkan stiker bintang. Setiap murid-muridnya akan masuk kelas usai jam istirahat, Bu Anas akan mengiming-imingi murid-muridnya dengan stiker bintang. “Siapa yang dapat berdiri lurus dan rapi antre di depan pintu, dapat bintang dari Bu
Anas!” Sebagian murid-muridnya tantangan tersebut, dan langsung langsung murid-muridnya menyambut tantangan berdiri rapi di depan pintu diikuti teman-temanya yang lain, agar mendapatkan stiker bintang. Hal ini terus dilakukan Bu Anas selama beberapa minggu, karena cukup berhasil membuat murid-muridnya berdiri rapi antre di depan pintu. Sampai pada suatu saat Bu Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak Heru. Pak Heru tidak mengetahui tentang stiker stiker bintang, dan benar saja, pada saat mau masuk masuk ke kelas usai jam istirahat murid-murid kelas 2 kembali berebutan masuk kelas, tanpa antri, karena Pak Heru tidak memberikan stiker bintang. Jawablah ketiga pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.
○ Menu Menurut rut Anda apa apa yang yang terjadi terjadi pada cerita Ibu Ibu Anas denga dengan n murid kelas kelas 2? ○ Berda Berdasarka sarkan n teori motivas motivasii yang telah telah Anda pelaja pelajari ri pada pembel pembelajara ajaran n 2.2, kira-kira apa motivasi murid-murid kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas? ○ Adak Adakah ah cara cara lain agar murid murid kelas kelas 2 bers bersedia edia antre antre di di depan depan kelas kelas tanpa tanpa diberi penghargaan stiker bintang?
Alfie Kohn (Punished by Rewards, Rewards, 1993, Wawancara Wawancara ASCD Annual Conference, Conference, Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. sesungguhnya. Menurut Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah penghargaan sesungguhny sesungguhnya. a. Kohn selanjutnya juga mengemukakan beberapa alasan mengapa penghargaan justru sama seperti menghukum menghukum seseorang. Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
○ Peng Pengharga hargaan an berlaku berlaku untuk untuk menda mendapatk patkan an seseora seseorang ng melakuk melakukan an sesuatu sesuatu dalam jangka waktu pendek. ○ Jika kita kita menggu menggunaka nakan n pengharg penghargaan aan lagi, lagi, dan dan lagi, lagi, maka orang terse tersebut but akan bergantung pada penghargaan yang diberikan, serta kehilangan motivasi dari dalam. ○ Jika kita kita mendapa mendapatkan tkan pengh penghargaa argaan n untuk melaku melakukan kan sesuat sesuatu u yang baik, baik, maka selain kita senantiasa berharap mendapatkan penghargaan tersebut lagi, kita pun menjadi tidak menyadari tindakan baik yang kita lakukan.
Penghargaan Tidak Efektif
○ Suatu peng pengharga hargaan an adalah adalah suatu suatu benda benda atau peristi peristiwa wa yang yang diingink diinginkan, an, yang dibuat dengan persyaratan: Hanya jika Anda melakukan hal ini, Anda akan mendapatkan penghargaan yang diinginkan. ○ Jika saya saya mengha mengharapk rapkan an suatu suatu pengharga penghargaan an dan tidak tidak mendap mendapatkan atkannya, nya, maka saya akan kecewa dan berkecil hati, serta kemungkinan lain kali saya tidak akan berusaha sekeras sebelumnya. ○ Jika kita kita memberi memberikan kan seseo seseorang rang suatu suatu pengh penghargaa argaan n untuk untuk melakuka melakukan n sesuatu, maka kita harus terus menerus memberikan penghargaan itu jika kita ingin orang tersebut meneruskan perilaku yang kita inginkan. ○ Orang yang beru berusaha saha berhen berhenti ti merokok, merokok, atau atau orang orang yang yang berusah berusaha a diet menguruskan badan bila diberikan penghargaan tidak akan berhasil.
Penghargaan Merusak Hubungan
○ Ketik Ketika a seorang seorang diberi diberi pengh penghargaa argaan n atau dipu dipujiji di depan depan orang orang banya banyak, k, maka yang lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang diberikan penghargaan tersebut. ○ Jika seor seorang ang guru serin sering g memberi memberikan kan peng pengharga hargaan an kepad kepada a murid-muridnya, besar kemungkinan murid-muridnya termotivasi hanya
untuk menyenangkan gurunya. Mereka tidak akan bersikap jujur kepada guru tersebut. ○ Peng Pengharga hargaan an mencipta menciptakan kan persai persaingan ngan di dalam dalam kelas, kelas, dan dan persainga persaingan n menciptakan kecemasan. ○ Merek Mereka a yang yang percaya percaya bahwa bahwa merek mereka a tidak memil memiliki iki kesemp kesempatan atan untuk untuk mendapatkan penghargaan akan berhenti mencoba.
Penghargaan Mengurangi Ketepatan Riset I: I: Dalam sebuah percobaan, percobaan, sekelompok anak laki-laki berusia sekitar 9 tahun diminta untuk melihat gambar-gambar wajah yang ditampilkan di layar, dan mereka harus memberitahukan jika wajah-wajah tersebut sama atau berbeda. Gambar-gambar tersebut hampir sama. Beberapa dari mereka diberi penghargaan (dalam bentuk uang) pada saat mereka memberikan jawaban benar, sementara sebagian yang lain tidak. Hasil:: Anak Hasil Anak laki-laki yang yang dibayar membuat membuat lebih banyak banyak kesalahan. Riset II: II: Anak-anak Anak-anak diminta mengingat kata-kata kata-kata tertentu, kemudian mereka mereka diminta mengambil kartu yang berisi kata-kata yang diingat tersebut setiap kali muncul. Beberapa anak diberikan permen setiap mereka memberikan jawaban yang benar, dan sebagian yang lain hanya diberitahu saja bila jawaban mereka benar. benar.
Hasil:: Anak-anak Hasil Anak-anak yang mendapatkan mendapatkan permen jawabannya jawabannya banyak yang tidak tidak tepat dibandingkan anak-anak yang hanya diberitahu jawabannya benar. Penghargaan Menghukum
○ Peng Pengharga hargaan an menghuk menghukum um mereka mereka yang yang tidak tidak menda mendapatka patkan n pengharga penghargaan. an. Misalnya dalam sistem ‘ranking’. Mereka yang mendapatkan ranking kedua akan merasa ‘dihukum’. ○ Pengharga Penghargaan an dan huku hukuman man adalah adalah hal hal yang yang sama, sama, karena karena kedua keduanya nya mencoba mengendalikan perilaku seseorang.
