1-3-3_EKSEKUTIF

September 16, 2017 | Author: jarotts | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

eksekutif...

Description

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab-

1

PENDAHULUAN 1.1.

LATAR BELAKANG

PT. PERTAMINA – EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, dibentuk Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Pada saat penyusunan dokumen ini, peran PT PERTAMINA – EP mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, di mana tugas manajemen Kegiatan Minyak dan Gas Bumi Hulu dipindahkan dari PERTAMINA menjadi tugas Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi tersebut PT. PERTAMINA (Persero) membentuk anak perusahaan yaitu PT. PERTAMINA – EP yang khusus menangani dalam Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. PT. PERTAMINA – EP dibentuk berdasarkan Akta Notaris nomor 4 pada tanggal 13 September 2005. PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM sangat tepat waktu karena akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi BBM dalam negeri. Proyek LNG ini akan memperkuat produksi LNG Indonesia yang dapat dipasarkan dan akan menjadi pusat ekspor LNG ke empat di Indonesia. PPGM diharapkan akan beroperasi pada tahun 2012.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

1

PT PERTAMINA EP -PPGM

Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas bumi, yaitu: lapangan-lapangan gas Donggi, Matindok, Maleo Raja, Sukamaju, dan Minahaki. Kemudian gas tersebut disalurkan melalui pipa menuju kilang LNG, untuk kemudian gas tersebut dipasarkan melalui pelabuhan menggunakan kapal tanker LNG. Kemampuan produksi gas dari Blok Matindok diperkirakan ± 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat ± 850 bopd, dan air yang terikut diproduksikan diperkirakan maksimum sebesar 2500 bwpd, dengan prakiraan umur produksi 20 tahun yang didasarkan atas besarnya cadangan gas yang ada dan hasil kajian keekonomian pengembangan lapangan. Gas yang diproduksi mengandung CO2 ± 2,5%, Total Sulfur ± 3.000 ppm dan kemungkinan juga mengandung unsur yang lainnya. 1.2.

TUJUAN DAN MANFAAT

1.2.1. Tujuan

Tujuan proyek ini adalah memproduksi gas bumi, menyalurkan gas ke kilang LNG, memproses gas menjadi Liquid Natural Gas (LNG), serta mengangkut LNG dan hidrokarbon cair (kondensat) ke pasaran. Dalam upaya untuk mencapai tujuan itu maka PPGM merencanakan akan melakukan kegiatan pengembangan Sumur Gas, pembangunan Block Station (BS) atau Fasilitas Pemrosesan Gas ( Gas Processing Facility, disingkat GPF), pemasangan Pipa Penyalur Gas dan pembangunan Fasilitas Kilang LNG, termasuk fasilitas pelabuhan laut khusus. Pelabuhan laut khusus tersebut direncanakan akan dibangun pada dua alternatif lokasi yaitu di daerah Kecamatan Batui dan Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Berikut ini adalah cakupan rencana kegiatan pengembangan Lapangan Gas Matindok. 1. Pemboran 21 sumur yang terdiri dari 17 sumur pengembangan dan 4 sumur kerja ulang (work over) dengan perincian: No.

Lapangan

Jenis Kegiatan Pemboran

Wilayah

1.

Donggi

4 sumur work over 4 sumur pengembangan

Kecamatan Toili Barat

2.

Minahaki

4 sumur pengembangan

Kecamatan Toili

3.

Sukamaju

2 sumur pengembangan

Kecamatan Batui

4.

Matindok

4 sumur pengembangan

Kecamatan Batui

5.

Maleoraja

3 sumur pengembangan

Kecamatan Batui

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

2

PT PERTAMINA EP -PPGM

2. Pembangunan Block Station (BS) di Donggi, Sukamaju dan Matindok, sedangkan gas yang berasal dari sumur-sumur Matindok, Maleoraja dan Minahaki akan dialirkan melalui

Manifolding Station (MS); 3. Pembangunan fasilitas pemrosesan gas atau Gas Processing Facility (GPF) akan ditempatkan satu area dengan Block Station yang berada di dua lokasi yaitu di Donggi dan Matindok; 4. Pembangunan Kilang LNG dalam hal ini adalah Donggi-Senoro LNG (DSLNG) beserta fasilitas pendukung seperti perkantoran dan pelabuhan khusus akan ditempatkan di dua alternatif lokasi yaitu Uso, Kecamatan Batui atau Padang, Kecamatan Kintom. 5. Pemasangan pipa: a. Pemasangan pipa flow line berdiameter 4” s/d 6" di darat sepanjang sekitar 35 km dari sumur-sumur ke BS di masing-masing lapangan; b. Pemasangan pipa gathering line diameter 16” dan 18”, sepanjang 40 km dari BS ke GPF kemudian diteruskan ke fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Senoro yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui. c.

