13738231 Penyusunan Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten
January 16, 2017 | Author: Finish Febriandhy | Category: N/A
Short Description
Download 13738231 Penyusunan Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten...
Description
PENJELASAN PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN
IV - 1
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Nomor 24
Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, setiap daerah kabupaten perlu menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten sebagai arahan pelaksanaan pembangunan, sejalan dengan penerapan desentralisasi dan otonomi daerah
sebagaimana
ditetapkan
dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang menitikberatkan
kewenangan pelaksanaan
pembangunan pada Pemerintah Kabupaten, termasuk pelaksanaan perencanaan tata ruang wilayah
kabupaten.
Penyediaan
rujukan
mengenai proses perencanaan tata ruang wilayah kabupaten dalam bentuk suatu buku pedoman
diperlukan
untuk
membantu
Dalam era otonomi daerah ini, maka setiap kabupaten
memiliki
wewenang
untuk
menyusun dan menetapkan Rencana Tata Ruang
Wilayah
(RTRW)
nya
sendiri.
Pemerintah Pusat dalam hal ini berperan dalam memberikan bantuan teknis kepada daerah. Bantuan tersebut berupa pedoman untuk menyusun RTRW bagi tiap-tiap daerah. Saran : Penyediaan
rujukan
mengenai
proses
perencanaan tata ruang wilayah kabupaten diperlukan untuk membantu daerah dalam menyusun RTRW Kabupaten yang pada akhirnya
akan
mencapai
tujuan-tujuan
perencanaan. Tujuan
pencapaian tujuan-tujuan perencanaan.
perencanaan
wilayah
secra
umum adalah sebagai berikut : 1.
Mendayagunakan
sumberdaya
alam
secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal. 2.
Mengurangi kesenjagan antar wilayah atau regional imbalances.
3.
Mewujudkan pembangunan wiayah yang berkelanjutan.
4.
Mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Ciri
utama
perencanaan
wilayah
adalah komprehensif atau menyeluruh, di mana memadukan sektor-sektor serta sub wilayah
yang
tercakup
dalam
wilayah
IV - 2
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN
rencana. Sektor-sektor dalam wilayah rencana harus
dikembangkan
secara
keseluruhan
sebagai suatu kesatuan sehingga mencapai hasil yang optimum. 1.2
MAKSUD DAN TUJUAN
Buku pedoman ini dimaksudkan sebagai Cukup jelas. bahan rujukan dalam kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten. Tujuan dari pedoman ini adalah memberikan Kabupaten
acuan dalam
bagi
Pemerintah
menyusun
RTRW
Kabupaten. 1.3
RUANG LINGKUP PEDOMAN Pedoman
ini
meliputi
kegiatan Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten ini berisikan persyarakat minimum yang harus
penyusunan RTRW Kabupaten yang
bersifat umum, baku dan minimal harus dipenuhi dalam suatu RTRW Kabupaten yang dipenuhi dalam proses penyusunan RTRW akan dihasilkan. Namun pedoman ini tidak memberikan metodologi yang baku terhadap
Kabupaten. ini
merupakan
dasar penyusunan RTRW, hal ini dimaksudkan agar
RTRW
Kabupaten
yang dapat menampung aspirasi dari daerah, di
Pedoman penyusunan
mencakup mulai dari persiapan penyusunan mana seperti diketahui bahwa tiap-tiap daerah hingga proses legalisasi RTRW Kabupaten memiliki karakteristik dan kondisi lokal yang sebagai Peraturan Daerah 1.4
berbeda-beda.
SISTEMATIKA PEDOMAN
Pedoman ini disusun dengan mengikuti sistematika 5 (lima) bab, yaitu:
Cukup jelas.
Bab 1 Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika dari Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
IV - 3
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN
PENJELASAN
Bab 2 Ketentuan Umum Bab ini berisikan pengertian-pengertian dasar yang digunakan dalam buku pedoman ini, kedudukan RTRW Kabupaten dalam jenjang perencanaan,
dan
pengertian
mengenai
RTRW Kabupaten itu sendiri yang mencakup skala dan jangka waktu perencanaan, tujuan dan
sasaran,
fungsi,
dan
kedalaman
substansinya. Bab 3 Proses dan Mekanisme Penyusunan RTRW Kabupaten Bab ini menjelaskan proses penyusunan RTRW Kabupaten disertai dengan penjelasan mengenai kelembagaan dan peran serta masyarakat tersebut,
dalam dan
proses
proses
penyusunan
legalisasi
RTRW
dan
Analisis
Kabupaten. Bab 4 Substansi
Data
Penyusunan RTRW Kabupaten Bab ini menjabarkan aspek-aspek yang dianalisis
dalam
penyusunan
RTRW
Kabupaten disertai dengan data/peta yang dibutuhkan dalam analisis tersebut. Bab 5 Substansi RTRW Kabupaten Bab ini menjelaskan substansi dari RTRW Kabupaten sebagai produk atau keluaran proses penyusunan rencana.
IV - 4
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN BAB 2 KETENTUAN UMUM 2.1 PENGERTIAN-PENGERTIAN Pengertian-pengertian digunakan
dalam
dasar
penataan
yang Seluruh pengertian dasar yang berkaitan
ruang
dan dengan Penataan Ruang yang terdapat dalam
dijelaskan di bawah ini meliputi ruang, tata Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten ini ruang, penataan ruang, rencana tata ruang, sudah tercantum dalam UU NO 24/1998 wilayah, kawasan lindung, kawasan budidaya, tentang Penataan Ruang. kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu. 2.1.1
Ruang
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang Definisi Ruang sudah terdapat dalam UU No daratan, ruang lautan, dan ruang udara 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. sebagai
satu
kesatuan
wilayah,
tempat
manusia dan makhluk lainnnya hidup
dan
melakukan
kegiatan
serta
memelihara kelangsungan hidupnya. 2.1.2
Definisi Tata Ruang sudah terdapat dalam UU
Tata Ruang
Tata ruang adalah wujud dari struktur dan No 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak direncanakan. 2.1.3
Penataan Ruang
Penataan ruang adalah proses perencanaan Definisi Penataan Ruang sudah terdapat tata
ruang,
pemanfaatan
pengendalian ruang. 2.1.4
ruang,
dan dalam UU No 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Rencana Tata Ruang
Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan Definisi Rencana Tata Ruang sudah terdapat struktur dan pola pemanfaatan ruang. Adapun dalam UU No 24 Tahun 1992 tentang
IV - 5
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN
yang dimaksud dengan struktur pemanfaatan Penataan Ruang. ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk lingkungan
secara
hirarkis
dan
saling
berhubungan satu dengan lainnya, sedangkan yang dimaksud dengan pola pemanfaatan ruang adalah tata guna tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya dalam wujud penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya. 2.1.5
Wilayah
Wilayah adalah ruang yang merupakan Definisi Wilayah sudah terdapat dalam UU kesatuan geografis beserta segenap unsur No 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. 2.1.6
Kawasan
Kawasan adalah wilayah dengan fungsi Pendefinisian kawasan terbagi menjadi dua utama lindung atau budidaya, yang
yaitu pendefinisian kawasan menjadi kawasan
dijelaskan sebagai berikut:
lindung
–
kawasan
Kawasan lindung adalah kawasan yang pendefinisian
kawasan
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi perkotaan
-
budidaya, menjadi
perdesaaan
–
dan
kawasan tertentu.
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup Pendefinisian kawasan di atas merupakan sumber daya alam dan sumber daya buatan.
pendefinisian berdasarkan dua dimernsi yang
Kawasan budidaya adalah kawasan yang berbeda. ditetapkan
dengan
fungsi
utama
Pembagian
kawasan
menjadi
untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi merupakan pendefinisan kawasan berdasarkan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan fungsi ruangnya. Kawasan lindung merupakan sumber daya buatan.
kawasan
yang
lahannya
tidak
dapat
Selain itu, dikenal kawasan perdesaan, dimanfaatkan menjadi kegiatan produksi atau
IV - 6
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN
kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu permukiman karena diperuntukkan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
yang dijelaskan sebagai berikut:
Kawasan perdesaan adalah kawasan tidak
●
diperkenankan
untuk
dijadikan
yang mempunyai kegiatan utama permukiman manusia, secara lebih jelas dapat pertanian
pengelolaan dilihat pada Keppres No 32/90 tentang
termasuk
sumber daya alam dengan susunan Pengelolaan Kawasan Lindung. Sedangkan fungsi
kawasan
tempat kawasan budidaya merupakan kawasan yang
sebagai
permukiman perdesaa,
pelayanan dapat dibudidayakan untuk berbagai macam
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, kegiatan produksi dan permukiman. Pembagian
dan kegiatan ekonomi.
kawasan
menjadi
kawasan
Kawasan perkotaan adalah kawasan perkotaan, perdesaan, dan tertentu merupakan
●
yang mempunyai kegiatan utama pendefinisian kawasan berdasarkan fungsi bukan
pertanian
dengan
fungsi
kawasan
sebagai
susunan ruangnya
Kawasan
perkotaan
memiliki
tempat kegiatan utama non pertanian, sedangkan
permukiman perkotaan, pemusatan kawasan perdesaan kegiatan utamanya adalah dan
distribusi
jasa pertanian. Kawsan tertentu adalah kawasan
pelayanan
pemerintahan, pelayanan sosial, dan yang memiliki nilai strategis dalam skala nasional dari segi politik, ekonomi, sosial,
kegiatan ekonomi.
Kawasan tertentu adalah kawasan budaya, pertahanan, dan keamanan.
●
yang
ditetapkan
mempunyai
nilai
secara
nasional
strategis
yang
penataan ruangnya diprioritaskan. 2.2
KEDUDUKAN RTRW NASIONAL, RTRW
PROPINSI,
DAN
RTRW
KABUPATEN Sesuai dengan Undang-Undang Nomor RTRW Nasional, RTRW Propinsi, dan 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, RTRW rencana
tata
ruang
dirumuskan
Kabupaten
memiliki
keterkaitan
secara antara satu dengan lainnya baik dari segi
berjenjang mulai dari tingkat yang sangat substansi maupun operasionalnya. Keterkaitan umum sampai tingkat yang sangat rinci. tersebut disebabkan karena wilayah kabupaten Mengingat rencana tata ruang merupakan terdapat dalam suatu wilayah propinsi, dan
IV - 7
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN
matra keruangan dari rencana pembangunan dalam ruang wilayah negara. Jadi dalam daerah
dan
bagian
dari
pembangunan penyusunan RTRW Kabupaten perlu juga
nasional, ketiga tingkatan (RTRW Nasional, memperhatikan
keselarasannya
dengan
RTRW Propinsi, dan RTRW Kabupaten) RTRW Propinsi dan Nasional. mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain serta dijaga konsistensinya baik dari segi substansi maupun operasionalisasinya. RTRW Nasional menitikberatkan pada
RTRW Nasional adalah strategi dan
arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang strategi
pembangunan
nasional
dengan
wilayah negara yang meliputi tujuan nasional memberikan indikasi kawasan andalan dan dan
arahan
pemanfaatan
yang kawasan
ruang
tertentu
memperhatikan keterkaitan antar pulau dan pembangunan.
yang
Kawasan
dapat
memacu
andalan
adalah
antar propinsi. RTRW Nasional disusun pada kawasan yang mempunyai nilai strategis tingkat ketelitian skala 1:1.000.000 dengan dalam jangka waktu perencanaan selama 25 tahun.
rangka
mendukung
perttumbuhan
daerah sehingga pengembangannya perlu dilakukan secara bersama-sama oleh Pusat dan Daerah. RTRW
RTRW Propinsi merupakan strategi dan
Propinsi
ditandai
dengan
arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang kawasan-kawasan fungsional yang terdapat wilayah
propinsi
keterkaitan
antar
yang
berfokus
pada dalam
wilayah
propinsi
dan
mendapat
penentuan
kawasan
kawasan/kabupaten/kota prioritas pengembangan.
karena perkembangan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari wilayah
Sedangkan
lain di prioritas
pada
sekitarnya. RTRW Propinsi disusun pada memperhatikan
tingkat
kabupaten
harus
kawasan
prioritas
dalam
tingkat ketelitian skala 1:250.000 dengan RTRW Propinsi dan kawasan andalan/tertentu jangka waktu perencanaan selama 15 tahun.
dalam RTRW Nasional. Kawasan prioritas
Pada jenjang berikutnya, RTRW Kabupaten dalam RTRW Propinsi dapat mencakup disusun oleh daerah otonom kabupaten, kawasan yang berada di luar kawasan dengan memperhatikan RTRW lainnya, pada andalan.
Kawasan
prioritas
kabupaten
tingkat ketelitian internal yang lebih dalam maupun propinsi ditetapkan oleh masingpada skala kabupaten dan akan dijelaskan masing pemerintah kabupaten dan propinsi. pada bagian berikut.
IV - 8
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN 2.3
RENCANA
TATA
RUANG
WILAYAH KABUPATEN 2.3.1 Skala dan Jangka Waktu RTRW Kabupaten
Tingkat
ketelitian
peta
dal
mRTRW
Kabupaten adalah 1:100.000 hingga 1:50.000.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jangka waktu perencanaannya adalah 10 Kabupaten adalah rencana tata ruang dalam tahun, jadi penyusunan tata ruang yang baru wilayah
administrasi
kabupaten
dengan untuk wilayah kabupatn dilaksanakan setiap
tingkat ketelitian minimal skala 1:100.000 10 tahun. Namun RTRW Kabupaten dapat berjangka waktu perencanaan 10 tahun. RTRW
Kabupaten
perkiraan
disusun
kecenderungan
disempurnakan atau ditinjau kembali dalam
berdasarkan waktu kurang dari 10 tahun apabila dinilai dan
arahan perlu
sebagai
akibat
dari
dinamika
perkembangan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Maka pihak yang terlibat dapat pembangunan di masa depan sesuai dengan merujuk pada Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten.
jangka waktu perencanaannya. Kabupaten
Keterpaduan berarti bahwa rencana yang
dilakukan dengan berazaskan kaidah-kaidah
dihasilkan dapat menciptakan satu kesatuan
perencanaan seperti keselarasan, keserasian,
perkembangan di segala sektor.
keterpaduan, kelestarian dan kesinambungan
Keterkaitan berarti bahwa rencana yang
dalam lingkup kabupaten dan kaitannya
dihasilkan dapat menciptakan hubungan yang
dengan propinsi dan kabupaten sekitarnya.
saling menguntungkan antara sektor yang
Penyusunan
RTRW
satu dengan yang lain. Keseimbangan berarti perkembangan suatu sektor
seimbang
dengan
perkembangan
sektor lainnya 2.3.2 Tujuan
dan
Sasaran
RTRW Cukup jelas
Kabupaten Tujuan
dari perencanaan tata ruang
wilayah kabupaten adalah mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan
IV - 9
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Sasaran dari perencanaan tata ruang wilayah kabupaten adalah: ●
Terkendalinya wilayah
pembangunan
kabupaten
baik
di yang
dilakukan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat; ●
Terciptanya kawasan
keserasian
lindung
antara
dan
kawasan
budidaya; ●
Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di wilayah kabupaten;
●
Terdorongnya masyarakat
minat
dan
investasi
dunia
usaha
di
wilayah kabupaten. ●
Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah
dan
antar
sektor
pembangunan. 2.3.3
Fungsi RTRW Kabupaten
Fungsi dari RTRW Kabupaten adalah: ●
Sebagai
matra
keruangan
pembangunan daerah; ●
dari yaitu untuk mewujudkan struktur dan pola tata ruang yang dinamis sehingga tercipta
Sebagai dasar kebijaksanaan pokok kesinambungan pemanfaatan
ruang
kabupaten; ●
Fungsi utama dari RTRW Kabnupaten ini
Sebagai
alat
di
baik
dalam
imternal
wilayah kabupaten maupun dalam konstelasi wilayah yang lebih luas. Yang dimaksud sebagai matra
untuk
mewujudkan keruangan dari pembangunan daerah ini yaitu
keseimbangan perkembangan antar bahwa RTRW kabupaten menjadi ceerminan
IV -10
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN
wilayah kabupaten dan antar kawasan dalam struktur dan pola tata ruang dalam serta keserasian antar sektor; ●
pembangunan yang dilaksanankan di daerah.
Sebagai alat untuk mengalokasikan RTRW Kabupaten juga berfungsi sebagai investasi yang dilakukan pemerintah, dasar kebijakan dalam struktur dan pola masyarakat dan swasta;
●
pemanfaatan ruang dalam wilayah kabupaten
Sebagai pedoman untuk penyusunan tersebut. Selain itu RTRW Kabupaten juga rencana rinci tata ruang kawasan;
●
Sebagai
dasar
berfungsi sebagai pengendali atau pengontrol
pengendalian dalam
pemanfaatan ruang; ●
pemanfaatan
ruang
yang
telah
dilakukan.
Sebagai dasar pemberian izin lokasi pembangunan skala besar.
2.3.4
Kedalaman
Substansi
RTRW
Kabupaten Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Unit kecamatan dijadikan unit analisis dalam Kabupaten
disusun
dengan
kedalaman RTRW Kabupaten. Untuk prasarana jalan,
substansi yang sesuai dengan ketelitian atau unit primer yaitu untuk jalan regional atau skala petanya. Unit analisis yang digunakan di menghubungkan dalam
RTRW
Kabupaten
kecamatan
sedangkan
prasarana
digambarkan
adalah
sistem pada
sistem primer dan sekunder.
dua
atau
lebih
unit kabupaten/kota. Sedangkan jalan sekunder
jaringan merupakan jalan lokal atau digunakan dalan kedalaman internal kabupaten itu sendiri. Jaringan sistem primer merupakan jaringan utama yang langsung
berhubungan
dengan
sumber.
Jaringan primer pada sistem transportasi adalah jaringan jalan yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan yang berhirarki sama. Sistem primer pada jaringan jalan terdiri dari arteri primer dan kolektor primer. Jaringan
sekunder
merupakan
hasil
penyambungan atau distribusi dari jaringan primer.
Jaringan
sekunder
pada
sistem
transportasi terdiri dari arteri sekunder dan
IV -11
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN
kolektor sekunder. Jaringan sekunder tersebut menghubungkan pusat-pusat yang hirarkinya berbeda. 2.3.5 Produk RTRW Kabupaten Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Produk RTRW kabupaten dibagi menjadi tiga Kabupaten disajikan dalam beberapa produk bagian yaitu Buku Data dan Analisis, Buku yang terdiri dari:
Rencana, dan Album Peta dengan skala
1
Buku Data dan Analisis;
1:100.000-1:50.000.
2
Buku Rencana;
3
Album Peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1:100.000.
BAB 3 PROSES DAN MEKANISME PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Terdapat enam tahapan dalam proses 3.1 PROSES PENYUSUNAN RENCANA Proses penyusunan Rencana Tata Ruang penyusunan RTRW Kabupaten yaitu tahap Wilayah (RTRW) Kabupaten meliputi persiapan penyusunan sebagai tahap awal. tahapan-tahapan berikut: Kemudian dilanjutkan dengan tahap ● Persiapan penyusunan; peninjauan kembali RTRW kabupaten ● Peninjauan kembali RTRW tersebut yang telah disusun pada periode Kabupaten sebelumnya; sebelumnya apabila ada. Kemudian tahap ● Pengumpulan data dan informasi; pengumpulan data. Dilanjutkan degan tahap ● Analisis; analisis. Kemudian tahap penyusunan konsep ● Konsepsi atau perumusan konsep rencana yang akan digunakan dalam rencana; pengembangan wilayah kabupaten tersebut. ● Legalisasi rencana menjadi Dan yang terakhir adalah tahap legalisasi atau Peraturan Daerah. pengesahan dari RTRW tersebut sebagai finalisasi dari penyusunan RTRW Kabupaten.