○ Karen Karena a orang orang pada pada dasarnya dasarnya tidak suka suka dikend dikendalika alikan, n, dalam dalam jangka jangka waktu waktu lama, penghargaan akan terlihat sebagai hukuman. ○ Jika suatu suatu pengha penghargaan rgaan dihara diharapkan pkan,, namun namun Anda Anda tidak tidak mendapa mendapatkann tkannya, ya, Anda akan merasa dihukum.
Disadur dari materi pelatihan ‘Dihukum oleh Penghargaan’, Yayasan Pendidikan Luhur-Foundation for Excellence in Education, 2006.
2.4 Pemenuhan Kebutuhan Dasar Tujuan Pembelajaran Khusus:
○ CGP memah memahami ami bahwa bahwa setiap setiap tinda tindakan kan murid murid dilaku dilakukan kan untuk untuk memen memenuhi uhi kebutuhan dasar mereka. ○ CGP memah memahami ami bahwa bahwa kebutu kebutuhan han dasar dasar setiap setiap murid akan berbe berbeda-be da-beda da dan agar menjadi individu yang selamat dan bahagia, kebutuhan dasar harus terpenuhi secara positif. ○ CGP memah memahami ami bahwa bahwa kebu kebutuhan tuhan dasa dasarr dapat dapat dipenu dipenuhi hi dengan dengan cara positif atau negatif ○ CGP memah memahami ami peran peran guru adala adalah h memberda memberdayaka yakan n anak anak agar agar dapat dapat memenuhi kebutuhannya secara positif
Pertanyaan Pemantik: Ibu Ambar, Ambar, guru wali kelas kelas 2A di SD Pelita Hati, sedang bingung menghadapi ulah salah satu murid di kelasnya, kelasnya, Doni. Beberapa anak di kelas kelas 2A telah datang padanya dan mengeluhkan Doni yang seringkali meminta bekal makan siang mereka dengan paksa. Jika Anda menghadapi situasi seperti Ibu Ambar, apa yang akan anda lakukan? Menurut anda, kira-kira apa alasan Doni melakukan hal itu?
Bapak dan Ibu para calon guru penggerak, Merujuk pada situasi yang sedang dihadapi Ibu Ambar di atas, dalam konteks penegakan disiplin positif, Ibu Ambar sebaiknya mencari tahu alasan Doni melakukan tindakan tersebut agar mengetahui kebutuhan mana yang sedang berusaha dipenuhi oleh Doni. Mari kita melihat sebuah konsep 5 Kebutuhan Dasar Manusia menurut Dr. William Glasser dalam “Choice Theory”.
5 Kebutuhan Dasar Manusia
Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), cinta dan kasih sayang (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuasaan (power). Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu it u sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat satu persatu kelima kebutuhan dasar ini. Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
Cinta dan kasih sayang (Kebutuhan untuk Diterima) Kebutuhan ini dan tiga kebutuhan k ebutuhan berikutnya adalah kebutuhan psikologis. Kebutuhan untuk mencintai dan memiliki meliputi kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dan kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan ini juga meliputi keinginan untuk tetap terhubung dengan orang lain, seperti
teman, keluarga, pasangan hidup, teman kerja, binatang peliharaan, dan kelompok dimana kita tergabung. Anak-anak yang memiliki kebutuhan dasar cinta dan kasih sayang yang yang tinggi biasanya ingin disukai dan diterima oleh lingkungannya. Mereka juga akrab dengan orang tuanya. Biasanya mereka belajar karena suka pada gurunya. Bagi mereka, teman sebaya sangatlah penting. Mereka juga biasanya suka bekerja dalam kelompok. Kebutuhan Bertahan Hidup Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis untuk bertahan hidup misalnya kesehatan, rumah, dan makanan. Seks sebagai bagian dari proses reproduksi termasuk kebutuhan untuk tetap bertahan hidup. Komponen psikologis pada kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan perasaan aman. Dalam kasus Doni di atas, apabila jawaban Doni ketika ditanya oleh Ibu Ambar adalah karena ia lapar dan orangtuanya tidak membawakannya bekal makan siang, maka kebutuhan dasar yang sedang berusaha dipenuhi oleh Doni, adalah kebutuhan untuk bertahan hidup (survival).
Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
Dalam kasus diatas, apabila Doni menjawab bahwa alasannya mengambil bekal temannya karena dia merasa senang temannya jadi memperhatikan dia. Ketika temannya melaporkan tindakannya itu pada gurunya, dan gurunya memberitahu orang tuanya, sehingga orang tuanya jadi memperhatikan dia, maka kebutuhan dasar yang sedang dipenuhi Doni adalah kebutuhan akan cinta dan kasih sayang.
Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan) Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, diakui atas prestasi dan keterampilan kita, didengarkan dan memiliki rasa harga diri. Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dianggap berharga, bisa membuat perbedaan, bisa membuat pencapaian, kompeten, diakui, dihormati. Ini meliputi self esteem, dan keinginan untuk meninggalkan pengaruh. Anak-anak yang memiliki kebutuhan dasar akan kekuasaan kekuasaan yang tinggi biasanya selalu ingin menjadi pemimpin, mereka juga suka mengamati sebelum mencoba hal baru dan merasa kecewa bila melakukan kesalahan. Mereka juga biasanya rapi dan sistematik dan selalu Ingin mencapai yang terbaik Dalam kasus diatas, apabila jawaban Doni adalah dia merasa hebat karena temannya jadi takut dengan dia dan menuruti keinginannya, maka sebetulnya Doni sedang berusaha memenuhi kebutuhan dasarnya akan kekuasaan.
uhan untuk untuk bebas adalah adalah Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)Kebut Pilihan) Kebutuhan kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup seseorang. Anak-anak dengan kebutuhan kebebasan yang tinggi menginginkan pilihan, mereka perlu banyak bergerak, suka mencoba-coba, tidak terlalu terpengaruh orang lain dan senang mencoba hal baru dan menarik. Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
Bila jawaban Doni dalam kasus diatas adalah bahwa dia merasa bosan dengan bekal makanan yang dibawakan ibunya dari rumah, karena ibunya selalu membawakan bekal yang sama, oleh karena itu dia ingin mencoba makanan teman-temannya yang beraneka ragam, maka Doni sedang berusaha memenuhi kebutuhannya akan kebebasan/freedom.
Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang) Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari kesenangan, bermain, dan tertawa. Bayangkan hidup tanpa kenikmatan apa pun, betapa menyedihkan. Glasser menghubungkan kebutuhan akan kesenangan dengan belajar.. Semua hewan dengan tingkat belajar t ingkat intelegensi tinggi (anjing, lumba-lumba,
primata, dll) bermain. Saat mereka bermain, mereka mempelajari keterampilan hidup yang penting. Manusia tidak berbeda. Anak-anak dengan kebutuhan dasar kesenangan kesenangan yang tinggi biasanya Ingin menikmati apa yang dilakukan. Mereka juga konsentrasi tinggi saat mengerjakan hal yang disenangi. Mereka suka permainan dan suka mengoleksi barang, suka bergurau, suka melucu dan juga menggemaskan, bahkan saat bertingkah laku buruk. Dalam kasus diatas, bila Doni menjawab bahwa ia melakukannya karena iseng saja dan ia menikmati ekspresi wajah teman-temannya yang kesal karena diambil makanannya dan menurut dia, ekspresi teman-temannya itu lucu. Maka berarti Doni sedang berusaha memenuhi kebutuhannya akan kesenangan.
Disarikan dari berbagai sumber Bapak Ibu Calon Guru Penggerak,
Semua orang senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan berbagai cara. Bila mereka tidak bisa mendapatkan kebutuhannya dengan cara yang positif, mereka akan mencoba mendapatkannya dengan cara yang negatif.
Seorang murid yang tidak begitu berhasil secara akademik mungkin kebutuhannya akan kekuasaan tidak terpenuhi di sekolah. Oleh karena itu, mungkin dia akan mencoba untuk memenuhi kebutuhan kekuasaannya, dengan mencoba mengatur orang lain di lapangan bermain, atau bahkan menyakiti mereka secara fisik. Sebagai guru, kita dapat melibatkannya dalam kegiatan yang memberi peluang murid tersebut membuat pencapaian yang berarti.
Seorang yang tidak merasa diterima oleh teman-temannya, kebutuhannya akan cinta dan kasih sayang tidak terpenuhi, oleh karena itu dia mungkin akan memiliki satu teman dan memisahkan diri yang lain. Sebagai guru, kita bisa membangun hubungan yang bisa membangun kepercayaan dan keintiman dengan anak ini.
Bagaimana Bapak Ibu, apakah sekarang sudah paham perbedaan dari kelima kebutuhan dasar?
Coba pikirkan bagaimana selama ini Anda memenuhi kebutuhan dasar Anda.
Isilah setiap bagian lingkaran li ngkaran dengan nama orang, benda atau apapun yang dapat memenuhi setiap kebutuhan dasar itu, dari cinta, penguasaan, kesenangan, atau kebebasan.
Bapak dan Ibu CGP, Setelah belajar tentang 3 Motivasi Perilaku Manusia dan 5 Kebutuhan Dasar Manusia untuk memahami alasan-alasan yang mendasari tindakan manusia, mari kita belajar 1 konsep lagi yaitu tentang Dunia Berkualitas dengan membaca deskripsi di bawah ini:
Dunia Berkualitas Dunia Berkualitas Anda adalah tempat khusus dalam pikiran Anda, tempat Anda menyimpan gambaran representasi dari semua yang Anda inginkan: bisa berisi orang-orang, hal-hal dan apa saja yang terbaik dalam hidup Anda dan membuat Anda merasa bahagia dan terpenuhi kebutuhan dasar Anda. Dr. William Glasser menyebutnya seperti semacam, album foto sehingga isinya tidak akan terlalu banyak, hanya akan terdiri dari beberapa hal saja yang sangat signifikan dan benar-benar terbaik dalam hidup Anda yang membuat hidup Anda menjadi lebih bermakna. Kebutuhan dasar itu bersifat lebih umum dan universal, sedangkan dunia berkualitas lebih unik dan personal.
Orang, tempat, benda, nilai-nilai, dan kepercayaan yang penting bagi Anda akan termasuk di sana. Untuk masuk ke Dunia Kualitas, syaratnya adalah bahwa sesuatu itu harus terasa sangat baik bagi Anda dan memenuhi setidaknya satu atau lebih kebutuhan dasar Anda. Anda. Dalam menentukan segala sesuatu yang masuk dalam dunia berkualitas, tidak perlu kita terlalu mempertimbangkan standar masyarakat masyarakat tentang apa saja yang penting dan yang tidak. Gambaran Dunia Berkualitas adalah unik dan spesifik untuk setiap orang. Jika Anda bisa hidup di Dunia Kualitas Anda, hidup akan sempurna buat Anda, tapi sayangnya, Anda tidak bisa tinggal di sana. Murid kita juga mempunyai gambaran dunia berkualitas mereka. Tentunya Tentunya sebagai guru kita ingin mereka memasukkan hal-hal yang bermakna dan nilai-nilai kebajikan yang hakiki ke dalam dunia berkualitas mereka. Bila guru dapat membangun interaksi yang memberdayak memberdayakan an dan memerdekakan murid, maka murid akan meletakkan dirinya sendiri sebagai individu yang positif dalam dunia berkualitas karena mereka menghargai nilai-nilai kebajikan.
Disarikan dari Berbagai Sumber
Kebutuhan Anda terkait dengan kebutuhan dasar Dit erima ma Dis Disaya ayang ng dasar Diteri terpenuhi dengan...
2.5 Lima (5) Posisi Kontrol Tujuan Pembelajaran Khusus:
○ CGP dapat dapat melaku melakukan kan refleks refleksii atas praktik praktik disipl disiplin in yang dijalan dijalankan kan selama selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya.
○ CGP dapa dapatt mengetahu mengetahuii dan menera menerapkan pkan disip disiplin lin restitusi restitusi di posisi posisi Monitor Monitor dan Manajer agar dapat menciptakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman. ○ CGP dapa dapatt berpikir berpikir kritis, kritis, kreatif kreatif,, reflektif reflektif dan dan terbuka terbuka atas atas penemua penemuan n diri yang didapatkan dari mempelajari 5 posisi kontrol.
