1. Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure
November 10, 2017 | Author: Surya Setipanol | Category: N/A
Short Description
1. Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure...
Description
Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure Chapter-chapter sebelumnya membedakan dua klasifikasi utama dari teori akuntansi: normatif dan positif. Teori normatif bersifat menentukan dan didasarkan pada pertimbangan nilai (value judgement) mengenai tindakan apa yang seharusnya dilakukan (contohnya IASB yang mendukung kegunaan dalam pengambilan keputusan (decision usefulness) sebagai tujuan utama atas informasi akuntansi). Capital Market Research (CMR-Penelitian pasar modal yang meneliti dampak informasi terhadap imbal hasil saham dan dampak perubahan kebijakan akuntansi terhadap harga saham) menjadi lebih dominan setelah tahun 1970 karena untuk mengembangkan teori yang menentukan bagaimana akuntan harus mempersiapkan laporan keuangan, peneliti harus lebih dahulu mengetahui apakah investor menggunakan laporan keuangan dan bagaimana menggunakannya.
Meskipun demikian, CMR belum memberikan pengetahuan
lengkap yang dibutuhkan oleh peneliti, praktisi dan regulator, contohnya karena:
Sulit untuk memprediksi bagaimana pasar akan bereaksi terhadap informasi akuntansi ketika alasan-alasan manajer melakukan praktik akuntansi tertentu tidak diketahui.
CMR tidak secara spesifik berhubungan dengan isu-isu stakeholder penting lainnya seperti dampak aturan akuntansi terhadap pemberi pinjaman (lenders) atau pengguna laporan akuntansi lainnya yang bukan merupakan shareholder perusahaan.
CMR merupakan gelombang pertama dari teori akuntansi positif, dan gelombang kedua dari teori akuntansi positif menangani isu-isu berikut:
Mengapa manajer-manajer perusahaan mempersiapkan laporan akuntansi jika tidak ada aturan yang mengharuskan mereka?
Mengapa manajer-manajer perusahaan membuat pengambilan keputusan yang sistematik dan melobi pembuat standar akuntansi untuk mencoba mempengaruhi
mereka
dengan
praktik
akuntansi
yang
mana
yang
diperbolehkan oleh standar-standar akuntansi?
Apa yang mendorong pengambilan keputusan manajer-manajer?
Jika perusahaan-perusahaan diharuskan untuk mengubah praktik-praktik akuntansi mereka, tindakan apa yang akan manajer-manajer ambil yang akan mempengaruhi reaksi dari investor pasar modal dan pihak lainnya?
Tuntutan awal untuk teori CMR selama tahun 1970 memberikan langkah awal yang penting dalam menjelaskan pengaruh akuntansi terhadap investasi saham, khususnya terhadap harga saham dan volume penjualan/pembelian saham. Meskipun demikian, CMR kurang meyakinkan dalam hal penggunaan informasi akuntansi oleh investor untuk mengambil keputusan terkait apakah akan membeli saham atau tidak. Hal ini menyebabkan para peneliti sadar akan kesulitan dalam memprediksi reaksi pasar terhadap publikasi informasi akuntansi, ketika para peneliti tidak memiliki teori yang kuat untuk menjelaskan mengapa para manajer mempersiapkan laporan akuntansi dan mengapa mereka memilih untuk menerapkan prinsip akuntansi tertentu. Untuk
memahami
pentingnya
pemilihan
akuntansi,
perlu
untuk
memahami prinsip ekonomi dasar dan premis-premis yang mendasarinya. Literatur yang menginvestigasi informasi laba pasar modal setuju bahwa Efficient Market Hypothesis (EMH- Hipotesis Pasar Efisien) adalah salah satu teori yang penting dalam CMR. Sebagaimana teori harga klasik, EMH mengandalkan asumsi pasar sempurna contohnya informasi yang tersedia bebas, bebas biaya transaksi, tidak ada pajak dan tidak ada monopoli. Berdasarkan asumsi ini, harga-harga dengan segera dan tanpa biaya tersesuaikan untuk mencerminkan informasi akuntansi. Meskipun demikian, walaupun kondisi-kondisi ini pada umumnya menggambarkan pasar saham, ada keadaan-keadaan lain dimana kondisi-kondisi
ini
tidak
memperkirakan
realitas.