IV -12
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN 3.1.1
Persiapan Penyusunan Dalam
tahapan
Kerangka acuan kerja atau TOR yang telah ini, disusun dijadikan dasar dari agenda kerja dan
persiapan
dilakukan beberapa kegiatan yang akan progeram-program yang akan dilaksanakan menunjang kelancaran penyusunan RTRW dalam proses penyusunan ini. Tim pelaksanan penyusunan RTRW Kabupaten bisa dari
Kabupaten, yaitu :
1. Menyusun kerangka acuan kerja pemerintah
(daerah),
swasta
(konsultan),
atau Terms of Reference (TOR) masyarakat, LSM, dan sebagainya. termasuk di dalamnya agenda Untuk tim pengarah dan tim sueprvisi pelaksanaan dan tenaga ahli yang sebaiknya dari pihak pemerintah. Sedangkan untuk tim teknis dapat dari pihak pemerintah,
diperlukan;
2. Membentuk tim pelaksana yang swasta, maupun masyarakat sesuai dengan tim pengarah, tim komitmen masing-masing.
terdiri dari
teknis, dan tim supervisi; 3. Menyiapkan
kelengkapan
administrasi; 4. Menyiapkan
pengadaan
jasa
konsultansi; 5. Menyusun program kerja dan tim ahli apabila akan dilakukan secara swakelola; 6. Persiapan meliputi
teknis,
antara
perumusan
lain
substansi
secara garis besar, penyiapan checklist data dan kuesioner, penyiapan
metode
pendekatan
dan peralatan yang diperlukan; 7. Perkiraan
biaya
penyusunan
RTRW Kabupaten. 3.1.2
Peninjauan
Kembali
RTRW
Kabupaten Sebelumnya
IV -13
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN Apabila kabupaten sudah mempunyai RTRW Maksud
dari
dilakukannya
peninjauan
Kabupaten dan diperlukan suatu peninjauan kembali terhadap RTRW Kabupaten yang kembali maka dilakukan evaluasi terhadap sebelumnya
yaitu
untuk
RTRW tersebut yang mencakup aspek-aspek bagaimana
RTRW
pada
mengevaluasi periode
yang
sebelumnya diimplementasikan. Kesalahan-
berikut: ●
Kelengkapan data;
kesalahan dan simpangan-simpangan apa saja
●
Metodologi yang digunakan;
yang
●
Kelengkapan isi rencana dan peta Kemudian rencana;
●
Tinjauan
muncul
antisipasi terhadap
juga dari
dalam
pelaksanaannya.
menentukan
bagaimana
kesalahan-kesalahan
yang
pemanfaatan terjadi tersebut. Selain itu juga dimaksudkan
rencana;
untuk menilai tingkat keakuratan rencana
●
Tinjauan pengendalian;
dalam pengimplementasiannya.
●
Kelembagaan;
●
Aspek legalitas;
●
Proses penyusunan rencana.
Evaluasi tersebut pada dasarnya untuk menilai tingkat kesahihan rencana, pengaruh faktor eksternal, sebagaimana
dan
simpangan
dijelaskan
dalam
rencana Pedoman
Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten dan digunakan sebagai masukan bagi penentuan langkah-langkah perbaikan rencana. 3.1.3 Pengumpulan Data dan Informasi
Cukup jelas.
Tahap ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi kondisi awal wilayah dan kecenderungan perkembangannya. Data dan informasi tersebut berdasarkan runtun waktu (time series) selama sepuluh tahun terakhir hingga saat tahun penyusunan. Data dan informasi yang dikumpulkan dan diolah
IV -14
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN secara umum mencakup: ●
Data
dan
peta
kebijaksanaan
pembangunan; ●
Data dan peta kondisi sosial ekonomi;
●
Data dan peta sumberdaya manusia;
●
Data dan peta sumberdaya buatan;
●
Data dan peta sumberdaya alam;
●
Data dan peta penggunaan lahan;
●
Data pembiayaan pembangunan;
●
Data kelembagaan.
3.1.4 Analisis
Analisis akan dijelaskan lebih lanjut dalam
Analisis dilakukan untuk memahami bab 4. kondisi unsur-unsur pembentuk ruang serta hubungan sebab akibat terbentuknya kondisi ruang
wilayah,
dengan
memperhatikan
kebijaksanaan pembangunan wilayah yang ada. Analisis yang dilakukan meliputi analisis terhadap kondisi sekarang dan kecenderungan di masa depan dengan menggunakan data dan informasi yang dikumpulkan dalam proses pengumpulan data dan informasi. Aspekaspek yang dianalisis meliputi: ●
Analisis
kebijakan
dan
strategi
pengembangan kabupaten; ●
Analisis regional;
●
Analisis
ekonomi
dan
sektor
unggulan; ●
Analisis sumberdaya manusia;
●
Analisis sumberdaya buatan;
●
Analisis sumberdaya alam;
●
Analisis sistem permukiman;
IV -15
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN ●
Analisis penggunaan lahan;
●
Analisis pembiayaan pembangunan;
●
Analisis kelembagaan.
3.1.5
Perumusan
Konsep
RTRW Konsep merupakan jiwa dari pengembangan
Kabupaten
wilayah. Konsep dijadikan dasar dalam
Perumusan
konsep
RTRW merencanakan tata raung suatu wilayah.
Kabupaten diawali dengan identifikasi potensi Artinya konsep harus disusun dengan baik dan masalah pembangunan.
Identifikasi
dan sesuai dengan kondisi wilayah yang
potensi dan masalah pemanfaatan ruang tidak bersangkutan agar pembangunan daerah dapat hanya
mencakup
perhatian
pada
masa berjalan dengan optimal.
sekarang namun juga potensi dan masalah
Dari visi dan misi kabupaten (biasanya
yang akan mengemuka di masa depan. terdapat dalam Propeda) dapat diturunkan Identifikasi dari potensi dan masalah tersebut menjadi Analisis SWOT Kabupaten tersebut, membutuhkan terjalinnya komunikasi antara dengan memperhitungkan faktor eksternal dan perencana dengan masyarakat yang akan internalnya. Setelah dilakukan analisis, dapat terpengaruh oleh rencana.
dsusun tujuan dan sasaran yang akan dicapai
Langkah berikutnya adalah perumusan tujuan oleh kabupaten yang bersangkutan dalam pemanfaatan
ruang
wilayah
kabupaten. jangka waktu tertentu. Kemudian dari tujuan
Tujuan dan sasaran perencanaan tata ruang dan sasaran tersebut, maka dapat dihasilkan harus mencerminkan visi dari masyarakat konsep pengembangan wilayahnya. setempat. Selanjutnya, dilakukan perumusan
Alternatif
konsep
atau
strategi
strategi dan kebijakan tata ruang kabupaten. pengembangan wilayah yang dapat digunakan Rumusan konsep RTRW Kabupaten yang adalah sebagai berikut : dilengkapi peta-peta dengan tingkat ketelitian 1. minimal skala 1:100.000 mencakup: ●
Rencana
Struktur
down
dan
Pola
Pemanfaatan Ruang; ●
Rencana
Pengelolaan
Rencana
Pengelolaan
● Esensi perkembangan dari wilayah inti atau
Kawasan
Lindung dan Kawasan Budidaya; ●
Development from Above atau top
Kawasan
Perdesaan, Kawasan Perkotaan, dan
sektor
dinamis
kemudian
menjalar ke wilayah atau sektor lain. ● Unit ekonomi yang dominan dapat menjalari unit ekonomi lainnya. ● Industri yang dinamis dan memakai
IV -16
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN Kawasan Tertentu; ●
●
Rencana
Sistem
teknologi tinggi. Prasarana
● Namun
ini
tidak
dapt
Transportasi, Telekomunikasi, Energi,
diterapkan di kabupaten yang belum
Pengairan, dan Prasarana Pengelolaan
berkembang karena hirarki kotanya
Lingkungan;
masih belum jelas.
Rencana Penatagunaan Tanah, Air,
● Membutuhkan
Udara, Hutan, dan Sumberdaya Alam Lainnya; ●
konsep
Rencana Pembangunan.
jangka
waktu
perencanaan yang lama. 2. Development from Below atau bottom
Sistem
Kegiatan
up ●
Reaksi atas anggapan bahwa konsep top down tidak dapat diterapkan di kabupaten yang belum berkembang.
●
Dasar
dari
pengembangan
yaitu
kesejahteraan. ●
Perkembangan
didasarkan
pada
potensi masyarakat lokal. ●
Indikatornya
dapat
dilihat
dari
tercukupinya kebutuhan dasar. ●
Yang dikembangkan adalah sektor pertanian (ekstensifikasi).
●
Hanya dapat diterapkan di kabupaten yang jumlah penduduknya besar agar dapat mengolah sumberdaya alam di daerah tersebut.
●
Tidak perlu mendatangkan kerja dari luar.
●
Harus jauh dari pusat kota untuk mencegah
terjadinya
backwash
effeck,
mencegah
terjadinya
dan
urbanisasi. 3. Local Economic Development ●
Inti dari Local Economi Development
IV -17
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN
yaitumaksimisasi potensi lokal namun tetap memperhitungkan pengaruh luar. ●
Kekuatan lokal tanpa memgabaikan perkembangan global.
●
Kerja sama modal oleh pemerintah lokal yang sifatnya kewirausahaan.
●
Yang perlu dikembangkan adalah kelembagaan terlebih dahulu, baru kemudian infrastrukturnya.
●
Melalui penggalakkan investasi lokal dan stimulasi pengusaha.
●
Memanfaatkan ekonomi global untuk menumbuhkan ekonomi lokal.
3.2 KELEMBAGAAN DALAM PROSES Kelembagaan PENYUSUNAN
dalam
proses
penyusunan
RTRW Kabupaten melibatkan berbagai pihak
Bentuk-bentuk kelembagaan yang terlibat yang dapat dikelompokkan menjadi : dalam proses penyusunan RTRW Kabupaten
1.
dapat berbeda antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya sesuai dengan ciri, kondisi,
Lembaga Formal Pemerintahan Bappeda, Dinas Kimpraswil.
2.
Lembaga
Fungsional
Tim
dan kebutuhan kabupaten serta seiring dengan
Penyusun RTRW Kabupaten , tim
penerapan
pengarah penataan ruang daerah, tim
Otonomi
Daerah.
Walaupun
demikian, kelembagaan penataan ruang yang melibatkan berbagai pihak tersebut secara umum dapat dikelompokkan sebagai lembaga
pelaksana teknis RTRW Kabupaten. 3.
Organisasi Kemasyarakatan
LSM,
pemerhati penataan ruang.
formal pemerintahan, lembaga fungsional, dan organisasi kemasyarakatan. 3.2.1
Lembaga Formal Pemerintahan
Unit yang diberikan tanggung jawab utama atas penataan ruang di daerah pada umumnya adalah lembaga yang ditunjuk oleh Bupati yang biasanya berada di Bappeda,
Dinas
IV -18
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN PU/Kimpraswil atau Dinas Tata Ruang. 3.2.2
Lembaga Fungsional
Dalam penyusunan RTRW Kabupaten, perlu
Tugas tim pengarah : ●
Memberikan
dibentuk tim adhoc yang mempunyai tugas
pelaksana
memberikan arahan terhadap pihak yang
Kabupaten.
menyusun RTRW Kabupaten dan sekaligus
●
kepada
penyusunan
tim
RTRW
Memberikan masukan, komentar, dan tanggapan atas laporan yang disusun.
sebagai penanggungjawab substansi rencana. Tim ini umumnya melibatkan unsur-unsur
arahan
●
Menyiapkan bahan untuk penyusunan Perda.
dari pemerintah yang terdiri Bappeda, Dinas PU/Kimpraswil/Tata Ruang, BPN, BKPMD, perguruan tinggi, dan instansi terkait lainnya.
Tugas tim pelaksana antara lain :
Sebagai contoh, beberapa Daerah Kabupaten
●
Menyiapkan anggaran.
telah memiliki Tim Koordinasi Penataan
●
Menyiapkan jadwal kegiatan
Ruang Wilayah Kabupaten (TKPRK), yang
●
Menyiapkan program kerja
terdiri atas tim pengarah penataan ruang
●
Menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi.
daerah dan tim pelaksana/teknis penyusunan rencana tata ruang.
●
Menyiapkan kerangka acuan kerja.
●
Mengendalikan
konsultan
penyusunan RTRW Kabupaten (jika dilakukan secara dikontrakkan).
IV -19
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN 3.2.3
Organisasi Kemasyarakatan
Hubungan antara masyarakat dengan
Selain lembaga-lembaga di atas, dalam pemerintah yaitu pemerintah memberikan penyusunan
RTRW
Kabupaten
organisasi-organisasi
perlu informasi
mengenai
proses
penyusunan
kemasyarakatan. RTRW Kabupaten melalui pengumuman
Contoh dari organisasi kemasyarakatan adalah kepada masyarakat. Setelah itu masyarakat Forum Pemerhati Penataan Ruang.
berhak
untuk
terlibat
dalam
proses
penyusunannya mulai dari tahap awal hingga Gambar
3.1
Mekanisme
Keterkaitan akhir, berupa pemberian masukan, tanggapan,
Masyarakat, Pemerintah, dan Tim Penyusun kritik, maupun sanggahan. dalam Proses Penyusunan RTRW Kabupaten
Hubungan antara tim penyusun RTRW Kabupaten dengan pemerintah yaitu Tim Penyusun bisa berasal dari instansi-instansi pemerintah atau ahli-ahli perencanan tat ruang
Masyarakat
Pemerintah
yang berasal dari pemerintah. Selain itu pemerintah juga perlu memberi dukungan terhadap berlangsungnya proses penyusunan RTRW Kabupaten ini. Hubungan antara tim penyusun dengan
Tim Penyusun RTRW
masyarakat yaitu tim penyusun RTRW
Kabupaten
Kabupaten juga dapat berasal dari kalangan masyarakat
(konsultan,
LSM,para
pemuka,dsb). Masyarakat juga perlu memberi dukungan dalam pelaksanaan penyusunan RTRW Kabupaten tersebut. 3.3
PERAN SERTA MASYARAKAT Bentuk partisipasi masyarakat yang dapat DALAM PROSES PENYUSUNAN
diusulkan adalah informing. Informing di sini
Dalam proses penyusunan RTRW Kabupaten, maksudnya
pemerintah
peran serta masyarakat harus terlibat dalam berkewajiban seluruh proses dimulai dari tahap persiapan perihal
untuk
penyusunan
dan
perencana
menginformasikan RTRW
kepada
sampai pada tahap pengesahan. Untuk itu, masyarakat dan masyarakat berhak untuk ikut Pemerintah
Kabupaten
harus
selalu serta
dalam
penyusunannya.
Namun
IV -20
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN
mengundang masyarakat untuk ikut terlibat wewenang dalam pengambilan keputusan dalam setiap tahapan penyusunan RTRW berada di tangan pemerintah (pemerintah Kabupaten.
daerah),
masyarakat
dapat
memberikan
Bentuk-bentuk peran serta masyarakat dalam usulan, masukan, keberatan, dan sebagainya. penyusunan RTRW Kabupaten dapat berupa: ●
Namun yang berwewenang untuk mengambil
Pemberian masukan dalam penentuan keputusan final yaitu pemerintah. arah pengembangan;
●
Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan;
●
Pemberian
masukan
dalam
perumusan RTRW Kabupaten; ●
Pemberian informasi atau pendapat dalam pernyusunan strategi penataan ruang;
●
Pengajuan keberatan atau sanggahan terhadap
rancangan
RTRW
Kabupaten; ●
Kerjasama
dalam
penelitian
dan
pengembangan; ●
Bantuan tenaga ahli.
3.3.1 Peran
Serta
Masyarakat
dalam Cukup jelas.
Persiapan Penyusunan Wujud peran serta masyarakat dalam persiapan
penyusunan
dimulai
dengan
mengetahui penyusunan RTRW Kabupaten melalui pengumuman. Pengumuman tersebut menjadi kewajiban dari pihak Pemerintah Kabupaten, dan dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik, dan forum pertemuan.
IV -21
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN 3.3.2 Peran
Serta
Masyarakat
dalam Peran serta masyarakat ini merupakan indikasi dari
Penyusunan Rencana
kegiatan
penataan
ruang
wilayah
Peran serta masyarakat dalam tahap kabupaten yang bersifat transparan dan penyusunan rencana dapat dilakukan pada berbasiskan masyarakat. Untuk memeproleh langkah-langkah pengembangan,
arah masukan, informasi dan sanggahan dari
penentuan identifikasi
potensi
dan masyarakat,
masalah pembangunan, perumusan rencana, dahulu
pemerintah
harus
hingga penetapan rencana (melalui DPRD konsep
daerah
terlebih
mensosialisasikan
rumusan
RTRW
Kabupaten). Peran serta tersebut berbentuk mengundang
secara
warga
terbuka
masyarakat
dan untuk
pemberian saran, pertimbangan, pendapat, memberikan pendapatnya. Pedoman peran tanggapan, keberatan, atau masukan serta serta masyarakt dalam penyusunan RTRW pemberian data atau informasi yang dapat masih dalam tahap penyusunan. dipertanggungjawabkan. Tindak lanjut dari Dalam
penyusunan
masukan tersebut menjadi kewajiban dari dilibatkan
rencana,
dalam
masyarakat
penentuan
arahan
pihak Pemerintah Kabupaten yang dapat pengembangan, yaitu cita-cita dan harapan diwujudkan
melalui
pembahasan
yang keadaan kabupaten pada masa yang akan
dilakukan dalam forum pertemuan yang lebih datang yang didasarkan atas potensi-potensi luas dengan melibatkan para pakar dan tokoh yang dimiliki. masyarakat bersama Pemerintah Kabupaten. Dalam tahap ini pula masyarakat dapat Instansi
yang
berwenang
menyempurnakan
selanjutnya memberikan saran, pertimbangan, pendapat, RTRW tanggapan atau masukan serta pemberian data
Rancangan
Kabupaten dengan memperhatikan saran, dan pertimbangan,
pendapat,
informasi
yang
dapat
tanggapan, dipertanggungjawabkan.
keberatan, atau masukan dari masyarakat dan Hal tersebut diatas dilakukan dalam rangka hasil pembahasan dalam forum pertemuan.
mewujudkan RTRW yang disusun secara transparan, bertanggungjawab
terpadu, dengan
partisipatif, memperhatikan
aspirasi dan kekhasan daerah . 3.4
PROSES
LEGALISASI
RTRW
KABUPATEN Penetapan
RTRW
Kabupaten
menjadi
IV -22
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN Peraturan Daerah dilakukan oleh DPRD Kabupaten.
Langkah
awal
dari
proses
penetapan RTRW Kabupaten dimulai dengan mempresentasikan konsep akhir rencana tata Tahapan dalam Proses Legalisasi RTRW ruang oleh tim penyusun di hadapan DPRD Kabupaten adalah sebagai berikut : Kabupaten untuk dibahas sebagai rancangan Perda. Selanjutnya, konsep rencana tata ruang
Presentasi konsep akhir RTR
yang telah disempurnakan ditetapkan sebagai
oleh Tim Pengarah di hadapan DPRD
suatu Perda melalui sidang paripurna DPRD
Kabupaten
Kabupaten. Disempurnakan setelah diberi masukan oleh pihak-pihak yang terlibat
Disahkan oleh Gubernur Propinsi
Ditetapkan
sebagai
Perda
melalui
Sidang Paripurna DPRD Kabupaten
Pengesahan Perda oleh Pusat melalui Mendagri
3.5 PELAPORAN PENYUSUNAN RTRW Cukup jelas. KABUPATEN Pelaporan penyusunan RTRW Kabupaten secara bertahap terdiri dari:
IV -23
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN a. Laporan Pendahuluan (Inception Report); b. Fakta dan Analisis; c. Konsep Rencana; d. Rencana; e. Album Peta. BAB
4
SUBSTANSI ANALISIS
DATA
DAN Perencanaan tata ruang dengan menggunakan
PENYUSUNAN pendekatan
RTRW KABUPATEN
wilayah
membutuhkan
serangkaian anlisis wilayah yang bertujuan
Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang untuk memahami karakteristik unsur-unsur dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata pembentuk ruang, memahami sebab akibat Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data terbentuknya kondisi ruang wilayah, dan (time-series) serta peta (tingkat ketelitian mengetahui beberapa fenomena yang ada. minimal skala 1:100.000) yang diperlukan di dalam
analisis
tersebut.