Pemasangan pipa trunk line penyaluran gas berdiameter 32" di darat sepanjang sekitar 23 km dari Fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Senoro ke Kilang LNG, yang terletak di Desa Uso Kecamatan Batui atau Desa Padang Kintom, yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Batui dan Kintom

6. Pengangkutan kondensat dengan mobil tangki Kondensat dari Block Station Donggi, Sukamaju dan Matindok ke Tangki Penampung Kondensat JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Bajo. 7. Pembebasan lahan untuk rencana kegiatan pemboran sumur,

pemasangan pipa,

pembangunan BS, GPF, Kilang LNG, pelabuhan dan pemasangan pipa darat seluruhnya sekitar 595 ha.

1.2.2. Manfaat Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) ini sangat bermanfaat secara ekonomi, sosial dan teknologi bagi kepentingan lokal, regional dan nasional. Manfaat PPGM itu antara lain: 1. Tersedianya Gas, Liquid Natural Gas (LNG), hidrokarbon cair (kondensat) dan belerang (sulphur) 2. Peningkatan pendapatan bagi Kabupaten Banggai (tingkat lokal), Provinsi Sulawesi Tengah (tingkat regional) dan tingkat nasional melalui pajak dan royalti dari hasil penjualan LNG, kondensat dan belerang (sulphur). 3. Memberikan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat lokal, regional dan nasional 4. Peningkatan kemampuan bangsa dalam penguasaan teknologi produksi gas.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

3

PT PERTAMINA EP -PPGM

Selain bermafaat secara ekonomi, sosial dan teknologi, pelaksanaan Proyek Pengembangan Gas Matindok ini diperkirakan akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa komponen lingkungan hidup. Oleh karena itu PT. PERTAMINA EP – PPGM bermaksud melaksanakan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebelum dilakukan pembangunan fisik di lapangan. Hal ini sesuai dengan komitmen perusahaan untuk berpartisipasi mewujudkan perlindungan terhadap lingkungan pada setiap kegiatan yang dilakukan. Disamping itu, terkait dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Hasil studi AMDAL pada dasarnya berupa informasi tentang berbagai komponen kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting yang bersifat positif dan negatif, penilaian kelayakan lingkungan dari rencana kegiatan tersebut dan alternatif rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang akan dilakukan.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

4

PT PERTAMINA EP -PPGM

2

BabRENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN 2.1.

IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN ANDAL

2.1.1. Pemrakarsa A. Nama Perusahaan Nama Perusahaan : PT. PERTAMINA EP - Proyek Pengembangan Gas Matindok Alamat Kantor

: Menara Standard Chartered Bank Lantai 21 Jl. Prof. DR Satrio Kav 164. Jakarta Selatan, 12950, Indonesia

Telp./ Fax.

: (021) 57893688/ (021) 57946223

B. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Kegiatan Nama

: M. Indra Kusuma

Jabatan

: General Manager Proyek Pengembangan Gas Matindok

Alamat Kantor

: Menara Standard Chartered Bank Lantai 21 Jl. Prof. DR Satrio Kav 164. Jakarta Selatan, 12950, Indonesia

Telp./ Fax.

