1. Deskripsi Kedudukan Asesmen Dan Evaluasi
February 16, 2019 | Author: Ella Rahmawati | Category: N/A
Short Description
ASESSMEN...
Description
DESKRIPSI KEDUDUKAN ASESMEN DAN EVALUASI HASIL BELAJAR DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengembangan Penilaian
Pembelajaran Biologi yang Dibina Oleh Dr. Murni Saptasari, M.Si.
Oleh: Kelompok 1/ Kelas C Aida Fithriyatur Rohmah
170341864562 170341864562
Granitha Chandika Komsi
170341864554 170341864554
Mushoffa
170341864553
Usratussyarifah
170341864522
UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JANUARI 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Deskripsi Kedudukan Asesmen dan Evaluasi Hasil Belajar dalam Pendidikan”. Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini, baik yang berupa sumbangan pikiran, bimbingan, ide dan motivasi yang sangat berarti, terutama ditujukan dit ujukan kepada: 1. Dr. Murni Saptasari, M.Si. sebagai dosen pembina matakuliah Pengembangan Penilaian Pembelajaran Biologi. 2. Rekan-rekan mahasiswa pascasarjana pendidikan biologi kelas C yang telah memberikan bantuan, semangat dan motivasi. Segala bantuan yang diberikan kepada penulis semoga menjadi amal ibadah dan diridhoi Allah SWT. Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat kekurangan yang luput dari koreksi, sekalipun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terakhir penulis menyampaikan harapan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Malang, Januari 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 C. Tujuan ........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Dasar Hukum Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran ................................. 3 1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional .............. 3 2. Peraturan Pemerintah RI No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) ................................................................................. 4 3. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian ....... 5 B. Pengertian Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi ........................................ 7 1. Pengukuran .......................................................................................... 7 2. Asesmen ............................................................................................... 9 3. Evaluasi .............................................................................................. 12 Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian ............ 5 C. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam Kurikulum 2013 .................. 13 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................................... B. Saran .............................................................................................................. DAFTAR RUJUKAN
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Komponen penting dalam program pembelajaran diantaranya adalah kurikulum,
proses
pembelajaran,
dan
penilaian.
Penilaian
atau
asesmen
pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran, sehingga kegiatan asesmen harus dilakukan oleh pengajar sepanjang rentang waktu berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini menjadi alasan bahwa kemampuan untuk
melakukan
penilaian
atau
asesmen
merupakan
kemampuan
yang
dipersyaratkan bagi setiap tenaga pengajar (Yustarina, 2016). Selain istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment) dikenal pula beberapa istilah lainnya yaitu pengukuran (measurement), tes (test) dan testing. Diantara ketiga istilah tersebut, tes merupakan istilah yang paling akrab dengan guru. Hal tersebut disebabkan karena tes prestasi belajar (Achievement test) seringkali dijadikan sebagai satu-satunya alat untuk menlai hasil belajar siswa. Padahal tes sebenarnya hanya merupakan salah satu alat ukur hasil belajar. Tes prestasi belajar (Achievement test) sering kali dipertukarkan pemakaian oleh guru dengan konsep pengukuran hasil belajar. Dengan demikian, perlu adanya upaya untuk memperkenalkan kepada guru tentang pengertian dan esensi tentang konsep evaluasi, asesmen, tes dan pengukuran yang sesungguhnya. Diantara perselisihan tersebut, asesmen merupakan istilah yang belum dikenal secara umum. Para guru seringkali salah dalam menafsirkan makna asesmen yang sesungguhnya. Istilah asesmen perlu diperkenalkan kepada guru. Hal ini disebabkan karena asesmen telah menjadi khazanah peristilahan dalam dunia pendidikan kita. Selain dari itu, pemahaman tentang asesmen juga dapat mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan praktek penilaian pembelajaran dikelas. Salah satu aspek penting yang dapat dinilai dari seorang guru profesional yaitu dalam hal penilaian hasil belajar siswa. Karena penilaian hasil belajar merupakan salah satu aspek penting dari kompetensi pedagogik yang dapat menggambarkan kemampuan siswa serta ketercapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Mengingat tuntutan kurikulum 2013 bahwa penilaian hasil belajar siswa ditekankan pada penilaian proses dan hasil sehingga diperlukan penilaian yang meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena makalah ini
1
disusun untuk membahas mengenai deskripsi dan
kedudukan asesmen serta
evaluasi hasil belajar dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar hukum asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran? 2. Bagaimana membedakan pengertian pengukuran, asesmen, dan evaluasi? 3. Bagaimana pengetahuan tentang pengukuran, asesmen, dan evaluasi digunakan
dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui dasar hukum asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran. 2. Mengetahui pengertian dan perbedaan dari asesmen, pengukuran serta eval uasi. 3. Mengetahui penggunaan pengetahuan tentang pengukuran, asesmen, dan
evaluasi dalam pembelajaran.
