1. Studi Kelayakan Apotek
May 2, 2017 | Author: proteinikan | Category: N/A
Short Description
Download 1. Studi Kelayakan Apotek...
Description
Makalah Manajemen Farmasi Komunitas STUDI KELAYAKAN
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6 Nur Marsetyo Putro NN
1306343990
Nuriza Ulul Azmi
1306344015
Okta Festi Amanda
1306344021
Putri Keme
1306344066
Rafika Fathni
1306344085
Rani Wulandari
1306344103
Raudhatur Rahmah
1306344116
PROGRAM PROFESI APOTEKER 78 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Pendahuluan Apotek adalah suatu jenis bisnis eceran (retail) yang
komoditasnya atau barang yang diperdagangkan terdiri dari perbekalan kefarmasian, yang meliputiobat dan bahan obat, serta perbekalan kesehatan. Apotek juga merupakan tempat tertentu,
tempat
dilakukan
pekerjaan
kefarmasian
dan
penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat.
Apotek
mempunyaidua
fungsi
yaitu
pelayanan kesehatan dan bisnis atau perusahaan. Apotek adalah bisnis, sedangkan profesi apoteker sebagai penanggungjawabnya adalah bentuk pelayanan kesehatan. Cara untuk mewujudkan sinergi yang baik dari segi bisnis dan pelayanan salah satunyaadalah dengan membentuk apotek sebagai tempat yang nyaman, leluasa, sertaramah dengan pasien atau customer. Ramah, leluasa, dan nyaman ini adalah sebuah personifikasi dari tata letak, pencahayaan, serta tata ruang apotek sehingga pengunjung,yang bisa saja bukan pasien atau customer, melainkan pengantar atau keluarga, menjadi betah dan merasa “diterima” dengan baik. Perusahaan yang baik harus senantiasa memperhatikan manajemenperusahaannya
untukmengimbangi
perkembangan
dunia bisnis yang semakinkompetitif. Perusahaan memerlukan sistem
manajemen
lingkungan
yang
usahanya,
didesain
karena
sesuaidengan
dengan
begitu
tuntutan
perusahaan
akanmampu bersaing dan berkembang dengan baik Era globalisasi perdagangan antar negara telah terbuka sejak tahun 2003. Eraini memungkinkan customer untuk bebas memilih apotek mana yang mampumemberikan pelayanan yang memuaskan,
profesional
strategi
kinerja
dan
dengan
apotek
pun
harga harus
bersaing,sehingga berorientasi
pada
keinginan customer tersebut. Diterapkannya pengukuran kinerja dengan
menggunakanperspektif
keuangan
dan
customer
diharapkan mampu menjawab tuntutan dantantangan zaman. Evaluasi kinerja apotek dengan menggunakan perspektif customer dankeuangan merupakan suatu kerangka kinerja baru yang mewakili penilaian non keuangan dan keuangan. Ukuran financial untuk melihat kinerjaperusahaan dimasa lalu sedangkan untuk mendorong kinerja dimasa depansalah satunya digunakan ukuran customer. Ukuran financial tradisional hanyamenjelaskan berbagai
peristiwa
menuntundan
masa
lalu
mengevaluasi
dan
tidak
perjalanan
memadai
yang
harus
untuk dilalui
perusahaan informasi dalammenciptakan nilai masa depan melalui investasi yang ditanamkan padacustomer. 1.2 Pentingnya Studi Kelayakan Apotek Studi kelayakan apotek disebut juga analisis proyek apotek yaitu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu apotek dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus. Studi ini pada dasarnya membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan proyek apotek agar
mampu
memberikan
manfaat
ekonomis
dan
sosial
sepanjang waktu. Terdapat dua analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usaha apotek
dimulai dan dikembangkan yaitu: Studi kelayakan (feasibility study) Analisis SWOT Studi kelayakan apotek merupakan metode penjajakan gagasan suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya untuk dilaksanakan. Studi ini dilakukan agar apoteker pengelola apotek dapat menentukan alokasi sumber daya (resources)
perusahaan
sebaik
mungkin
ke
dalam
setiap
kegiatan usaha yang akan dijalankan dalam apotek untuk
mendapatan output yang maksimal dan mengukur tingkat keuntungan sumber yang akan digunakan dalam menjalankan usaha apotek. Hasil studi kelayakan pada prinsipnya dapat digunakan
untuk
merintis
usaha
baru
maupun
dalam
mengembangkan usaha yang sudah ada. Suatu usaha apotek yang dinyatakan layak dalam studi kelayakan belum tentu berhasil, karena keberhasilan apotek akan dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal apotek. Namun, apotek yang dalam studi kelayakan dinyatakan tidak layak, maka akan mengalami risiko rugi yang sangat besar sehingga sangat riskan bila dijalankan. Faktor internal adalah variabel
yang
manajemen,
dapat
SDM,
dikendalikan
pembelian,
oleh
penjualan,
apotek, dan
seperti
keuangan,
sedangkan faktor eksternal tidak dapat dikendalikan apotek dan berasal dari luar, misalnya pola pembelian dari pelanggan, perubahan gaya hidup, kondisi sosial masyarakat, dan peraturan pemerintah terkait apotek. Pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap studi kelayakan adalah: 1. Pihak wirausaha (pemilik perusahaan), memerlukan studi kelayakan untuk menghindari kegagalan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang dan dapat memberikan keuntungan sepanjang masa. 2. Pihak investor dan penyandang dana, memerlukan studi kelayakan
untuk
memilih
jenis
investasi
yang
paling
menguntungkan dan untuk menjamin bahwa pinjaman atas modal aman dalam investasi tersebut. 3. Pihak kreditor, memerlukan studi kelayakan untuk dapat mengkaji apakah proyek tersebut pantas diberikan kredit atau tidak.