: (021) 57893688/ (021) 57946223

Pemrakarsa kegiatan penyusunan AMDAL ini adalah PT Pertamina EP- PPGM. Rencana kegiatan ini dibagi berdasarkan konsep bisnis Hulu dan Hilir. Sebagai pelaksana kegiatan hulu seperti eksplorasi gas, pemboran sumur pengembangan, konstruksi dan operasi produksi GPF dan penyaluran gas melalui pipa menjadi tanggung jawab Bagian Hulu yang ditangani dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya PT Pertamina EP. Sedangkan pelaksanaan kegiatan hilir seperti konstruksi pembangunan kompleks kilang LNG, pelabuhan khusus dan operasional LNG, pelabuhan khusus dan pemeliharaan fasilitas LNG menjadi tanggung jawab Bagian Hilir, yakni PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

5

PT PERTAMINA EP -PPGM

2.1.2. Identitas Penyusun AMDAL A. Nama dan Alamat Instansi Nama

:

Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada

Alamat

:

Jl. Lingkungan Budaya, Sekip Utara Yogyakarta 55281

E-mail

:

[email protected]

Telp.

:

(0274) 565722, 902410

Fax.

:

(0274) 565722

B. Penanggung Jawab Studi Nama

:

Dr. Eko Sugiharto

Jabatan

:

Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada

Alamat

Jl. Lingkungan Budaya, Sekip Utara Yogyakarta 55281

E-mail

:

[email protected]

Telp.

:

(062-274) 565-722, 902-410

Fax.

:

(062-274) 565-722

C. Tim Pelaksana Studi AMDAL Tim pelaksana Studi AMDAL ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: ketua tim, koordinator bidang fisik kimia beserta beberapa orang anggota, koordinator bidang biologi dengan seorang anggota, koordinator bidang sosial ekonomi dan budaya dengan beberapa orang anggota, koordinator bidang kesehatan masyarakat dengan seorang anggota dan beberapa narasumber. Susunan tim penyusun AMDAL selengkapnya disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Susunan Tim Pelaksana Studi AMDAL Jabatan Ketua

Nama Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc.

Koordinator Bidang Drs. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc. Geofisik-Kimia Anggota Dr. rer. nat. Nurul Hidayat Aprilita, M.Si. Ir. Wahyu Widodo, M.T. Koordinator Bidang Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc. Biologi Asisten Utiyati, S.Si. Koordinator Bidang Drs. Dahlan H. Hasan, M.Si. Sos-Ek-Bud Anggota Supriadi, SH., M.Hum. Asisten Ir. Christina Lilies Sutarminingsih Koordinator Bidang Prof. Dr. Sugeng Yuwono Mardihusodo Kes. Mas. Asisten P. Sutrisno, S.Sos. Pemetaan/GIS Ahsan Nurhadi, S.Si. Nara Sumber Ir. Subaryono, MA., Ph.D.

Keahlian Ahli Kepala, Lingkungan (S2, 10 tahun) Ahli Kepala, Geomorfologi (S2, 10 tahun) Ahli Kimia (S3, 5 tahun) Ahli Transportasi Ahli Kepala, Lingkungan (S2, 10 tahun) Asisten Biologi Ahli Kepala, Sos.Ek.Bud (S2, 10 tahun) Ahli Sos.Ek.Bud (S2) Asisten Sos.Ek.Bud. Ahli Kepala, Kes. Mas. (Guru Besar) Asisten Kes. Mas. Pemetaan/GIS GIS (S3, 15 tahun)

Dr. Ir. Subagyo Pramumidjojo

Geologi – Kegempaan (S3, 15 tahun)

Ir. Rahman Hidayat, M.Sc.,Ph.D.

Hidrooseanografi (S3, 10 tahun)

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

Sertifikat AMDAL A, B A, B A A,B A, B A, B A, B A, B A, B

A, B A, B

6

PT PERTAMINA EP -PPGM

2.2

URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Berikut ini secara keseluruhan diuraikan rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok, baik kegiatan Bagian Hulu maupun kegiatan Bagian Hilir. A. Luas Tapak Proyek Termasuk Prasarana dan Sarana Lain No

Prasarana

Satuan

Luas Lahan

1.

Sumur pengembangan

17 lokasi, @ 4 Ha

68 Ha

2.

Manifold Station (MS)

3 lokasi, @ 1 Ha

3 Ha

3.

Block Station (BS)

3 lokasi, @ 10 Ha

30 Ha

4.

Jalur pipa ”flow line”

5 lokasi, lebar 8 m, panjang 35 km

14 Ha

5.

Jaur pipa ”trunk line ” dari 2 BS  LNG Plant Lebar 20 m, panjang 60 km

120 Ha

6.