Oleh
karena
itu,
ada
penyimpangan. Ketatnya asumsi-asumsi EMH membuat CMR tidak selalu dapat menjelaskan mengapa harga saham tidak responsif secara langsung terhadap informasi akuntansi sesuai dengan yang telah diprediksi. Para peneliti CMR menyimpulkan beberapa hal dalam pengamatannya: -
Walau belum adanya aturan bagi perusahaan untuk menyiapkan laporan akuntansi, perusahaan secara sukarela melakukan pelaporan akuntansi dan laporan tsb diaudit. Untuk melakukan hal-hal tersebut tentunya dibutuhkan biaya. Pertanyaannya, keuntungan apa bagi perusahaan yang membuat perusahaan mau dengan sukarela melakukannya?
-
Perusahaan-perusahaan melobi pembuat standar, dan tentunya hal ini menelan biaya. Apa yang menjadi keuntungan bagi perusahaan atas melobi?
-
Perusahaan mengambil kebijakan akuntansi yang terkait dngan karakteristik perusahaannya, mengapa?
-
Secara keseluruhan, perusahaan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang konservatif dalam mengukur laba, aset dan ekuitas, mengapa?
CMR tidak dapat menjawab semua permasalahan-permasalahan dan hipotesis bahwa akuntansi dibuat untuk memungkinkan investor pada pasar modal untuk melakukan pengambilan keputusan yang baik, tidak dapat menjelaskan secara memuaskan. Oleh karena itu dibutuhkan teori-teori positif yang menjelaskan perilaku pengguna informasi akuntansi.
Teori Kontraktual (Contracting Theory) Teori Kontraktual menggambarkan perusahaan sebagai perantara legal (legal nexus) dari hubungan kontraktual antara supplier dan konsumen atas faktor-faktor produksi. Teori ini menjawab mengapa perusahaan ada, yaitu karena karena biaya transaksi (atau kontrak) yang dikeluarkan individual akan berkurang jika melalui suatu organisasi yang akan mengelola kontrak-kontrak dengan suppliier. Contohnya, jika kita ingin makan es krim, kita punya dua pilihan, yang pertama membuat kontrak secara terpisah dengan produsen susu, produsen gula, pemotong kayu untuk mendapat stik es krim, perusahaan elektronik untuk membeli kulkas, dan lain-lain untuk dapat membuat es krim. Pilihan kedua adalah pergi ke toko es krim dan membeli yang sudah jadi, toko ini sudah mempunyai kontrak dengan pihak-pihak tadi. Perusahaan dianggap sebagai suatu perjanjian kerja sama kontraktual yang legal antara supplier dengan customer.Teori kontraktual mengorganisasikan aktivitas ekonomi untuk mengurangi biaya kontrakrual : - Management Contract - Debt Contract Teori Keagenan (Agency Theory) Dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling (1976), teori ini muncul ketika adanya hubungan kerja sama antara principal dan agent, kontrak dimana satu pihak (principal)
mengikat
pihak
lain
(agen)
untuk
menjalankan
operasional
perusahaan yang telah ditentukan principal. Adanya perbedaan kepentingan antara pihak2 tersebut memunculkan agency problem. Agency cost digunakan untuk mengatasi perbedaan kepentingan atau agency problem yang terjadi. Agency cost terdiri atas:
- Monitoring cost Biaya ini dikeluarkan oleh principal supaya dapat memantau, mengukur dan mengontrol kinerja agen. Contohnya adalah auditing cost, rencana kompensasi, pembuatan SOP. Biaya ini sebenarnya secara tidak langsung ditanggung oleh agent, contohnya ketika principal menerapkan pemberian remunerasi terhadap manajer sesuai dengan kinerja manajer, maka manajer yang kinerjanya buruk akan dibayar lebih sedikit daripada yang kinerjanya bagus. Cara principal melindungi diri dari tanggungan biaya monitoring ini disebut dengan “price protection”. -Bonding cost Biaya ini muncul, karena agent berusaha untuk mengurangi biaya monitoring yang ditanggungnya karena principal melakukan price protection, sehingga agent berusaha membangun hubungan yang baik dengan principal dan mematuhi aturan yang ditetapkan principal. Bonding cost yang harus ditanggung oleh agent antara lain: -
Waktu dan usaha untuk menerbitkan laporan keuangan yang lebih reguler
-
(quarterly) Batasan-batasan terhadap aktivitas manajer Keuntungan yang hilang karena agent dilarang untuk menjual rahasia perusahaan ke saingan
Ketika marginal cost of monitoring cost = marginal cost of bonding cost, maka tidak akan ada bonding cost. - Residual loss Walaupun adanya monitoring dan bonding, ada kemungkinan agent tidak mematuhi keinginan principal secara tepat. Contohnya, manajer mungkin akan mengubah akun-akun untuk memaksimalkan bonusnya. Dengan demikian, net value dari output agent akan kurang sebanyak jika agent berlaku sesuai kehendak principal. Kerugian atas net value ini disebut dengan residual loss. Manager-Shareholder Agency Relationships Manajer sebagai agent dari pemilik dapat bertindak sesuai kepentingannya sendiri. Semakin sedikit kepemilikan manajer dalam perusahaan, semakin besar kemungkinan adanya perbedaan kepentingan antara principal dan agent. Manajer menanggung biaya monitoring yang dilakukan principal, sehingga
manajerlah penentu dari biaya monitoring tersebut, jika manajer memberi keyakinan yang tinggi bahwa manajer akan berlaku sesuai kepentingan shareholder dan harga pasar meningkat demi kemakmuran shareholder, maka monitoring akan berkurang. Perbedaan kepentingan antara manajer dan shareholder memunculkan beberapa problem: 1.
Risk aversion problem Risk aversion adalah masalah yang disebabkan oleh hubungan antara risiko
dan return. Menurut pemegang saham, semakin tinggi risiko, semakin tinggi potensi pengembalian. Pandangan ini sangat berbeda dari manajer, mereka kurang bersedia untuk mengambil risiko karena pekerjaan sebagai manajer adalah sumber utama pendapatan mereka. Jika manajer terus mengambil proyek yang kurang berisiko maka ini akan menyebabkan keuntungan yang rendah atau pengembalian yang tidak pemegang saham inginkan. Namun, masalah ini dapat dikurangi dengan memberikan insentif bonus (paket remunerasi) terkait dengan laba akuntansi sehingga manajer akan terlibat dalam mengambil risiko yang lebih tinggi untuk mencapai bonus tersebut. 2. Dividend retention Masalah kedua disebut dividend retention yang merupakan kemampuan manajer untuk membayar sedikit pendapatan perusahaan dalam bentuk dividen dan mempertahankannya lebih banyak sehingga mereka bisa berinvestasi dalam pertumbuhan perusahaan yang akan menguntungkan mereka. Sekali lagi, pandangan ini ditentang oleh pemegang saham karena mereka lebih suka memperoleh dividen sehingga mereka dapat berinvestasi lebih lanjut di mana pun 3.
mereka
inginkan.