Analisis
yang
dilakukan bertujuan untuk: 1) memahami karakteristik unsur-unsur pembentuk ruang; 2) memahami
hubungan
sebab
akibat
terbentuknya kondisi ruang wilayah; 3) mengetahui beberapa fenomena yang ada. Aspek-aspek analisis yang dimaksud meliputi: 1.
Kebijaksanaan pembangunan;
2.
Analisis regional;
3.
Ekonomi dan sektor unggulan;
4.
Sumberdaya manusia;
5.
Sumberdaya buatan;
6.
Sumberdaya alam;
7.
Sistem permukiman;
8.
Penggunaan lahan;
9.
Pembiayaan pembangunan;
10. Kelembagaan.
IV -24
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN 4.1
KEBIJAKSANAAN
Analisis
Kebijakan
Pembangunan
ini
PEMBANGUNAN
dimakasudkan untuk menjaga konsistensi
Analisis kebijaksanaan pembangunan antara RTRW Kabupaten yang akan disusun adalah
untuk
kebijaksanaan kabupaten
arahan dengan kebijakan pembangunan yang terdapat
memahami
wilayah di kabupaten yang bersangkutan. Selain itu
pembangunan yang
bersangkutan
kedudukannya
dan juga
yang
berkaitan
dengan
kebijakan
perspektif pembangunan yang berada di tingkat propinsi
dalam
kebijaksanaan pembangunan nasional dan dan tingkat nasional. Selain itu analisis propinsi, serta untuk mengantisipasi dan kebijakan pembangunan ini juga dimaksudkan program-program untuk
mengakomodasi pembangunan dilaksanakan.
sektoral Oleh
yang
karena
itu,
mengakomodasi
program-program
akan pembangunan sektoral (mis:sektor pertanian, selain industri,
perdagangan,
pariwisata,
dilakukan pengkajian terhadap tujuan dan transportasi, rekreasi, dsb) yang terdapat di sasaran
pembangunan
kabupaten
yang kabupaten tersebut.
bersangkutan, juga dilakukan pengkajian terhadap
RTRWP
program-program peranan
dan
RTRWN
sektoral
untuk
wilayah
kabupaten
serta melihat dalam
pembentukan pola dan struktur ruang nasional dan regional. Kebutuhan Data/Peta Data
yang
dibutuhkan
dalam
analisis
kebijaksanaan pembangunan meliputi: 1. Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN); 2. Program Pembangunan Nasional (Propenas); 3. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); 4. Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP);
IV -25
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN 5. Program Pembangunan Daerah (Propeda)
Propinsi
dan
Kabupaten; 6. Program sektoral. 4.2 ANALISIS REGIONAL
Analisis Regional dimaksudkan untuk potensi
Analisis regional dilakukan untuk kabupaten dalam konstelasi wilayah yang memahami
kedudukan
dan
keterkaitan lebih
luas
(propinsi
maupun
nasional).
kabupaten dalam sistem regional yang lebih Melalui analisis ini juga diharapakan dapat luas dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, diketahu mengenai peluang dan
ancaman
dan budaya.
faktor eksternal.
Kebutuhan Data/Peta
Analisis regional juga dimaksudkan untuk
1. Data
satuan
wilayah
sungai mengidentifikasi
dan
melihat
gambaran
(SWS) dan daerah pengaliran kondisi eksisting suatu kabupaten secara internal maupun eksternal.
sungai (DPS); 2. Ekosistem wilayah; 3. Sistem jaringan transportasi; 4. Sistem pergerakan barang dan modal; 5. Pola migrasi penduduk; 6. Karakteristik budaya (suku, adat, agama, dan ras). 4.3
EKONOMI
DAN
SEKTOR Analisis Ekonomi dan sektor unggulan ini
UNGGULAN
dimaksudkan untuk mengidentifikasi seluruh
Analisis ekonomi dilakukan untuk potensi ekonomi yang terdapat di kabupaten. mewujudkan
ekonomi
wilayah
yang Mulai dari unit ekonomi skala rumah tangga
sustainable melalui keterkaitan ekonomi lokal hingga unit eknmi skala besar. Dan melihat dalam sistem ekonomi
wilayah yang lebih keterkaitannya dengan wilayah yang lebih
luas. Dalam pengertian tersebut, analisis luas (propinsi dan nasional). ekonomi
diarahkan
untuk
menciptakan
keterkaitan ekonomi antar kawasan di dalam
IV -26
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN wilayah kabupaten dan keterkaitan ekonomi antar wilayah kabupaten. Dari analisis ini, diharapkan diperoleh pengetahuan
mengenai
karakteristik
perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi kawasan
dengan
mengidentifikasi
basis
ekonomi kabupaten, sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan dan disparitas pertumbuhan ekonomi di wilayah kabupaten. Kebutuhan Data/Peta Data
dan/atau
peta
perekonomian
yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1. Produk Domestik Regional Bruto; 2. Income per capita; 3. APBD; 4. Jumlah dan besar investasi pemerintah dan swasta; 5. Jumlah tenaga kerja di sektor formal dan informal; 6. Jumlah pengangguran; 7. Jumlah
wisatawan
nusantara
dan
mancanegara. 4.4
SUMBERDAYA MANUSIA Analisis
dilakukan
sumberdaya
untuk
kependudukan
memahami
terutama
Perkembangan suatu kabupaten dipengaruhi
manusia oleh sumber daya manusia di dalamnya. aspek-aspek Analisis
yang
terhadap
memiliki kependudukan
aspek
sangat
pengaruh timbal balik dengan pertumbuhan mengidentifikasi
kualitas
sosial
penting sumber
dan untuk daya
perkembangan sosial dan ekonomi. Selain itu, manusia dan faktor sosial kemasyarakatan. analisis sumberdaya manusia dilakukan untuk Contoh : Analisis terhadap Laju Pertumbuhan memahami
faktor-faktor
sosial Penduduk,
Tingkat
Ketergantungan,
IV -27
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN kemasyarakatan perkembangan
mempengaruhi komposisi penduduk menurut umur, jenis
yang wilayah
PENJELASAN
serta
hubungan kelamin, tingkat pendidikan, lapangan kerja,
kausalitas diantara faktor-faktor tersebut. Dari dsb. Selain itu juga untuk mengidentifikasi hasil
analisis
ini
sebaran/distribusi,
dapat
diketahui pola
struktur,
penyebaran
penduduk,
dan
untuk
kualitas, melakukan proyeksi penduduk.
karakteristik masyarakat, tingkat pertumbuhan penduduk, kendala dalam pengembangan serta potensi sumberdaya manusia yang dapat dikembangkan. Kebutuhan Data/Peta Data sumberdaya manusia yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1. Jumlah penduduk; 2. Kepadatan penduduk; 3. Pertumbuhan penduduk; 4. Penduduk
menurut
mata
pencaharian; 5. Penduduk
menurut
tingkat
pendidikan; 6. Penduduk menurut struktur usia; 7. Penduduk
menurut
struktur
agama; 8. Penduduk menurut jenis kelamin; 9. Penduduk
menurut
struktur
pendapatan; 10. Jumlah kepala keluarga; 11. Angka
kelahiran
dan
angka
kematian; 12. Tingkat mobilitas penduduk; 13. Tingkat harapan hidup; 14. Tingkat buta huruf.
IV -28
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN 4.5 SUMBERDAYA BUATAN
Yang dimaksud dengan sumber daya buatan
Secara umum, analisis sumberdaya buatan yaitu sistem jaringan sarana dan prasarana dilakukan untuk memahami: ●
dalam
kabupaten
maupun
yang
Kondisi dan pelayanan sarana dan menghubungkan dengan kabupaten-kabupaten prasarana wilayah;
●
suatu
dan kota-kota di sekitarnya. Analisis ini
Potensi dan kemungkinan kendala dimaksudkan untuk melihat tingkat pelayanan yang dihadapi dalam peningkatan jaringan prasarana dan sarana eksisting. pelayanan
sarana
dan
prasarana Infrastruktur meliputi: jaringan transportasi
wilayah.
(jalan, jembatan, terminal, pelabuhan), saluran air bersih, saluran limbah cair, fasilitas pembuangan
sampah,
drainase,
jaringan
listrik, telekomunikasi, bangunan umum, taman dan tempat rekreasi. Menganalisis perbandingan antara tingkat pelayanan dan kebutuhan. Transportasi adalah pergerakan orang atau
4.5.1 Sistem Prasarana Transportasi
Analisis sistem prasarana transportasi barang dari suatu lokasi ke loaksi lain. yang meliputi transportasi darat, air, dan Semakin tinggi sosial ekonomi dan intensitas udara dilakukan untuk memperoleh gambaran land use nya maka pergerakannya.
mengenai: ●
semakin tinggi pula
Keterkaitan fungsional dan ekonomi antar kota, antar kawasan baik dalam wilayah
maupun
kabupaten, pengumpul kegiatan
antar
wilayah
dengan hasil
melihat
produksi,
transportasi,
dan
pusat
Sistem kegiatan
Sistem jaringan
pusat
distribusi barang dan jasa; ●
Kecenderungan
perkembangan
Sistem pergerakan
prasarana transportasi yang ada; ●
Aksesibilitas lokasi-lokasi kegiatan di wilayah kabupaten.
IV -29
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN Kebutuhan Data/Peta
Empat tahap permodelan transportasi:
Data dan peta sistem prasarana transportasi 1.
Trip Generation Model : menentukan
darat
besar pergerakan yang diproduksi dan
yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:
besar pergerakan yang kasuk ke zona ini.
1. Pola jaringan jalan dan rel kereta api;
2.
2. Kondisi jalan;
dan tujuan pergerakan.
3. Status dan fungsi jalan; 4. Volume
aliran
Trip Distribution Model : menetukan asal
barang
3. dan
penumpang;
Modal Split : Menentukan alternatif moda angkutan yang akan dipilih dalam pergerakan.
5. Pola pergerakan (asal dan tujuan) 4. barang dan penumpang;
Trip Assignment : menentukan alternatif lintas yang akan digunakan.
6. Lokasi dan volume bongkar-muat di terminal. Data dan peta sistem prasarana transportasi air (sungai, danau, penyebarangan, dan laut) yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1. Pola jaringan/alur pelayaran; 2. Jenis-jenis pelayaran; 3. Asal dan tujuan pelayaran; 4. Volume aliran barang dan penumpang pelayaran; 5. Lokasi dan volume bongkar-muat ponton/dermaga/pelabuhan. Data dan peta sistem prasarana transportasi udara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1. Pola jaringan penerbangan; 2. Jenis-jenis penerbangan; 3. Asal dan tujuan penerbangan; 4. Volume
aliran
barang
dan
penumpang; 5. Lokasi dan kapasitas bandar udara.
IV -30
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN 4.5.2 Sistem Prasarana Pengairan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui lebih
Analisis sistem prasarana pengarian dilakukan jauh mengenai kapasitas pelayanan prasarana untuk memperoleh gambaran mengenai :
pengairan yang ada saat ini dikaitkan dengan
Keterkaitan fungsional antara sumber- kebutuhan yang ada.
●
sumber air baku dengan lokasi atau Keluaran yang diharapkan dari analisis ini kawasan
industri,
pertanian, berupa
permukiman, dan sebagainya; Kecenderungan
●
neraca
air
yang
telah
memperhitungkan semua sektor pengguna air
perkembangan dan semua sumber air yang ada.
pelayanan prasarana pengairan yang ada; Kondisi sumber air dikaitkan dengan
●
upaya pelestarian; Standar kebutuhan air baku pada
●
masing-masing kegiatan. Kebutuhan Data/Peta Data
sistem
prasarana
pengairan
yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1. Pola jaringan pengairan/irigasi; 2. Kapasitas dan volume pelayanan pengairan; 3. Luas area yang terlayani dan volume pemakaian; 4. Lokasi,
fungsi,
dan
kapasitas
instalasi/bangunan pengairan; 5. Lokasi, jenis, dan kapasitas sumbersumber air. 4.5.3 Sistem Prasarana Wilayah Lainnya
Cukup jelas.
Termasuk di dalam sistem prasarana wilayah
lainnya
energi/listrik,
adalah
prasarana
telekomunikasi,
pengelolaan
lingkungan (seperti sampah, air limbah dan air
IV -31
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN bersih),
prasarana kota, dan sebagainya.
Idenfikasi ini dimaksudkan untuk menemui dan mengenali fungsi, kondisi, dan tingkat pelayanan prasarana wilayah tersebut. Kebutuhan data yang harus dipenuhi adalah pola
jaringan,
kapasitas
dan
volume
pelayanan, luas area dan volume pelayanan, serta lokasi, fungsi, dan kapasitas instalasi. 4.6
SUMBERDAYA ALAM
Cukup jelas.
Analisis terhadap sumberdaya alam dimaksudkan untuk memahami kondisi, daya dukung lingkungan, dan untuk memahami tingkat
perkembangan
pemanfaatan
sumberdaya lahan/tanah, sumberdaya air, sumberdaya udara, sumberdaya hutan, dan sumberdaya alam lainnya serta potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam menunjang
pengembangan
wilayah
kabupaten. 4..6.1 Sumberdaya Tanah
Analisis ini memperhatikan :
Analisis sumberdaya tanah dilakukan untuk
mengidentifikasi
potensi
pengembangan berdasarkan kesesuaian tanah merekomendasikan tentang peruntukan bagi
● Ketersediaan dan pengembangan lahan. ● Produktivitas
lahan
dan
sebaran
penguasaan lahan. ● Bentuk perubahan fungsi lahan.
kegiatan budidaya (kawasan permukiman, pertanian,
perkebunan,
pariwisata, Dalam analisis ini dilakukan pengkajian
pertambangan, industri, dan lain-lain) dan terhadap : kawasan lindung. Kebutuhan Data/Peta Data dan peta sumberdaya tanah yang
● Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
alokasi pemanfaatan lahan. ● Bentuk
penguasaan
lahan
oleh
IV -32
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN dibutuhkan adalah sebagai berikut:
masyarakat.
1. Ketersediaan lahan;
● Bentuk intervensi pemerintah dalam
2. Kemiringan lahan;
pengendalian pemanfaatan lahan.
3. Jenis tanah; 4. Geologi tata lingkungan; 5. Morfologi; 6. Iklim. 4.6.2 Sumberdaya Air Analisis
Analisis ini perlu memperhatikan :
terhadap
sumberdaya
air
dilakukan untuk memahami bentuk-bentuk
● Sebaran
sumber-sumber
● Kondisi dari pemanfaatan air.
pemanfaatan sumberdaya air.
● Kemungkinan
Data
sumberdaya
dan
perkiraan kapasitas produksi air.
penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian Kebutuhan Data/Peta
air
distribusi/alokasi
pemanfaatan air. air
yang
diperlukan
meliputi:
● Kemungkinan pengembangan
1. Kebutuhan dan debit air;
perluasan kawasan
dan budidaya
pantai, laut,dan zona ekonomi eksklusif.
2. Peruntukan air; 3. Curah hujan tahunan; 4. Distribusi hujan; 5. Hidrologi (pola aliran sungai); 6. Hidrogeologi
(air
tanah
dan
permukaan); 7. Sebaran sumber air; 8. Daerah resapan air; 9. Rawa dan daerah banjir.. 4.6.3 Sumberdaya Udara Analisis terhadap sumberdaya udara dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk
Analisis ini perlu memperhatikan : ● Sebaran pemanfaatan ruang udara pada kawasan budidaya.
penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian
● Peningkatan kualitas udara.
pemanfaatan sumberdaya udara dalam rangka
● Kegiatan produksi yang menimbulkan
IV -33
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN pengembangan
kawasan
yang
menjaga
kualitas udara.
● Kemungkinan pengembangan kawasan
Kebutuhan Data/Peta Analisis
pencemaran udara.
terhadap
yang sumberdaya
udara
dapat
meningkatkan
kualitas
udara.
membutuhkan data/peta berikut: 1. Jalur-jalur penerbangan; 2. Kegiatan produksi yang menimbulkan pencemaran udara. 4.6.4 Sumberdaya Hutan
Analisis ini perlu memperhatikan :
Analisis terhadap sumberdaya hutan dilakukan
untuk
dukung/kemampuan menunjang
fungsi
● Sebaran dan kondisi penggunaan hutan.
mengetahui
daya
kawasan
dalam
menunjang
untuk
perlindungan
hutan
baik
perlindungan maupun kegiatan produksi.
● Daya
dukung hutan
kawasan
dalam
baik
untuk
maupun
kegiatan
produksi.
Selain itu, analisis ini dimaksudkan untuk
● Kesesuaian lahan bagi penggunaan
menilai kesesuaian lahan bagi penggunaan
hutan produksi, hutan lindung, hutan
hutan produksi tetap dan terbatas, hutan yang
konversi, dsb.
dapat
dikonversi,
hutan
lindung,
dan
sebagainya. Kebutuhan Data/Peta Data dan peta sumberdaya hutan yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1. Sebaran dan luas hutan produksi terbatas; 2. Sebaran dan luas hutan produksi tetap; 3. Sebaran dan luas hutan yang dapat dikonversi; 4. Sebaran dan luas hutan lindung; 5. Densitas dan produksi hasil hutan.
IV -34
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN 4.6.5 Sumberdaya Alam Lainnya Analisis
sumberdaya
alam
Cukup jelas. lainnya
dapat mencakup sumberdaya hayati dan nonhayati yang dimaksudkan untuk mengetahui bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan sumberdaya tersebut. 4.7 SISTEM PERMUKIMAN
Analisis Sistem Permukiman meliputi :
Analisis sistem permukiman dilakukan
● Sebaran
dari
konsentrasi
kegiatan
untuk memahami kondisi, jumlah, jenis, letak,
permukiman perkotaan, perdesaan, dan
ukuran, dan keterkaitan antar pusat-pusat
kaitannya dengan kegiatan produksi
permukiman di wilayah kabupaten yang
sekitarnya.
digambarkan dengan sistem hirarki dan fungsi
● Sistem pusat permukiman perkotaan
kawasan permukiman.
atau sistem kota yang mencakup fungsi
Kebutuhan Data/Peta
kota, hirarki kota, dan keterkaitan antara
Data/peta
sistem
permukiman
dibutuhkan adalah:
yang
kota dan dengan kawasan perdesaan yang
1. Kondisi permukiman;
dipengaruhi
Identifikasi
3. Jenis permukiman;
menggambarkan
dan
sebaran
jaringan
transportasi.
2. Jumlah permukiman; 4. Letak
oleh
konsentrasi permukiman
sistem dan
permukiman
karakterisitk
satuan
kontribusinya
terhadap
kegiatan permukiman perkotaan dan pengembangan wilayah. perdesaan; 5. Luasan permukiman.
Pendekatan
pertumbuhan
permukiman
dimaksudkan untuk mengidentifikasi pola permukiman
antara
kawasan
perkotaan
dengan perdesaan, dan besaran permukiman yang terjadi. Pendekatan fungsi permukiman dimaksudkan untuk mengidentifikasi fungsi sosial dan ekonom imasyarakat yang mempengaruhi pembangunan. Metode yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut :
IV -35
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN •
Skala Guttman yang didasari fungsi pelayanan, fasilitas infrastruktur, dan kegiatan ekonomi yang membuat suatu
permukiman
membentuk
sentralisasi dalam sistem spatial. Threshold Analysis yang didasari unsur
jumlah
dibutuhkan
peenduduk untuk
berfungsinya
yang
mendukung
suatu
pelayanan,
fasilitas, dan infrastruktur yang ada dalam suatu wilayah. Weighted
Centrality
digunakan
untuk
Index, mengukur
kompleksitas fungsional. Skalogram, digunakan untuk melihat hirarki
permukiman
jumlah
dan
fasilitas
berdasarkan
kelengkapan
sosial
ekonomi
jenis yang
dimiliki. Analisis Sistem Kota •
Dalam Pedoman ini belum terdapat penjelasan secara eksplisit mengenai cara menentukan sistem kota di suatu kabupaten.
