10. Sabun Cuci Piring Paper Disk
November 8, 2017 | Author: Ardiani Samti Nur Azizah | Category: N/A
Short Description
mikro...
Description
PENGUJIAN DAYA ANTIBAKTERI BEBERAPA MACAM ANTISEPTIK TERHADAP BAKTERI DENGAN METODE PAPER DISK LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Lanjut yang dibina oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd dan Dr. Endang Suarsini, M.Ked
Oleh Kelompok 3/Offering A/2014 Irwan Wijaya
(140341806999)
Herdina Sukma Pranita
(140341807057)
Murni Thalib
(140341807064)
Ardiani Samti NA
(140341807085)
Rimbi Paulina Dewi
(140341807280)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM MAGISTER OKTOBER 2014
A. Topik Pengujian daya antibakteri beberapa merk sabun pencuci piring sebagai antiseptik terhadap bakteri dengan metode paper disk. B. Tujuan Praktikum Untuk mengetahui daya antibakteri dari beberapa antiseptik tertentu (sabun cuci piring) terhadap bakteri C. Waktu Pelaksanaan Praktikum Jum’at, 17 Oktober 2014 dan pengamatan dilakukan hari Sabtu, 18 Oktober 2014 pukul 17.00 WIB (setelah KKL Mikro di Batu) D. Dasar Teori Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, tetapi juga akan mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal bakteri Termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia (Tarigan, 1988). Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk -makhluk hidup, sedangkan faktor-faktor alam (fisika) dan faktor-faktor kimia termasuk faktor abiotik. Faktor-faktor alam yaitu temperatur, keabsahan, nilai osmotik dari medium, radiasi oleh sinar biasa dan radiasi oleh sinar-sinar yang lain, serta pengahancuran secara mekanik (Dwidjoseputro, 2005). Pada umumnya metode yang digunakan dalam uji sensitifitas bakteri adalah metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah disekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambat pertumbuhan inilah yang menunjukan sensivitas bakteri terhadap bahan antibakteri (Dwidjoseputro, 2005). Berdasarkan daya kerjanya, senyawa antibakteri dibagi menjadi dua sifat, yaitu :
a. Zat yang hanya bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dengan tidak membunuhnya. b. Zat yang dapat membunuh bakteri (Bacteriosidal) (Dwidjoseputro, 2005). Pada umumnya senyawa antibakteri bekerja efektif dengan menggangu sintesis, penyusuhan atau fungsi komponen-komponen makromolekul sel. Seperti penghambatan pembentukan dinding sel oleh penghambatan sintesis protein oleh kloramfenikol. Antibakteri yang efektif untuk banyak spesies, baik kokus, basil maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Namun, suatu antibakteri yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang spketrumnya sempit (Dwidjoseputro, 2005). Beberapa contoh yang dapat bersifat antibakteri adalah antibiotik, desinfektan dan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup. Secara umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Zat antiseptik yang umum digunakan diantaranya adalah alkohol, iodium, hidrogen peroksida dan asam borak. Berdasarkan luas aktifitasnya antibiotika dapat digolongkan atas zat – zat dengan aktifitas sempit dan zat-zat dengan aktifitas luas (Waluyo, 2004). Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda. Ada yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi, ada pula yang bereaksi dengan cepat ketika membunuh mikroorganisme (Volk & Wheler, 1993). Salah satu contoh antiseptik yaitu merkuri klorida, zat antiseptik yang sangat kuat, tetapi dapat menyebabkan iritasi bila digunakan pada bagian tubuh atau jaringan lembut. Antiseptik perak nitrat memiliki kekuatan membunuh yang lebih rendah, tetapi aman digunakan pada jaringan yang lembut, seperti mata atau tenggorokan. Iodium dapat memusnahkan mikroorganisme dalam waktu kurang dari 30 detik. Sementara itu antiseptik lain bekerja lebih lambat, akan tetapi memiliki efek yang cukup lama. Kekuatan suatu zat antiseptik biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuatan zat antiseptik tertentu terhadap kekuatan antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme yang sama), atau yang lebih dikenal sebagai koefisien fenol. Fenol sendiri, pertama kali digunakan sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses pembedahan (Pelczar, 1998). Beberapa disenfektan dan antiseptik memiliki zat – zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas gram – gram