Horizon problem Masalah ketiga adalah perbedaan pandangan dan dapat dengan mudah
dikaitkan dengan insentif bonus jangka panjang untuk mengatasi masalah ini. Hal ini menjadi masalah ketika manajer mengharapkan untuk bekerja dengan perusahaan dalam jangka waktu yang singkat dan berkaitan dengan kinerja perusahaan sementara saat mereka mengelolanya. Untuk menghindari masalah ini, principal memastikan bahwa manajer mengambil kebijakan yang bersifat demi jangka panjang perusahaan, yaitu dengan memberi bonus dalam bentuk saham. Spesific contractual dilakukan oleh principal untuk mendorong manajer agar bertindak sesuai kepentingan principal
•
Menyediakan rencana bonus di mana batas atas bonus sebagian tergantung pada rasio pembayaran dividen perusahaan
•
Membayar manajer lebih berdasarkan pergerakan harga saham sebagai manajer mendekati pensiun
•
Membayar bonus pada tingkat progresif sebagai peningkatan keuntungan yang dilaporkan
•
Kurangnya
remunerasi
dengan
kompensasi
berbasis
saham
sebagai
kepemilikan manajer dalam peningkatan perusahaan
Shareholder-Debtholder Agency Relationships Ketika kita membahas peran kontrak utang dalam konteks lembaga, kita asumsikan bahwa manajer adalah pemilik tunggal dari perusahaan, atau memiliki kepentingan yang benar-benar selaras dengan kepentingan pemilik. Artinya, principal dalam hal ini adalah kreditor, atau pemberi pinjaman; agen adalah manajer yang bertindak atas nama pemegang saham atau pemilik lainnya. Mengingat bahwa nilai perusahaan meliputi jumlah utang ditambah dengan nilai dari ekuitas, salah satu cara untuk meningkatkan nilai ekuitas adalah dengan meningkatkan nilai (value) perusahaan, yang lain adalah dengan mentransfer kekayaan dari kreditor. Smith dan Warner mengakui bahwa masalah keagenan dari utang dapat menimbulkan empat metode utama dari transfer kekayaan dari debtholders kepada pemegang saham: 1.
Pembayaran
dividen
yang
berlebihan
(the
excessive
dividend
payment) Masalah pembayaran dividen yang berlebihan muncul ketika pembayaran utang yang dipinjamkan kepada perusahaan diasumsikan dengan tingkat tertentu dari pembayaran dividen. Penerbitan dividen lebih tinggi mengurangi basis aset untuk membayar utang dan mengurangi nilai hutang. Pada situasi ekstrim, manajemen meminjam dan kemudian membayar semua dana yang dipinjam dalam bentuk dividen. Pemegang saham mendapatkan keuntungan dibawah skema tersebut karena mereka telah menerima uang tunai, tetapi dengan limited liability berarti mereka tidak secara pribadi bertanggung jawab atas hutang dari perusahaan dalam hal kepailitan.
2. Substitusi aset Substitusi aset didasarkan pada premis bahwa pemberi pinjaman yang tidak mau mengambil resiko. Mereka memberikan pinjaman kepada perusahaan dengan harapan mereka tidak akan berinvestasi dalam aset atau proyek dari risiko yang lebih tinggi daripada yang dapat diterima oleh mereka. 3. Kurangnya investasi Kurangnya investasi terjadi ketika pemilik tidak melaksanakan proyek-proyek dengan NPV positif karena untuk melakukannya akan meningkatkan dana yang tersedia bagi debtholders, tetapi tidak bagi pemilik. Sebagai contoh, bayangkan sebuah perusahaan
yang sedang menghadapi kebangkrutan. Perusahaan
memiliki dana pemegang saham sebesar negatif $ 90.000 dan perusahaan bisa berinvestasi dalam proyek yang akan memberikan NPV positif sebesar $ 50.000. Namun, seluruh $ 50.000 dicatat ke debtholders perusahaan, bukan bagi pemegang saham. Ini akan mengurangi hutang bersih $ 40,000. Hanya jika NPV proyek yang diperoleh positif lebih dari $90,000 akan memaksimalkan kekayaan pemilik sehingga berinvestasi dalam proyek. 4. Dilusi klaim (Claim dilution) Dilusi klaim terjadi ketika perusahaan mengeluarkan hutang dengan prioritas lebih tinggi daripada hutang yang telah dikeluarkan. Hal ini meningkatkan dana yang tersedia untuk meningkatkan nilai perusahaan dan nilai kepemilikan, tapi mengurangi keamanan relatif dan nilai hutang yang telah ada. Hal ini berarti, itu adanya dilusi terhadap hutang yang telah ada karena utang yang kini telah menjadi lebih berisiko dengan adanya hutang prioritas lebih tinggi. Persyaratan perjanjian utang adalah syarat dan ketentuan tertulis dalam kontrak utang yang membatasi kegiatan pengelolaan atau mengharuskan manajemen untuk
mengambil
tindakan
tertentu.