Pertanyaan Pemantik: Bacalah kasus-kasus di bawah ini, dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia:
○ Ti Tisa sa dan dan Hana dipan dipanggil ggil masuk masuk ke ruangan ruangan Ibu Dewi, Dewi, kepala kepala sekola sekolah h SMA Makmur. Ibu Dewi baru saja mendapatkan pengaduan dari ibunda Tisa, bahwa Hana menggunakan kata-kata kasar, dan merendah-rendahkan Tisa di sosial media. ○ Anto jarang jarang seka sekalili hadir hadir di pembela pembelajaran jaran jarak jarak jauh, jauh, dan dan pada pada saat saat hadir hadir pun, Anto seringkali menggunakan kata-kata kasar di kolom chat mengejek teman-temannya. Hal ini sudah sangat mengganggu dan beberapa orang tua murid yang mengikuti pembelajaran daring mengeluhkan tentang perilaku Anto di pembelajaran jarak jauh.
Bila Anda adalah guru, penerapan disiplin apakah yang akan Anda lakukan untuk kasus Hana dan kasus Anto? Mengapa? Bahas dengan rekan CGP Anda, Anda, dan bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda, atau sama? Bila berbeda, utarakan masing-masing pandangan Anda. Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak,
Berikut ini akan disampaikan suatu model disiplin yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi, yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol. Kontrol. Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas kita selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat memerdekakan dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan bersandar pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer.. Mari kita tinjau lebih dalam kelima posisi kontrol ini: Manajer
Penghukum:: Seorang penghukum Penghukum penghukum bisa menggunakan menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata: “Patuhi aturan saya, atau awas!” “Kamu selalu saja salah!” “Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai” Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.
Pembuat Orang Merasa Bersalah: Bersalah: pada posisi ini biasanya biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat orang merasa bersalah akan menggunakan keheningan yang
membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti: “Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu” “Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?” “Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?” Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya. disayanginya.
posisi ini tidak akan akan menyakiti murid, namun akan tetap Teman: Guru pada posisi Teman: berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata: “Ayo bantulah, demi bapak ya?” “Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?” “Ya “Y a sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.
Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha, Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut.
Monitor/Pemantau:: Memonitor berarti Monitor/Pemantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau
berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, sanksi/konseku ensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau: “Peraturannya apa?” “Apa yang telah kamu lakukan?” “Sanksi atau konsekuensinya apa?” Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker,, slip catatan, daftar cek. Posisi monitor sendiri berawal dari teori stiker stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid.
Manajer : Posisi terakhir, terakhir, Manajer, Manajer, adalah posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya dirinya sendiri. Di manajer, manajer, murid diajak untuk menganalisis menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata: “Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas) “Apakah kamu meyakininya?”
“Jika kamu menyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?” “Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?” “Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?” Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat. Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi. Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer Manajer,, di mana di posisi inilah murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman. Di bawah ini adalah contoh peragaan yang dikutip dari Yayasan Pendidikan Luhur (2007) di mana ada seorang murid yang melanggar suatu peraturan sekolah. Selanjutnya ada dialog antara seorang guru dengan murid tersebut, serta bagaimana guru tersebut menjalankan disiplin dengan menggunakan kelima posisi kontrol untuk kasus yang sama:
Adi yang terlambat hadir di sekolah.
Penghukum (Nada suara tinggi, bahasa tubuh: mata melotot, dan jari menunjuk-nunjuk menghardik):
“Terlambat erlambat lagi, pasti terlambat lagi, selalu datang terlambat, kapan bisa datang “T tepat waktu?”
Tanyakan kepada diri Anda:
Bagaimana perasaan murid bila guru berbicara seperti itu pada saat muridnya datang terlambat?
Akibat:
Kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif. Bisa jadi sesudah kembali duduk, murid tersebut akan mencoret-coret bukunya atau meja tulisnya. Lebih buruk lagi, sepulang sekolah, murid melihat motor atau mobil bapak/ibu guru dan akan menggores kendaraan tersebut dengan paku.
Pembuat orang lain merasa bersalah (Nada suara memelas/halus/sed memelas/halus/sedih, ih, bahasa tubuh: merapat pada anak, lesu):
“Adi, kamu ini bagaimana ya? Kamu sudah berjanji dengan ibu tidak akan terlambat lagi. Kamu kenapa ya senang sekali mengecewakan Ibu. Ibu benar-benar kecewa sekali.”
Bagaimana perasaan murid bila ditegur seperti cara ini?
Akibat:
Murid akan merasa bersalah. Bersalah telah mengecewakan ibu atau bapak gurunya. Murid akan merasa menjadi orang yang gagal dan tidak sanggup membahagiakan orang lain. Kadangkala sikap seperti ini lebih berbahaya dari sikap
penghukum, karena emosi akan tertanam rapat di dalam, murid menahan perasaan. Tidak seperti murid dalam dengan guru penghukum, di mana murid bisa menumpahkan amarahnya walaupun dengan cara negatif. Murid tertekan seperti inilah yang tiba-tiba bisa meletus amarahnya, dan bisa menyakiti diri sendiri atau orang lain.
Teman (nada suara: ramah, ramah, akrab, dan bercanda, bahasa bahasa tubuh: merapat pada pada murid, mata dan senyum jenaka)
“Adi, ayolah, bagaimana sih kamu. Kemarin kamu sudah janji ke bapak bukan, kenapa terlambat lagi? (sambil tertawa ringan). Ya, sudah tidak apa-apa, duduk dulu sana. Nanti Pak Guru bantu. Kamu ini.” (sambil senyum-senyum).
Bagaimana perasaan murid dengan sikap guru seperti ini?
Akibat:
Murid akan merasa senang dan akrab dengan guru. Ini termasuk dampak yang positif, hanya saja di sisi negatif murid menjadi tergantung pada guru tersebut. Bila ada masalah, dia merasa bisa mengandalkan guru tersebut untuk membantunya. Akibat lain dari posisi teman, Adi hanya akan berbuat berbuat sesuatu bila yang menyuruh menyuruh adalah guru tersebut, dan belum tentu berlaku yang sama dengan guru atau orang lain.
Pemantau (nada suara datar, datar, bahasa tubuh yang formal): formal): Guru: “Adi, tahukah kamu jam berapa kita memulai?”
Adi: “Tahu “Tahu Pak!”
Guru: “Kamu terlambat 15 menit, apakah kamu sudah mengerti apa yang harus dilakukan bila terlambat?”
Adi: “Paham Pak, saya harus harus tinggal kelas pada jam jam istirahat nanti dan mengerjakan mengerjakan tugas ketertinggalan saya.”
Guru: “Ya, benar, nanti pada saat jam istirahat kamu harus sudah di kelas untuk menyelesaikan tugas yang tertinggal tadi. Saya tunggu”
Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini?