logam , fenol dan senyawa - senyawa lain yang sejenis, formal dehida , alkohol, yodium klor dan persenyawaan klor, zat warna , detergen , sulfona muda, dan antibiotik. Pada umumnya bakteri muda memiliki daya tahan kurang terhadap disenfektan dari pada bakteri yang tua. Faktor – faktor yang mempengaruhi daya disenfektan antara lain pekat encernya kosentrasi, kenaikan temperatur menambah daya disenfektan, medium juga dapat menawarkan disenfektan. Susu , plasma darah dan zat – zat lain yang serupa protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh disenfektan tertentu (Dwidjoseputro,2005) Mekanisme kerja antimikroba antara lain dengan jalan merusak dinding sel, merusak membran sitoplasma, mendenaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim dalam sel. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan melisiskan membran sel. Seperti senyawa antimikroba lainnya, mekanisme kerja fenol adalah menghambat pertumbuhan dan metabolisme bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma dan mendenaturasi protein sel. Sehingga senyawa tersebut dapat bersifat bakterisidal (Parwata dan F.Feny,2008). Menurut Corn dan Stumpf (1976) dalam Pudjiarti (2000) menyatakan bahwa fenol merupakan suatu alkohol yang bersifat asam lemah sehingga disebut juga asam karbolat. Sebagai asam lemah senyawa-senyawa fenolik juga dapat terionisasi melepaskan ion Hˉ dan meninggalkan gugus sisanya yang bermuatan negatif. Kondisi yang bermuatan negatif ini akan ditolak oleh dinding sel bakteri garam positif yang secara alami juga bermuatan negatif. Kondisi yang asam pada senyawa tersebut menyebabkan fenol dapat bekerja menghambat pertumbuhan bakteri. E. Alat dan Bahan Alat : 1. Pinset
4. Cawan petri steril
2. Lampu spiritus
5. Laminar Air Flow
3. Inkubator
6. Jangka sorong
Bahan : 1. Biakan murni bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli dalam medium nutrient cair
2. Medium lempeng NA
3. Bahan Antiseptik sabun
(Nutrient Agar)
pencuci piring merk Sunlight, Mama Lime dan Ligent. 4. Kertas penghisap 5. Cotton bud steril
(Hastuti, 2012) F. Prosedur Kerja Disediakan 2 medium lempeng NA steril Diberi kode yang berbeda 1.
2.
Dinokulasikan biakan murni dari E coli (pada
3. lempeng 1)dan S aureus (lempeng 2) 4. Digunakan cotton bud steril yang tiap 3 5. goresan, dicelupkan lagi ke medium NA
nutrien cair (supaya tetap basah dan dapat 6.
7. 8.
menempelkan biakan murni) E Ecoli coli
S aureus
Diambil 5 ml aquades secara aseptik ke dalam 3 wadah (A, B dan C) Wadah A diberi 5 ml Sunlight (sebagai Antiseptik A) Wadah B diberi 5 ml Mama Lemon (Antiseptik B) Wadah C diberi 5 ml Ligent (Antiseptik C) Diaduk hingga tercampur Wadah A
Dibuat paper disk dari kertas dengan perforator Masing-masing antiseptik diberi 5 paper disk Paper disk direndam pada antiseptik selama ± 25 menit
Setelah 25 menit, paper disk yang telah direndam di masingmasing antiseptik diletakkan di permukaan medium yang telah diinokulasikan E coli dan S aureus dengan pinset steril Masing-masing paper disk diletakkan berjauhan dan tidak mendekati pinggir lempeng
Diinkubasikan selama 1x 24 jam pada suhu 370C Diukur zona hambat dari maisng-masing antiseptik Zona hambat diperoleh dari panjangnya zona jernih (paper disk ikut diukur)
Diukur tiga kali dan dihitung rata-ratanya Cara pengukuran seperti gambar disamping Paper disk juga diukur karena juga mengandung antiseptik (jadi bukan zona beningnya saja yang diukur)
G. Data Hasil Pengamatan Tabel Pengamatan Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri No.
Nama Bakteri
Diameter Zona Hambat (mm) pada Perlakuan
1. 2.