2
BAB II PEMBAHASAN A. Dasar Hukum Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran
1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
a.
Pasal 57 ayat (1) dan (2) Evaluasi, Akreditasi dan Sertifikasi, Bagian Kesatu tentang Evaluasi 1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. 3) Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
b.
Dipertegas lagi pada pasal 58 ayat (1) dan (2) 1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. 2) Evaluasi hasil peserta didik, satuan pendidikan dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.
c.
Pasal 59 ayat (1), (2), dan (3) 1) Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan. 2) Masyarakat dan/atau organisasi profesi dapat membentuk lembaga yang mandiri untuk melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud. 3) Ketentuan mengenai evaluasi sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
3
2. Peraturan Pemerintah RI No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Implikasi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar
Nasional
Pendidikan
pada
penilaian
adalah
perlunya
penyesuaian terhadap model dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas. Penilaian kelas terdiri atas penilaian eksternal dan internal. Penilaian ekternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak melaksanakan proses pembelajaran, yaitu suatu lembaga independen, yang di antaranya mempunyai tujuan sebagai pengendali mutu. Adapun penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh pengajar pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Bab 1 Pasal 1 ayat (11), (17), (18), (19), (20) dikemukakan pengertian Standar penilaian, Penilaian, Evaluasi pendidikan, Ulangan, Ujian. Selain itu juga penilaian diatur dalam Bab IV Pas al 22 yang berisi tentang: a.
Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
b.
Teknik penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan perseorangan atau kelompok. asesmen proses dan hasil belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu dengan Teknik Tes dan Non Tes: Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites, dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut. Tes sebagai alat ukur sangat banyak macamnya dan luas penggunaannya dan Teknik nontes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara.
c.
Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran IPTEK pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi individu minimal satu kali dalam satu semester. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan
nasional mencakup beberapa aspek, yaitu:
4
a.
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah.
b.
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik satuan pendidikan tinggi diatur oleh masingmasing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Fungsinya untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran.
d.
Penilaian belajar kelompok meliputi mata pelajaran agama, akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian pengamatan terhadap perubahan prilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik; serta ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.
e.
Mata pelajaran IPTEK meliputi ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
f.
Mata pelajaran estetika pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
3. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Permendikbud ini menjelaskan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Lingkup penilaian pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah dijelaskan pada Bab II pasal 2 yaitu terdiri atas: a) penilaian hasil belajar oleh pendidik; b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan c) penilaian hasil belajar oleh pemerintah dan dijelaskan lebih detail pada pasal 3 mengenai
5
aspek penilaian hasil belajar peserta didik yang meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Tujuan penilaian hasil belajar dijelaskan lebih lanjut dalam Bab III pasal 4 yaitu untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
dalam mencapai Standar Kompetensi
Lulusan secara berkesinambungan untuk semua mata pelajaran dan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Prinsip penilaian hasil belajar dijelaskan dalam Bab IV pasal 5 yaitu sebagai berikut: a.
Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur;
b.
Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c.
Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khususserta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adatistiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d.
Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e.
Terbuka,
berarti
prosedur
penilaian,
kriteria
penilaian,
dan
dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan; f.
Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik;
g.
Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;
h.
Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan
i.
Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan,
pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan. Hal ini
6
dijelaskan secara detail pada Bab V pasal 6 sampai pasal 8 mengenai bentuk penilaian. Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk mengukur dan mengetahui
pencapaian
kompetensi
peserta
didik,
memperbaiki
proses
pembelajaran dan menyusun laporan kemajuan hasil belajar (hasil belajar harian, tengah semester, akhir semester, akhir tahun, dan/atau kenaikan kelas). Sementara untuk penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk ujian sekolah/madrasah. Kemudian untuk penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional dan/atau bentuk lain yang diperlukan. Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan maupun pemerintah dijelaskan lebih lanjut pada Bab VI pasal 9 sampai dengan pasal 11. Kemudian untuk prosedur penilaian dijabarkan pada Bab VII pasal 12 sampai pasal 13 dan instrument penilaian dijabarkan pada Bab VI II pasal 14.
B. Pengertian Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
1. Pengukuran
Menurut cangelosi (1995) yang bermaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini pendidik menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu. Pengukuran (Measurement) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka. Pernyataan tersebut diperkuat dengan
pendapat
yang
menyatakan
bahwa
pengukuran
merupakan
pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atauformulasi tersebut harus disepakati secara
7
umum oleh para ahli. Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu.Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Pada Tabel 1 diberikan contoh standar kriteria yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyusun laporan praktikum IPA. Measurement dapat dilakukan dengan cara tes atau non-tes. Amalia (2003) mengungkapkan bahwa tes terdiri atas tes tertulis (paper and pencil test) dan tes lisan. Sementara itu alat ukur non-tes terdiri atas pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya siswa (produk), penugasan (proyek), dan kinerja (performance). Tabel 1. Contoh Acuan Standar Penilaian Laporan Praktikum Siswa No A
B
Aspek yang Dinilai Sistematika (Kelengkapan & sistematika komponenkomponen laporan)
Isi Laporan
Komponen/ kriteria Judul 2. Tujuan 3. Dasarteori 4. Alat danBahan 5. Cara Kerja 6. Data HasilPraktikum 7. AnalisisData 8. JawabanPertanyaan 9. Kesimpulan 10. DaftarPustaka 1. Merumuskan judul dan tujuan praktikum dengan 2. benar Menjelaskan Dasar Teori dengan ringkas dan 3. jelas Menyusun alat dan bahandengan spesifikasi 4. yangtepat Menyusun langkah kegiatan 5. praktikum dengan kalimat pasif Menyusun data hasil praktikum secara sistematis 6. dan komunikatif dalam 1.
Skor Maksimal 10
5 5 5 5
10
20
8
Aspek yang Dinilai
No
Komponen/ kriteria kolom pengamatan Menganalisi data secara induktif berdasarkan 8. teori/kepustakaan Menjawab pertanyaan-pertanyaan praktikum dengan benar 9. Menyusun kesimpulan dengan tepat berdasarkan hasil praktikum dan hasil diskusi Merujuk dan Menuliskan daftar pustaka minimal dua kepustakaan 7.
Skor Maksimal
10 10
5
2. Asesmen
Menurut Firman (2000), penilaian merupakan proses penentuan informasi yang dilakukan serta penggunaan informasi tersebut untuk melakukan pertimbangan sebelum keputusan. Suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik menggunakan tes dan non tes. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner ) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atautujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai. Asesmen memiliki dua tujuan, yaitu tujuan isi dan tujuan proses (Herman, dkk., 1992). Asesmen yang berkaitan dengan tujuan isi digunakan untuk menentukan seberapa jauh peserta
9
didik telah mempelajari pengetahuan dan keterampilan spesifik. Dalam hal ini asesmen harus terfokus pada hasil belajar peserta didik. Asesmen yang berkaitan dengan proses digunakan untuk mendiagnosis kekuatan dan kelemahan peserta didik serta merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Tujuan asesmen pembelajaran pada dasarnya te rgantung pada penggunaan jenis-jenis asesmen. Ada empat jenis asesmen dalam pembelajaran, yaitu: (a) asesmen formatif dan sumatif; (b) asesmen objektif dan subjektif; (c) asesmen acuan normatif dan acuan patokan, dan (d) asesmen formal dan informal. a.
Asesmen formatif dan sumatif Asesmen sumatif biasanya dilaksanakan di akhir pembelajaran, dan digunakan untuk membuat keputusan tentang kenaikan kelas peserta didik. Asesmen formatif umumnya dilaksanakan selam proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan asesmen formatif dapat berbentuk pemberian balikan atas pekerjaan peserta didik, dan tidak akan dijadikan sebagai dasar untuk kenaikan kelas peserta didik. Dalam konteks belajar, asesmen sumatif dan formatif disebut dengan asesmen belajar. Salah satu bentuk asesmen formatif adalah asesmen diagnostic. Asesmen diagnostic mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta didik untuk mengidentifikasi program belajar yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Asesmen mandiri oleh peserta didik merupakan bentuk asesmen diganostik yang melibatkan peserta didik mengakses dirinya sendiri.
b.