Akibat:
Murid memahami sanksi yang harus dijalankan karena telah melanggar salah satu peraturan sekolah. Guru tidak menunjukkan suatu emosi yang berlebihan, menjadi marah atau membuat merasa merasa berbuat salah. Murid tetap dibuat tidak nyaman nyaman yaitu dengan harus tinggal kelas pada waktu jam istirahat dan mengerjakan tugas. Guru tetap harus memonitor atau memantau murid pada saat mengerjakan tugas di jam istirahat karena murid tidak bisa ditinggal seorang diri.
Manajer (nada Manajer (nada suara tulus, tulus, bahasa tubuh tubuh tidak kaku, kaku, mendekat ke murid):
Guru: “Adi, apakah kamu mengetahui jam berapa sekolah dimulai?”
Adi: “Tahu “Tahu Pak, jam 7:00!”
Guru: “Ya, jadi kamu terlambat, kira-kira bagaimana kamu akan memperbaiki masalah ini?”
menanyakan teman saya Pak, Pak, untuk mengejar tugas yang yang Adi: “Saya bisa menanyakan tertinggal.”
Guru: “Baik, itu bisa dilakukan. Apakah besok akan ada masalah masalah untuk kamu agar bisa hadir tepat waktu ke sekolah?”
Adi: “Tidak Pak, Pak, saya bisa hadir tepat waktu.” waktu.”
Guru: “Baik. Saya hargai usahamu untuk memperbaiki diri”
Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini?
Pada posisi Manajer maka suara guru sebaiknya tulus. Tidak perlu marah, tidak perlu meninggikan suara, apalagi menunjuk-nunjuk jari ke murid, berkacak pinggang, atau bersikap seolah-olah menyesal, tampak sedih sekali akan perbuatan murid ataupun bersenda gurau menempatkan diri sebagai teman murid.
Fokus adalah pada murid, bukan untuk membahagiakan guru atau orang tua. Murid sudah mengetahui adanya suatu masalah, dan sesuatu perlu terjadi. Bila guru mengambil posisi Pemantau, guru akan melihat apa sanksinya apa peraturannya? Namun pada posisi Manajer, guru akan mengembalikan tanggung jawab pada murid untuk mencari jalan keluar permasalahann permasalahannya, ya, tentu dengan bimbingan guru.
Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
Silakan ketikkan jawaban Anda pada kolom yang telah disediakan!
Kembalikan barang ke tempatnya
Dilarang Mengganggu Orang Lain
Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran dimulai
Dilarang Melakukan Kekerasan
Dilarang Menggunakan Narkoba
Bergantian atau menunggu giliran
Dilarang Merokok
Gunakan masker
Berjalan di kelas dan koridor Check
Contoh penerapan
2.6 Segitiga Restitusi Tujuan Pembelajaran Khusus:
○ Calon Guru Pengg Penggerak erak mema memahami hami restit restitusi usi sebag sebagai ai salah salah satu satu cara cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah. ○ Calon Guru Pengg Penggerak erak dapa dapatt menerapk menerapkan an restitus restitusii dalam dalam membimbi membimbing ng murid berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka. ○ CGP bers bersika ikap p reflekt reflektif, if, kritis kritis,, kreatif kreatif,, dan terbuk terbuka. a.
Pertanyaan Pemantik: Bapak Ibu calon guru penggerak, apa yang akan Anda lakukan bila,
○ Dalam sebua sebuah h acara acara pesta ulang tahun tahun,, teman Anda memec memecahka ahkan n gelas. gelas. Apakah Anda akan membiarkan membiarkan dia membayar harga gelas yang dipecahkannya? ○ Anda suda sudah h janji janji bertemu bertemu dengan dengan teman Anda Anda,, namun namun ternyata ternyata dia dia juga memiliki janji penting bertemu orang lain di tempat lain, dan Anda terpaksa naik taksi untuk menemui teman Anda di tempat itu, apakah Anda Anda akan meminta teman Anda membayar biaya taksi Anda menuju ke tempat tersebut? ○ Pega Pegawai wai Anda membua membuatt kesalahan kesalahan yang yang menyeb menyebabka abkan n kerugian kerugian finansia finansiall pada perusahaan, pegawai tersebut menawarkan untuk bekerja lembur tanpa bayaran, apakah Anda sebagai pemilik perusahaan akan menerimanya?
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak, Bila ada seseorang berbuat salah pada Anda, Anda, ketika mereka menawarkan sebuah tindakan untuk memperbaiki kesalahan kesalahan mereka, kemungkinan besar, besar, jawaban Anda adalah akan menolak semua tawaran itu, dan akan bilang, tidak usah, tidak t idak apa-apa. Lupakan saja. Kebiasaan kita selama ini, bila ada orang yang berlaku salah pada kita adalah langsung memaafkan, atau membuat mereka tidak nyaman. Kita cenderung untuk berfokus pada kesalahan daripada mencari cara bagi mereka untuk memperbaiki diri. Kita lebih fokus pada bagaimana cara mereka membayar ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kesalahan mereka daripada mengembalikan harga diri
mereka. Membuat kondisi menjadi impas, menjadi lebih penting daripada membuat situasi menjadi benar. Bapak Ibu guru penggerak, Sebagai seorang guru, ketika murid Anda melakukan kesalahan, tindakan mana yang akan Anda lakukan?
○ Anda menu menunjukk njukkan an kesalaha kesalahannya nnya dan meminta memintanya nya meliha melihatt kesalaha kesalahannya nnya baik-baik? ○ Anda meng mengataka atakan, n, “Kamu “Kamu seharus seharusnya nya tahu tahu bagaima bagaimana na kamu kamu seharusn seharusnya ya bertindak”. ○ Anda mengin mengingatka gatkan n murid Anda akan akan kesala kesalahann hannya ya yang yang sama di di waktu sebelumnya. ○ Anda akan berta bertanya nya padany padanya, a, “Kenapa “Kenapa kamu melaku melakukan kan sesua sesuatu tu yang yang seharusnya tidak kamu lakukan?”. ○ And Anda a akan akan mengk mengkriti ritik k dia dan dan mendi mendiamk amkann annya? ya?