Meskipun
ada
faktor-faktor
lain
yang
dijadikan
pertimbangan seperti : besarnya nilai jaminan, bonafiditas pengusahanya, tingkat hubungan kedua belah pihak.
4. Pihak masyarakat dan pemerintah, bagi masyarakat apakah usaha yang didirikan memberikan manfaat atau merugikan bagi masyarakat sekitaarnya. Sedangkan bagi pemerintah untuk mempertimbangkan pemberian izin atau penyediaan fasilitas.
BAB II ISI 2.1
Proses Pembuatan Studi Kelayakan Dalam membuat studi kelayakan pendirian suatu apotek, terdapat 5
tahapan berantai, yaitu: -
Penemuan gagasan
-
Penelitian lapangan
-
Evaluasi
-
Rencana
-
Pelaksanaan
2.1.1
Penemuan Gagasan
Tahapan pertama yang dilakukan adalah proses penemuan gagasan. Gagasan merupakan pemikiran dari keinginan atau angan-angan yang akan dilaksanakan. Gagasan yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: -
Gagasan tersebut sesuai dengan angan-angan dan keinginan agar pelaksanaan gagasan tersebut tetap terfoku dan memiliki visi dan misi yang jelas. (contohnya: pembukaan sebuah praktek bersama praktek dokter dalam pembuatan klinik sehingga harus pintar dalam pembagian tugas (pofresi)).
-
Gagasan tersebut harus mengutungkan baik pihak kita maupun pihak lain yang akan bekerjasama.
-
Gagasan harus sesuai dengan sumber daya yg dimiliki
-
Gagasan sebisa mungkin aman dan beresiko kecil Gagasan dapat muncul atau di hasilkan melalui media cetak yang sesuai
dengan bidang usaha dan profesi yang digeluti, sebagai contoh media cetak untuk apoteker dan farmasis di Indonesia adalah Medisina dar IAI, atau yang berasal dari Amerika seperti US Pharmacistm Pharmacy Times dan lain lain. Gagasan juga dapat muncul melalui survey skala kecil yang secara personal kita buat untuk mendapatkan gagasan-gagasan yang lain. Gagasan juga dapat muncul meelalui pengalaman kerja misalnya pada saat melihat suatu sistem dalam pekerjaan kita tidak berjalan dengan baik sehingga menimbulkan gagasan untuk memperbaiki kondisi tersebut. Dan yang terakhir adalah, gagasan dapat muncul melalui diskusi dan bertuker pikiran dengan rekan-rekan sejawat satu profesi maupun lain profesi. Hal ini membuka wawasan sudut pandang sehingga dapat melihat dari bebrbagai sudut pandang dan kacamata orang lair yang akan menghasilkan suatu gagasan. Setelah memutuskan gagasan apa yang diinginkan untuk dilakukan, tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan penelitian lapangan. Gagasan yang telah diputuskan atau didskusikan akan memberikan gambaran prespektif usaha yang perlu dilanjuti dengan penelitian lapangan. Dalam melakukan penelitian lapangan dibutuhkan data-data berupa data ilmiah dan data non ilmiah. Data ilmiah merupakan analisis data bisnis mengenai kondisi lingkungan eksternal (sesuai hasil survey), seperti nilai strategis sebuah lokasi harus sesuai fakta (kepadatan penduduk, tingkat ekonomi, daya beli, pelayanan
kesehatan lain di sekitar lokasi), data kelas konsumen, peraturan yg berlaku di daerah tersebut dan tingkat persaingan Sedangkan data non ilmiah adalah intuisi atau feeling yang diperoleh setelah melihat lokasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya. 2.1.2
Evaluasi Dalam melakukan evaluasi terhadap data hasil penelitian di lapangan,
dapat dilakukan dengan cara: 1. Memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh, yang terdiri dari: a. Data lingkungan disekitar lokasi (faktor eksternal): apakah hasil analisis terhadap data eksternal yang ada saat ini perspektif yang baik atau tidak bagi perusahaan di masa mendatang?, seperti:
Tipe konsumen yang akan dilayani (pemukiman, perkantoran)
Tingkat keuntungan yang akan diperoleh
Peraturan tentang pengembangan tata kota (pelebaran jalan) di lokasi yang ditetapkan
Kondisi keamanan di sekitar lokasi yang ditetapkan
Contoh: Lokasi apotek dekat kantor polisi setempat
b. Data kemampuan sumber daya yang dimiliki (faktor internal): apakah sumber daya yang ada saat ini mempunyai kemampuan untuk merealisasi gagasan pada lokasi yang ditetapkan?, seperti:
Kemampuan keuangan
Ketersediaan tenaga kerja
Ketersediaan produk
Kemampuan pengelolaan (manajemen)
2. Membuat usulan proyek, yang meliputi: a. Pendahuluan, mengenai:
Latar belakang, munculnya gagasan
Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai dari rencana pelaksanaan suatu gagasan tersebut
b. Analisis teknis, mengenai:
Peta lokasi dan lingkungan sekitarnya:
Lokasi-lokasi yang menjadi target pendirian apotek baru Situasi lingkungan yang ada di sekitar lokasi yang menjadi target seperti: situasi fasilitas transportasi, jenis konsumen, jumlah praktik dokter, apotek pesaing
Disain interior dan eksterior: Warna, bentuk gedung, dan billboard harus dapat memberikan identitas
tersendiri yang dapat membedakannya dengan apotek pesaing dan dapat menarik perhatian konsumen. Lingkungan fisik
suatu
apotek
merupakan
faktor
utama
yang