Pembatasan
yang
dirancang
untuk
melindungi kepentingan debtholders dengan mensyaratkan, misalnya, bahwa perusahaan mempertahankan tingkat tertentu aset sebagai jaminan untuk hutang. Pembatasan yang terdapat dalam kontrak utang umumnya terdiri satu atau lebih dari empat kategori: 1.
Persyaratan
perjanjian
yang
membatasi
peluang
produksi/investasi
perusahaan. Persyaratan perjanjian ini dirancang untuk mengurangi substitusi aset dan kurangnya investasi.
2. Persyaratan perjanjian untuk menahan pembayaran dividen dan biasanya mengikat
pembayaran
dividen
dengan
laba.
Perjanjian
ini
menghalangi
pembayaran dividen yang berlebihan. 3. Persyaratan perjanjian menahan kebijakan pembiayaan perusahaan. Ini ditujukan pada masalah pencairan klaim dan biasanya membatasi utang yang lebih tinggi 4. Bonding persyaratan perjanjian yang mengharuskan perusahaan untuk memberikan informasi tertentu kepada para pemberi pinjaman, seperti laporan dan pengungkapan laporan keuangan untuk pihak berwenang. Ini membantu pemegang obligasi menentukan apakah persyaratan perjanjian telah dilanggar atau yang dekat dengan pelanggaran. Ex post opportunism vs ex ante efficient contracting Ex post versus ex ante oportunisme kontrak yang efisien Yang dimaksud dengan ex ante opportunism ialah perilaku oportunistik yang timbul manakala salah satu pihak yang terlibat dalam transaksi hanya memiliki informasi yang terbatas mengenai objek transaksi. Ex ante opportunism muncul sepanjang periode negosiasi kontrak dimana pihak yang memiliki jumlah informasi lebih banyak bisa menggunakannya untuk mengeruk keuntungan dengan cara-cara yang tidak sehat. Meskipun demikian hal ini dapat diatasi setelah transaksi menjadi lengkap. Sedangkan ex post opportunism merupakan situasi dimana salah satu pihak menguasai informasi lebih banyak dibandingkan dengan pihak lain dimana potensi terjadinya moral hazard tak dapat di`tasi sekalipun saat transaksi telah terjadi. Ex post opportunism timbul setelah kesepakatan kontrak dibuat dalam bentuk pengingkaran atau ketidakpatuhan terhadap isi kesepakatan kontrak yang sudah sama-sama disetujui. Ex post opportunism juga mungkin timbul dalam situasi dimana salah satu pihak mengambil keuntungan dari kerentanan (vulnerability) pihak lain yang dilakukan semata-mata untuk meningkatkan profitabilitasnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa informasi yang asimetris (asymmetric
information)
merupakan
pemicu
dari
timbulnya
perilaku
oportunistik, dimana hal tersebut berujung pada timbulnya biaya transaksi. Selain daripada itu, penjelasan di atas juga menyiratkan bahwa informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya daya kekuatan (power) pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi. Hubungan antara berbagai pihak yang terlibat dalam transaksi ini, yang memiliki kadar pengetahuan
informasi
berbeda-beda,
pada
akhirnya
membentuk
sebuah
pola
relasi
kekuasaan dalam sebuah skema transaksi. Signalling theory Dalam perspektif ini, manajer sukarela memberikan informasi kepada investor untuk membantu pengambilan keputusan mereka. Signalling Theory adalah suatu mekanisme untuk menunjukkan bahwa suatu perusahaaan mempunyai tanda-tanda
yang
positif
tentang
kondisi
internal
perusahaan
untuk
meningkatkan kepercayaan bahwa perusahaan memiliki kualitas yang tinggi dan menguntungkan agar dapat menarik minat dari para calon investor. Contohnya yaitu peningkatan laba bersih dari tahun ke tahun untuk prospek dimasa yang akan datang, sinyal pemberian dividen bagi shareholders. Proses politik Teori akuntansi positif juga model proses politik yang melibatkan hubungan antara perusahaan dan pihak lain yang berminat dalam perusahaan, seperti pemerintah, serikat buruh dan kelompok masyarakat. Seperti dalam konteks hutang dan kontrak manajemen kompensasi, akuntansi adalah penting dalam proses politik sebagai salah satu sumber informasi tentang perusahaan.Proses politik mengupayakan biaya politik seminimal mungkin. Bagaimana menyajikan informasi bagi pihak yang berkepentingan sehingga unsur politik dapat