Asesmen objektif dan subjektif Asesmen bentuk objektif merupakan bentuk pertanyaan yang memiliki satu jawaban yang benar. Asesmen subjektif merupakan bentuk pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban yang benar (atau lebih dari satu cara mengungkapkan jawaban yang benar). Ada beberapa jenis pertanyaan berbentuk objektif dan subjektif. Jenis pertanyaan berbentuk objektif yaitu pertanyaan yang memiliki alternatif jawaban benar dan salah, pilihan ganda, pertanyaan menjodohkan, dan jawaban ganda. Pertanyaan subjektif yaitu pertanyaan yang membutuhkan jawaban luas dan ada yang berbentuk uraian.
10
c.
Asesmen acuan patokan dan acuan normatif Asesmen acuan patokan, biasanya menggunakan tes acuan patokan, merupakan asesmen yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Asesmen acuan patokan membandingkan kemampuan peserta didik dengan criteria, atau asesmen yang memfokuskan diri pada kinerja individu yang diukur berdasarkan pada criteria atau standar absolute. Asesmen acuan patokan seringkali digunakan untuk mengukur kompetensi peserta didik. Prosedur asesmen acuan patokan mencakup urutan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1)
Identifikasi hasil belajar yang diharapkan.
2)
Rumuskan kriteria. Jika memungkinkan, libatkan peserta didik dalam merumuskan kriteria
3)
Rencanakan kegiatan belajar yang membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
4)
Sebelum kegiatan belajar berlangsung, komunikasikan kriteria tersebut dan pekerjaan yang akan diakses.
5)
Berikan contoh kinerja yang diinginkan.
6)
Implementasikan kegiatan belajar.
7)
Gunakan beberapa metode asesmen berdasarkan tugas yang diberikan.
8)
Kaji kembali data asesmen dan evaluasi masing-masing tingkat kinerja peserta didik atau kualitas pekerjaan dengan menggunakan kriteria.
9)
Apabila diperlukan, berikan tanda huruf (misalnya A, B, C, D) yang menunjukkan pemenuhan hasil belajar peserta didik dan orangtua.
10) Laporkan hasil asesmen kepada peserta didik dan orangtua. Asesmen acuan normatif, atau dikenal dengan penentuan rangking berdasarkan kurva norml, biasanya menggunakan tes acuan normatif, tidak digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain yaitu asesmen yang distandarkan pada sekelompok individu yang kinerjanya dinilai dalam hubungannya dengan kinerja individu lainnya. Asesmen ini sangat efektif untuk membandingkan kemampuan peserta didik satu dengan peserta didik lainnya. Asesmen untuk ujian masuk sekolah biasanya emnggunakan
11
asesmen acuan normative, karena asesmen ini dapat menunjukkan proporsi jumlah calon peserta didik yang lulus datau diterima di sekolah atau di universitas , dan bukan menunjukkan tingkat kemampuan calon peserta didik yang sesungguhnya. d.
Asesmen formal dan informal Asesmen formal biasanya diwujudkan dalam bentuk dokumen tertulis, seperti tes tertulis. Asesmen formal diberikan skor dalam bentuk angka atau penentuan rangking berdasarkan pada kinerja peserta didik. Asesmen informal tidak dimaksudkan untuk menentukan rangking akhir peserta didik. Asesmen ini biasanya dilakuan dengan cara yang lebih terbuka, seperti kegiatan asesmen yang dilaksanakan melalui observasi, inventori, partisipasi, evaluasi diri dan teman sebaya, dan diskusi.