Kilang LNG (termasuk LNG Jetty & MOF)

1 unit

300 Ha

7.

Pembuatan jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada untuk pemboran sumur-sumur pengembangan

Lebar 6-8 m, panjang sekitar 15 km

Luas total lahan yang diperlukan

60 Ha

595 Ha

Lahan yang diperlukan untuk 17 alokasi sumur pengembangan adalah 68 ha, pembangunan fasilitas manifold station di 3 (tiga) lokasi

adalah 3 x 1 ha per lokasi (3 ha); untuk

pembangunan BS di tiga lokasi seluas 30 ha; jalur pipa ”flowline” di lima lokasi tersebut adalah membutuhkan lahan 8 meter lebar x 35 kilometer panjang flowline (14 ha); Kompleks Kilang LNG seluas lebih kurang 300 ha;

dan sistem pemipaan gas 20 meter

lebar x 60 km panjang pipa (120 ha). Lokasi yang perlu dipersiapkan sebelum pemboran sumur-sumur pengembangan adalah lokasi sumur dan

jalan masuk lokasi (pembuatan

jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada) dengan panjang kumulatif dari semua sumur ± 15 km dengan lebar 6 – 8 m (sekitar 60 ha). Jadi luas lahan yang diperlukan untuk tapak proyek sekitar 595 ha. Lahan yang dipergunakan akan menggunakan lahan milik masyarakat dan lainnya. Pelaksanaan pengadaan lahan secara ganti rugi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Kapasitas Produksi Rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. PERTAMINA EP, Proyek Pengembangan Gas Matindok adalah mulai dari kegiatan pemboran sumur pengembangan maupun pemboran work over, pembangunan Block Station (BS) dan membangun pipa transmisi gas

(flowline dantrunkline), membangun Kilang LNG (DSLNG) berikut pelabuhan untuk membawa LNG ke luar Kabupaten Banggai.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

7

PT PERTAMINA EP -PPGM

Cadangan gas (1P, 2P dan 3P) dari lapangan-lapangan gas di blok Matindok adalah sebagai berikut : Lapangan

1P

2P

3P

Donggi

332.76

518.45

718.83

Matindok

135.51

364.47

470.64

Maleo Raja

117.54

148.71

181.54

Minahaki

80.45

128.38

195.74

Sukamaju

32.65

48.73

80.33

Kapasitas produksi gas di Blok Matindok berdasarkan perhitungan cadangan gas yang ada diperkirakan akan sebesar ± 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat ± 850 bopd dan air terproduksi maksimum sebesar ± 2500 bwpd. Umur produksi ± 20 tahun dengan kemampuan produksi plateau sebesar 100 MMSCFD selama 13 tahun yang didasarkan atas besarnya cadangan gas dan hasil kajian ekonomi. Gas yang diproduksi mengandung CO2 ± 2,5%, kandungan Total Sulfur ± 3.000 ppm dan kemungkinan adanya unsur lainnya. Fasilitas produksi gas yang akan dibangun terdiri dari Sumur Gas, Flowline, Manifolding

Station, Gathering Line dan Block Station (BS) berikut Processing Facility (AGRU-SRU). Pipa transmisi dari BS menuju Kilang LNG direncanakan berukuran Ø 32” sepanjang ± 23 km dengan menggunakan jalur pipa JOB Pertamina – Medco Tomori Sulawesi (yang sudah dilengkapi dengan Dokumen AMDAL tersendiri). C. Jadwal Kegiatan Kegiatan pengembangan dibagi kedalam beberapa tahapan, yaitu prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi. Tabel 2.2. Umur Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok Tahap Kegiatan 1. Prakonstruksi 2. Konstruksi 3. Operasi a. Pemboran b. Operasi Produksi Gas c. Operasi Produksi LNG 4. Pasca Operasi