mempengaruhi kesuksesan. Rancangan dan suasana apotek, jasa yang diberikan, dan pajangan barang-barangnya dan pembagian tempat untuk golongan barang semuanya perlu agar apotek mendapat laba dalam operasionalnya. Karakteristik fisik apotek yang digunakan untuk mengembangkan image dan menarik konsumen terdiri dari beberapa elemen mencangkup: desain bagian luar, desain bagian dalam, rancangan apotek berantai (istilah mudahnya terutama untuk apotek umum/besar), penyajian barang dagangan. Dalam tingkat yang beragam, semua apotek bergantung pada konsumen yang berkunjung dan keputusan untuk memasuki apotek bergantung sebagian pada kesan konsumen akan bagian luar apotek. Keunikan bagian depan apotek dan penggunaan kreatif dari pintu masuk, jendela pajangan, tanda-tanda khusus bagian luar, dapat membantu menciptakan kesan apotek yang menyenangkan. Begitu konsumen berada dalam apotek, ada banyak elemen yang mempengaruhi persepsinya akan apotek tersebut. Elemen umum bagian dalam bertindak sebagai pemikat. Hal-hal yang menarik konsumen ke sebuah apotek mencakup perlengkapan tetap, tata cahaya, bahan untuk lantai, tata warna, bau, suara, suhu lebarnya lorong, kebersihan, moderinasi, bermacam-bermacam barang dagangan, pajangan harga dan pegawai. c. Analisis pasar
d. Analisis manajemen e. Analisis keuangan 2.1.3
Rencana Pelaksanaan Setelah usulan proyek disetujui, kemudian menetapkan waktu untuk
memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas:
Menyediakan dana biaya investasi dan modal kerja
Mengurus izin
Membangun dan merehabilitasi gedung
Merekrut karyawan
Menyiapkan barang dagangan dan sarana pendukung
Memulai operasional
2.1.4
Pelaksanaan Dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan dibuat suatu format yang
isinya mengenai:
Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan
Mencatat setiap penyimpanan yang terjadi
Membuat evaluasi dan solusi penyelesaiannya
2.2
Aspek-Aspek Penilaian Studi Kelayakan
2.2.1 Penilaian Aspek Manajemen Penilaian terhadap aspek manajemen operasional antara lain dapat meliputi mengenai rencana : 1.
Strategi manajemen Strategi manajemen yakni suatu strategi yang akan digunakan untuk
mengubah kondisi yang ada saat ini (current condition) menjadi kondisi di saat yang akan (future condition) datang dalam suatu periode waktu tertentu. Strategi manajemen tersebut antara lain mengenai: a. Visi: cita-cita, yang akan dicapai oleh pendiri atau pemiliknya b. Misi: beban tugas utamanya
c. Strategi: siasat untuk mencapai tujuan d. Program kerja: cara-cara untuk memperoleh sasaran e. Standar prosedur operasional (SPO):
tata
cara
(langkah-langkah)
melaksanakan suatu kegiatan dan berlaku sebagai peraturan 2.
Bentuk dan tata letak bangunan Dalam menetapkan bentuk dan tata letak bangunan, terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan yaitu: a.
Bentuk bangunan sebaiknya dapat menggambarkan: 1) Identitas perusahaan untuk membentuk opini konsumen 2) Nuansanya (physical evident) baik interior ataupun eksterior sesuai dengan target konsumen yang akan dilayani 3) Kemudahan untuk dikembangkan
b.
Sistem tata letak (lay out) dapat memberi: 1) Kemudahan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian mutasi barang. 2) Kemudahan bagi konsumen untuk memperolehnya (untuk produk OTC). c. Estetika, rapi ,teratur dan tersusun dengan baik. d. Kesesuaian dengan peraturan yang berlaku dan sifat barang, karena dalam pengelolaan sediaan farmasi di apotek telah diatur oleh undang-undang dan adanya sifat obat yang mudah terpengaruh oleh berbagai macam keadaan. Bentuk dan desain interior maupun eksterior apotek yang akan dibangun
disesuaikan dengan target konsumen. Bentuk apotek dapat dibuat minimalis dan fasilitas tambahan tidak perlu jika tidak dibutuhkan. Untuk konsumen yang banyak membeli produk OTC dapat ditempatkan produk OTC lebih banyak dan mudah dilihat sehingga menunjukkan banyak variasi yang tersedia. 3.
Jenis produk yang akan dijual Persediaan merupakan elemen penting dalarn perusahaan retail.
Penilaian terhadap analisis produk yang akan dijual berkaitan dengan beberapa
hal yaitu : a.
Target konsumen, bila target konsumennya yang menengahatas, maka barang yang dijual juga barang menengah-atas. Apabila kita sudah menetapkan untuk membuat apotek untuk masyarakat kelas menengah, maka jenis produk yang kita persiapkan adalah produk dengan harga yang dapat dijangkau seperti obat-obat generik. Sebalikknya apabila kita menargetkan konsumen adalah masyarakat kelas atas, tidak hanya dari desain apotek, jenis-jenis produk yang ditawarkan dapat mengikuti selera masyarakat sekitar. Karena konsumen tidak ragu membeli produk walaupun dengan harga yang cukup mahal. Namun hal tersebut tidak menjadi hal mutlak, namun menjadi pertimbangan dalam melakukan persediaan barang.
b.
Jumlah dan jenis (lini, item) produk kebutuhan konsumen, umumnya konsumennya yang menengah-atas meminta perhatian yang lebih dari penjual. Oleh sebab itu lini dan jumlah itemnya terpenuhi agar kelengkapannya terjaga. Tetap tersedianya produk fast moving akan membangun kepercayaan akan terpenuhinya kebutuhan konsumen di apotek kita. Maka perlu diperhatikan perputaran barang.