•
Analisis sistem kota dimaksudkan untuk menentukan
hirarki
kota
di
suatu
kabupaten. •
Metode Analisis
Pembobotan dan
pengelompokan
cluster
kota
berdasarkan variabel-variabel seperti kepadatan
penduduk,
kelengkapan
IV -36
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN
sarana dan prasarana. •
Variabel lainnya yaitu jumlah rumah tangga petani. Di mana diketahui bahwa karakterisistik yaitu
penduduk
bermata
perkotaan
pencaharian
non
pertanian.. •
Semakin
besar
persentase
wilayah
terbangun, di mana apabila persentase wilayah terbangunnya semakin besar maka menempati tingkat yang semakin tinggi. •
Pengurutan menggunakan
kluster
kota
penilaian
dapat
berdasarkan
pembobotan. Analisis Penggunanan Lahan ini dimaksudkan
4.8 PENGGUNAAN LAHAN
Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk menjadi acuan dalam penggunaan lahan untuk mengetahui bentuk-bentuk penguasaan, yang diperbolehkan untuk suatu peruntukan penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan tertentu. Selain itu juga agar lahan yang lahan untuk kegiatan budidaya dan lindung. tersedia dapat digunakan untuk mendukung Selain itu, dengan analisis ini dapat diketahui berbagai aktivitas di atasnya. Serta untuk besarnya fluktuasi intensitas kegiatan di suatu menghindari penggunnan lahan yang tidak kawasan,
perubahan,
perluasan
fungsi sesuai antara karakteristik fisik lahan dengan
kawasan, okupasi kegiatan tertentu terhadap jenis kawasan,
benturan
kepentingan
kegiatannya.
sektoral analisis
ini
dapat
Kemudian dibuat
dari
hasil
standar
bagi
dalam pemanfaatan ruang, kecenderungan perletakan penggunaan lahan. pola perkembangan kawasan budidaya dan pengaruhnya
terhadap
perkembangan
kegiatan sosial ekonomi serta kelestarian lingkungan.
IV -37
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN Kebutuhan Data/Peta Data/peta penggunaan lahan yang dibutuhkan adalah: 1. Jenis
dan
intensitas
penggunaan
lahan; 2. Luas lahan; 3. Harga tanah; 4. Status lahan; 5. Perubahan fungsi lahan; Ketersediaan lahan. 4.9 PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Analisis
pembiayaan
Analisis
ini
memberikan
pemaham
pembangunan nakerterkaitan antara saistem pembiayaan
dilakukan untuk mengidentifikasi sumber- pembangunan dengasn sistem penataan ruang sumber
pembiayaan
pembangunan
besaran biaya pembangunan
dan wilayah.
baik dari Analisis dilakukan terhadap masalah dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi prospek
pembiayaan
pembangunan,
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), administrasi keuangan pemerintah pusat dan bantuan dan pinjaman luar negeri, perkiraan daerah. sumber-sumber pembiayaan masyarakat, dan Selain itu juga dilakukan analisis berbagai sumber-sumber pembiayaan lainnya.
sumber keuangan yang ada dan yang potensial
Kebutuhan Data
bagi
Data
pembiayaan
pembangunan
pembiayaan
pembangunan,
serta
yang bagaimanan alokasi/pengaturannya. Dan juga
dibutuhkan adalah:
dilakukan analisis dampak fiskal akibat
1. Besaran PAD;
pembangunan, proses penyusunan anggaran,
2. APBD Kabupaten;
pengawasan, dan pelaporan.
3. Besaran DAU; 4. Besaran DAK; 5. Besaran
investasi
swasta
dan
masyarakat; 6. Besaran bantuan dan pinjaman luar negeri; 7. Besaran sumber pembiayaan lainnya.
IV -38
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN 4.10 KELEMBAGAAN Analisis kelembagaan dilakukan untuk Analisis
ini
dimaksudkan
untuk
memahami kapasitas Pemerintah Kabupaten mengidentifikasi posisi kelembagaan dalam dalam menyelenggarakan pembangunan yang kaitannya sebagai instrumen pemerintahan. mencakup struktur organisasi dan tata laksana Juga untuk mengukur potensi kelembagaan pemerintahan, sumberdaya manusia, sarana yang memiliki peran vital sebagai pelindung dan
prasarana
pengaturan
kerja,
produk-produk bagi tenaga kerja dan sebagai salah satu alat
serta organisasi non-pemerintah stabilisator baik secara makro maupun mikro.
(Ornop) dan perguruan tinggi.
Analisis ini perlu untuk mengidentifikasi
Kebutuhan Data
apakah terdapat tumpang tindih tugas dan
Data kelembagaan yang dibutuhkan adalah:
wewenang
Struktur organisasi;
efektifitas dan efisiensi kinerja kelembagaan
kelembagaan.
Dan
menilai
Kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia; Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kerja; Produk-produk Peraturan; Bentuk-bentuk keterlibatan organisasi nonpemerintah dan perguruan tinggi.
IV -39
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Cukup jelas. Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana
Struktur
dan
Pola
Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana
Pengelolaan
Kawasan
Lindung dan Budidaya; 3. Rencana
Pengelolaan
Kawasan
Perdesaan, Perkotaan, dan Tertentu; 4. Rencana Sistem Prasarana Wilayah; 5. Rencana Penatagunaan Tanah,
Air,
Udara, Hutan, dan Sumberdaya Alam Lainnya; 6. Rencana
Sistem
Kegiatan
Pembangunan 5.1
RENCANA
STRUKTUR
DAN
POLA PEMANFAATAN RUANG Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Fungsinya untuk memberi arahan kerangka menggambarkan
susunan
unsur-unsur perkembangan wilayah dalam susunan unsur-
pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan unsur pembentuk lingkungan yang saling sosial,
dan
lingkungan
yang berhubungan
buatan
secara
hirarkis
dan
digambarkan secara hirarkis dan berhubungan mencerminkan strategi pemanfaatan ruang satu dengan yang lainnya membentuk struktur yang ruang
kabupaten.
Isi
Rencana
direncanakan.
Materi
yang
diatur
Struktur meliputi skala menurut junis dan lokasi dari
Pemanfaatan Ruang diantaranya meliputi kegiatan pelayanan dalam kabupaten dan hirarki pusat pelayanan wilayah seperti sistem sistem
pelayanan
pusat-pusat perkotaan dan perdesaan, pusat- Kegiatan pusat
permukiman,
hirarki
sarana
dan pendidikan,
pelayanan
prasarana
kabupaten.
meliputi
kesehatan,
perdagangan,
rekreasi,
dan
prasarana, sistem jaringan transportasi seperti prasarana. Kedalaman materi sampai tingkat sistem jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal kecamatan.
IV -40
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN
Fungsinya untuk memberi arahan tata
dan kelas terminal. Rencana
Pola
Pemanfaatan
Ruang guna lahan,. air, udara, dan sumberdaya alam
menggambarkan letak, ukuran, fungsi dari lainnya dari kawasan lindung dan kawasan kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Isi budidaya
yang
membentuk
tata
ruang
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang adalah kabupaten. Mengatur lokasi dan luas lahan (batas-batas) kawasan kegiatan untuk kegiatan regional dan lokal, kedalaman
delineasi
sosial, ekonomi,
budaya dan kawasan- materi adalah pemanfaatan ruang yang dirinci
kawasan lainnya di dalam kawasan budidaya dalam kawasan-kawasan. dan delineasi kawasan lindung seperti di bawah ini: A. Kawasan Lindung A Kawasan
yang
memberikan
perlindungan kawasan bawahannya: 1. Kawasan hutan lindung 2. Kawasan bergambut 3. Kawasan konservasi dan resapan air b. Kawasan perlindungan setempat: 1. Sempadan pantai 2. Sempadan sungai 3. Kawasan sekitar danau/waduk 4. Kawasan sekitar mata air 5.. Kawasan terbuka hijau termasuk didalammya hutan kota c. Kawasan suaka alam: 1. Cagar alam 2. Suaka margasatwa d. Kawasan pelestarian alam: 1. Taman nasional 2. Taman hutan raya 3. Taman wisata alam 4. Kawasan cagar budaya
IV -41
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN
PENJELASAN
e. Kawasan rawan bencana alam: 1. Kawasan rawan letusan gunung api 2. Kawasan rawan gempa bumi 3. Kawasan rawan tanah longsor 4. Kawasan
rawan
gelombang
pasang dan banjir f. Kawasan lindung lainnya: 1. Taman buru 2. Cagar biosfer 3. Kawasan perlindungan plasma nutfah 4. Kawasan pengungsian satwa 5. Kawasan pantai berhutan bakau B. Kawasan Budidaya a. Kawasan hutan produksi: 1. Kawasan hutan produksi terbatas 2. Kawasan hutan produksi tetap 3. Kawasan
hutan
yang
dapat
dikonversi 4. Kawasan hutan rakyat b. Kawasan pertanian: 1. Kawasan pertanian lahan basah 2. Kawasan pertanian lahan kering 3. Kawasan
tanaman
tahunan/
perkebunan 4. Kawasan peternakan 5. Kawasan perikanan c. Kawasan pertambangan: 1. Golongan bahan galian strategis 2. Golongan bahan galian vital 3. Golongan bahan galian yang tidak
IV -42
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN termasuk kedua golongan di atas d. Kawasan peruntukan industri e. Kawasan pariwisata f. Kawasan permukiman g. Kawasan
konservasi
budaya
dan
sejarah (artefak/ bangunan bersejarah) 5.2
RENCANA
PENGELOLAAN
KAWASAN
LINDUNG
DAN
BUDIDAYA Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Rencana pengelolaan kawasan lindung dan Budidaya
adalah
pengelolaan
bentuk-bentuk
untuk
mewujudkan
upaya kawasan
budidaya
menentukan
batasa
rencana wilayah atau delineasi antara kedua jenis
struktur dan pola pemanfaatan ruang. Bentuk- kawasan
dan
berpengaruh
terhadap
bentuk upaya pengelolaan kawasan lindung keseimbangan lingkungan dari wilayah yang dan budidaya meliputi: a. Pengaturan pembagian
direncanakan.
kelembagaan, kewenangan
meliputi Merupakan
penjabaran
dari
arahan
pengelolaan pengelolaan kawasan lindung yang terdapat di
kawasan lindung dan budidaya kepada dalam RTRWP ke dalam rencana kegiatan Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, dan penggunaan runag yang dijelaskan secara Desa, swasta, lembaga kemasyarakatan, spatial dalam peta dengan tingkat ketelitian dan masyarakat secara langsung.
skala
1:100.000-1:50.000.
Untuk
b. Program pemanfaatan, meliputi garis mengimplementasikan rencana tersebut maka besar
program-program
pemanfaatan perlu dilakukan pencegahan pembatasan dan
pada kawasan lindung dan budidaya pengurangan kegiatan-kegiatan yang dapat untuk jangka panjang, menengah, dan menimbulkan
negatif
terhadap
kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam.
pendek. c. Pengawasan, meliputi tata cara dan prosedur
dampak
pengawasan
Sedangkan
yang
dimaksud
dengan
terhadap ketentuan dan arahan pengembangan kawasan
kesesuaian rencana untuk pemanfaatan budidaya adalah rencana kegiatan yang ruang kawasan lindung dan budidaya rencana pengembangan kawasan budidaya yang dilakukan secara bersama-sama untuk mewujudkan tujuan pemanfaatan ruang.
IV -43
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN oleh Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, dan Desa dengan masyarakat. d. Penertiban, meliputi tata cara dan prosedur
penertiban
terhadap
pelanggaran-pelanggaran pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. 5.3
RENCANA
PENGELOLAAN Rencana pengelolaan ini menjelaskan fungsi
KAWASAN
PERDESAAN, dan
PERKOTAAN, DAN TERTENTU Dalam
suatu
wilayah
kegiatan
utama
kota-kota,
kawsan
perkotaan, desa-desa, dan kawasan tertentu,
kabupaten serta
keterkaitannya.
Menekankan
pada
terdapat dua jenis kawasan fungsional yaitu ketentuan dan arahan pengembangan dari kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan kawasan perkotaan, perdesaan, dan tertentu. serta bisa terdapat kawasan tertentu. Rencana Pengelolaan Kawasan Perdesaan, Perkotaan, dan Kawasan Tertentu dirumuskan untuk mencapai keserasian hubungan fungsional antara kawasan-kawasan tersebut. Bentuk-bentuk
pengelolaan
kawasan
perdesaan, perkotaan, dan tertentu meliputi: a.
Kelembagaan, kewenangan
meliputi pengelolaan
pembagian kawasan
perdesaan, perkotaan, dan tertentu yang melibatkan
Pemerintah
Kabupaten,
Kecamatan, dan Desa, swasta, lembaga kemasyarakatan, dan masyarakat secara langsung. Hubungan kerjasama dalam pengelolaan
kawasan
perdesaan/perkotaan/tertentu juga dapat
IV -44
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN melibatkan
beberapa
Pemerintah
Kabupaten apabila kawasan mencakup dua atau lebih daerah otonom yang berbatasan secara langsung. b. Program pemanfaatan, meliputi garis besar
program
pemanfaatan
yang
diindikasikan pada kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu untuk jangka panjang, menengah, dan pendek. c. Pengawasan, meliputi tata cara dan prosedur pengawasan terhadap kebijakan pengelolaan
kawasan
perdesaan,
perkotaan, dan tertentu. Misalnya untuk pengelolaan dirumuskan konversi
kawasan
perdesaan,
kebijakan pemanfaatan
pengendalian ruang
memperhatikan
yang
keberlanjutan
pemenuhan kebutuhan hidup seperti udara,
air,
dan
dominannya
pangan,
sumberdaya
mengingat alam
di
kawasan perdesaan. Aspek pengawasan dalam pengelolaan kawasan melibatkan Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, dan Desa bersama-sama dengan masyarakat. d.
Penertiban, meliputi tata cara dan prosedur pelaporan terhadap pelanggaran pelaksanaan
kebijakan
kawasan
perdesaan, perkotaan, dan tertentu. 5.4
RENCANA
SISTEM
PRASARANA WILAYAH 5.4.1
Rencana
Sistem
Prasarana
IV -45
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN
Materi yang diatur adalah jaringan pergerakan
Transportasi Rencana
Sistem
Prasarana
Transportasi dan prasarana bagi angkutan jalan raya, kereta
dirumuskan dalam rangka pengembangan api, laut, udara, danau, sungai.dsb. Kedalaman sistem
prasarana
transportasi
untuk yang diatur meliputi sistem primer dan
meningkatkan pelayanan jaringan transportasi sekunder. Misalnya untuk angkutan jalan raya wilayah.
Isi
Rencana
Prasarana harus
Sistem
jaringan
jalan
arteri,
kolektor, dan lokal, baik primer maupun
Transportasi adalah: ●
mencakup
Penentuan fungsi jalan, yang meliputi sekunder. penentuan jaringan jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal baik primer maupun sekunder.
●
Rencana pembangunan jalan dan jembatan,
yang
pembangunan
meliputi
jalan/jembatan
baru
untuk membuka kawasan terisolasi atau untuk meningkatkan kemampuan pemasaran hasil-hasil produksi. ●
Rencana dengan
lokasi kelas
terminal pelayanan
sesuai sebagai
terminal wilayah dan terminal subwilayah. ●
Rencana pembangunan/pengembangan pelabuhan sesuai dengan rencana tata ruang dan kelayakannya.
●
Rencana pembangunan/pengembangan bandar udara, sesuai dengan rencana tata ruang dan kelayakannya.
5.4.2
Rencana
Pengairan
Sistem
Prasarana Kebijakan pengembangan sistem prasarana pengairan
perlu
memprtimbangkan
pola
IV -46
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN Rencana Sistem Prasarana Pengairan ini jaringan
jalan sebagai salah satu dasar
dirumuskan dalam rangka pengembangan distribusi pengairan. Selain itu juga perlu sistem
prasarana
pengairan
untuk, mempertimbangkan
karakteristik
lahan
penyediaan air baku bagi kebutuhan domestik (kemiringan, karakteristik tanah &batuan), dan
industri,
dan
untuk
pengembangan dan pola distribusi penduduk.
pertanian. Isi Rencana Sistem Prasarana Pengairan adalah sistem jaringan pengairan, fungsi dan pelayanan prasarana pengairan. 5.4.3
Rencana
Sistem
Prasarana Juga perlu mempertimbangkan pola jaringan
Telekomunikasi
jalan
Rencana
Sistem
Telekomunikasi meningkatkan telekomunikasi
bagi
dunia
karena
sistem
prasarana
Prasarana telekomunikasi bniasanya mengikuti pola
dirumuskan kemudahan
eksisting
untuk jaringan jalan. pelayanan
usaha
dan
masyarakat. 5.4.4
Rencana Sistem Prasarana Energi
Cukup jelas
Rencana Sistem Prasarana Energi dirumuskan untuk meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan energi dan kelistrikan bagi kegiatan permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya. 5.4.5
Rencana
Sistem
Pengelolaan Lingkungan Rencana
Prasarana Dalam rencana sistem prasarana wilayah ini belum dibahas mengenai prasarana bangunan
Sistem
Prasarana pengendali banjir seperti drainase, kanal,
Pengelolaan Lingkungan dirumuskan untuk waduk, pintu air, dan sebagainya. Prasarana meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan bangunan pengendali banjir ini merupkana sanitasi
lingkungan
bagi
kegiatan elemen penting dalam pembangunan wilayah
permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan kabupaten di mana terdapat sistem kota di sosial
ekonomi
lainnya
melalui dalamnya.
Jadi
sebaiknya
juga
perlu
IV -47
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN pengembangan sistem prasarana pengelolaan dicantumkan. lingkungan
yang
Pembuangan
terdiri
Sementara
dari
Tempat
(TPS),
Tempat
Pembuangan Akhir (TPA), serta sistem pengelolaan limbah cair dan limbah udara. 5.5
RENCANA
PENATAGUNAAN Dimaksudkan
TANAH, AIR, UDARA, HUTAN, pemanfaatan DAN
SUMBERDAYA
agar
penggunaan
sumberdaya
alam
dan dapat
ALAM dilakukan secara seksama sesuai dengan
LAINNYA
kegiatan
produksi
permukiman
dan
Rencana Penatagunaan Tanah, Air, infrastruktur di kawasan budidaya serta Udara, Hutan, dan Sumberdaya Alam Lainnya mendukung pengelolaan kawasan lindung. berisi pengaturan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah, air, udara, hutan, dan sumberdaya alam lainnya. 5.5.1
Rencana Penatagunaan Tanah
Dimaksudkan
Rencana Penatagunaan Tanah adalah ketersediaan upaya-upaya penguasaan, pemanfaatan
tanah
agar
untuk lahan
meningkatkan bagi
kegiatan
penggunaan, dan pembangunan, meningkatkan produktivitas sesuai
dengan tanah, intensitas kegiatan sesuai dengan
Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan fungsi kawasan, dan meningkatkan kelestarian Ruang yang meliputi pengaturan antara hak lingkungan. dan kewajiban masing-masing pemegang hak atas tanah. 5.5.2
Dimaksudkan
Rencana Penatagunaan Air
untuk
mengembangkan
Rencana Penatagunaan Air meliputi sumberdaya air, meningkatkan ketersediaan pengaturan penguasaan, penggunaan dan dan suplai air baku, dan memelihara sumberpemanfaatan air
dan sumber air yang sumber air.
berwujud lokasi, kuantitas, kualitas, dimensi waktu, jenis dan variasi pemanfaatan air untuk menjamin
kebutuhan
akan
air
dan
menserasikan penggunaan air untuk kegiatan-
IV -48
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN kegiatan ekonomi, sosial, pengendalian banjir dan usaha-usaha pelestarian air. Isi Rencana Penatagunaan Air antara lain adalah: ●
Pengaturan
kebutuhan
masing-masing
air
untuk
kegiatan
dalam
rangka menjaga neraca air; ●
Penetapan prioritas kebutuhan air berdasarkan rencana tata ruang;
●
Pengaturan tata cara dan prosedur pengelolaan sumber-sumber air;
●
Pengaturan tata cara dan prosedur pengolahan air serta teknologi yang diterapkan;
●
Pengaturan tata cara dan prosedur pengusahaan air.