2008 ***********

2009

Tahun 2012

2013

2035

*********** *********** ***********

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

*********** ***********

**********

8

PT PERTAMINA EP -PPGM

D. Jenis Sumber Energi dan Sumber Air yang Diperlukan di Lokasi Rencana Kegiatan Jenis sumber energi utama untuk mendukung pengoperasian fasilitas produksi adalah: 1. Bahan bakar gas diperlukan untuk pengoperasian berbagai fasilitas seperti Unit Pengering Gas, Gas Treating Unit, Unit Pencairan Gas menjadi LNG, Penggerak Kompresor dan Penggerak Generator listrik. Bahan bakar gas akan diambil dari hasil produksi sendiri. 2. Unit generator berbahan bakar minyak, yang disediakan untuk keadaan darurat di masing-masing BS, Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus/pelabuhan. Bahan bakar minyak diperoleh dari sumber terdekat di sekitar lokasi proyek. 3. Energi listrik yang berasal dari genset berbahan gas untuk penerangan dan penggerak motor listrik. 3

Keperluan air cukup besar, untuk pemboran sekitar 420 m per sumur, hydrotest saluran 3

3

pipa sekitar 20.000 m dan kebutuhan air untuk operasi setiap unit BS sekitar 25 m /hari. Kebutuhan air tawar untuk konstruksi tersebut di atas, akan diambil dari air sungai atau genangan air tawar terdekat. 3

Kebutuhan air untuk operasional Kilang LNG plant memerlukan air sebesar 75 m /hari. Untuk keperluan operasional tersebut direncanakan menggunakan air tanah dalam. Kemungkinan lain operasional Kilang LNG akan menggunakan air sungai atau air laut yang telah di desalinasi terlebih dahulu. Lokasi rencana kegiatan PPGM disajikan pada Gambar 2.1.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

9

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 2.1. Lokasi Rencana Kegiatan PPGM

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

10

PT PERTAMINA EP -PPGM

E. Sosialisasi dan Konsultasi Publik 1) Sosialisasi Pengumumam rencana kegiatan telah dilakukan melalui media cetak, poster, radio siaran swasta setempat dan spanduk. 2) Konsultasi Publik Dalam rangka penyusunan Kerangka Acuan (KA) ANDAL, telah dilaksanakan konsultasi publik di 2 (dua) tempat, yaitu pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2006 di Kecamatan Batui dan tanggal 23 Mei 2006 di Kecamatan Toili. Pertemuan konsultasi publik di Kecamatan

Batui

dilaksanakan

untuk

mendapatkan

saran/masukan/tanggapan

masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Kintom dan Batui, sedangkan yang dilaksanakan di Kecamatan Toili untuk warga masyarakat di Desa Toili dan Toili Barat. Pertemuan ini dihadiri oleh delegasi PT. PERTAMINA-EP, wakil dari Kementrian KLH, dari Ditjen Migas, Pemerintah Kabupaten Banggai, Tim Penyusun Dokumen AMDAL dari PSLH UGM - PPLH UNTAD, serta masyarakat Kecamatan Batui, Toili dan Toili Barat di Kabupaten Banggai. Berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap saran, pendapat dan tanggapan dari masyarakat, Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait dengan rencana kegiatan pengembangan, terdapat beberapa masukan yang perlu menjadi perhatian sebagai berikut: Pembebasan lahan dan kompensasi tanaman tumbuh Ketenagakerjaan lokal Program pemberdayaan masyarakat Keberadaan terumbu karang di lepas pantai Keberadaan Suaka Margasatwa Bakiriang Semua saran, rekomendasi dan gagasan tersebut menjadi bahan pertimbangan/ masukan bagi Tim Studi dalam penyusunan Dokumen ANDAL, RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Gas Matindok. F. Kegiatan Pemboran 1. Pemboran Sumur Secara geologi daerah Blok Matindok dan sekitarnya terletak di Cekungan Banggai yang berada di sebelah selatan dari lengan bagian timur Pulau Sulawesi. Cekungan Banggai merupakan bagian utama dari offshore depression sepanjang pantai sebelah selatantimur dari bagian tangan sebelah timur laut Sulawesi yang berbentuk tidak simetris dengan kemiringan sepanjang garis pantai dan berorientasi dengan arah N60ºE. Cekungan ini termasuk pada klasifikasi cekungan transform refted yang merupakan cekungan active margin basin or collision related basin dan mempunyai potensi hidrokarbon di batuan karbonat Formasi Tomori dan Formasi Minahaki.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