Kalau Anda melakukan tindakan-tindakan di atas, mungkin Anda akan membuat murid Anda merasa menjadi anak yang gagal. Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita sebaiknya respon kita bila ada murid kita melakukan kesalahan? Mari kita baca artikel mengenai Restitusi! Restitusi Sebuah Cara Menanamkan disiplin positif Pada Murid Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)
Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang
mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekananny Penekanannya a bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan,, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai ketidaknyamanan nilai-nilai kebajikan yang mereka mereka percayai. Sebelumnya kita telah belajar tentang teori kontrol bahwa pada dasarnya, kita memiliki motivasi intrinsik. Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya. Restitusi menguntungkan korban, tetapi juga menguntungkan orang yang telah berbuat salah. Ini sesuai dengan prinsip dari teori kontrol William Glasser tentang solusi menang-menang menang-menang.. Ada peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh ketika mereka melakukan melakukan kesalahan, bukankah bukankah pada hakikatnya hakikatnya begitulah cara kita belajar. belajar. Murid perlu bertanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih, namun mereka juga dapat memilih untuk belajar dari pengalaman dan membuat pilihan yang lebih baik di waktu yang akan datang. Ketika guru memecahkan masalah perilaku mereka, murid akan kehilangan kesempatan untuk mempelajari keterampilan yang berharga untuk hidup mereka. Di bawah ini adalah ciri-ciri restitusi yang membedakannya dengan dengan program disiplin lainnya.
Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan
Dalam restitusi, ketika murid berbuat salah, guru tidak mengarahkan untuk menebus kesalahan dengan membayar sejumlah uang, memperbaiki kerugian yang timbul, atau sekedar meminta maaf. Karena kalau fokusnya kesana, maka murid yang berbuat salah akan fokus pada tindakan untuk menebus kesalahan dan menghindari ketidaknyamanan,, yang bersifat eksternal, bukannya pada ketidaknyamanan pada upaya perbaikan diri, diri, yang lebih bersifat internal. Biasanya setelah menebus kesalahan, orang yang berbuat salah akan merasa sudah selesai dengan situasi itu sehingga merasa lega, dan seolah-olah kesalahan tidak pernah terjadi. Terkadang bisa juga muncul perasaan ingin balas dendam, bila orang yang berbuat salah sebetulnya merasa tidak rela harus melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Kalau tindakan untuk menebus kesalahan dipahami sebagai hukuman, maka mungkin mereka berpikir untuk membuat situasinya menjadi impas. Pembalasan seperti ini akan berdampak jangka panjang karena konfliknya akan tetap ada. Menebus kesalahan itu tidak salah, namun biasanya tidak membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Restitusi sebenarnya juga meliputi usaha untuk menebus kesalahan, tetapi sebaiknya merupakan inisiatif dari murid yang melakukan kesalahan. Proses pemulihan akan terjadi bila ada keinginan dari murid yang berbuat salah untuk melakukan sesuatu yang menunjukkan rasa penyesalannya penyesalannya.. Fokusnya tidak hanya pada mengurangi kerugian pada korban, tapi juga bagaimana menjadi orang yang lebih baik dan melakukan hal baik pada orang lain dengan kebaikan yang ada dalam diri kita. Ketika murid belajar dari kesalahan untuk menjadi lebih baik untuk masa depan, mereka akan mendapatkan pelajaran yang mereka bisa pakai terus menerus di masa depan untuk menjadi orang yang lebih baik.
Restitusi memperbaiki hubungan Restitusi adalah tentang memperbaiki hubungan dan memperkuatnya. Restitusi juga membantu murid-murid dalam hal mereka ingin menjadi orang seperti apa dan bagaimana mereka ingin diperlakukan. Restitusi adalah proses refleksi r efleksi dan pemulihan. Proses ini menciptakan kondisi yang aman bagi murid untuk menjadi jujur pada diri mereka sendiri dan dan mengevaluasi dampak dampak dari tindakan mereka mereka pada orang lain. Ketika proses pemulihan dan evaluasi diri telah selesai, mereka bisa mulai berpikir tentang apa yang bisa dilakukan untuk menebus kesalahan mereka pada orang yang menjadi korban.
Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan Restitusi yang dipaksa bukanlah restitusi yang sebenarnya, tapi konsekuensi. Bila guru memaksa proses restitusi, maka murid akan bertanya, apa yang akan terjadi kalau saya tidak melakukannya. Misalnya mereka sebenarnya tidak suka konsekuensi yang guru sarankan, mereka mungkin akan setuju dan akan melakukannya, tapi karena mereka menghindari ketidaknyamanan atau menghindari kehilangan kebebasan atau diasingkan dari kelompok. Mereka akan percaya kalau mereka menyakiti orang, maka mereka juga tersakiti, maka mereka pikir itu i tu impas. Seorang anak yang memukul temannya akan mengatakan, “Kamu boleh pukul aku balik, biar impas”. Memaksa melakukan restitusi bertentangan dengan perkembangan moral, yaitu kebebasan untuk membuat pilihan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menciptakan kondisi yang membuat murid bersedia menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik lagi, dengan berkata, “Tidak apa-apa kok berbuat salah itu manusiawi. Semua orang pasti pernah berbuat salah”. Pembicaraan ini bersifat tawaran, bukan paksaan, bukan mengatakan, “Kamu harus lakukan ini, kalau tidak maka…”
Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri Dalam proses restitusi kita akan melihat adanya ketidakselarasan antara tindakan murid yang berbuat salah dan keyakinan mereka tentang orang seperti apa yang mereka inginkan. Untuk membimbing proses pemulihan diri, guru bisa bertanya pada mereka:
○ Kam Kamu u ingin ingin men menjad jadii orang orang sep sepert ertii apa? apa? ○ Kamu akan terlih terlihat, at, terdenga terdengarr, dan terasa terasa sepert sepertii apa kalau kalau kamu kamu sudah sudah menjadi orang yang seperti itu? ○ Apa yang yang kamu kamu percaya percaya tenta tentang ng bagaiman bagaimana a orang orang harus harus memperlak memperlakukan ukan orang lain? ○ Baga Bagaimana imana kamu mau diperla diperlakuka kukan n ketika ketika kamu kamu berbua berbuatt salah? salah? ○ Apa nilai nilai yang yang diajarka diajarkan n di keluarg keluargamu amu tentan tentang g hal ini? ini? Apak Apakah ah kamu kamu memegang nilai ini? ○ Kal Kalau au tida tidak, k, lalu lalu apa yan yang g kamu kamu perc percaya aya? ?