5.5.3
Rencana Penatagunaan Udara Rencana
dirumuskan keselamatan
Penatagunaan untuk
dapat
penerbangan
dan
Adalah pengaturan yang berkaitan dengan
Udara konservasi serta pemanfaatan ruang dan menjamin penggunaan
udara
yang
menjaga lingkungan
untuk
keseimbagan
kualitas udara.
berwawasan dan
kelestarian lingkungan. Tata guna udara meliputi
lalu
lintas
penerbangan,
dan
kelestarian lingkugan (udara bersih). 5.5.4
Rencana Penatagunaan Hutan Rencana
Penatagunaan
Mengatur penyediaan lahan yang dibutuhkan
Hutan untuk
kegiatan
permukian
dengan
meliputi pengaturan pengendalian kegiatan- mentransformasikan kawasan hutan yang kegiatan permukiman dan pertanian yang dapat dikonversi menjadi kawasan untuk terletak di kawasan hutan, pengaturan hutan kegiatan permukiman atau kegiatan produksi produksi, hutan konversi dan hutan lindung lainnya. serta pengaturan rehabilitasi dan reklamasi hutan.
IV -49
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
PENJELASAN
KABUPATEN 5.5.5 Rencana Penatagunaan Sumberdaya Untuk Alam Lainnya
pengaturan,
penggunaan,
dan
pemanfaatan sumberdaya alam yang memiliki
Rencana Penatagunaan Sumberdaya potensi bagi pengembangan wilayah baik Alam
Lainnya
meliputi
pengaturan sumber daya hayati maupun smberdaya non
penguasaan, pemanfaatan dan penggunaan hayati. sumberdaya alam lainnya dalam rangka mewujudkan Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten. 5.6
RENCANA SISTEM KEGIATAN PEMBANGUNAN
5.6.1 Indikasi
Kawasan
Prioritas
Pembangunan Rencana kawasan yang diprioritaskan Cukup jelas. meliputi
kawasan
diprioritaskan
yang
dianggap
perlu
pengembangan
atau
penanganannya serta memerlukan dukungan rencana rinci dan program sebagai upaya mewujudkan Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan
Ruang.
Kawasan-kawasan
tersebut bisa berbentuk antara lain : ●
Kawasan yang memiliki nilai strategis terhadap pertumbuhan kabupaten;
●
Kawasan terbelakang/terisolasi;
●
Kawasan kritis/rawan bencana;
●
Kawasan perbatasan antar negara;
●
Kawasan lindung.
5.6.2
Indikasi Program Pembangunan Rencana
Tata
Ruang
Wilayah Cukup jelas.
Kawasan (RTRW) Kabupaten merupakan acuan
bagi
penyusunan
program
IV -50
PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN
PENJELASAN
pembangunan kabupaten. Oleh karena itu, arahan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang
perlu
dilengkapi
dengan
indikasi
program pembangunan tahunan pada skala besar yang akan mendorong perkembangan sektor-sektor strategis untuk memberikan dampak positif terhadap kabupaten secara keseluruhan.
Kriteria
umum
dalam
menentukan indikasi program pembangunan secara keseluruhan adalah: ●
Mengintegrasikan
usaha-usaha
pengembangan dan pembangunan; ●
Mempertimbangkan
aspirasi
masyarakat serta potensi dan masalah yang ada di daerah agar tercapai segi efisiensi
dari
usaha-usaha
pengembangan wilayah; ●
Konsisten dengan arahan tata ruang yang telah ditetapkan.
IV -51
penjelasan PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI RTRW KABUPATEN
IV -52
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
1.1
PENGERTIAN Peninjauan
Peninjauan kembali merupakan salah satu tahapan kembali
dan/atau
penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
(RTRWK) merupakan suatu proses
yang dilakukan secara berkala selama jangka waktu perencanaan berjalan agar selalu memiliki suatu rencana tata ruang yang berfungsi seperti yang ditetapkan dalam UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Fungsi dari RTRWK tersebut adalah sebagai pedoman untuk :
dalam proses perencanaan yang dimaksudkan untuk menilai kualitas RTRW Kabupaten yang telah dihasilkan. Selain itu peninjauan kembali juga dimaksudkan untuk melihat sejauhmana produk rencana tata ruang telah dilaksanakan atau dimplementasikan, dan apakah ada simpangan dalam pelaksanaannya. Fungsi RTRW Kabupaten : a. Sebagai
a. Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan dan pengendalian ruang di wilayah kabupaten.
serta
keserasian
suatu kabupaten dapat berkembang secara terpadu dan seimbang. c. Keterpaduan berarti bahwa rencana yang
pembangunan antar sektor.
dihasilkan dapat menciptakan satu kesatuan
c. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan/atau masyarakat. d. Penyusunan
rencana
rinci
perkembangan di segala sektor. d. Keterkaitan berarti bahwa rencana yang
tata
ruang
dihasilkan dapat menciptakan hubungan yang
Kabupaten. e. Pelaksanaan memanfaatkan
menentukan
b. Agar tiap kawasan dan tiap sektor dalam
keseimbangan perkembangan antar kawasan kabupaten,
dalam
pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten
b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan wilayah
arahan
saling menguntungkan antara sektor yang pembangunan ruang
bagi
dalam kegiatan
satu dengan yang lain. e. Keseimbangan berarti perkembangan suatu
pembangunan.
sektor
seimbang
sektor
lainnya.
dengan
perkembangan
Menumbuhkan
dan
meningkatkan minat investasi. f.
Untuk menyusun rencana rinci tata ruang
IV -53
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN
(RTRW Kab merupakan rencana umum tata ruang). g. Sebagai
arahan
dalam
melaksanakan
kegiatan pembangunan. 1.2
RUANG LINGKUP
Materi yang diatur dalam peninjauan kembali Materi yang diatur dalam peninjauan kembali RTRWK meliputi :
RTRW Kab meliputi :
a. Kriteria untuk menentukan bahwa RTRWK
a. Ketentuan-ketentuan yang mengindikasikan
perlu ditinjau kembali.
apakah RTRW Kab perlu ditinjau kembali
b. Kriteria untuk menentukan tipologi penijauan
atau tidak. Hal ini dilihat standar dan
kembali RTRWK.
ketentuan-ketentuan yang berlaku..
c. Kajian terhadap kinerja dan kemampuan
b. Cara-cara penentuan tipologi/tingkatan dalam
RTRWK dalam mengakomodasi perubahan kebijaksanaan, tujuan/sasaran pembangunan,
peninjauan kembali RTRW Kab. c. Penilaian terhadap kualitas RTRW Kab dalam
dinamika perkembangan dan sebagai alat
mengikuti
perencanaan.
perubahan kebijakan.
dinamika
pembangunan
dan
d. Analisis hubungan faktor-faktor eksternal
d. Pembahasan analisis korelasi antara faktor
dengan kebijaksanaan pembangunan serta
eksternal (kebijakan global) dengan kebijakan
struktur pemanfaatan ruang.
pembangunan yang ada.
e. Tipologi dan tata cara peninjauan kembali RTRWK.
e. Prosedur peninjauan kembali RTRW Kab. f. Prosedur legalisasi rencana yang telah direvisi
f. Tata cara pengesahan rencana yang telah diperbaiki.
g.
g. Kelembagaan peninjauan kembali RTRWK. 1.3
KEDUDUKAN KEMBALI
RTRWK
DALAM
10
kembali ini.
tahun
sekali,
Proses perencanaan sifatnya terus menerus dan dilakukan secara berkala, tidak berhenti pada
Walaupun sebuah RTRWK yang baru setiap
Aspek kelembagaan dari proses peninjauan
PENINJAUAN
SISTEM PENATAAN RUANG disusun
(hasil peninjauan kembali).
proses
perencanaan tidak berhenti pada dihasilkannya
suatu tahap. Proses perencanaan dalam penataan ruang belum selesai pada dihasilkannya RTRW Kabupaten. Namun masih perlu dilanjutkan dengan proses peninjauan kembali RTRW Kab
IV -54
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN dokumen
atau
perencanaan
produk
merupakan
RTRWK. proses
Proses dengan proses peninjauan kembali RTRW Kab
yang
terus tersebut. Peninjauan kembali juga digunakan
berlanjut seperti suatu siklus. Dalam pengertian untuk melihat simpangan-simpangan yang terjadi tersebut, peninjauan kembali merupakan bagian dalam proses implementasi rencana. dari proses yang memperbaiki rencana tata ruang Jadi tahap peninjauan kembali RTRW Kabupaten yang telah disusun.
merupakan tahap yang penting dalam proses perencanaan.
BAB II
KONSEP DASAR
PENINJAUAN KEMBALI 2.1
PERLUNYA
PENINJAUAN
KEMBALI Faktor
yang
sebenarnya
menjadikan
kegiatan peninjauan kembali menjadi suatu aktivitas yang penting untuk dilakukan secara berkala dalam proses penataan ruang adalah karena
adanya
ketidaksesuaian
dan/atau
simpangan antara rencana dengan kenyataan yang terjadi di lapangan baik karena faktor internal
rencana tata ruang yang dihasilkan dengan implementasi atas rencana tersebut di lapangan menyebabkan
perlunya
peninjauan
kembali.
Pertentangan tersebut dapat disebabkan karena kesalahan-kesalahan
dalam
pelaksanaan
di
lapangan, atau karena kualitas RTRW Kabupaten yang kurang baik untuk diterapkan.
maupun faktor eksternal. 2.1.1
Adanya pertentangan atau ketidaksesuaian antara
Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
peninjauan kembali adalah sebagai berikut :
perlunya peninjauan kembali, yaitu: 1. Adanya
perubahan
penyempurnaan
dan/atau
peraturan
dan/atau
rujukan sistem penataan ruang. 2. Adanya
perubahan
Faktor eksternal yang menyebabkan perlunya
kebijaksanaan
pemanfaatan ruang dan/atau sektoral dari tingkat propinsi maupun kabupaten yang berdampak pada pengalokasian kegiatan pembangunan yang memerlukan ruang
1. Terjadi perubahan dalam peraturan dan perundangan yang berlaku sehingga dapat mempengaruhi pelaksanaan tata ruang. 2. Terjadi perubahan kebijakan pemanfaatan ruang sehingga kegiatan pembangunan membutuhkan ruang yang degnan skala yang lebih besar. 3. Terjadi penyesuaian dalam kebijakan global yang juga mempengaruhi sistem
IV -55
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN berskala besar.
global yang juga mempengaruhi sistem
3. Adanya ratifikasi kebijaksanaan global yang
mengubah
paradigma
sistem
pembangunan dan pemerintahan serta paradigma perencanaan tata ruang. 4. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan seringkali radikal
dalam
sumberdaya
hal
alam
pemerintahan, dan kegiatan penataan ruang yang berlangsung. 4. Pengaruh dari perkembangan teknologi yang
cukup
pesat
sehingga
dapat
meningkatkan kelestarian lingkungan. 5. Terjadi bencana alam yang cukup besar
pemanfaatan
sehingga mengubah pola pemanfaatan
meminimalkan
ruang. Hal ini menyebabkan perlunya
kerusakan lingkungan.
penetapan kawasan lindung dan kawasan
5. Adanya bencana alam yang cukup besar sehingga mengubah struktur dan pola
budidaya ulang agar pembangunan dapat berjalan dengan baik.
pemanfaatan ruang, dan memerlukan relokasi
kegiatan
budidaya
maupun
lindung yang ada demi pembangunan pasca bencana.
IV -56
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN 2.1.2
Faktor Internal
Beberapa faktor internal yang mempengaruhi Faktor internal yang menyebabkan perlunya perlunya peninjauan kembali adalah: 1. Rendahnya
kualitas
peninjauan kembali adalah sebagai berikut : yang
1. RTRW Kabupaten yang telah dihasilkan
perizinan
kurang dapat mengatur masalah perizinan
lokasi pembangunan, sehingga kurang dapat
lokasi. Dan RTRW Kabupaten tersebut juga
mengoptimalisasi
kurang mendukung kegiatan sosial ekonomi
dipergunakan
untuk
RTRWK penertiban
perkembangan
dan
pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi yang
yang terjadi. 2. Hal di atas dapat disebabkan karena tidak
cepat dan dinamis. 2. Rendahnya kualitas ini dapat disebabkan karena tidak diikutinya proses teknis dan prosedur kelembagaan perencanaan tata ruang.
diikutinya prosedur teknis kelembagaan dalam penataan ruang. 3. Rendahnya komitmen dari para aparat yang
komitmen
bertugas dalam melaksanakan penataan ruang.
aparatur yang terkait dengan tugas penataan
4. Perubahan norma dan tuntutan hidup dalam
3. Terbatasnya ruang,
pengertian
mengenai
dan
fungsi
dan
kegunaan
RTRWK dalam pelaksanaan pembangunan. 4. Adanya
perubahan
atau
pergeseran
nilai/norma dan tuntutan hidup yang berlaku di
masyarakat. 5. Aparat
yang
berwewenang
dalam
pengendalian pemanfaatan ruang tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
dalam masyarakat. 5. Lemahnya
kemampuan
aparatur
yang
berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang. 2.2
PROSES PENINJAUAN KEMBALI Proses peninjauan kembali merupakan Seperti telah dijelaskan di atas bahwa peninjauan
suatu bagian dari keseluruhan mekanisme dari kembali adalah tahap yang penting dalam proses rangkaian penataan ruang, dan dilakukan secara penataan ruang. Peninjauan kembali ini perlu konsisten terhadap proses pemanfaatan ruang mempertimbangkan yang menerima pengaruh dari faktor internal dan internal
pada
faktor
suatu
eksternal
kabupaten.
maupun
Peninjauan
eksternal. Proses peninjauan kembali dalam kembali ini perlu dilaksanakan secara konsisten. rangkaian
penataan
ruang
dijelaskan pada Gambar 2.1.
secara
skematis Proses peninjauan kembali RTRW Kab memiliki beberapa tahapan sebagai berikut :
IV -57
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN Proses
peninjauan
kembali
RTRWK
1. Melakukan
evaluasi
terhadap
data
dan
dilakukan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu
informasi (data yang telah diolah) yang
1. Evaluasi data dan informasi dari hasil kegiatan
didapat dari kegiatan pemanfaatan ruang.
pengendalian, dan pemanfaatan ruang.
2. Menetukan apakah peninjauan kembali perlu
2. Penentuan perlu atau tidaknya peninjauan kembali. 3. Penentuan
dilaksanakan atau tidak. 3. Menentukan tipologi peninjauan kembali.
tipologi
peninjauan
kembali
4. Melakukan analisis data, dan melakukan
berdasarkan kriteria tipologi.
pengkajian dan evaluasi terhadap RTRW
4. Kegiatan peninjauan berupa analisis, kajian dan evaluasi/penilaian.
Kabupaten yang telah dihasilkan. 5. Melakukan
5. Kegiatan penyempurnaan RTRW.
6. Melakukan pemantapan dalam ketentuan-
pemanfaatan RTRW.
ketentuan yang terkait dengan pemanfaatan
7. Menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan legitimasi hukum pada materi RTRW hasil
dan pengendalian. 7. Melakukan persiapan dalam pengesahan hasil
peninjauan kembali. KRITERIA
RTRW
Kabupaten.
6. Pemantapan pemanfaatan dan pengendalian
BAB III
penyempurnaan
peninjauan kembali ini. TIPOLOGI Peninjauan kembali menetapkan produk rencana
PENINJAUAN KEMBALI
yang telah dihasilkan ke dalam suatu tipologi berdasarkan kriteria-kriteria yang akan dijelaskan
Peninjauan kembali RTRWK lebih mudah berikut ini. ditindaklanjuti dengan membuat dan mengikuti Kriteria-kriteria untuk menentukan tipologi suatu suatu tipologi peninjauan kembali. Adapun produk rencana (RTRW Kabupaten) adalah kriteria-kriteria yang yang membentuk tipologi sebagai berikut : tersebut adalah:
1.
Kelengakapan data yang menetukan kualitas produk rencana.
1.
Kelengkapan dan keabsahan data;
2.
Relevansi metoda dan hasil analisis;
3.
Kesesuaian perumusan konsep dan strategi 3.
Perumusan konsep dan strategi penataan
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten;
ruang.
2.
Kesesuaian meotde dan hasil analisis.
4.
Prosedur penyusunan RTRWK;
4.
Prosedur penyusunan produk rencana.
5.
Kesahan produk RTRWK.
5.
Sah atau tidaknya produk RTRW kabupaten.
IV -58
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN 3.1
KELENGKAPAN DAN KEABSAHAN DATA Data dikatakan lengkap jika minimal Kelengkapan data ditentukan oleh beberapa hal
terdapat: a.
Data
berikut ini : Kebijaksanaan
Pembangunan
a.
Daerah (sasaran dan tujuan) dan Data
dan Data Regional :
Regional:
• Arahan Pola Dasar Pembangunan Daerah
• Data kesimpulan arahan Pola Dasar Pembangunan
Daerah
dan
dan Propeda Propinsi yang berhubungan
Propeda
dengan
Propinsi terhadap Kabupaten. • Data
kesimpulan
Pembangunan
Daerah
Pola dan
kebijakan
penataan
ruang
kabupaten. • Pola Dasar Pembangunan Daerah dan
Dasar Propeda
Propeda Kabupaten. • Data kebijakan pembangunan sektoral
Kabupaten. • Data kebijaksanaan pembangunan sektor
yang
lainnya yang berpengaruh.
mempengaruhi
kebijakan
pembangunan kabupaten.
• Data atau informasi arahan RTRWN,
b.
Data Kebijakan Pembangunan Daerah
• Arahan
RTRWN,
RTR
Pulau,
dan
RTR Pulau atau Perwilayahan, RTRWP
RTRWP yang terkait dengan RTRW
terhadap Kabupaten.
Kabupaten.
Data karakteristik ekonomi wilayah
b.
Data karakteristik ekonomi wilayah yang
dan perkembangannya, yang meliputi:
terdiri dari :
• Data PDRB Kabupaten (time series 5
• PDRB Kabupaten berupa time series
tahun) • Data mobilitas orang dan barang di kabupaten. • Data sistem jaringan transportasi jalan. • Data produksi per sektor pembangunan total kabupaten. • Data produksi per sektor pembangunan dirinci per kecamatan. • Data APBD Kabupaten (time series 5 tahun)
selama 5 tahun. • Mobilitas orang dan barang di kabupaten. • Sistem jaringan transportasi. • Produksi tiap sektor pembangunan, untuk setiap sektor dalam kabupaten. • Produksi tiap sektor pembangunan yang dirinci ke dalam unit kecamatan. • APBD kabupaten berupa time series selama 5 tahun. • Realisasi dari penerimaan-pengeluaran
IV -59
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN • Data
realisasi
penerimaan
dan
• Realisasi dari penerimaan-pengeluaran
pengeluaran rutin. • Data
realisasi
penerimaan
dan
• Data investasi pembangunan per sektor dan
kondisi
kependudukan
/
perkembangan
demografi,
yang
jumlah
penduduk
kabupaten,
kecamatan, kota-kota (perkotaan), dan
yang
tiap
sektor
mempengaruhi
c. Data kependudukan / demografi yang terdiri dari :
• Data kepadatan penduduk kabupaten,
perkotaan), dan desa.
• Data rate pertumbuhan
tingkat kecamatan dan kota. • Laju pertumbuhan penduduk kabupaten.
kecamatan dan kota. kabupaten,
kecamatan, desa. lapangan
hingga tingkat kecamatan, kota (kawasan • Kepadatan penduduk yang dirinci hingga
perdesaan.
• Data
pembangunan
dari
• Data jumlah penduduk yang dirinci
meliputi: • Data
investasi
penataan ruang.
yang terkait dengan penataan ruang. Data
pembangunan. • Data
pengeluaran pembangunan.
c.
ruin.
• Lapangan pekerjaan yang dirinci hingga tingkat kecamatan.
pekerjaan
penduduk
kabupaten, dirinci per kecamatan. d.