3. Evaluasi
Menurut Kumano (2001), evaluasi merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995), evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Calengosi (1995) juga menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan
sebagai
suatu
proses
pengambilan
keputusan
dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian,
Evaluasi
merupakan
suatu
proses
yang
sistematis
untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002). Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Purwanto (2002) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
12
C. Evaluasi, Assesmen, dan Pengukuran Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan Kompetensi Dasar (KD) sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik. Untuk mengetahui ketercapaian KD, guru harus merumuskan sejumlah indikator sebagai acuan penilaian dan sekolah juga harus menentukan ketuntasan belajar minimal atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk memutuskan seorang peserta didik sudah tuntas atau belum. KKM menggambarkan mutu satuan pendidikan, oleh karena itu KKM setiap tahun perlu dievaluasi dan diharapkan secara bertahap terjadi peningkatan KKM. Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dari Kurikulum 2006 berdampak pada perubahan empat SNP, salah satunya adalah standar penilaian. Menurut lampiran Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013, standar penilaian merupakan kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang dijadikan sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian. 1. Pengukuran dalam Kurikulum 2013
Untuk suatu usaha pengukuran banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus dibahas, yaitu kesahihan (validitas), keterandalan (realiabilitas) dan kepraktisan.
Validitas Suatu alat pengukuran dikatakan valid jika ia benar-benar cocok untuk mengukur apa yang hendak diukur. Jadi suatu untuk mata pelajaran tertentu dikatakan valid jika ia benar-benar cocok dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan untuk dicapai dengan penyajian matapelajaran tertentu.
Realiabilitas Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika ia menghasilkan suatu gambaran (hasil pengukuran) yang benar-benar dapat dipercaya. Ciri ini menunjukkan bahwa alat pengukur itu tidak rusak sehingga dapat diandalkan untuk membuahkan hasil pengukuran yang sebenarnya. Jika alat pengukurannya reliabel, pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan memakai alat yang sama
13
terhadap obyek dan subyek yang sama hasilnya akan tetap atau relatif sama.
Kepraktisan Ada tiga hal yang dianggap sebagai ciri kepraktisan alat pengukur atau ujian
a)
Penghematan : suatu ujian dikatakan praktis jika penggunaan waktu, tenaga dan biaya relatif kecil
b)
Kemudahan dalam pengadministrasian: suatu ujian dikatakan praktis kalau mudah dalam pengadministrasiannya.
c)
Kemudahan dalam penginterpretasian: suatu ujian dikatakan praktis kalau mudah menginterprestasi hasilnya (Harun, 2007)
2. Penilaian dalam Kurikulum 2013
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan dan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, menjelaskan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas: penilaian hasil belajar oleh Pendidik, penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan; dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Ketiga penilaian tersebut dirangkum dalam gambar berikut.
Gambar. Penilaian oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah
14
Salah satu ciri atau karakteristik kurikulum 2013 terkait penilaian adalah diharuskannya guru melakukan penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input ), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output ) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar
peserta
didik,
bahkan
mampu menghasilkan
dampak
instruksional
(instructional effects) dan dampak pengiring (nurturant effects) dari pembelajaran. Penilaian autentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian autentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut di atas, ada beberapa kata kunci dalam penilaian autentik, yakni 1) Penilaian input, yakni menilai kemampuan awal siswa terkait apa yang akan dipelajari. Misalnya: pretest, apersepsi, brainstorming; 2) penilaian proses, yakni penilaian pada saat proses pembelajaran berlangsung. Misalnya menilai
kesungguhan
siswa,
penerimaan
siswa,
kerjasama,
kemampuan
menyelesaikan tugas yang diberikan, penilaian diri, penilaian antar sejawat, dan lainlain; 3) penilaian hasil, yakni menilai kompetensi siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Misalnya menilai kompetensi pengetahuan siswa dengan cara tertulis, lisan atau penugasan, dan menilai keterampilan siswa dengan cara tes praktik/unjuk kerja, portofolio, tugas projek (Alimuddin, 2014). Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku peserta didik sebagai hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian sikap memiliki
karakteristik
yang
berbeda
dengan
penilaian
pengetahuan
dan
keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian dan membina perilaku serta budi pekerti peserta didik. Penilaian sikap dilakukan oleh semua guru mata pelajaran,
15
guru BK, dan wali kelas, serta warga sekolah. Teknik penilaian sikap dijelaskan pada skema berikut.
Gambar. Skema Penilaian Sikap Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian KD pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik penilaian. Guru mata pelajaran menetapkan teknik penilaian sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan pada saat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada silabus.