2.2.2 Penilaian Aspek Pasar Dalam menilai aspek pasar, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain yaitu : a. Bentuk Pasar Bentuk pasar terdiri dari berbagai macam, antara lain dapat berupa: -
Persaingan sempurna :
Jumlah penjual dan konsumennya tidak terbatas
Harganya ditentukan oleh jumlah penawaran (supply) dan jumlah permintaan (demand).
-
Tidak ada hambatan masuk (entry barrier)
Contoh : pasar industri, sembako, buah
Persaingan monopolistis
Jumlah penjual dan konsumennya banyak
-
Harga ditentukan oleh promosi
Tidak ada entry barrier
Contoh : pasar industri, restaurant, salon
Monopoli, yaitu :
Hanya ada satu penjual, tidak ada pesaing.
Mempunyai posisi tawar yang dominant, sehingga dapat bertindak sebagai penentu harga (price maker).
-
Entry barriernya tinggi.
Contoh : PLN, Telkom
Oligopoli, yaitu :
Penjualnya sedikit
Harga ditentukan oleh kualitas produk, service, promosi
Entry barriernya tinggi
Contoh : pasar industri otomotif, hand phone
b. Potensi Pasar (potential market) Potensi pasar adalah sejumlah pembeli suatu wilayah yang memiliki uang dan keinginan untuk membelanjakannya (dikuantumkan dalam suatu mata uang). Cara mengukur potensi pasar (Q) antara lain dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah pembeli (n) dan harga rata-rata barang (P). Q=nxP
c. Target Pasar (target market) Target pasar adalah jenis konsumen tertentu yang akan dilayani atau yang akan menjadi sasaran pemasaran. Target pasar dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
Pasar individu (untuk keperluan perorangan), umumnya tunai, jumlah pembeliannya kecil, seperti anggota masyarakat.
Pasar korporasi (untuk keperluan karyawan di suatu instansi), umumnya kredit, jumlah pembeliannya besar, seperti PLN.
Pasar reseller (penjual) adalah pasar yang membeli barang atau jasa untuk dijual kembali, seperti grosir, dokter dispensing. Dalam suatu studi kelayakan, pemilihan target pasar akan mempengaruhi
penyiapan pemilihan produk, pemilihan lokasi apotek, desain interior dan eksterior gedung, performance karyawan, dan kualitas pelayanan. 2.2.3 Penilaian Aspek Keuangan Pertimbangan untuk menilai aspek keuangan : 1. Modal minimal Modal minimal merupakan modal minimum yang diperlukan untuk pengadaan sarana dan prasarana sebagai syarat untuk diperolehnya izin apotek.Modal minimal digunakan untuk tujuan pengadaan aktiva tetap, aktiva lancar, biaya awal yang dibutuhkan untuk pendirian dan kas yang berupa uang kontan baik di tangan maupun di bank dalam bentuk rekening yang sewaktu-waktu dapat digunakan. 2. Sumber modal Modal untuk pendirian apotek dapat diperoleh dari : a. Modal sendiri, yaitu modal yang tidak mempunyai jangka waktu pengembalian, contoh : modal milik apoteker sendiri atau keluarga. b. Modal kredit, yaitu modal yang diperoleh dari pembeli kredit (kreditur) kepada penerima kredit (debitur), contoh : bank, teman sejawat, PBF yang umumnya berupa sediaan farmasi bersifat fast moving. Berdasarkan pada penggunaannya modal dapat dibagi atas : 1. Modal tetap (aktiva tetap), yaitu modal yang keadaannya relatif tetap, seperti : gedung, tanah, mesin, dan kendaraan. 2. Modal lancar (aktiva lancar), yaitu modal yang sewaktu-waktu dapat berubah, seperti : uang tunai, piutang, barang dagangan, dan uang muka. Penilaian terhadap aspek keuangan dapat dilakukan menggunakan empat metode: a. Payback Periode (PP) Payback periode merupakan pengukuran periode yang diperlukan dalam menutup kembali biaya investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas (laba bersih) yang akan diterima.
Indikator penilaian menggunakan PP : •
PP yang diperoleh waktunya lebih kecil dari maksimum PP yg ditetapkan, maka proyek dinilai layak dilaksanakan.
•
PP yang diperoleh waktunya lebih lama dari maksimum PP yang ditetapkan maka proyek dinilai tidak layak dilaksanakan.
•
PP yang diperoleh waktunya sama dengan maksimum PP ditetapkan, maka proyek tersebut boleh dilaksanakan, boleh tidak.
b. Return of Investment (ROI) Return of Investment(ROI) dilakukan untuk mengetahui apakah modal yang ditanam di apotek lebih menguntungkan daripada investasi di bank. ROI dilakukan dengan cara mengukur besaran tingkat return (%) yang akan diperoleh selama periode investasi dengan cara membandingkan jumlah laba bersih per tahun dengan nilai investasi.
Indikator ROI : •
Bila ROI yang diperoleh lebih besar daripada bunga pinjaman, maka proyek layak dilaksanakan.
•
Bila ROI yang diperoleh lebih kecil daripada bunga pinjaman, maka proyek dinilai tidak layak dilaksanakan.
•
Bila ROI yang diperoleh sama dengan bunga pinjaman, maka proyek boleh dilaksanakan, boleh tidak.
Jika nilai ROI lebih kecil atau sama dengan bunga pinjaman, maka perlu dilakukan pengecekan kembali apakah ada modal yang terlalu besar atau investasi yang kurang tepat. c. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan analisis untuk mengetahui nilai arus kas yang akan diterima selama periode investasi (NPV2) apakah lebih besar atau lebih kecil dibandingkan nilai investasi yang dikeluarkan saat sekarang (NPV1).