Data sumber daya buatan, meliputi: • Data sarana ekonomi tiap kecamatan dan perkotaan. • Data sarana sosial tiap kecamatan dan perkotaan. • Data dan peta sarana dan prasarana transportasi di kabupaten.
e.
d. Data sumber daya buatan yang terdiri dari: • Sarana ekonomi tiap kecamatan dan kota. • Sarana sosial tiap kecamatan & kota. • Data
dan
peta
sarana
prasarana
transportasi. • Data dan peta prasarana pengairan • Data dan peta sumber air bersih
• Data dan peta prasarana pengairan.
• Data dan peta jaringan listrik
• Data dan peta sumber air baku.
• Data dan peta jaringan telekomunikasi.
• Data dan peta sistem jaringan listrik.
e. Data sumber daya alam yang terdiri :
• Data dan peta sistem telekomunikasi.
• Data dan peta penggunaan lahan
Data sumber daya alam, meliputi: • Data dan peta penggunaan lahan/tanah
• Data dan peta hidrologi. • Data dan peta topografi dan morfologi.
IV -60
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN • Data dan peta hidrologi/sumberdaya air
• Data dan peta geologi
• Data dan peta topografi dan morfologi
• Data dan peta pertambangan dan mineral.
• Data dan peta geologi dan jenis tanah
• Data dan peta meteorologi dan geofisika.
• Data dan peta sumberdaya mineral
• Data dan peta kehutanan
• Data dan peta unsur-unsur iklim
• Data dan peta kawasan rawan bencana.
• Data dan peta kehutanan • Data dan peta kawasan rawan bencana Peta
dibuat
dengan
kedalaman
skala
1:100.000 sampai dengan 1:50.000. 3.2
METODE DAN HASIL ANALISIS Metoda dan hasil analisis yang telah
digunakan dalam penyusunan RTRWK dianggap
oleh beberapa hal berikut ini :
lengkap jika minimal terdapat: a.
Analisis Kabupaten
untuk dalam
Kelengkapan metode dan hasil analisis ditentukan
melihat sistem
kedudukan perwilayahan
nasional, sistem tata ruang pulau, sistem perwilayahan propinsi, dan keterkaitannya dengan kabupaten lainnya. Analisis ini dinyatakan lengkap jika minimal memiliki : • Analisis mengenai jaringan transportasi
a.
Analisis
kedudukan
kabupaten
dalam
konstelasi wilayah yang lebih luas, yang terdiri dari : • Analisis jaringan transportasi nasional, pulau, dan propinsi. • Analisis arahan kebijakan RTRWN, RTR Pulau, RTRWP, dan kebijakan sektoral. • Analisis sistem kota dan regional yang
nasional, pulau, propinsi kebijakan
mempengaruhi perkembangan kabupaten.
RTRWN, RTR Pulau, Perwilayahan,
• Analisis terhadap fungsi dan peran
• Analisis
mengenai
arahan
RTRWP, dan kebijaksanaan sektoral. • Analisis sistem perkotaan, regional yang berpengaruh terhadap kabupaten. • Analisis fungsi dan peranan kabupaten dalam lingkup nasional, pulau, propinsi dilihat dari aspek ekonomi, transportasi dan pencapaian pembangunan nasional/
kabupaten dalam wilayah nasional, pulau, dan propinsi. Analisis ini membahas aspek
ekonomi,
pencapaian
transportasi,
dan
pembangunan
nasional/regional. • Analisis sektor unggulan yang menjadi penggerak pertumbuhan di kabupaten, propinsi pulau dan nasional
IV -61
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN regional secara umum.
propinsi, pulau, dan nasional.
• Analisis sektor-sektor unggulan yang
b.
• Analisis laju pertumbuhan penduduk.
propinsi, pulau maupun nasional.
• Analisis pergerakan penduduk eksternal
Analisis Demografi
dan internal kabupaten.
• Analisis mengenai pergerakan/mobilitas penduduk antar kabupaten dan dalam
• Analisis
persebaran
penduduk hingga
dan
kepadatan
tingkat kecamatan,
perkotaan, dan desa. • Analisis struktur pekerjaan penduduk
kabupaten • Analisis distribusi/kepadatan penduduk kecamatan, perkotaan, dan perdesaan • Analisis struktur pekerjaan penduduk kecamatan, perkotaan dan perdesaan • Analisis strukltur umur dan tingkat partisipasi angkatan kerja per kecamatan,
• Analisis berdasarkan
komposisi
penduduk
umur
partisipasi
dan
angkatan kerja hingga tingkat kecamatan, perkotaan, dan desa. c. Analisis Sosial Kemasyarakatan • Analsis terhadap adat istiadat dan budaya
perkotaan dan perdesaan.
baik yang mendukung maupun yang
Analisis Sosial Kemasyarakatan
menghambat pembangunan di kabupaten.
• Analisis adat-istiadat yang menghambat dan mendukung pembangunan
masyarakat
Menilai
dilibatkan
sejaumana
dalam
proses
penataan ruang.
masyarakat dalam pembangunan • Analisis kepedulian masyarakat terhadap
• Analisis kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
lingkungan • Analisis pergeseran nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat setempat • Analisis
• Analisis peran serta masyarakat dalam pembangunan.
• Analisis tingkat partisipasi/peran serta
kinerja
tingkat
pelayanan
• Analisis pergeseran
untuk nilai
mengidentifikasi dan
norma
dalam
masyarakat. • Analisis tingkat pelayanan fasilitas sosial.
fasilitas dan utilitas sosial. d.
Analisis kependudukan
menjadi prime mover di kabupaten,
• Analisis tingkat perkembangan penduduk
c.
b.
Analisis Ekonomi
Menilai kinerja dari tiap fasilitias sosial
• Analisis mengenai ekonomi dasar
yang ada.
• Analisis
mengenai
wilayah kabupaten
struktur
ekonomi d. Analisis ekonomi • Analisis basis ekonomi
IV -62
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN • Analisis mengenai peluang pertumbuhan
• Analisis struktur ekonomi • Analisis peluang pertumbuhan ekonomi.
ekonomi • Analisis pergerakan barang dan jasa intra
Mengidentifikasi
dan inter wilayah
berpotensi
• Analisis pola persebaran ekonomi dalam
internal maupun eksternal kabupaten. • Analisis pola persebaran ekonomi.
e. Analisis Fisik dan Daya Dukung Lingkungan • Analisis kendala fisik pengembangan
• Analisis sektor-sektor yang berpotensi
kawasan budidaya (rawan gempa, banjir,
untuk
longsor, dll)
pengembalian modal yang besar sehingga
• Analisis lokasi dan kapasitas sumber daya
menghasilkan
tingkat
dapat menjadi daya tarik investasi. e.Analisis fisik dan daya dukung lingkungan
alam
• Analisis terhadap hambatan fisik yang
• Analisis kesesuaian lahan untuk kawasan
ditemukan
lindung maupun budidaya.
dalam
pengembangan
kawasan budidaya.
Analisis Sarana dan Prasarana
• Analisis lokasi dan ketersediaan sumber
• Analisis kondisi, jenis dan jumlah sarana
daya alam.
sosial dan ekonomi.
• Analisis
• Analisis sarana dan prasarana transportasi
kesesuaian
diperuntukkan
• Analisis sarana dan prasarana pengairan,
baik
lahan untuk
yang kawasan
lindung maupun kawasan budidaya.
listrik dan telekomunikasi. Analisis struktur dan pola ruang yang ada dan kecenderungan perkembangannya. Analisis ini dinyatakan lengkap apabila
f.
Analisis sarana dan prasarana • Analisis
kondisi,
jenis,
dan
jumlah
sarana-prasarana.
dapat dirangkum faktor-faktor pembentuk
• Analisis sarana-prasarana transportasi.
struktur dan pola pemanfaatan ruang dari
• Analisis sarana-prasarana utilitas.
kesimpulan analisis pola sebaran penduduk, pola
h.
meningkatkan
• Analsis pergerakan barang dan jasa baik
• Analisis mengenai potensi investasi.
g.
untuk
yang
pertmbuhan ekonomi.
wilayah
f.
sektor-sektor
sebaran
kegiatan
pembangunan
g. Analisis struktur dan pola ruang. • Analisis faktor pembentuk struktur dan
(kegiatan budidaya), dan pola sebaran
pola
jaringan sarana-prasaran.
Analisis struktur meliputi distribusi
Analisis potensi dan kondisi sumber daya
pusat-pusat pelayanan dan jaringan yang
IV -63
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN alam, sumber daya buatan dan sumber daya
menghubungkan
manusia
tersebut, dimana jaringan akan berhirarki
• Potensi sumber daya alam yang ada, kemungkinan
dan
Analisis
keterbatasan
pengembangan
sumber
h.
ruang
Analisis potensi dan kondisi SDA, SDM, SDB • Potensi dan kendala dalam mengelola
ada untuk mengelola sumber-sumber di
sumber daya alam yang tersedia.
atas. Keuangan
dan
• Potensi
Kemampuan
pembangunan
i. Analisis
keuangan
dan
kemampuan
pembiayaan pembangunan daerah.
• Analisis PAD, subsidi pemerintah pusat,
• Analisis
dan subsidi dari tingkat propinsi. sumber-sumber
dalam
mengelola sumber daya alam dan buatan.
kabupaten
serta arahan dari tingkat propinsi.
kendala
• Potensi sumber daya manusia untuk
• Analisis mengenai jumlah dan proporsi pembiayaan
dan
mengembangkan sumber daya buatan.
Pembiayaan Pembangunan Daerah
• Analisis
pemanfaatan
karakter suatu penggunaan ruang.
daya
• Kemampuan sumber daya manusia yang
Analisis
pola
berkaitan dengan ukuran, fungsi, dan
buatan
i.
pusat-pusat
membentuk tata ruang,
pengembangannya. • Potensi
antar
kabupaten
pembiayaan
pembiayaan dan
arahan
pemangunan pemabngunan
propinsi.
lainnya (swasta, BLN, dsb).
• Analisis PAD, subsidi dari Pusat dan propinsi. • Analisis
sumber-sumber
pembiayaan
pembangunan lainnya yang potensial (sumber-sumber
pembiayaan
non
konvensional). 3.3
PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN Bagian-bagian perumusan konsep dan Perumusan konsep dan strategi dalmam strategi pemanfaatan yang diperiksa pemanfaatan ruang kabupaten meliputi : kesesuaiannya meliputi: a.
Perumusan tujuan pemanfaatan ruang
a.
Perumusan tujuan dan strategi penataan ruang
di
wilayah
kabupaten
IV -64
yang
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN b.
Perumusan
masalah
pembangunan
kabupaten dan keterkaitannya dengan
bersangkutan. b.
masalah pemanfaatan ruang c.
Perumusan pengembangan
potensi
dan
masalah
pembangunan yang terjadi di kabupaten yang
konsep
dan
strategi
tata
ruang
wilayah
bersangkutan. c.
kabupaten d.
Perumusan
Perumusan
konsep
dan
strategi
pengembangan kabupaten.
Penjabaran pengembangan
konsep
dan
strategi
tata
ruang
wilayah
kabupaten ke dalam langkah-langkah berikut :
d.
Penjabaran konsep dan strategi tersebut ke dalam : • Strategi pengelolaan kawasan lindungbudidaya.
• Strategi pengelolaan kawasan kawasan lindung dan budidaya • Strategi
• Strategi pengelolaan kawasan perdesaanperkotaan-tertentu.
pengelolaan
kawasan
perdesaan, perkotaan, dan kawasan tertentu.
• Strategi pengembangan sistem kota dan sistem permukiman. • Strategi pengembangan sarana-prasarana.
• Strategi
pengembangan
sistem
• Strategi
pengembangan
kawasan
kegiatan pembangunan serta sistem
prioritas.
Kawasan
prioritas
untuk
permukiman perdesaan dan perkotaan.
kabupaten
adalah
kawasan
yang
dahulu
untuk
• Strategi pengembangan sarana dan prasarana wilayah. • Strategi
dikembangkan.
pengembangan
kawasan
prioritas
terlebih
Penentuan
kawasn
prioritas tergantung dari masing-masing kabupaten.
• Strategi pemanfaatan ruang. • Strategi
dirpioritaskan
pengendalian
• Strategi pemanfaatan ruang dan strategi
pemanfaatan
pengendalian pemanfaatan ruang.
ruang, 3.4
KESAHAN PRODUK RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN RTRW Kabupaten dinyatakan sah sesuai Sah atau tidaknya suatu produk rencana (dalam UUPR, apabila memiliki: RTRW Kabupaten) menjadi salah satu kriteria •
Tujuan kabupaten
pemanfaatan serta
ruang
konsep
dan
wilayah dalam menentukan tipologinya di dalam proses strategi peninjauan kembali ini.
IV -65
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN
pengembangannya untuk mencapai tujuan Melalui sah atau tidaknya suatu RTRW kabupaten •
tersebut di atas.
maka dapat ditentukan kualitas produk rencana
Rencana struktur pemanfaatan ruang :
tersebut (baik atau buruk).
a. Rencana sistem kegiatan pembangunan
Rencana struktur pemanfaatan ruang meliputi
b. Rencana sistem permukiman perkotaan rencana
sistem
pusat
pelayanan
perkotaan,
rencana sistem jaringan transportasi, rencana
dan perdesaan
c. Rencana sistem prasarana wilayah yang sistem jaringan utilitas (telekomunikasi, energi, pengairan, prasarana pengelolaan lingkungan),
terdiri dari : i)
Rencana
prasarana dan
sistem
Rencana
pengembangan
dan
distribusi
penduduk yang disesuaikan dengan daya dukung
transportasi ii)
arahan
sistem
prasarana lingkungan,
sistem
prasarana Rencana
energi/listrik iii) Rencana
v) •
pemanfaatan
ruang
menggambarkan ukuran, fungsi, dan jumlah dari
pengelolaan iv) Rencana
pola
prasarana kegiatan manusia.
sistem
lingkungan
Ukuran berarti luas lahan yang dipergunakan,
Rencana sistem prasarana lainnya
fungsi berarti jangkauan pelayanannya, dan jenis penggunaannya
Rencana pola pemanfaatan ruang.
maksudnya
untuk
kawasan
budidaya (permukiman, perdagangan, industri, pertanian, pariwisata, dsb) atau untuk kawasan lindung (kawasan resapan air, cagar budaya, dsb). 3.5
PROSEDUR PENYUSUNAN RTRWK Penyusunan
RTRWK
umumnya
mengikuti prosedur yang berciri sebagai berikut: •
Disusun berdasarkan pedoman penyusunan yang berlaku
•
Melibatkan seluruh tim koordinasi penataan ruang wilayah kabupaten bersangkutan serta masyarakat dan pakar termasuk swasta
•
Melalui
suatu
musyawarah
proses
dari
konsensus
semua
pihak
dan dan
Prosedur dalam menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten adalah sebagai berikut : 1. Menggunakan metodologi yang terdapat di dalam buku Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten, di mana memuat tata cara proses penyusunannya. 2. Tim penyusun RTRW Kabupaten ini terdiri dari tim koordinasi, tim pelaksana, dan melibatkan peran serta masyarakat dan swasta
IV -66
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN mengalokasikan ruang sesuai dengan arahan dari rencana tata ruang yang lebih tinggi.
dan swasta. 3. Melalui proses musyawarah dari semua pihak
(pemerintah,
masyarakat,
dan
swasta). BAB IV
TATA CARA BAKU
PENINJAUAN KEMBALI 4.1
TAHAP
EVALUASI
DATA
DAN
INFORMASI •
Pada tahap ini dikumpulkan data mengenai pemanfaatan ruang kabupaten yang sudah berlangsung
dan
dibandingkan
dengan
strategi dan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang kabupaten. •
Data mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan eksternal, dan evaluasi adanya perubahan terhadap asumsi faktor-faktor eksternal yang ada, serta kajian mengenai pengaruhnya terhadap
strategi,
struktur
dan
pola
pemanfaatan ruang Kabupaten •
Melakukan
kajian
terhadap
keabsahan
RTRWK dengan memperhatikan perubahan pemanfaatan dan adanya perubahan faktorfaktor eksternal Kegiatan pada tahap ini akan menghasilkan : •
Profil, kualitas dan kesahan RTRWK
•
Tingkat permasalahan pemanfaatan ruang,
Pada tahap evaluasi data ini, dikumpulkan informasi mengenai pelaksanaan dari RTRW Kabupaten (pemanfaatan ruang) di lapangan. Kemudian dilihat apakah pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan dalam RTRW Kabupaten (rencana struktur & pola) atau tidak. Dalam tahap ini juga perlu dikumpulkan data dan informasi mengenai kebijakan global dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan pemanfaatan ruang, khususnya berkaitan dengan struktur dan pola pemanfaatan ruang. Perlu keabsahan
dilakukan RTRW
penilaian
mengenai
Kabupaten
yangtelah
dihasilkan. Hasil dari tahap evaluasi data ini antara lain profil kualitas RTRW, simpangan yang terjadi dalam pelaksanaannya, dan pengaruh kebijakan global.
berupa simpangan-simpangan pemanfaatan ruang dan lokasi pembangunan •
Perubahan-perubahan kebijaksanaan diluar sistem penataan ruang
IV -67
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN 4.2
TAHAP PENENTUAN PERLU/TIDAKNYA DILAKUKAN PENINJAUAN KEMBALI RTRWK Penentuan perlu/tidaknya dilakukan Kriteria-krriteria dalam menentukan perlu atau peninjauan kembali terhadap RTRWK dilakukan tidaknya peninjauan kembali adalah sebagai dengan melihat beberapa kriteria berikut: • Terjadi
perubahan
berikut :
kebijaksanaan
•
Kebijakan
global
mempengaruhi
pemerintah/sektor untuk pembangunan
pembangunan sektoral, misalnya karena
berskala besar atau kegiatan penting yang
ada kegiatan khusus yang memerlukan
tidak dapat ditampung oleh struktur dan
skala yang sangat besar sehingga tidak
pola pemanfaatan ruang dalam RTRWK
dapat diakomodasi oleh RTRW Kabupaten.
yang ada
•
• Terjadi perubahan faktor-faktor internal dalam
pembangunan
adanya
daerah
karena
perubahan
prioritas,
Adanya pengaruh faktor internal yang belum dipertimbangkan sebelumnya.
•
Adanya simpangan yang terjadi dalam pelaksanaan rencana struktur dan pola.
perkembangan kawasan atau sektor yang tidak dipertimbangkan sebelumnya
Jika minimal satu dari ketiga kriteria di atas
• Terjadinya simpangan-simpangan besar dalam struktur dan pola pemanfaatan
terjadi,
maka
RTRW
Kabupaten
perlu
ditinjau kembali.
ruang Jika sekurang-kurangnya salah satu dari kriteria tersebut
dipenuhi,
maka
diperlukan
proses
peninjauan kembali atau penyempurnaan terhadap seluruh proses penataan ruang yang ada. 4.3
TAHAP
PENENTUAN
TIPOLOGI
PENINJAUAN KEMBALI Setelah
dari
tahapan
(2)
diperoleh Tahap selanjutnya dalam proses peninjauan
ketentuan perlu dilakukan peninjauan kembali, kembali yaitu tahap penentuan tipologi. Tipologi selanjutnya
ditentukan
kembali, yaitu :
tipologi
peninjauan adalah tingkatan dalam pengklasifikasian RTRW yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang
IV -68
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN Tipologi A
RTRWK sah, simpangan kecil, telah dijelaskan.
faktor eksternal tetap. Tipologi B
Tabel Tipologi RTRW Kabupaten
RTRWK sah, simpangan kecil,
Tipologi Kualitas Simpangan F.eksternal
faktor eksternal berubah.
A
sah
kecil
tetap
Tipologi C
B
sah
kecil
berubah
faktor eksternal berubah.
C
sah
besar
berubah
Tipologi D
D
sah
besar
tetap
E
tidak sah
kecil
berubah
F
tidak sah
kecil
tetap
G
tidak sah
besar
berubah
H
tidak sah
besar
tetap
RTRWK sah, simpangan besar, RTRWK sah, simpangan besar,
faktor eksternal tetap. Tipologi E
RTRWK tidak sah, simpangan
kecil, faktor eksternal berubah. Tipologi F
RTRWK tidak sah, simpangan
kecil, faktor eksternal tetap. Tipologi G
RTRWK tidak sah, simpangan
besar, faktor eksternal berubah. Tipologi H
RTRWK tidak sah, simpangan
Ciri masing-masing tipologi : 1.