diminimalisasi. Conservatism, accounting standard & agency cost Dalam pembahasan di atas pada teori keagenan secara implisit mengasumsikan bahwa kontrak lembaga yang dibuat hanya antara pelaku dan agen dalam perusahaan. Kami pada dasarnya berbicara tentang tata kelola perusahaan internal dengan kontrak yang efisien. Artinya, dalam sebuah pasar modal yang berfungsi dengan baik dengan demokrasi pemegang saham dan perusahaan ada tingkat yang meminimalkan biaya agensi. Ini menganggap dominasi (atau kontrol) oleh para prinsipal (pemegang saham dan debtholders) dengan kehilangan sedikit sisa. Informasi yang tidak lengkap, info yang jelek dilaporkan, sedangkan yang baik tidak sehingga tidak fair. Testing the opportunistic & political cost hypotheses
Setelah model didirikan untuk kontrak dalam sebuah perusahaan dan dalam proses politik, hipotesis umum dikembangkan untuk menjelaskan pilihan akuntansi yang melibatkan transfer kekayaan dari pengembangan. Penelitian pertama dilakukan oleh Watts dan Zimmerman, yang memeriksa posisi bahwa manajer
perusahaan
mengambil
pendapat
untuk
tahun
1974
FASB
AS
Pembahasan tentang Memorandum pada GPLA (penyesuaian akuntansi tingkat harga umum). Pengaruh GPLA adalah untuk menyajikan kembali rekening perusahaan menurut indeks inflasi umum, sehingga meningkatkan nilai aset tetapi (secara umum) melaporkan penurunan laba karena biaya penyusutan yang lebih tinggi. GPLA bisa mempengaruhi kompensasi manajemen dan kontrak utang, namun, karena pengungkapan akan tambahan, akan ada efek langsung sedikit di bawah proposal AS untuk persyaratan pelaporan baru. Oleh karena itu, proses politik dianggap memberikan insentif utama untuk adopsi posisi lobi tertentu. Tests using contract details
Figure 10.1: Allocation of funds to the bonus pool, based on accounting profit Watts dan Zimmerman berpendapat bahwa, karena faktor politik, para manajer perusahaan besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi laba yang dilaporkan. Wong mempelajari pengaruh biaya dengan menghubungkan politik dan hutang pada pilihan akuntansi untuk kredit pajak ekspor yang tersedia di Selandia Baru. Wong berpendapat bahwa cara di mana kredit pajak
yang dihitung selama periode ini dipengaruhi oleh biaya politik. Kedua metode yang tersedia untuk menghitung kredit adalah: 1. metode pengurangan pajak (TRM), di mana kredit dikurangkan dari beban pajak 2. kredit-metode-penjualan
(CSM),
dimana
pajak
penghasilan
ditampilkan
sebagai sosok kotor karena kredit pajak ini dibagi langsung ke penjualan. Wong menguji 3 hipotesis: 1)
Perusahaan
dengan
tarif
pajak
rendah
melaporkan
lebih
cenderung
menggunakan CSM. 2) Perusahaan dengan jumlah besar kredit pajak ekspor lebih cenderung menggunakan CSM. 3) Perusahaan-perusahaan besar lebih cenderung menggunakan CSM. Hipotesis ketiga dianggap mencerminkan hubungan antara ukuran dan profil politik. Hipotesis dua yang pertama didasarkan bahwa perusahaan dengan jumlah tinggi perdebatan kredit pajak
Efficient contracting hypotheses Beberapa penelitian yang dilakukan berkonsentrasi terutama pada pemilihan ‘efisiensi’ prosedur akuntansi, yaitu keputusan akuntansi yang dibuat di depan (ex ante) oleh manajemen dan pemegang klaim pada perusahaan untuk mengurangi biaya kontrak keagenan. 1. Kapitalisasi Bunga Zimmer memberikan penjelasan teori tentang mengapa perusahaan akan mengkapitalisasi bunga daripada bebab itu untuk mengurangi biaya kontrak. Penyebab kapitalisasi bunga ada dua, yaitu: Pertama, meskipun kapitalisasi biasanya meningkatkan penghargaan penghargaan brupa bonus bagi manager, manajemen komite kompensasi akan memungkinkan kapitalisasi bunga dan menutup pendapatan melalui kontrak biaya-tambahan. Kedua, sebuah aplikasi konsisten memanfaatkan bunga khusus proyek yang dibiayai akan menghemat waktu dalam negosiasi dengan auditor dan penyelidik biaya pelanggan. Temuan selanjutnya
adalah
memanfaatkan
bahwa
bunga,
yang
perusahaan tidak
besar
konsisten
lebih
cenderung
untuk
dengan
hipotesis
ukuran
konvensional dan berpendapat bahwa perusahaan besar lebih mungkin untuk menarik pembiayaan proyek-spesifik.