Indikator penilaian menggunakan metode NPV :
•
Bila menggunakan diskon faktor (df) yang sama dengan bunga pinjaman, didapatkan hasil ∆ yang positif, maka usaha dinilai layak dilaksanakan
•
Bila menggunakan df yang sama dengan bunga pinjaman diperoleh hasil ∆ nya negatif, maka usaha dinilai tidak layak dilaksanakan
•
Bila menggunakan df yang sama dengan bunga pinjaman diperoleh hasil ∆ nya = 0 , maka usaha dinilai boleh dilaksanakan, boleh tidak
d. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan pengukuran besaran diskon faktor (tingkat suku bunga), yang diperoleh dengan cara mensekarangkan (presentate) aliran kas yang akan diterima selama periode investasi.Nilai IRR harus lebih besar dari tingkat suku bunga pasar, karena investasi memiliki banyak resiko (ex : kebakaran, bencana alam, inflasi). Metode untuk ,mencari IRR dari arus kas yang akan diterima selama periode investasi adalah secara trial and error. Langkah : 1. Menghitung nilai sekarang (NPV2) arus kas yang akan diterima selama periode investasi dengan df1 yang sama dengan suku bunga pinjaman. Lalu, NPV2 dikurangi dengan NPV1 (nilai investasi yang dikeluarkan sekarang). 2. Bila dengan df1 yang sama dengan suku bunga pinjaman hasil ∆1 (NPV2-NPV1) nya negatif , maka trial kedua dihentikan, proyek dinyatakan tidak layak. Karena dengan df1 sama dengan suku bunga pinjaman saja ∆1 nya sudah (-). 3. Bila dengan df1 yang sama dengan suku bunga pinjaman hasil ∆1 nya (+), maka NPV2 dihitung kembali dengan df2 yang lebih besar sampai memperoleh ∆2 (NPV2 – NPV1) paling mendekati 0 (+) atau (-) 4. Bila dengan menggunakan df yang lebih besar dari suku bunga yang ke-n kali telah memperoleh ∆2 nya paling mendekati 0, maka itulah df2 yang paling maksimal. Karena bila angka df diperbesar lagi maka ∆2 nya akan negatif.
[
( ∆ 1) (∆ 1+∆ 2)
]
IRR= ( df kelayakan 1) + ×(df 2−df analisis 1) Untuk penerapan pada studi apotek metode yang sering digunakan ialah Payback period (PP) dan Return on Investment (ROI).
2.3
Analisis Break Event Point
2.3.1
Pengertian
Break even point (BEP) merupakan suatu titik yang mengggambarkan bahwa keadaan kinerja apotek berada pada posisi yang tidak memperoleh keuntungan dan tidak juga mengalami kerugian. Posisi keadaan kinerja apotek yang seperti ini disebut sebagai posisi titik pulang pokok atau titik impas yang dapat dirumuskan sebagai berikut : BEP TR – TC = 0 atau TR = TC
(3.1)
Dimana TR (Total Revenue) adalah total pendapatan yang dihitung dari jumlah penjualan yang diperoleh dari hasil kali harga (P – price) dengan jumlah unit barang (Q – Quantity). TR = P x Q
(3.2)
Sedangkan yang dimaksud dengan TC (Total Cost) adalah biaya yang terdiri dari : 1. Biaya variable (VC – Variable cost) adalah suatu jenis biaya yang secara proporsional berubah-ubah sesuai dengan perubahan jumlah (volume) penjualan atau produksi. Bila jumlah penjualan naik, maka biaya ini juga akan naik atau sebaliknya. Contoh biaya variable adalah biaya pembelian barang dagangan atau bahan baku. 2. Biaya tetap (FC – Fix Cost) adalah jenis biaya yang secara total akan tetap, walaupun terjadi perubahan pada volume penjualan atau jumlah produksi. Contoh biaya tetap adalah biaya gaji pegawai, biaya tak langsung (listik, telepon, air) dan biaya bunga pinjaman bank. TC = VC + FC
(3.3)
Untuk menghitung laba atau keuntungan (profit) dilakukan dengan mengurangi total pendapatan atau penjualan (TR) dengan total biaya (TC). Laba = TR – TC 2.3.2
(3.4)
Fungsi Analisis Break Even Point merupakan alat analisis untuk mengetahui
hubungan antara variable penjualan, biaya pembelian barang barang (variable cost) dan biaya tetap (fix cost) dan keuntungan (profit) yang dihasilkan perusahaan