11

PT PERTAMINA EP -PPGM

2. Pemboran Sumur Pengembangan Dari hasil beberapa pemboran sumur eksplorasi yang telah dilakukan di Blok Matindok ini terdapat lima buah struktur yang mempunyai kandungan gas, dimana 5 buah struktur tersebut terletak di onshore . Cadangan gas (terambil) yang telah disertifikasi dari kelima struktur tersebut diperkirakan mencapai 699 BSCF gas (P1) dimana cadangan sebesar 666.26 BCF akan disalurkan ke LNG Plant dan cadangan sebesar 32.65 BCF dari lapangan Sukamaju yang akan dikembangkan apabila ijin dari Menteri Kehutanan mengenai alih fungsi sudah dikeluarkan. Gas hasil produksi sumur Sukamaju direncakan untuk memasok gas ke Pembangkit Listrik IPP Banggai. Berdasarkan analisa Geologi, Geofisika dan Reservoir (GGR) dari kelima struktur tersebut direncanakan untuk melakukan pemboran 17 sumur pengembangan, dengan kemungkinan ada sumur yang kering. Jenis kegiatan pekerjaan sumur meliputi pemboran sumur pengembangan (17 sumur), work over/kerja ulang (4 sumur), stimulasi, perawatan sumur, dan penutupan sumur. Pelaksanaan pemboran pengembangan di lima lapangan yang ada di PPGM yaitu masing-masing di lapangan Donggi, Minahaki, Sukamaju, Matindok dan Maleoraja mempunyai kedalaman yang berbeda. Target reservoir produksi adalah lapisan Minahaki atas atau biasa disebut lapisan Mio Carbonat, adalah reservoir gas dibatuan karbonat. 3. Sumur Produksi Setelah pemboran selesai, selanjutnya dilakukan penyelesaian sumur (well completion) sesuai dengan program yang telah disusun, antara lain dengan pemasangan production

string, well head and Christmas tree. 4. Pengelolaan serbuk bor dan lumpur bor bekas Serbuk bor (cutting) hasil pemboran dialirkan ke permukaan dan disaring melalui alat pemisah padatan (shale shaker) yang akan memisahkan serbuk bor dari lumpur bor. Serbuk bor dan lumpur bor bekas ditampung dalam mud pit yang mempunyai kapasitas tampung lebih besar daripada jumlah limbah yang dihasilkan. Konstruksi mud pit dibangun dengan cara penggalian dan pemadatan secara mekanis, diantara mud pit satu dengan yang lain terdapat fasiltas penyaring yang terdiri dari Bak Oil Catcher, Bak Koagulasi dan Water Disposal. G.

Sistem Pemipaan Gas Jalur pipa Hasil produksi gas dari tiap-tiap sumur dialirkan melalui pipa produksi (flowline) dengan diameter yang sesuai, sebagian besar menggunakan pipa berdiameter 4 inch dan ada sebagian yang menggunakan pipa berdiameter 6 inch. Pipa flowline dimaksud dirancang menggunakan material baja carbon yang didalamnya dilapisi Stainless-Steel agar tahan terhadap gas H2S untuk menuju Blok Station (BS). Lebar lahan yang akan digunakan untuk pipa produksi tersebut sekitar 8 meter dengan panjang kumulatif ± 35 km untuk 21 sumur.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

12

PT PERTAMINA EP -PPGM

Disain Pipa Material yang digunakan untuk flowline mengikuti NACE MR175 (Metals for Sulfide Stress

Cracking and Stress Corrosion Cracking Resistence in Sour Oilfield Environments). Material yang dipilih adalah material tahan korosi (316 SS lined steel pipe untuk temperatur < o

o

140 F dan Alloy 825 lined steel pipe untuk temparatur > 140 F). Disain pipa dan pemasangan pipa akan mengacu pada beberapa standard nasional (Departemen Pertambangan dan Energi tentang Insatalasi Minyak dan Gas Bumi No. 01/P/M/Pertamb/1980; Kep.Men PE No. 300.K/38/M.PE/1997