Kita tidak ingin menciptakan rasa bersalah pada diri anak dengan bertanya seperti itu. Kalau guru melihat rasa bersalah di wajah murid, maka guru harus cepat-cepat mengatakan, “Tidak apa-apa kok berbuat salah”. Ketika murid sudah dibimbing untuk mengeksplorasi orang seperti apa yang mereka inginkan, guru bisa mulai bertanya bertanya tentang kejadiannya, kejadiannya, seberapa sering hal ini terjadi, apa yang ia lakukan, ia berada di mana. Murid tidak akan berbohong berbohong pada guru.
Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan
Untuk berpindah dari evaluasi diri ke restitusi diri, diri , penting bagi murid untuk memahami dampak dari dari tindakannya pada orang orang lain. Kalau murid paham bahwa bahwa setiap orang memiliki kebutuhan dasar untuk dipenuhi, hal ini akan sangat membantu, sehingga ketika murid melakukan kesalahan, mereka akan menyadari kebutuhan apa yang sedang mereka coba penuhi, demikian juga kebutuhan orang lain. Untuk membantu murid mengenali kebutuhan dasarnya, guru bisa meminta mereka mengenali perasaan mereka. Perasaan sedih dan kesepian menunjukkan adanya kebutuhan cinta dan kasih sayang yang tidak terpenuhi. Perasaan dipaksa, atau terlalu banyak beban, menunjukkan kurangnya kebutuhan akan kebebasan. Perasaan takut akan kelelahan, kelaparan, menunjukkan pada kita kalau kita merasa tidak aman. Perasaan bosan menunjukkan kurang terpenuhinya kebutuhan akan kesenangan.
Restitusi diri adalah cara yang paling baik Dalam restitusi diri murid belajar untuk mengubah kebiasaan dari kecenderungan kecenderungan untuk mengomentari orang orang lain, menjadi mengomentari mengomentari diri sendiri. Dr. William Glasser menyatakan, orang yang bahagia akan mengevaluasi diri sendiri, orang yang tidak bahagia akan mengevaluasi orang lain. 3 Tahap Evaluasi Diri:
1. Saya tidak suka cara saya berbicara padamu 2. Kesalahan yang saya lakukan adalah - Saya sebenarnya punya informasi yang kamu butuhkan - Saya lelah dan saya bicara terlalu cepat - Saya tidak jelas menyampaikan apa yang saya inginkan - Pemahaman saya berbeda dengan pemahamanmu
3. Besok lagi saya akan - Menyampaikan informasi yang saya punya dan kamu butuhkan - Saya akan bicara lebih lambat - Saya akan bicara lebih jelas tentang t entang keinginan saya - Menyampaikan pemahaman saya padamu
Ketika murid bisa melakukan restitusi diri maka dia akan bisa mengontrol dirinya dengan lebih baik dengan tujuan yang lebih baik pula. Ketika Anda berhadapan berhadapan dengan orang lain, dan melakukan evaluasi diri, maka 9 dari 10 orang yang diajak bicara juga akan melakukan evaluasi diri juga. Mungkin akan ada 1 dari 10 orang yang diajak bicara, justru akan menggunakan kesempatan itu untuk menghukum Anda. Kalau ini terjadi, tanyakan saja, apakah Anda mau menggunakan kesempatan ini untuk menjelek-jelekkan saya atau Anda mau membuat situasi ini menjadi lebih lebih baik. Anda mau ke arah mana? mana?
Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan Dalam proses restitusi diri, maka murid akan menyadari dia sedang menjadi orang yang seperti apa, yang itu adalah menunjukkan fokus pada penguatan karakter. Ketika guru membimbing murid untuk penguatan karakter, karakter, guru akan mengatakan, “Ibu/Bapak tidak terlalu mempermasalahkan apa yang kamu lakukan hari ini, tetapi mari kita bicara tentang apa yang yang akan kamu lakukan lakukan besok. Kamu bisa saja minta maaf, tapi orang akan lebih suka mendengar apa yang akan kamu lakukan dengan lebih baik lagi.
Restitusi menguatkan
Bisakah momen ketika murid melakukan kesalahan menjadi sebuah momen yang baik? Jawabnya, tentu bisa, asalkan ia i a bisa belajar dari kesalahan itu. Apa maksud dari kalimat kita bisa lebih kuat setelah kita belajar dari kesalahan? Lebih kuat disini maksudnya bukan menekan perasaan kita dalam-dalam. Kuat disini artinya menyadari apa yang bisa murid ubah, dan murid benar-benar mengubahnya. Guru bisa bertanya, apa yang dapat kamu ubah dari dirimu sendiri? Bagaimana kamu akan berubah?
Restitusi fokus pada solusi Dalam restitusi, guru menstabilkan identitas identitas murid dengan mengatakan, “Kita tidak fokus pada kesalahan, Bapak/ibu tidak tertarik untuk mencari siapa yang benar, siapa yang salah.
Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya Mari kita lihat praktik pendidikan kita yang seringkali memisahkan anak-anak dari kelompoknya, misalnya seorang anak TK bersikap tidak kooperatif pada saat kegiatan mendengar dongeng dari gurunya, anak itu disuruh keluar dari kelompoknya, atau anak itu diminta duduk di belakang kelas atau di pojok kelas, disuruh keluar kelas ke koridor koridor,, ke kantor guru, seringkali dibiarkan tanpa pengawasan. Kalau ada anak remaja nakal, orangtua menyuruh pergi dari rumah. Padahal kalau mereka jauh dari orang tuanya, orang tuanya jadi tidak t idak bisa mengajari mereka dan mereka tidak belajar nilai-nilai kebajikan. Kalau mereka tidak belajar, bagaimana nasib generasi kita ke depan? Kalau kita menjauhkan remaja kita, maka mereka akan putus hubungan dengan kita.
Ketika anak berbuat salah, kita tidak bisa memotivasi anak untuk menjadi baik, kita hanya bisa menciptakan kondisi agar mereka bisa melihat ke dalam diri mereka. Kita seharusnya mengajari mereka untuk menyelesaikan masalah mereka, dan berusaha mengembalikan mereka ke kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat.
Disarikan dari Buku It’s All About WE; Rethinking Discipline using Restitution, Third Edition, Diane Gossen, 2008
Bapak Ibu CGP C GP,, Setelah Anda mengetahui tentang apa itu restitusi, tentunya Anda ingin mengetahui bagaimana cara melakukanya. Diane Gossen dalam bukunya Restitution; Restructuring School Discipline, 2001 telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle. Proses ini meliputi tiga tahap dan setiap tahapnya berdasarkan pada prinsip penting dari Teori Teori Kontrol, yaitu Ketiga strategi tersebut direpresentasikan dalam 3 sisi segitiga restitusi. Langkah-langkah itu tidak harus dilakukan satu persatu. Banyak guru yang sudah menggunakannya dalam berbagai versi menurut gaya mereka masing-masing bahkan tanpa mengetahui tentang teori restitusi. Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
3 Sisi Segitiga Restitusi
Sisi 1. Menstabilkan Identitas/Stabilize the identity
Sisi 2. Validasi Tindakan yang Salah/ Validate the Misbeh...