pada suatu periode tertentu. Fungsi analisis BEP antara lain adalah untuk merencanakan: 1. Jumlah penjualan. Pada tingkat penjualan berapa labanya dapat menutup biaya variable dan biaya tetap yang dikeluarkan apotek? 2. Jumlah laba atau rugi. Berapa jumlah laba atau rugi yang akan diperoleh ketika jumlah penjualan dan jumlah biaya tercapai pada tingkat tertentu? 2.3.3 Cara Menghitung BEP Untuk memudahkan dalam menghitung BEP akan diberikan sebuat contoh soal dan penyelesaiannya. Contoh soal : Setelah memperoleh rekomendasi mengenai analisis keuangannya, kemudian Pak Wayan mengajukan proposal lagi dengan kebutuhan dana tetap yaitu : untuk bangunan dan sarana sebesar Rp 300.000.000,- nilai residu diperkirakan Rp 50.000.000,- untuk modal kerja (kas, bank, dan persediaan) Rp 50.000.000,- dengan proyeksi laporan L/R pada tahun I sebagai berikut : Penjualan
: Rp 800.000.000,-
Harga pokok penjualan (HPP) : Rp 600.000.000,Biaya usaha
: Rp 60.000.000,-
Laba sebelum pajak (EBT)
: Rp 140.000.000,-
Pajak penghasilan
: Rp
Laba sesudah pajak (EAT)
: Rp 133.000.000,-
7.000.000,-
Dengan catatan bahwa harga rata-rata obat yang dibeli konsumen Rp 100.000,- dan variable costnya 75%. Setelah dianalisis, pihak Bank meminta kepada Pak Wayan untuk melengkapi berkas studi kelayakannya disertai dengan analisis BEPnya. Bantulah Pak Wayan untuk dibuatkan analisis BEPnya tersebut. Pada jumlah penjualan berapakah apotek Pak Wayan mencapai BEP dan buatlah grafiknya serta pada jumlah penjualan berapakah apotek Pak Wayan mulai memperoleh keuntungan ? Jawabannya : Dalam membuat analisis BEP tahapannya adalah sebagai berikut : (1) Mencari persamaan TR dan TC nya TR = P x Q
= 100.000 Q TC
= FC + (VC setiap konsumen x Q) = 60.000.000 + (75% x 100.000 x Q) = 60.000.000 + 75.000 Q
(2) Menghitung BEP nya Syarat TR = TC 100.000 Q
= 60.000.000 + 75.000 Q
Q
= (60.000.000) / (100.000 – 75.000) = 2400 konsumen per tahun
Jadi BEP terjadi pada jumlah 2400 konsumen dengan nilai penjuala : 2400 x 100.000 = Rp 240.000.000,Menggambarkan titik BEP : Dari soal diatas, titik BEP nya diibuat dengan tahapan sebagai berikut : 1) Gambarlah sumbu x dan y 2) Sumbu x = jumlah konsumen (Q), sumbu y = biaya (C) dan harga (P) 3) Untuk menggambarkan pada sumbu x atau y maka untuk garis : a. TR, gunakan persamaan TR = 100.000 Q TR
= 100.000 x 2400 = 240.000.000
b. TC, gunakan persamaan TC = 60.000.000 + 75.000 Q TC
= 60.000.000 + (75.000 x 2400) = 240.000.000
500000000 450000000 400000000 350000000 300000000
240000000
TR (Total penjualan) 250000000 200000000 150000000 100000000 50000000 0 0
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 500 Q (Konsumen)
TR = 100.000 Q TC = 60.000.000 +75.000 Q Logarithmic (TC = 60.000.000 +75.000 Q) FC = 60.000.000 Tarik garis TC dimulai dari titik FC = 60.000.000 pada sumbu Y ke arah titik koordinat(C = 240.000.000 dan Q = 2.400 konsumen) lihat koordinat garis putus-putus c. FC, gunakan persamaan FC = 60.000.000Garis FC dimulai dari titik FC = 60.000.000 pada sumbu Y ke arah kanan sejajar dengan sumbu X, karena FC merupakan biaya tetap, maka ada atau tidak ada revenue (penjualan), apotek tetap mengeluarkan biaya sebesar 60.000.000 Gambar 3.1 Gambar titik BEP Menghitung kapan apotek memperoleh keuntungan dan kerugian 1) Dari gambar titik BEP diatas, diperoleh gambaran bahwa pada jumlah penjualan diatas 2.400 konsumen (misalnya Q = 2401 konsumen), maka apotek Pak Wayan akan memperoleh keuntungan sebesar : Laba
= TR –TC
= (100.000 Q) – (60.000.000 + 75.000 Q) = 240.100.000 – 240.075.000 = 25.000 2) Dari gambar titik BEP diatas, diperoleh gambaran bahwa pada jumlah penjualan dibawah 2400 konsumen (misalnya Q = 2399 konsumen), maka apotek Pak Wayan akan memperoleh kerugian sebesar : Laba
= TR – TC = (100.000 Q) – (60.000.000 + 75.000 Q) = 239.900.000 – 240.075.000 = 25.000
2.4
Analisis Studi Kelayakan: Contoh Kasus Tujuan analisis : untuk mengetahui apakah suatu investasi apotek layak
atau tidak. APOTEK TUGUJl. Raya Akses UI No 9 Tugu A. Tujuan 1. Sebagai tempat pengabdian profesi apoteker. 2. Melayani kebutuhan obat, bahan obat, alat kesehatan serta perbekalanfarmasi lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat denganberorientasi kepada kepentingan dan kepuasan pasien sebagaiimplementasi kompetensi profesi apoteker. 3. Memberikan dan menyediakan informasi, edukasi, dan konsultasikesehatan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkanpengetahuan masyarakat tentang kesehatan, khususnya obat dan carapengobatan yang tepat.