2. Perubahan CEO Dechow dan Sloan menguji apakah masalah horizon (disebutkan sebelumnya sehubungan dengan kontrak manajemen) akan memotivasi chief executive officer (CEO) dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan laporan kinerja laba jangka pendek, dan dengan demikian bonus mereka berasal dari potongan kembali biaya penelitian dan pengembangan. Hasilnya menunjukkan bahwa CEO tidak menghabiskan kurang pada penelitian dan pengembangan di tahun-tahun terakhir mereka di kantor. Dechow dan Sloan nampaknya mengindikasikan bahwa manajemen kontrak dapat menyeimbangkan insentif berbagi berbasis dan laba-berbasis untuk memastikan bahwa upaya untuk mentransfer kekayaan dari pemegang saham kepada manajer sebagian besar tidak efektif. Dengan demikian, akuntansi dan lain hal kontraktor dapat mengurangi biaya agen ketika insentif untuk oportunistik yang kuat. 3. Penelitian Lain Skinner membuktikan bahwa atribut ekonomi perusahaan mempengaruhi sifat utang perusahaan dan kontrak manajemen kompensasi, dan bahwa variabel kontraktor oportunistik tradisional dikaitkan dengan pilihan kebijakan akuntansi. Dia menemukan bukti terbatas hubungan langsung antara atribut ekonomi yang mendasari dan keputusan akuntansi. Sebaliknya, Bradburry, Godfrey dan Koh menemukan bahwa keputusan akuntansi goodwill perusahaan Selandia Baru lebih berkaitan dengan atribut ekonomi perusahaan daripada variabel kontraktor tradisional, mereka atribut beberapa perbedaan antara hasil mereka dan Skinner dengan fakta bahwa akuntansi di Selandia Baru kurang dibatasi dibandingkan di Amerika Serikat, sehingga banyak oportunistik bagi para manajer untuk mengadopsi
kebijakan-kebijakan
yang
mencerminkan
posisi
ekonomi
perusahaan. Evaluasi atas Teori Positif Ada beberapa kritik terhadap teori akuntansi positif: 1. Kritik terhadap filosofi, positif menganut bahwa peneliti berada di Iuar area penelitian serta memkasimalkan
utilitynya. Hal ini tidak mungkin terjadi
karena peneliti selalu berada pada area yang ditelitinya dan maksimalitas utility tidak mungkin dicapai hanya sebatas pada kepuasan (Hebert Simons). 2. kritik terhadap
metodologi, teori positif menganut pendekatan
maksimalisasi keuntungan
bahwa
dapat diperoleh melalui harga keseimbangan
pasar. Hal ini tidak mungkin karena penelitian
dengan harga keseimbangan
pasar
sangat
sedikit
pengaruhnya
terhadap
kontribusi
penelitian
akuntansi. 3. kritik terhadap penelitian dengan pendekatan ekonomi, yaitu pemaksimalisasi individu yang tidak
mungkin atau tidak mudah untuk menghitungnya.
View more...
Comments