Antiseptik A
dengan Antiseptik B
Antiseptik C
(Sunlight) 25,7 mm 31,3 mm
(Mama Lime) 24,7 mm 20,3 mm
(Ligent-Yuri) 24 mm 22,7 mm
Escherichia coli Staphylococcus aureus
Perhitungan rata-rata diameter zona hambat dari 3 posisi pengukuran : 1. Bakteri Escherichia coli -
Antiseptik A (Sunlight) =
= 25,7 mm
-
Antiseptik B (Mama Lime) =
= 24,7 mm
-
Antiseptik C (Ligent-Yuri) =
= 24 mm
2. Bakteri Staphylococcus aureus -
Antiseptik A (Sunlight) =
= 31,3 mm
-
Antiseptik B (Mama Lime) =
= 20,3 mm
-
Antiseptik C (Ligent-Yuri) =
= 22,7 mm
Tabel Kandungan bahan kimia sabun cuci piring yang digunakan sebagai antiseptik Sunlight 1. Natrium Alkil Benzena Sulfonat 12%, 2. Natrium Lauril Eter Sulfat 5%,
Mama lemon 21 Ersen 1. LASNa, 2. SLES, 3. SLS, 4. CAPB
Ligent Tidak dicantumkan
3. Cocoamido Propil Betain 0.75%, 4. Natrium Salisilat 0.5%
H. Analisis Data Antiseptik jenis sabun pencuci piring yang paling efektif menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah antiseptik A (sunlight), dengan diameter zona hambat paling besar yaitu 25,7 mm. Antiseptik yang paling efektif menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah antiseptik A (sunlight) dengan diameter zona hambat paling besar daripada kedua jenis merek antiseptik yang lain yaitu 31,3 mm. Antiseptik A (sunlight) lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, karena diameter zona hambat lebih besar yaitu 31,3 mm daripada diameter zona hambat pada bakteri Escherichia coli yaitu 25,7 mm. Antiseptik B (mama lime) lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, karena diameter zona hambat lebih besar yaitu 24,7 mm daripada diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus yaitu 20,3 mm. Antiseptik C (ligent-yuri) lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, karena diameter zona hambat lebih besar yaitu 24 mm daripada diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus yaitu 22,7 mm. Hasil diameter zona hambat yang lebih besar menunjukkan kemampuan bahan antiseptik sabun pencuci piring dalam menghambat jenis bakteri. I. Pembahasan Bahan kimia tertentu digunakan sebagai agen pengontrol pertumbuhan mikroba. Pada praktikum ini agen pengontrol yang digunakan adalah tiga macam merk sabun cuci piring yaitu: Sunlight, mama lemon dan Ligent. Untuk melihat bahan kimia yang digunakan, dapat dilihat pada label di belakang kemasan. Komposisi tersebut biasanya mengindikasikan jenis disinfektan yang digunakan. Keefektifan dari disinfektan tersebut dapat diuji dengan melakukan praktikum uji daya anti mikroba ini. Disinfektan tertentu
ada yang membutuhkan waktu untuk dibiarkan menempel pada permukaan, sedangkan disinfektan yang lain ada yang hanya digunakan sebentar pada media yang akan dibersihkan (Tortora, 2010) Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat
pada
permukaan
tubuh
luar
mahluk
hidup
seperti
pada
permukaan kulit dan membran mukosa. Secara umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Misalnya obat-obatan seperti antibiotik dapat membunuh mikroorganisme secara internal, sedangkan disinfektan berfungsi sebagai zat untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda yang tidak bernyawa. Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat digolongkan menjadi (Jawetz et al., 2005): 1.
Penghambatan pertumbuhan oleh analog
2.
Penghambatan sintesis dinding sel
Perbedaan struktur sel antara bakteri dan eukariot menguntungkan bagi penggunaan bahan antimikrobial) 3.
Penghambatan fungsi membran sel
Membran sel bakteri dan fungi dapat dirusak oleh beberapa bahan tertentu tanpa merusak sel inang. Polymxin berdaya kerja terhadap bakteri Gramnegatif, sedangkan antibiotik polyene terhadap fungi. Namun demikian penggunaan keduan antibiotik ini tidak dapat ditukar balik. Ini berarti bahwa polymixin tidak berdaya kerja terhadap fungi. Hal ini disebabkan karena membran sel bakteri pada umumnya tidak mengandung sterol, sedangkan pada fungi ditemukan sterol. Polyene harus bereaksi dengan sterol dalam membran sel fungi sebelum memp[unyai kemampuan merusak membran. 4.
Penghambatan Sintesis protein
Kebanyakan antibiotic ditemukan pada pelaksanaan "program penapisan". program demikian yang dimulai dengan pengapungan dalam cuplikan tanah melalui tahap sampai percobaan hewan. Pada uji deretan pengenceran, antibiotic diencerkan dengan larutan biak yang telah ditanami dengan kuman uji menurut tahap pengenceran.
Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme
(microbicidal)
atau
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Konsentrasi Waktu terpapar Jenis mikroba Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat hidup Pada praktikum ini Antiseptik A yaitu Sunlight membentuk diameter
zona hambat yang luas saat diberikan di E coli dan S aureus. Berdasarkan komposisinya Sunlight mengandung senyawa Natrium Alkil Benzena Sulfonat 12%, Natrium Lauril Eter Sulfat 5%, Cocoamido Propil Betain 0.75%, Natrium Salisilat 0.5%. Senyawa-senyawa tersebut tergolong turunan dari fenolic. Fenolic mengandung zat yang dapat menurunkan pertumbuhan mikroba dan tingkat iritasi pada kulit yang sudah diturunkan efeknya. Senyawa fenolik dapat mengambat pertumbuhan mikroba dengan melukai dinding sel mikroba. Akibatnya dinding sel mikroba mengalami leprosis. Selain itu senyawa fenolic juga merusak membran plasma bakteri yang mengandung lemak. Sehingga fenolik karakteristik pengrusakannya tergolong menghambat pembentukan membran sel (Tortora, 2010:195).