B. Lokasi Lokasi berada di Jl. Raya Akses UI No 9 Tugu Cimanggis Depok. Lokasi apotekstragis dan akan menentukan keberhasilan apotek dan erat hubungannyadengan aspek pasar.Apotek ini berada pada darah berpenduduk cukup padat, dan dilalui dengan akses jalan dua arah tanpa pembatas jalan yang padat. Lokasi ini berada pada arah orang pulang krja. Di sekitar lokasi
ini terdapat 2 Rumah Sakit yaitu RS Bhayangkara Korps Brimob KelapaDua dan RS Tugu Ibu, 1 Puskesmas, dan 6 Poliklinik. C. Aspek Pemasaran 1. Observasi Lokasi a. Jumlah Penduduk Kel.Tugu menurut jenis kelamin pada lingkup RW di sekitar apotek RW RW 6 RW 7 RW 8 RW 10 Total
Laki-Laki 2381 2467 5749 3114 13711
Perempuan 1575 2324 5499 3150 12548
Total 3956 4791 11248 6264 26259
b. Jumlah Penduduk Kel.Tugu menurut tingkat pendidikannya pada lingkup RW di sekitar apotek No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tingkat Pendidikan Strata III Strata II Diploma IV / Strata I Akademi/Diploma III/S. Muda Diploma I/II SLTA/Sederajat SLTP/Sederajat Tamat SD/Sederajat Belum Tamat SD/Sederajat Tidak/Belum Sekolah
RW 6 4 3 130 70 58 1250 507 345 357 17
RW 7 1 9 165 103 85 1538 791 491 431 677
RW 8 5 285 128 127 2544 1735 974 932 830
RW 10 1 21 195 108 96 1703 906 803 1250 2
c. Jumlah Rumah Sakit NO
1 2
Nama
Alamat
RS Bhayangkara RS Tugu Ibu
Jumlah
Jl. Akses UI Jl. Raya Bogor
Jarak dari Apotek Tugu
ari
(m)
400 600
Pasien/h
50 1400
d. Jumlah Praktek Dokter NO
Nama Dokter
Spesiallisas i
Alamat
Jumlah Pasien/hari
Jarak dari Apotek
1 2 3
Helen Sofiyana Nuraini Prima
Umum Umum Gigi
Jl. Menpor Jl. Akses UI Jl. Akses UI
Tugu (m) 500 1200 800
31 20 29
e. Jumlah Puskesmas NO
Nama
Alamat
Jumlah
Jarak dari
Pasien/h
Apotek
ari
Tugu (m)
1
Puskesmas Tugu
Jl. Raya Akses UI
200
700
Alamat
Jumlah
Jarak dari
f. Jumlah Poliklinik NO
Nama
Pasien/
Apotek
hari
Tugu
1
Klinik Terpadu Puri
Jl. Akses UI
42
(m) 1200
2
Medica Klinik Melati Media
Jl. Nusantara No.
40
1000
3
Rumah Bersalin dan
1A, Hankam Jl. RTM No 11
33
1600
Nurul Fikri Klinik Fajar Harapan
Jl. Raya Akses UI,
36
75
Klinik Palsigunung Klinik Al Abror
No 2 Jl. Raya Akses UI Jl. Raya Tugu
39 30
1000 800
klinik Spesialis 4 5 6
g. Apotek Kompetitor NO
Nama Apotek
Alamat
Jarak dari Apote k Tugu (m)
Praktek Dokter
Jumlah Resep/ hari
1
Apotek Teratai
Jl. Raya Akses UI
50
Tidak Ada
80
(Apotek 2
Apotek Kasih
Jl. Raya Akses UI
RS) Ada (Bidan dan
50
25
Dokter 3
Apotek Kelapa Dua
Jl. Raya Akses UI
500
Umum) Ada (Klinik
4
Apotek Pratama II
Jl. Raya Akss UI
700
Kecantikan) Ada (Dokter
No. 10 5
Apotek Nusantara
Jl. Nusantara
Apotek Sanabil
Hankam Jl. RTM
25
Kulit dan okter Gigi) Ada (Dokter
800
Raya, 6
28
30
Gigi) 1600
Ada (Dokter
26 35 50 20
7 8
Apotek Damai Apotek Sasanti
Jl. Menpor Jl. Raya Bogor
1000 1400
Umum) Tidak Ada Ada (Klinik
9
Apotek Rizqi
Jl. Raya Tugu
1000
Dokter) Tidak Ada
Farma 2. Potensi Pasar dan Pemasaran a. Potensi pasar Letak yang berada pada pemukiman yang cukup padat, dilalui jalan dua arah tanpa pembatas yang ramai, serta dekat dengan berbagai pusat pelayanankesehatan
menjadikan
potensi
pasar
Apotek
Tugu
cukup
menjanjikan. Jumlah konsumen: i. Dari hasil survey, jumlah pasien RS Tugu Ibu 600 orang/hari, RS Bhayangkara 400orang/hari. Sehingga total pasien 1000 orang/hari. Rumah Sakitmenerapkan beberapa usaha untuk mencegah resep keluar, jumlahpasien yang membawa resep keluar dari RS adalah 25% (250 pasien). ii. Jumlah pasien dari klinik serta praktek dokter 300 orang/hari
iii. Konsumen yang membeli OTC dan komoditi lain b. Market Share Jumlah pesaing di sekitar apotek Tugu: 9 apotek Dari hasil survey, jumlah pasien di sekitar apotek Tugu: 550 pasien setiap hari Konsumen Apotek Tugu = 550 pasien/10 apotek = 55 pasien setiap hari. Target apotek karena masih baru hanya 50 resep/ hari D. Studi kelayakan pendirian apotek 1. Modal – Modal Tetap Sarana fisik : Tanah dan bangunan dengan luas bangunan 4 x 10 m (1 lantai) Harga : Rp 200.000.000,– Sarana penunjang Rak kaca etalase kecil
: Rp 3.000.000,-
Rak kaca etalase besar
: Rp 4.000.000,
Meja kerja
: Rp
500.000,-
Meja racik
: Rp
300.000,-
Lemari narkotik
: Rp
500.000,-
Wastafel
: Rp
150.000,-
Komputer 1 unit
: Rp 3.000.000,-
Mesin kasir
: Rp 1.000.000,-
Peralatan administrasi
: Rp
Televisi 14 inch
: Rp 1.000.000,-
Telepon
: Rp
Peralatan meracik
: Rp 2.500.000,-
Kulkas
: Rp 1.500.000,-
Dispenser
: Rp
250.000,-
Kipas angin
: Rp
200.000,-
buku wajib farmasi
: Rp
500.000,-
TOTAL
: Rp20.000.000,-
500.000,500.000,-
Plang nama apotek +
– Modal kerja Barang dagangan
: Rp 40.000.000,
Rekening di bank
: Rp 10.000.000,-
TOTAL
: Rp 50.000.000,-
2. Biaya Tetap (Fixed Cost) •
Biaya Personalia per tahun Cleaning
Biaya & Jumlah
APA
Asisten Apoteker
Kasir
Jumlah
1
1
1
1
Upah / bulan
3.000.000
2.000.000
500.000
700.000
Upah / tahun
36.000.000
24.000.000
6.000.000
8.400.000
THR
3.000.000
2.000.000
500.000
700.000
TOTAL BIAYA
39.000.000
26.000.000
7.000.000
9.800.000
Service
•
Total biaya personalia per tahun
•
Biaya pengelolaan per tahun
: Rp. 81.800.000,-
–
Biaya listrik, air dan telepon: Rp 10.000.000,-
–
PBB
: Rp
–
Lain-lain
: Rp 1.800.000,-
–
TOTAL
400.000,: Rp
12.200.000,•
Biaya tetap
–
Pengeluaran gaji pegawai
:
Rp
81.800.000,–
Biaya pengelolaan pertahun 12.200.000,-
: Rp
–
TOTAL
:
Rp
94.000.000,3. TOTAL MODAL INVESTASI Total Modal Investasi =modal tetap+sarana penunjang+modal kerja+fixed cost = 200.000.000 + 20.000.000 + 50.000.000+94.000.000 = Rp 364.000.000,4. Perolehan Omset per Tahun a. Penjualan –
Resep
•
Jumlah resep /hari
•
Jumlah resep /bulan
: 1.300 lembar
•
Jumlah resep /tahun
:
•
Harga rata-rata resep
: Rp. 60.000,-
•
Jumlah Penjualan /tahun : Rp. 936.000.000,-
: 50 lembar 15.600
lembar
–
Obat bebas
•
Harga penjulan /hari
:
Rp.