RTRW
besar, faktor eksternal tetap.
berlaku
untuk
digunakan
2.
Simpangan
terpenuhi
substansi
mempengaruhi
perubahan
memenuhi standar. Namun faktor eksternal
RTRWK.
mempengaruhi bahkan dapat mengubah strategi, struktur dan pola pemanfaatan ruang
tujuan,
yang ada.
strategi serta struktur dan pola pemanfaatan ruang.
3. Tipologi B Pada tipologi B, terjadi perubahan
signifikan pada faktor-faktor eksternal yang
Tipolgi B RTRW Kabupaten yang telah disusun
prosedur dan proses penyusunan
Simpangan yang terjadi pada prinsipnya tidak merubah
disusun
pola pemanfaatan ruang.
sebagai acuan pembangunan dan memenuhi dan
telah
tidak mempengaruhi strategi, struktur dan
Tipologi A
rencana
yang
ketentuan substansi yang ada.
adalah :
ketentuan
Kabpaten
memenuhi standar penyusunan mengenai
Ciri-ciri dari masing-masing tipologi
RTRWK
Tipologi A
Tipologi C Substansi RTRW Kabupaten sesuai dengan standar
yang
berlaku.
Namun
terjadi
simpangan yang cukup besar yang menyalahi ketentuan.
Hal
ini
disebabkan
karena
IV -69
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN mempengaruhi kinerja RTRWK, sehingga tidak
ketentuan.
dapat sepenuhnya dijadikan acuan pembangunan
pengaruh faktor eksternal sehingga dapat
karena
mengubah
tidak
dapat
mengakomodasi
perkembangan yang ada. Secara mendasar,
Hal
ini
strategi,
disebabkan struktur
karena
dan
pola
pemanfaatan ruang.
RTRWK ini memerlukan perubahan dalam tujuan, sasaran, strategi serta struktur dan pola
4.
pemanfaatan ruang.
Tipologi D Substansi RTRW Kabupaten sesuai dengan standar
yang
berlaku.
yang
Namun
terjadi
besar
dalam
Tipologi C
simpangan
cukup
Dalam pemanfaatan RTRWK terjadi
pelaksanaannya,
simpangan-simpangan yang menyalahi ketentuan
eksternal/global
yang diinginkan dalam RTRWK yang disebabkan
terjadinya simpangan tersebut.
walaupun tidak
faktor
mempengaruhi
oleh pengaruh faktor-faktor eksternal secara signifikan. Dalam hal ini perlu dilakukan
5.
Tipologi E
perubahan tujuan, sasaran, strategi serta struktur
RTRW Kabupaten tidak memenuhi standar
dan pola pemanfaatan ruang.
mengenai ketentuan substansi. Simpangan yang terjadi dalam pelaksanaannya kecil.
Tipologi D Dalam terjadi
Namun pengaruh faktor eksternal dapat
pelaksanaan
simpangan
dalam
RTRWK
telah
pemanfaatan
dan
mengubah
strategi,
struktur,
dan
pola
pemanfaatan ruang.
pengendalian yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam RTRWK, walaupun kondisi RTRWK
6.
sendiri telah memenuhi prosedur dan ketentuan
Tipologi F RTRW Kabupaten yang telah disusun
penyusunannya.
tidak memenuhi standar. Simpangan dalam
Tipologi E, F, G, dan H
pelaksanaannya tidak terlalu besar. Dan
Keempat tipologi ini pada dasarnya memiliki
faktor eksternal tidak mempengaruhi strategi,
kondisi
struktur, dan pola pemanfaatan ruang.
yang
sama,
yaitu
RTRWK
yang
bersangkutan tidak sah. Oleh karena itu, pada keempat
tipologi
ini
perlu
dilakukan
penyempurnaan RTRWK atau perubahan tujuan, sasaran,
strategi
pemanfaatan
ruang
serta
struktur
wilayah
dan
sesuai
pola
dengan
7.
Tipologi G. RTRW Kabupaten tidak memenuhi standar
penyusunan.
pelaksanaannya
cukup
Simpangan besar.
dalam
Pengaruh
IV -70
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN ketentuan
yang
penyusunan
berlaku
rencana,
dan
dalam
pedoman
sesuai
faktor eksternal juga besar sehingga dapat
dengan
mengubah
perubahan yang diakibatkan oleh faktor eksternal.
strategi,
struktur,
dan
pola
pemanfaatan ruang. 8.
Tipologi H RTRW Kabupaten tidak memenuhi standar penyusunan. Simpangan dalam pelaksanaan cukup besar. Namun faktor eksternal tidak terlalu mempengaruhi struktur dan pola pemanfaatan ruang.
4.4
TAHAP KEGIATAN PENINJAUAN KEMBALI Setelah
ditentukan
keadaan/penanganan
salah
satu
tipe
peninjauan
kembali,
dan/atau
evaluasi
selanjutnya dilakukan : a. Kajian/penilaian RTRWK
a.
Kajian atau evaluasi terhadap RTRW Kabupaten • Kegiatan ini dilakukan untuk menilai
Kegiatan ini berupa : • Kajian/penilaian terhadap RTRWK dari
kelengkapan materi yang terkandung
sisi kelengkapan materi dan proses
dalam RTRW Kabupaten. Standar dan
penyusunan dengan mengacu pada UUPR
prosedur teknis mengenai RTRW Kab
serta
dapat mengacu dari UU NO 24/1992
standar
dan
pedoman
teknis
tentang Penataan Ruang.
penyusunan RTRWK • Evaluasi kemampuan RTRWK sebagai
• Kegiatan ini mengevaluasi kinerja RTRW
dalam
Kab dalam melihat bagaimana program
identifikasi pelaksanaan program dan
dan proyek pembangunan dilaksanakan,
proyek pembangunan yang terkait dengan
khususnya yang terkait dengan penataan
penataan ruang
ruang.
alat
perencanaan,
khususnya
• Penyesuaian terhadap materi RTRWK
• Dalam
kegiatan
ini
juga
dilakukan
perubahan
penyesuaian materi dalam RTRW Kab
kebijaksanaan, tujuan, sasaran, strategi
agar tetap dapat digunakan walaupun
untuk
mengakomodasi
IV -71
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN serta struktur dan pola pemanfaatan
terjadi perubahan dalam kebijakan global,
ruang.
tujuan, sasaran, strategi, struktur, dan
• Evaluasi kemampuan RTRWK untuk mengakomodasi dinamika perkembangan pemanfaatan
ruang
• Juga perlu dilakukan pengkajian terhadap
sekaligus
RTRW Kab agar tetap dapat mendukung
melakukan penyesuaian RTRWK, jika
perubahan-perubahan yang terjadi seputar
dianggap
pemanfaatan ruang.
tidak
serta
pola pemanfaatan ruang.
mampu
menampung
aspirasi, tuntutan pembangunan
dan
• Selain itu juga perlu dilakukan penilaian
perkembangan masyarakat.
apakah perwujudan struktur & pola
• Evaluasi kesesuaian antara perwujudan
pemanfaatan ruang sesuai atau tidak
struktur dan pola pemanfaatan ruang yang
dengan produk rencana.
ditetapkan pada RTRWK yang dituju, dan mencari tindakan-tindakan yang perlu dilakukan
untuk
menanggulangi
penyimpangan yang terjadi. b.
Penyempurnaan
Penyempurnaan RTRWK Tergantung pada tipologinya, yaitu berupa : i. Pembakuan
materi
RTRWK
jika
terhadap
1. Melihat apakah RTRW kabupaten sudah memenuhi
bahwa materi RTRWK yang ditinjau
belum. dapat
ii. Penyesuaian terhadap materi RTRWK
dinamika
sasaran,
pembangunan,
mengkoreksi
struktur
penyusunan
mengakomodasi
kebijakan
agar mampu mengakomodasi perubahan tujuan,
standar
atau
2. Melihat apakah RTRW Kabupaten sudah
sebagai RTRWK yang baku
kebijaksanaan,
Kabupaten
tergantung pada hal-hal berikut ini :
berdasarkan hasil peninjauan ditemukan tidak memenuhi persyaratan minimal
RTRW
global
perubahan
(pengaruh
faktor
eksternal) atau tidak.
dan
serta
untuk
dan
pola
pemanfaatan ruang. Bentuk dari kegiatan ini adalah : • Penambahan
Bentuk
kegiatan
penyempurnaan
RTRW
komponen-komponen Kabupaten ini adalah sebagai berikut :
IV -72
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN •
Penambahan komponen rencana
• Perbaikan sebagai komponen rencana
•
Perbaikan sebagai komponen rencana
• Perumusan kembali kebijaksanaan dan
•
Perumusan kembali strategi, kebijakan,
rencana
strategi pengembangan wilayah serta
tujuan, dan sasaran dari pengembangan
tujuan dan sasaran pembangunan
wilayah kabupaten yang bersangkutan.
• Revisi total seluruh komponen rencana
•
Perbaikan seluruh komponen rencana.
atau penyusunan kembali rencana c.
Pemantapan
Pemanfaatan
dan
Pengendalian Pemanfaatan RTRWK Kegiatan diseminasi
ini
antara
RTRWK
pemanfaatan
ke
RTRWK
lain setiap sebagai
berupa Kegiatan
pemantapan
dan
pengendalian
sektor, pemanfaatan RTRWK merupakan kegiatan yang alat berupa penerapan RTRW Kab ke tiap sektor. Di
koordinasi, sebagai acuan pembangunan, mana RTRW Kab tersebut akan digunakan penyempurnaan kegiatan pemantauan dan sebagai alat pengatur, bahan acuan pembangunan, pelaporan evaluasi dan sebagainya.
dan untuk memperbaiki kegiatan pemantauan dan
Proses peninjauan kembali untuk masing- pelaporan. masing tipologi di atas, adalah : 1)
Tipologi A
1.
Tidak perlu dilakukan tindakan tertentu
Apabila suatu RTRW Kabupaten masuk ke
karena RTRWK-nya masih sah, tidak
dalam
perlu dilakukan penyempurnaan, dapat
dilakukan
dijadikan
penyempurnaan terhadap substansinya.
sebagai
acuan
dalam
pembangunan daerah Kabupaten. 2)
Tipologi A
2.
Tipologi B
Tipologi
A,
maka
peninjauan
tidak
perlu
kembali
atau
Tipologi B Apabila RTRW Kabupaten masuk ke dalam
Perlu dilakukan peninjauan kembali yang
Tipologi B, maka perlu dilakukan peninjauan
disebabkan oleh faktor-faktor eksternal
kembali. Hal ini disebabkan karena faktor
yang
eksternal/global
menyebabkan
RTRWK
tidak
berlaku lagi. Tatacara yang harus dilakukan adalah : a. Masukan
mengalami
perubahan
sehingga tidak sesuai lagi dengan RTRW Kabupaten tersebut. Tata cara yang harus dilakukan :
Identifikasi faktor-faktor eksternal yang
IV -73
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN
a. Masukan
mempengaruhi kinerja RTRWK
mengidentifikasi
eksternal
b. Proses • Analisis hubungan faktor eksternal
yang
faktor
berubah
yang
mempengaruhi RTRW Kab. b. Proses
terhadap kebijaksanaan pembangunan
Dalam tahap ini dikalukan
analisis korelasi antara pengaruh luar
daerah
dengan kebijakan pembangunan daerah,
• Analisis hubungan faktor eksternal terhadap rencana struktur dan pola
dan
rencana
struktur
pemanfaatan ruang
pemanfaatan ruang.
dan
pola
Apabila sudah tidak sejalan maka perlu
• Apabila faktor eksternal tidak lagi sejalan dengan strategi pengelolaan,
menyesuaikan
rencana struktur dan pola pemanfaatan
pembangunan,
ruang, dilanjutkan dengan :
pembangunan, dan merumuskan strategi
1)
pengembangan wilayah yang baru.
Pemutakhiran tujuan dan sasaran
tujuan-sasaran merumuskan
masalah
pembangunan daerah 2)
3)
Perumusan
c. Keluaran
permasalahan
Hasilnya adalah strategi
pembangunan dan pemanfaatan
pengembangan, dan rencana struktur dan
ruang
pola pemanfaatan rruang yang baru.
Perumusan
kembali
strategi
pengembangan wilayah c. Keluaran • Rumusan
strategi
pengembangan
wilayah baru • Rumusan
struktur
dan
pola
pemanfaatan ruang yang baru 3)
Tipologi C (1) Penyesuaian
terhadap
faktor
3.
Tipologi C (1) Penyesuaian
eksternal a. Masukan Identifikasi faktor-faktor
terhadap
faktor
eksternal a. Masukan
mengidentifikasi faktor
eksternal yang mempengaruhi
eksternal yang mengalami perubahan
kinerja RTRWK
sehingga memberi pengaruh yang
IV -74
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN
cukup besar terhadap RTRW Kab.
kinerja RTRWK
b. Proses
b. Proses •
•
•
Melakukan analisis korelasi
faktor
antara pengaruh lur dengan kebijakan
eksternal terhadap kebijaksanaan
pembangunan daerah, dan rencana
pembangunan daerah
strutur-pola
Analisis
hubungan
Analisis
hubungan
eksternal
terhadap
faktor rencana
pemanfaatan
ruang.
Apabila tidak sejalan maka perlu menyesuaikan
tujuan-sasaran
struktur dan pola pemanfaatan
pembangunan, merumuskan masalah
ruang
pembangunan,
Apabila faktor eksternal tidak
strategi pengembangan wilayah yang
lagi
baru.
sejalan
dengan
strategi
pengelolaan, rencana struktur dan pola
pemanfaatan
ruang,
merumuskan
hasilnya adalah strategi
pengembangan, dan rencana strukturpola pemanfaatan ruang yang baru.
dilanjutkan dengan : 1) Pemutakhiran
c. Keluaran
dan
tujuan
dan
sasaran pembangunan daerah 2) Perumusan
permasalahan
pembangunan
dan
pemanfaatan ruang 3) Perumusan kembali strategi pengembangan wilayah c. Keluaran •
Rumusan
strategi
pengembangan wilayah baru •
Rumusan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang baru
(2) Pemantapan
pemanfaatan
dan
(2) Pemantapan
pemanfaatan
dan
pengendalian
pengendalian
•
Penyempurnan/peningkatan
Merupakan tahap untuk meningkatkan
pemanfaatan RTRWK sebagai
peran RTRW Kabupaten sebagai acuan
acuan pembangunan
pembangunan di daerah. Penerapan RTRW
IV -75
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN •
acuan pembangunan
Kab untuk tiap sektor perlu ditingkatkan
Peningkatan diseminasi RTRWK
agar pembangunan sektoral dapat berjalan
ke setiap sektor dan menyepakati
secara
RTRWK
pelaporan juga perlu ditingkatkan untuk
sebagai
acuan
Perbaikan
kegiatan
dapat berjalan secara berkelanjutan (terus
pembangunan •
terpadu.
pemanfaatan
menerus). Selain itu juga melakukan
RTRWK sebagai dokumen acuan
perbaikan terhadap masalah perizinan dan
dalam forum Rapat Koordinasi
program implementasi ruang.
Peningkatan
Pembangunan •
Penyempurnaan
kegiatan
pemantauan dan pelaporan secara kontinyu
terhadap
program-
program
pembangunan
dan
implementasi ruang •
Penyempurnaan
kegiatan
evaluasi terhadap pelaksanaan program implementasi ruang dan perizinan. 4. Tipologi D
4) Tipologi D Pada tipologi D ini tidak perlu
Pada Tipologi D, RTRW Kabupaten sah dan
dilakukan pemutakhiran RTRWK karena
faktor eksternal tetap. Namun simpangan yang
rencana masih sah dan tidak terjadi
terjadi
perubahan eksternal seperti halnya pada
sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali.
tipologi
Pemanfaatan dan pengendalian yang perlu
A,
namun
permasalahannya
adalah
karena terjadinya
simpangan pada pemanfaatannya dan
a.
pada
tipologi
C.
Pemanfaatan dan pengendalian yang
cukup
besar
meningkatkan peran RTRW Kabupaten sebagai acuan pembangunan.
b.
Menerapkan RTRW Kabupaten ke tiaptiap sektor pembangunan.
kembali adalah sebagaimana dilakukan pemantapan
pelaksanaan
dilakukan adalah sebagai berikut :
pengendalian, maka aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam peninjauan
dalam
c.
Mewujudkan peran RTRW Kabupaten sebagai acuan dalam rapat korrdinasi
IV -76
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN Pemanfaatan dan pengendalian yang
pembangunan.
perlu dilakukan adalah:
d.
a. Penyempurnaan/peningkatan
Memperbaiki kegiatan pemantauan dan pelaporan program pembangunan.
pemanfaatan RTRWK sebagai acuan
e.
pembangunan.
Memperbaiki kegiatan perizinan dan evaluasi terhadap implementasi ruang.
b. Peningkatan diseminasi RTRWK ke setiap
sektor
RTRWK
dan
menyepakati
sebagai
acuan
pembangunan c. Peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai dokumen acuan dalam forum Rapat Koordinasi Pembangunan d. Penyempurnaan kegiatan pemantauan dan
pelaporan
secara
kontinyu
terhadap program pembangunan dan implementasi ruang e. Penyempurnaan terhadap
kegiatan
pelaksanaan
evaluasi program
implementasi ruang dan perizinan 5) Tipologi E
5.
Dilakukan peninjauan kembali
Tipologi E RTRW Kabupaten tidak memenuhi standar
karena ketidaksahan rencana ditinjau dari
yang
aspek substansi yang tidak memenuhi
Simpangan
ketentuan penyusunan
prosedur rencana,
ada,
atau
dikatakan
yang
tidak
terjadi
sah. dalam
dan
proses
pelaksanaannya
dan
adanya
eksternal kerap berubah dan mempengaruhi
kecil.
Namun
faktor
perubahan faktor eksternal yang perlu
RTRRW
terakomodasi. Dengan demikian, dalam
dilakukan
peninjauan kembali diperlukan langkah-
memeprbaiki substansi produk rencana yang
langkah menyeluruh terhadap perbaikan
telah disusun.
substansi
Tata cara yang dilakukan :
rencana
dan
penyesuaian
terhadap aspek-aspek eksternal.
a.
Masukan
Kabupaten
ini.
peninjauan
Maka
kembali
mengidentifikasi
perlu untuk
faktor
IV -77
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN Tatacara yang dilakukan :
eksternal
a. Masukan •
yang
mengalami
perubahan
sehingga memberi pengaruh yang cukup
Identifikasi
besar terhadap RTRW Kab. Selain itu juga
faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi
perlu
kinerja RTRWK
kinerja RTRW Kabupaten. b.
dilakukan
Proses
identifikasi
terhadap
Melakukan analisis korelasi
•
Identifikasi kinerja RTRWK
•
Identifikasi pemanfaatan yang
antara pengaruh luar dengan kebijakan
sedang berjalan
pembangunan daerah, dan rencana struturpola pemanfaatan ruang. Apabila tidak
b. Proses •
•
Analisis
hubungan
eksternal terhadap kebijaksanaan
sasaran
pembangunan daerah
masalah pembangunan, dan merumuskan
Analisis
hubungan
pembangunan,
merumuskan
strategi pengembangan wilayah yang baru.
faktor
eksternal terhadap struktur dan •
sejalan maka perlu menyesuaikan tujuan-
faktor
c.
Keluaran
hasilnya adalah RTRW Kab
pola pemanfaatan ruang
yang telah disempurnakan, beserta rencana
Pemutakhiran data, analisis dan
struktur-pola pemanfaatan ruang yang baru.
produk
rencana
disesuaikan
dengan
faktor-faktor eksternal
yang mengalami perubahan •
Perumusan
permasalahan
pembangunan dan pemanfaatan ruang wilayah •
Perumusan
kembali
strategi
pengembangan wilayah c. Keluaran •
Rumusan
RTRWK
yang
disempurnakan •
Rumusan
struktur
dan
pola
pemanfaatan ruang yang baru 6) Tipologi F
6.