dan Peraturan Ditjen

MIGAS: Standar Pertambangan MIGAS (SPM, 1992) 50.54.0-50.54.1) dan internasional (antara lain API 5 SL – Specification for Line Pipe, API 1104 – Welding of Pipeline and Related facilities, ASME B31.8 – Gas Distrbution and Tranportation Piping System). Material pipa penyalur (flowline) menggunakan clading pipe CRA, dan isolasinya berupa Wrapping Insulation. Untuk material Pipeline (Trunkline) menggunakan Carbonsteel API 5L, dan isolasinya berupa Manufacture Insulation. Proteksi Korosi (Corrosion Protection) Pipa Proteksi korosi luar pipa gas dilakukan dengan sistem proteksi katodik (anoda karbon) yang diharapkan mampu mengendalikan semua bentuk korosi luar di bawah tanah agar dapat melindungi pipa dari korosi luar. Selain itu pipa dilengkapi dengan pembalut luar pipa yang juga berfungsi melindungi pipa dari korosi luar. Sedangkan proteksi korosi internal dilakukan dengan menginjeksi corrosion inhibitor

ke dalam pipa gas secara

berkala. Untuk memudahkan dalam pengukuran potensial dan arus yang mengalir pada pipa, maka dipasang test box pada setiap jarak ± 1 km. H.

Block Station (BS) Gas dari sumur produksi dialirkan ke 3 Stasion Pengumpul (Gathering station/Block

Station) yang terletak di masing-masing lapangan (Donggi, Matindok, dan Sukamaju). Sedangkan di lapangan Matindok, Maleoraja dan Minahaki, hanya ada fasilitas Manifold

Station (MS). Di dalam BS terdapat Unit separasi, Unit kompresi, Tangki penampung, Unit utilitas dan Unit pengolah limbah (Flaring system dan IPAL). Berikut ini adalah unit-unit operasi yang digunakan untuk pemrosesan gas di BS. Seluruh Blok Station atau Stasiun Pengumpul Gas di Blok Matindok terdiri dari sistem pengumpulan (gathering system) dan sistem separasi gas bumi yang terdiri dari separator dan tangki kondensat. Unit dehidrasi diperlukan untuk mengurangi kandungan air dalam gas bumi agar tercapai spesifikasi gas pipeline yaitu maksimum 7 lb/MMSCF.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

13

PT PERTAMINA EP -PPGM

1. Unit Separasi Hidrokarbon dari sumur produksi mengandung kondensat, air dan gas dimana jumlah terbesar adalah gas. Langkah awal untuk memisahkan kondensat, air dan gas adalah dengan menggunakan separator gas. Di dalam alat tersebut kondensat dan air terpisah dari gas. Kondensat dan air akan mengalir dari bagian bawah separator sedangkan gas akan mengalir dari bagian atasnya. Proses pemisahaan di dalam alat tersebut hanya merupakan proses fisika dan tanpa penambahan bahan kimia. Kondensat dan air dipisahkan dengan prinsip ketidak-saling-larutan dan perbedaan berat jenis. Kondensat ditampung di tangki penampung, sedangkan air diproses lebih lanjut dalam sistem pengolah air (waste water treatment). Apabila tekanan gas dari sumur berkurang akibat penurunan tekanan reservoir secara alami, maka akan dilakukan pemasangan kompresor di Gathering Station/ Block Station guna menjaga stabilitas tekanan gas yang masuk ke System CO2 / H2S Removal maupun ke konsumen gas tetap stabil. Kondensat ditampung di tangki penampung untuk dikirim ke Kilang LNG di Batui menggunakan mobil tangki. 2. Tangki penampung Tangki penampung dipakai untuk menampung kondensat yang berasal dari separator, sebelum diangkut ke Batui. Jumlah tangki penampung yang dipakai sebanyak 2 buah 3

dengan kapasitas masing-masing sebesar ± 1300 m . Kondensat akan diangkut dari Block Station ke fasilitas JOB di Desa Bajo dengan menggunakan road tank atau mobil tangki. 3. Kompresor Kompresor yang akan dipergunakan untuk menjaga tekanan keluar dari Block station tetap sebesar 900 psig. Kompresor ini dipasang di block station. Jumlah kompresor yang ditempatkan di Block Station rata-rata 3 unit per lokasi. Hal ini dikarenakan pada umumnya tekanan gas yang keluar dari sumur akan mengalami penurunan secara alamiah selama proses produksi, sehingga diperlukan tambahan kompresor baru di

Gathering Station/ Block Station. 4. Unit pengolah air Unit pengolah air atau Unit “Effluent Treatment” atau Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dipakai untuk mengolah limbah cair yang berasal dari separator dan lain-lain. I.