Harga penjulan /bulan
:
Rp.
Harga penjulan /tahun
:
Rp.
1.000.000,• 26.000.000,• 312.000.000,–
TOTAL PENJUALAN
: Rp. 1.248.000.000,-
b. Keuntungan yang diinginkan
Dari penjualan resep
= 30 %
Dari penjualan OTC
= 15 %
Penjualan resep
: 100% + 30% = 130% (1,30)
Penjualan OTC
: 100% + 15% = 115% (1,15)
c. Indeks Penjualan • Indeks Penjualan Resep = Total Penjualan Resep Total Penjualan = 936.000.000 1.248.000.000
x 1,3
x 1,3
= 0,98 •
Indeks Penjualan OTC = Total Penjualan OTC Total Penjualan
= 312.000.000 1.248.000.000 =
x 1,15
x 1,15
0,29
Indeks Penjualan = 0,98 + 0,29 = 1,27 5. Laba Rugi Indeks Penjualan
: 1,27
Laba Total
: 1,27 – 1 = 0,27
Laba kotor
: 0,27 x 100% 1,27 : 21,26 % : 21,26 % x Rp 1.248.000.000,: Rp. 265.324.800
Biaya Tetap
: Rp. 94.000.000 Rp. 171.324.800
Pajak 10%
: Rp. 17.132.480 -
Laba Netto (Laba bersih) : Rp.154.192.320,6. Pay Back Periode (PP)
Total investasi x1 tahun = Rp 364.000.000,- x 1 tahun = 2,36 tahun Rp. 154.192.320,-
Kesimpulan : Lamanya waktu pengembalian pinjaman dari bank selama 5 tahun, sedangkan apotek dengan tingkat perolehan laba sebesar Rp 154.192.320,- per tahun, mampu menutup pinjaman selama 2,36 tahun (2 tahun 4 bulan). 7. Return on Investment (ROI) (% untuk 1 tahun)
Laba netto
x100%
Total investasi
= Rp. 154.192.320,-x 100% = 42,36% Rp 364.000.000,Kesimpulan:
ROI yang diperoleh apotek dengan tingkat perolehan laba sebesar Rp 154.192.320,- per tahun adalah 42,36%. 8. Perhitungan BEP Perhitungan BEP (TR=TC) Dilihat dari penjualan resep
Harga rata-rata obat yang dibeli pasien = Rp. 60.000,-
Keuntungan penjualan resep = 30%, maka biaya variabel resep = 70% HPP = biaya variabel resep x Rp. 60.000,= 70 % x Rp 60.000,= Rp 42.000,
TR= PxQ
= 60.000 xQ = 60.000Q
TC = FC + (HPP per pasien x Q)
= 94.000.000 + 42.000Q
TR=TC
60.000Q = 94.000.000 + 42.000Q Q = 5222 pasien/tahun = 435 resep / bulan = 16,73 ~ 17 resep/hari dengan nilai Rp 1.020.000,-
Ket : TR(Total Revenue)
= Total Pendapatan
TC (Total Cost)
= Total Biaya
FC (Fix Cost)
= Biaya Tetap
VC (Variable Cost)
= Biaya Variabel
HPP
= Harga Pokok Penjualan
P (Price) Q (Quantity)
= Harga = jumlah unit barang atau jumlah konsumen
Atau bisa juga dengan cara: 1 x Biaya Tetap BEP = [ 1−( Biaya variabel / Indeks penjualan ) ]
=
1 x Rp94.000 .000,−¿ [1−( 1/1,27 ) ] = Rp. 447.619.050,-
Dari resep = 70% x Rp. 447.619.050,= Rp. 313.333.340/tahun = Rp. 26.111.111/bulan (26 hari kerja) = Rp. 1.004.273,5/hari 1
Rp 60.000,−¿ ¿ resep = Rp. 60.000 Rp1.004 .273,5,− ¿ x 1 resep = 16,74 ~ 17 ¿ resep/hari
Jadi, BEP terjadi pada jumlah penjualan sebanyak 17resepper hari dengan nilai Rp 1.020.000,- per hari.
DAFTAR ACUAN Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis. Jakarta : Wira Putra Kencana. Hal : 196-199
View more...
Comments