Tipologi F RTRW Kabupaten tidak memenuhi standar,
IV -78
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN Hal-hal yang perlu diperhatikan
atau dikatakan tidak sah. Simpangan dalam
adalah revisi atau peninjauan kembali
pelaksanaannya tidak terlalu besar. Dan
secara menyeluruh dengan
pengaruh luar tidak banyak berubah.
melakukan
pemutakhiran data, analisis dan rencana.
Tata cara yang perlu dilakukan : a.
Tatacara yang perlu dilakukan :
pengaruh
a. Masukan •
Identifikasi
mengidentifikasi luar
dan
pelaksanaan
RTRWK yang sedang berjalan.
faktor-faktor b.
eksternal yang mempengaruhi •
Masukan
Proses
Memperbaharui data dan
kinerja RTRWK
metode analisis yang digunakan
Identifikasi pemanfaatan ruang
sesuai dengan pemanfaatan ruang
yang sedang berjalan
yang diharapkan.
b. Proses
(menggunakan
c.
pedoman
Keluaran
RTRW Kabupaten baru.
penyusunan RTRWK) •
Pemutakhiran data, analisis dan produk
rencana
disesuaikan
dengan pemanfaatan ruang yang sedang berjalan yang mengalami perubahan •
Perumusan
permasalahan
pembangunan dan pemanfaatan ruang •
Perumusan kembali konsep dan strategi pengembangan wilayah
c. Keluaran RTRWK yang baru 7.
7) Tipologi G Melakukan
revisi
secara
Tipologi G RTRW Kabupaten tidak memenuhi standar
menyeluruh kinerja produk RTRWK
yang
yang berupa pemutakhiran data, analisis
Simpangan
dan rencana dengan menyesuaikannya
pelaksanaannya cukup besar. Dan pengaruh
pada
luar banyak mengalami perubahan.
faktor-faktor
eksternal
yang
ada,
atau
dikatakan
yang
tidak
terjadi
sah. dalam
IV -79
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN pada
faktor-faktor
eksternal
yang
mengalami perubahan. Tata cara yang dilakukan :
Tatacara yang dilakukan : (1) Pemutakhiran Penyesuaian
Rencana terhadap
dan
(1) Pemuktahiran
faktor-
faktor eksternal
dan
penyesuaian faktor eksternal a.
a. Masukan •
rencana
Masukan
mengidentifikasi pengaruh
luar yang berubah, kinerja RTRW
Identifikasi
Kabupaten, pemanfaatan ruang yang
faktor-faktor
terjadi.
eksternal yang mempengaruhi b.
kinerja RTRWK
Proses
menganalisis hubungan antara
•
Identifikasi kinerja RTRWK
faktor
•
Identifikasi pemanfaatan yang
global,
sedang berjalan
pemanfaatan ruang. Selain itu juga
•
•
dan
melakukan
b. Proses •
eksternal
dengan
rencana
kebijakan
struktur-pola
pembaharuan
data
faktor
metode analisis yang digunakan agar
eksternal terhadap kebijaksanaan
sesuai dengan pemanfaatan ruang yang
pembangunan daerah
diharapkan. Dan perlu merumuskan
Analisis
hubungan
faktor
kembali konsep/strategi pengembangan
eksternal terhadap struktur dan
wilayah dalam RTRW Kab karena
pola pemanfaatan ruang
dirasa sudah tidak sesuai lagi.
Analisis
hubungan
Pemutakhiran data, analisis dan produk
rencana
dengan
faktor-faktor eksternal
c.
Keluaran
RTRW Kabupaten baru.
disesuaikan
yang mengalami perubahan •
Perumusan
permasalahan
pembangunan dan pemanfaatan ruang wilayah •
dan
Perumusan
kembali
konsep
strategi pengembangan wilayah c. Keluaran RTRWK yang baru
IV -80
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN (2) Pemantapan Pemanfaatan
dan
(2) Pemantapan
pemanfaatan
dan
Pengendalian
pengendalian
•
Penyempurnan/peningkatan
Merupakan tahap untuk meningkatkan
pemanfaatan
peran RTRW Kabupaten sebagai acuan
•
RTRW
sebagai
acuan pembangunan
pembangunan di daerah. Penerapan RTRW
Peningkatan diseminasi RTRWK
Kab untuk tiap sektor perlu ditingkatkan
ke setiap sektor dan menyepakati
agar pembangunan sektoral dapat berjalan
RTRWK
secara
sebagai
acuan
•
Perbaikan
kegiatan
pelaporan juga perlu ditingkatkan untuk
pembangunan •
terpadu.
pemanfaatan
dapat berjalan secara berkelanjutan (terus
RTRWK sebagai dokumen acuan
menerus). Selain itu juga melakukan
dalam forum Rapat Koordinasi
perbaikan terhadap masalah perizinan dan
Pembangunan
program implementasi ruang.
Peningkatan
Penyempurnaan
kegiatan
pemantauan dan pelaporan secara kontinyu
terhadap
program-
program
pembangunan
dan
implementasi ruang •
Penyempurnaan
kegiatan
evaluasi terhadap pelaksanaan program implementasi ruang dan perizinan. 8.
8) Tipologi H
Tipologi H
Yang perlu dilakukan adalah
RTRW Kabupaten tidak memenuhi standar,
peninjauan kembali secara menyeluruh
atau dikatakan tidak sah. Simpangan yang
dengan melakukan pemutakhiran data,
terjadi dalam implementasinya juga cukup
analisis dan rencana, baik dalam proses
besar. Namun pengaruh luar tidak banyak
penyusunan maupun substansi yang ada
berubah/ tetap.
dalam
serta
Tata cara yang dilakukan :
dan
(1) Pemutakhiran Rencana
produk
pemantapan
RTRWK, pemanfaatan
IV -81
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN pemantapan
pemanfaatan
dan
a.
pengendalian.
Masukan
mengidentifikasi kinerja
RTRW Kabupaten, dan pelaksanaan
Tatacara yang dilakukan :
kegiatan penataan ruang.
(1) Pemutakhiran Rencana
b.
a. Masukan
Proses antara
menganalisis faktor
hubungan
eksternal
dengan
•
Identifikasi kinerja RTRWK
kebijakan global, dan rencana struktur-
•
Identifikasi pemanfaatan yang
pola pemanfaatan ruang. Selain itu juga
sedang berjalan
melakukan
•
data
dan
metode analisis yang digunakan agar
b. Proses •
pembaharuan
Pemutakhiran data, analisis dan
sesuai dengan pemanfaatan ruang yang
produk
rencana
disesuaikan
diharapkan. Dan perlu merumuskan
dengan
faktor-faktor eksternal
kembali konsep/strategi pengembangan
yang mengalami perubahan
wilayah dalam RTRW Kab karena
Perumusan
dirasa sudah tidak sesuai lagi.
permasalahan c.
pembangunan dan pemanfaatan
Keluaran
RTRW Kabupaten baru.
ruang wilayah •
Perumusan
kembali
konsep
strategi pengembangan wilayah •
Penyusunan kembali RTRWK
c. Keluaran RTRWK yang baru (2) Pemantapan Pemanfaatan
dan
(2)
Pemantapan
pemanfaatan
dan
Pengendalian
pengendalian
•
Merupakan tahap untuk meningkatkan
Penyempurnan/peningkatan pemanfaatan
RTRW
sebagai
pembangunan
acuan pembangunan •
Peningkatan diseminasi RTRWK ke setiap sektor dan menyepakati RTRWK pembangunan
sebagai
peran RTRW Kabupaten sebagai acuan
acuan
di
daerah.
Penerapan
RTRW Kab untuk tiap sektor perlu ditingkatkan agar pembangunan sektoral dapat berjalan secara terpadu. Perbaikan kegiatan
pelaporan
juga
perlu
ditingkatkan untuk dapat berjalan secara
IV -82
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN •
•
Peningkatan
pemanfaatan
berkelanjutan (terus menerus). Selain itu
RTRWK sebagai dokumen acuan
juga
dalam forum Rapat Koordinasi
masalah
Pembangunan
implementasi ruang.
Penyempurnaan
melakukan
perbaikan
perizinan
dan
terhadap program
kegiatan
pemantauan dan pelaporan secara kontinyu
terhadap
program-
program
pembangunan
dan
implementasi ruang •
Penyempurnaan
kegiatan
evaluasi terhadap pelaksanaan program implementasi ruang dan perizinan. 4.5 PENGESAHAN RENCANA Masing-masing
tipologi
mempunyai
tingkat kedalaman aspek yang perlu ditinjau kembali dan secara prinsip menentukan tata cara pengesahan
dari
hasil
peninjauan
kembali
Hasil peninjauan kembali RTRW Kabupaten juga perlu disahkan. Masing-masing tipologi memiliki tata cara pengesahannya yang akan dijelaskan sebagai berikut :
tersebut, yang disimpulkan pada tabel 4.1. Penjelasan
untuk
masing-masing
jenis
pengesahan adalah : a. Tanpa pengesahan
a. Tanpa Pengesahan Apabila
peninjauan
kembali
mempunyai kondisi tidak mempengaruhi isi kesahan suatu RTRWK. Tipologi yang sesuai dalam katgori ini adalah tipologi
Apabila hasil peninjauan kembali RTRW Kabupaten tidak mengubah kesahannya, maka tidak perlu dilakukan pengesahan lagi. Pada Tipologi A, dan D
A, dan D. b. Pengesahan dengan SK Bupati Apabila RTRWK masih sah dan faktor eksternal berubah, tetapi tidak merubah tujuan, strategi serta struktur
b. Pengesahan dengan SK Bupati Apabila RTRWK sah, faktor eksternal berubah
namun
tidak
mempengaruhi
tujuan, sasaran, strategi, dan struktur-pola pemanfaatan ruang Pada Tipologi B dan
IV -83
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN dan pola pemanfaatan ruang. Dalam hal
pemanfaatan ruang. Pada Tipologi B, dan
dapat
C
dilakukan
peninjauan
kembali
dengan menyampaikan aturan tambahan dalam
rangka
penyesuaian
rencana.
Tipologi yang sesuai dalam kategori ini adalah tipologi B, dan C. c. Pengesahan oleh Gubernur Propinsi
c. Pengesahan oleh Gubernur Propinsi
Apabila terjadi perubahan tujuan,
Apabila peninjauan kembali dilakukan
sasaran, strategi serta struktur dan pola
untuk RTRW yang tidak sah, dan faktor
pemanfaatan
eksternal
ruang
wilayah,
maka
mengubah
tujuan,
sasaran,
prosedur pengesahan akan melalui proses
strategi, dan struktur-pola pemanfaatan
yang
ruang. Pada Tipologi E, F, G, dan H.
utuh
yang
dimulai
dengan
penetapan oleh Pemerintah Daerah, dan pengesahan
oleh
Gubernur
Propinsi.
Tipologi yang sesuai dalam katgori ini adalah tipologi E, hingga H.
IV -84
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN
Tabel 4.1 Proses peninjauan kembali RTRW Kabupaten sesuai tipologi
5 Penyempurnaan kegtn evaluasi thd x
xx
x
E PENGESAHAN RENCANA 1 Tanpa pengesahan 2 Pengesahan dengan SK 3 Pengesahan oleh
x
x xx
xxx
xxx
Keterangan: Tipologi B dan C yang mengalami perubahan Tipologi B dan C yang mengalami perubahan
IV -85
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN
Tabel 4.1 Proses peninjauan kembali RTRW
Cukup jelas
Kabupaten sesuai tipologi
No.
Tipologi
Proses
IV -86
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN Tabel 4.2 Proses, produk, dan tindak Cukup jelas lanjut penanganan peninjauan kembali RTRW sesuai tipologi No
Kegiatan
A MASUKAN 1 Identifikasi faktor ekst yg berpengaruh thd kinerja RTRW 2 Identifikasi kinerja RTRW 3 Identifikasi pemanfaatan ruang B PROSES 1 Analisa hub faktor ekst thd kebijaksanaan pemb daerah 2 Analisa hub faktor ekst thd struktur dan pola pemanf ruang 3 Pemutakhiran data, analisa & produk rencana (berdsrkan faktor ekst) 4 Pemutakhiran data, analisa & produk rencana (pemanf ruang) 5 Pemutakhiran tujuan dan sasaran pembangunan 6 Perumusan permasalahan pembangunan dan pemanf ruang 7 Perumusan kembali konsep dan strategi pengemb wilayah 8 perumusan dan penyusunan kembali RTRW C KELUARAN 1 Rumusan strategi pengemb wilayah yang baru 2 Rumusan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah yang baru 3 Rumusan RTRW yang baru D PEMANTAPAN RTRW DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN 1 Penyempurnaan pedoman pemanf RTRW sbg acuan pembangunan 2 Peningkatan diseminasi RTRW ke setiap sektor & menyepakati RTRW 3 Peningkatan pemanfaatan RTRW sbg dok acuan dlm forum rapat 4 Penyempurnaan kegtn pemantauan & pelaporan scr kontinu Penyempurnaan kegtn evaluasi thd 5 pelaksanaan prog implementasi
Tipologi A B CD E F GH
x x
x x x x x x x x
x x
x
x
x x
x
x
x
x
x x
x
x x x x x x
x x x
x x x
x x x
x
x x x
x x x x
x x x x
x
x
x x
x
x
x x
x
x
x x
x
x
x x
x
x
x
x x
E PENGESAHAN RENCANA 1 Tanpa pengesahan 2 Pengesahan dengan SK Gubernur/Bupati 3 Pengesahan oleh Mendagri/Gubernur
x
x x x
x x x
x x
x
Keterangan: Tipologi B dan C yang mengalami perubahan mendasar dalam tujuan, sasaran, strategi, struktur dan pola pemanfaatan ruang melalui pengesahan oleh Gubernur.
IV -87
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN
BAB V KELEMBAGAAN
PENINJAUAN Penataan ruang merupakan suatu proses yang
KEMBALI RTRWK
melibatkan berbagai pihak yang terkait. Perlu Tugas penataan ruang bersifat strategis dan
suatu kerja sama untuk mengatur orang-orang
kegiatannya melibatkan banyak instansi terkait
yang bertugas untuk merumuskan penataan ruang
dan masyarakat. Karenanya perlu dilakukan
suatu kabupaten. Tugas ini diserahkan kepada tim
secara koordinatif dengan membentuk suatu tim
koordinasi
koordinasi
mengenai hal tersebut diatur di dalam Inmendagri
penataan
ruang
sesuai
dengan
Inmendagri No. 19 Tahun 1996. Tugas tim Melakukan
kajian
perlu/tidaknya b.
untuk
menentukan
dilakukan
peninjauan
a.
Mengkaji RTRW Kabupaten yang telah dihasilkan, dan kemudian melihat apakah RTRW Kabupaten tersebut perlu ditinjau
Melakukan kajian-kajian jenis tipologi
kembali atau tidak. b.
Menentukan RTRW Kabupaten tersebut
Menyampaikan hasil kajian a) dan b)
masuk ke tipologi yang mana berdasarkan
kepada ketua tim koordinasi penataan
ketentuan-ketentuan pada Bab 4.
ketentuan
kabupaten untuk mendapatkan perlu/tidaknya
c.
Yang
berwewenang
untuk
memutuskan
apakah RTRW Kabupaten perlu ditinjau
peninjauan
kembali dan tipologi peninjauan dilakukan.
kembali
Menyiapkan konsep TOR dibantu oleh
koordinasi. Sehingga hasil kajian perlu
instansi yang mempunyai tugas pembinaan
disampaikan kepada ketua tim koordinasi.
teknis penataan ruang . e.
Ketentuan
kembali.
ruang
d.
ini.
Tugas tim koordinasi :
peninjauan kembali. c.
ruang
No 19 Tahun 1996.
koordinasi tersebut adalah : a.
penataan
d.
Bersama
atau
tidak
dengan
tim
adalah
ketua
pembina
tim
teknis,
Menyiapkan rencana anggaran peninjauan
merumuskan kerangka acuan kerja yang
kembali.
akan digunakan dalam peninjauan kembali. e.
Membuat perhitungan rencana anggaran yang dibutuhkan dalam peninjaun kembali.
IV -88
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN 5.1
TUGAS TIM PENGARAH DALAM Tugas Tim Pengarah dalam Peninjauan Kembali :
PENINJAUAN KEMBALI a.
Mengadakan
rapat
untuk
menentukan
perlu/tidaknya peninjauan kembali dan Mengadakan menyetujui
pembahasan TOR
dan
untuk
rencana
biaya
Mengadakan perubahan hasil-hasil tahapan dalam peninjauan kembali bersama dengan Menentukan
jenis-jenis
pengesahan
Mempresentasikan disempurnakan proses
RTRWK
kepada
pengesahan
pengarah
dan
DPRD kepada
yaitu
dan
melakukan
mensosialisasikan
kepada pihak-pihak lainnya. c. Tim
pengarah
juga
bertugas
untuk
langkah-langkah
yang
diperlukan dalam peninjaun kembali. d. Mempersiapkan proses legalisasi RTRW
RTRWK yang telah disempurnakan. e.
tim
menyusun
semua instansi terkait. d.
pihak yang terkait. Maka salah satu tugas pembahasan
peninjauan kembali. c.
b. Kerangka Acuan Kerja dan rencana anggaran perlu disetujui oleh seluruh
menentukan tipologi peninjauan. b.
a. cukup jelas
yang dalam tim
koordinasi penataan ruang kabupaten bila
Kabupaten yang telah ditinjau kembali. e. Kemudian
yang
terkahir
yaitu
mempresentasikan konsep akhir tersebut di hadapan DRPD.
diperlukan. 5.2
Tugas Tim Teknis :
TUGAS TIM TEKNIS/POKJA
a.
Menyiapkan konsep TOR.
a. Cukup jelas
b.
Melakukan pelaksanaan penyempurnaan
b. Melaksanakan
sesuai dengan TOR. c.
Mempresentasikan
kegiatan
peninjauan
kembali RTRW Kabupaten berdasarkan produk-produk
pada
Kerangka Acuan Kerja yang telah disusun
setiap tahapan ke pada rapat tim koordinasi
sebelumnya.
penaataan ruang kabupaten untuk mendapat
c. Cukup jelas.
pengesahan dari Tim Pengarah dan Instansi terkait. 5.3
TUGAS
DINAS/INSTANSI
SEKTORAL TERKAIT
Tugas Dinas/Instansi Sektoral yang terkait : a. Menyiapkan data dan informasi yang
IV -89
PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI
PENJELASAN
RTRW KABUPATEN a.
b.
c.
Memberikan
data
dan
standar
yang
dibutuhkan
dalam
proses
peninjauan
berkaitan dengan tanggung jawab dari
kembali. Dalam menentukan sah atau
elemen-elemen RTRWK.
tidaknya RTRW Kabupaten sehingga
Memberikan masukan tentang strategi
diketahui masuk ke dalam tipologi yang
sektor dan strategi pemanfaatan ruang
mana, diperlukan suatu standar baku
sektor.
mengenai kualitas RTRW Kabupaten
Memberikan
masukan-masukan
menserasikan
strategi
RTRWK.
sektor
untuk
yang baik. Standar ini juga disiapkan oleh
dengan
dinas/instansi yang terkait. b. Strategi sektor adalah strategi yang dilakukan oleh instansi-instansi masingmasing
sektor
untuk
mencapai
keoptimalan tiap sektor tersebut. Strategi pemanfaatan ruang sektor adalah strategi yang dilakukan oleh instansi sektoral dalam rangka untuk mengarahkan dan mengendalikan okupasi lokasi yang tidak
sesuai
dengan
rencana
tata
ruangnya. c.
Strategi sektor harus berjalan secara terpadu
bersamaan
dengan
RTRW
Kabupaten. Tidak boleh ada pertentangan atau
konflik
keduanya.
Maka
dinas/instansi
kepentingan merupakan sektoral
antara tugas untuk
mensinergiskan strategi sektor dengan RTRW Kabupaten.
IV -90
View more...
Comments