Sisi 3: Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief
Sisi 1. Menstabilkan Identitas/Stabilize the identity Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi proaktif, maka kita harus meyakinkan si anak, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini:
○ Be Berb rbua uatt sala salah h itu itu tida tidak k apaapa-ap apa. a. ○ Tida idak k ada ada man manusi usia a yang yang sem sempur purna na ○ Say Saya a juga perna pernah h melakuk melakukan an kesal kesalaha ahan n sepert sepertii itu. ○ Ki Kita ta bis bisa a men menye yele lesa saik ikan an in ini. i. ○ Bapa Bapak/Ibu k/Ibu tidak tertar tertarik ik mencari mencari siapa siapa yang yang salah, salah, tapi Bapak Bapak/Ibu /Ibu ingin ingin mencari solusi dari permasalahan ini. ○ Ka Kamu mu be berh rhak ak me mera rasa sa be begi gitu tu.. ○ Apak Apakah ah kamu kamu sedang sedang menj menjadi adi teman teman yang baik buat dirimu send sendiri? iri?
Kalau kita mengatakan kalimat-kalimat diatas, akan sangat sulit, bahkan hampir tidak mungkin, buat anak untuk tetap membangkang. Para guru yang bertugas mengawasi anak-anak saat mereka bermain di halaman sekolah, menyatakan bahwa bila mereka mengatakan kalimat tersebut yang mungkin hanya butuh 30 detik, bisa mengubah situasi yang sulit menjadi kooperatif.
Ketika seseorang merasa sedih dan emosional, mereka tidak bisa mengakses bagian otak yang berfungsi untuk berpikir rasional. Saat itulah ketika kita harus menstabilkan identitas anak. Sebelum terjadi hal-hal lain yang bisa memperburuk keadaan, kita sebaiknya membantu anak untuk tenang dan kembali ke suasana hati dimana proses belajar dan penyelesaian masalah bisa dilakukan.
Tentu akan sulit melakukan restitusi bila, anak yang berbuat salah terus berfokus pada kesalahannya. Ada 3 alasan untuk ini, pertama rasa bersalah menguras energi. Rasa bersalah membutuhkan energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk mencari mencari penyelesaian masalah. masalah. Kedua, ketika kita merasa merasa bersalah, kita mengalami identitas kegagalan. Dalam kondisi ini, orang akan cenderung untuk menyalahkan orang lain atau mempertahankan diri, daripada mencari solusi. Ketiga, perasaan bersalah membuat kita terperangkap pada masa lalu dimana kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kita hanya bisa mengontrol apa yang akan terjadi di masa kini dan masa datang.
Sisi 2. Validasi Tindakan yang Salah/ Validate the Misbeh... Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar.. Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, dasar kita akan bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Menurut Teori Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu. Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan mengubah pandangannya pandangannya dari teori stimulus response ke cara berpikir proaktif yang mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak yang terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu telah memenuhi kebutuhan anak tersebut. Kalimat-kalimat dibawah ini mungkin terdengar asing buat guru, namun bila dikatakan dengan nada tanpa menghakimi akan memvalidasi kebutuhan mereka.
○ “Pada “Padahal hal kamu kamu bisa bisa melaku melakukan kan yang yang lebih buruk dari ini ya?” ya?” ○ “Kamu past pastii punya punya alasa alasan n mengap mengapa a melakuk melakukan an hal itu” ○ “Kamu patu patutt bangga bangga pada pada dirimu dirimu sendiri sendiri karen karena a kamu kamu telah telah melindun melindungi gi sesuatu yang penting buatmu”. ○ “Kamu bole boleh h mempertah mempertahanka ankan n sikap sikap itu, tapi tapi kamu kamu harus harus menambah menambahkan kan sikap yang baru.” Biasanya guru menyuruh anak untuk menghentikan sikap yang tidak baik, tapi teori kontrol menyatakan bahwa resep itu tidak manjur. Mungkin tindakan guru dengan memvalidasi sikap yang tidak baik seperti bertentangan dengan aturan yang ada.
Restitusi tidak menyarankan guru bicara ke murid bahwa melanggar aturan adalah sikap yang baik, tapi dalam restitusi guru harus memahami alasannya, dan paham bahwa setiap orang pasti akan melakukan yang terbaik di waktu tertentu. Sebuah
pelanggaran aturan seringkali memenuhi kebutuhan anak akan kekuasaan/power walaupun seringkali bertabrakan dengan kebutuhan yang lain, yaitu kebutuhan akan cinta dan kasih sayang/love and belonging. Kalau kita tolak anak yang sedang berbuat salah, dia akan tetap menjadi bagian dari masalah. namun bila kita memahami alasannya melakukan sesuatu, maka dia akan merasa dipahami.
Para guru yang telah t elah menerapkan strategi ini mengatakan bahwa anak-anak yang tadinya tidak terjangkau, terjangkau, menjadi lebih terbuka terbuka pada mereka. mereka. Strategi ini menguntungkan bagi murid dan guru karena guru akan berada dalam posisi siswa, dan karena itu akan memiliki perspektif yang berbeda.
Sisi 3: Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief
Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan Pertanyaan-pertanya an di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau keluarga. ○ Apa yang yang kita kita perca percaya ya sebag sebagai ai kelas kelas atau atau kelu keluarg arga? a? ○ Apa nila nilai-n i-nila ilaii umum umum yang yang kita kita telah telah sepak sepakati ati? ? ○ Apa bay bayang angan an kita kita tent tentang ang kel kelas as yang yang ide ideal? al? ○ Kam Kamu u mau mau jad jadii orang orang yan yang g sepe seperti rti apa apa? ? Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan? Apakah kamu ingin menjadi menjadi orang yang sukses, sukses, bertanggung jawab, jawab, atau bisa dipercaya?
Kebanyakkan anak akan mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya menjadi orang seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika mereka jd orang seperti itu. ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas tentang orang seperti seperti apa yang mereka inginkan, inginkan, guru dapat membantu membantu anak-anak tetap fokus pada gambaran tersebut.
View more...
Comments