Gambar. Skema Penilaian Pengetahuan
16
Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu. Keterampilan dalam Kurikulum 2013 meliputi keterampilan abstrak (berpikir) dan keterampilan konkret (kinestetik). Kaitannya dalam pemenuhan kompetensi, penilaian
keterampilan
merupakan
penilaian
untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi peserta didik terhadap kompetensi dasar pada KI-4. Penilaian keterampilan menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu.
Gambar. Skema Penilaian Pengetahuan 3. Evaluasi dalam Kurikulum 2013
Evaluasi hasil belajar merupakan salah satu jenis kegiatan evaluasi pendidikan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran serta selalu didahului oleh kegiatan penilaian dan pengukuran. Untuk memberikan informasi yang akurat serta mencapai tujuan sebagaimana diharapkan, penilaian dan pengukuran di dalam evaluasi hasil belajar harus dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan standar yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melalui pengalaman belajar (Alimuddin, 2014). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut dijelaskan bahwa evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian. Hasil dari evaluasi ini adalah naik/tidak naik kelas, lulus atau tidak lulus, remedial atau tidak remedial.
17
Evaluasi mempunyai ruang lingkup yang lebih luas daripada pengukuran dan penilaian mencakup semua komponen dalam sistem. Komponen dalam sis tem yang dimaksud yaitu sebuah sistem pendidikan, sistem kurikulum, dan sistem pembelajaran. Menurut Arifin (2010) komponen dalam sistem tersebut dapat dilakukan tidak hanya pihak internal (evaluasi internal) tetapi juga pihak eksternal (evaluasi eksternal), seperti konsultan mengavaluasi sesuatu program atau kurikulum. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran hendaknya (a) dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dievaluasi, materi yang akan dievaluasi, alat evaluasi dan interpretasi hasil evaluasi (b) menjadi bagian integral dari proses pembelajaran (c) agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat (instrumen) dan sifatnya komprehensif (d) diikuti dengan tindak lanjut. Di samping itu, evaluasi juga harus memperhatikan prinsip keterpaduan, prinsip berorientasi kepada kecakapan hidup, prinsip belajar aktif, prinsip kontinuitas, prinsip koherensi, prinsip keseluruhan, prinsip paedagogis, prinsip diskriminalitas, dan prinsip akuntabilitas (Arifin, 2010).
18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dasar hukum asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran dimuat dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. 2. Pengukuran adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Asesmen adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
Evaluasi
adalah
suatu
proses
pengambilan
keputusan
dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. 3. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan Kompetensi Dasar (KD) sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik. Untuk mengetahui ketercapaian KD, guru harus merumuskan sejumlah indikator sebagai acuan penilaian dan sekolah juga harus menentukan ketuntasan belajar minimal atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk memutuskan seorang peserta didik sudah tuntas atau belum. Karakteristik penilaian kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik.
B. Saran
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas dapat diambil refleksi yang ditujukan pada pembaca sebagai sumber pengetahuan pada konsep asesmen, evaluasi dan pengukuran dalam pengaplikasiannya dalam pendidikan.
19
DAFTAR RUJUKAN
Alimuddin. 2014. Penilaian dalam Kurikulum 2013. Prosiding Seminar Nasional Vol.1 No.1: Makasar Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur ,Cet; II, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB Depdikbud. 2013. Permendibud Nomor 66 Tahun 2013. Jakarta: Kemendikbud Depdikbud. 2014. Permendibud Nomor 104 Tahun 2014. Jakarta: Kemendikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2017. Panduan penilaian Oleh pendidik dan satuan pendidikan: Kemendikbud Harun, Rahman Fathur. 2007. Penilaian dalam Pendidikan. Universitas Sumatera Utara. Herman, J.L. et al. 1992. A Practical Guide to Alternative Assessment. California: The Regents of The University of California. Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice. Japan: Shizuoka University. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. 2016. Online. http://bsnpindonesia.org/wpcontent/uploads/2009/09/Permendikbud_Tahun2016_Nomor0 23.pdf. Diakses 30 Januari 2018. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendididkan Penilaian dan Evalusia Pembelajaran. 2005. Jakarta: Lembaga Negara Indonesia. Purwanto, N. 2002. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda Karya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Indonesia. 2003. Jakarta: Lembaga Negara Indonesia.
20
View more...
Comments