Struktur kimia fenolic Sumber: http://dwb4 .unl.edu/Chem /CHEM869E/CHEM 869ELinks/ qlink.queensu.ca /~6jrt/chem210/pict7.jpg
Pada sabun cuci piring agar nyaman digunakan pada kulit, juga biasanya diberi tricolasan. Triclosan termasuk ke dalam bisphenol. Triclosan menghambat pembentukan enzim yang diperlukan untuk biosintesis asam lemak untuk pembentukan bahan plasma membran. Akibatnya, mikroba tidak dapat membentuk enzim biosintesis pun terganggu. Hal ini menyebabkan pertumbuhan mikroba terganggu. Dalam hal ini triclosan karakteristik pengrusakannnya tergolong menghambat proses sintesa protein (Tortora, 2010: 196)
Triclosan Sumber: http://dermas.info/images/farmacos/formula/triclosan.jpg Pada antiseptik B, yaitu Mama lemon mengandung 21 Ersen (LASNa, SLES, SLS, CAPB). Senyawa-senyawa yang terkandung dalam mama lemon tergolong surfaktan. Secara umum, sabun dan detergen mengandung sedikit antispetik, tetapi sabun dan deterjen memiliki fungsi yang penting untuk menghilangkan mikroba. Normalnya, kulit mengandung sel-sel yang mati, debu, mikroba dan minyak-minyak yang disekresikan oleh kelenjar minyak. Sabun menghilangkan benda-benda tersebut dengan memcehnya menjadi molekul yang lebih sederhana (menjadi droplhets) yang prosesnya dikenal sebagai emulsifikasi. Bersama air, minya dan zat zat tersebut dibuang, sehingga sabun dapat digunakan sebagai agen awal penjaga kebersihan kulit (Tortora, 2010). J. Diskusi 1. Adakah perbedaan pengaruh masing-masing antiseptik terhadap kedua spesies bakteri ini? Jelaskan! Ada. 3 jenis antiseptik memiliki bahan aktif dan kandungan bahan aktif yang
berbeda,
penghambatan
sehingga mikroba.
akan
mempengaruhi
Masing-masing
jenis
pertumbuhan antiseptik
atau
memiliki
kepekaan terhadap pertumbuhan bakteri, misalnya antiseptik merk sunlight
lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus daripada bakteri E. coli. 2. Mengapa antiseptik mempunyai daya antibakteri yang berbeda? Karena setiap jenis antiseptik memiliki bahan aktif yang berbeda, sehingga bahan aktif mempengaruhi daya antibakteri atau daya hambat terhadap pertumbuhan berbagai jenis bakteri. 3. Mengapa bakteri yang diuji harus dibiakkan lebih dahulu dalam medium cair selama 1 x 24 jam? Agar tingkat perkembangbiakannya atau pertumbuhannya maksimal. sehingga perlu diinkubasi selama 1x24 jam dalam medium cair Kesimpulan 1. Daya antibakteri Sunlight lebih baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri, terbukti dengan terbentuknya zona hambat yang luas pada koloni bakteri E coli dan S aureus 2. Daya antibakteri Mama lemon baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri E Coli (Zona hambat terluas kedua) 3. Daya antibakteri Ligent cukup baik dalam menghambat bakteri S aureus (Zona hambat terluas kedua)
Daftar Rujukan Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Hasuti,Utami Sri. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi untuk Program S2 Biologi. Malang: UMMPress. Jawetz, E., Joseph M., and Edward A., 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Nugrogo, E., Maulany, R. F., alih bahasa; Setiawan, I., editor. Jakarta : Penerbit EGC. Parwata, I.M.O.A. dan Fanny, P.S.D. 2008. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galangal L.). Jurnal Kimia FMIPA Universitas Udayana, No.2 Vol.2 Juli 2008 Hal. 100-104. Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. UI Press. Jakarta. Pudjiarti, Rahayu P. 2000. Aktifitas Antimikroba Bumbu Masakan Tradisional Hasil Olahan Industri terhadap Bakteri Patogen dan Perusak, Bul Teknologi dan Industri Pangan, (Jurnal), Vol XI No.2.
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi PPLPTK. Tortora, Gerard J.Berdell R Funke & Christine L Case.2010.Microbiology an Introduction 10th Edition. New York: Mc Graw Hill Volk, W.A., dan Wheeler, M.F., 1993, Mikrobiologi Dasar, Jilid I, Alih Bahasa: Markam. Jakarta: Erlangga. Waluyo,L.2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
View more...
Comments