Unit Proses atau GPF (Gas Processing Facility) Di lokasi BS terdapat unit proses atau GPF yang meliputi AGRU, SRU, dehydration unit,

dew point control. 1. Unit Penghilangan CO2/ H 2S (AGRU) Gas yang mengalir dari Block Station sebelum masuk ke Kilang LNG akan dikurangi kandungan CO2 dan H2S nya dengan proses absorbsi menggunakan larutan MDEA (Methyl Diethanol Amine) dalam Unit Penghilangan CO2 /H2 S (Acid Gas Removal Unit =

AGRU). Prinsip kerja unit tersebut adalah penyerapan gas

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

CO2 dan H 2 S di dalam

14

PT PERTAMINA EP -PPGM

absorber dan melepaskannya lagi di dalam menara stripper atau column, sehingga diperoleh sweet gas dengan kandungan CO2 dan H2 S yang rendah. Gas dari

Block

Station dialirkan melalui pipa ke Acid Gas Removal Unit yang terletak di BS di Donggi dan Matindok. 2. Sulfur Recovery Unit (SRU) Sulfur recovery dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan dan perundangan- undangan lingkungan sesuai dengan nilai ambang batas yang diizinkan pada Kepmen LH No.129 Tahun 2003. Terdapat beberapa proses yang tersedia untuk memproduksi sulfur dari hydrogen sulfide. Beberapa proses didesain dengan maksud untuk memproduksi sulfur dan beberapa proses juga dikembangkan dengan tujuan utama untuk menghilangkan kandungan H2 S dari gas bumi dengan produksi sulfur hanya sebagai hasil dari proses lanjutan yang harus dilakukan. 3. Dehydration Unit (DHU) Setelah gas keluar dari unit proses, gas tersebut selanjutnya dialirkan ke Dehydration Unit. Dehydration unit berfungsi untuk mengeringkan gas, yaitu untuk menyempurnakan pengurangan air yang terikut di dalam gas. Proses yang berlangsung di dalamnya adalah proses absorbsi

(penyerapan) air

dengan menggunakan bahan kimia

triethyleneglycol (TEG), yang mana TEG dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari air secara fisis (close cycle). Hasil dari proses tersebut adalah gas yang sudah memenuhi syarat untuk dikirim ke konsumen. 4. Dew Point Control Unit (DCU) Setelah gas keluar dari unit dehidrasi, gas masuk ke unit Dew Point Control yaitu unit untuk menjaga suhu embun dari hydrocarbon mencapai maksimum 75o F pada tekanan 750 psig. Guna unit ini adalah untuk menjaga agar cairan tidak timbul selama pengiriman gas akibat turunnya temperatur udara. Prosesnya didasarkan pada JT valve

expansion dan pendinginan dengan cara recompression. Proses cara lain dengan menggunakan sistem propane refrigeration juga akan dipertimbangkan pada rekayasa

(engineering) front end engineering design (FEED) tahap berikutnya. J.

Sistem Keselamatan Pengiriman Gas dan Kondensat Pada waktu pengiriman gas sepenuhnya telah berjalan, sistim operasi tersebut dilengkapi

dengan

SCADA

yang

dapat

memantau

serta

melakukan

tindakan

pengamanan terhadap seluruh kegiatan operasi, termasuk apabila terjadi gangguan operasi lainnya. Apabila terjadi gangguan operasi apapun bentuknya SCADA secara otomatis akan melakukan tindak lanjut sesuai dengan program yang telah dibuat. Tindak lanjutnya bisa langsung menutup aliran gas ke lokasi tertentu (automatic

shutdown valve), memberikan tanda bahaya sampai mematikan operasi unit-unit peralatan baik semuanya maupun sebagian, tergantung dari gangguan operasi yang terjadi.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

15

PT PERTAMINA EP -PPGM

K. Kilang LNG Gas yang telah diproses di BS di Donggi dan Matindok serta Senoro yang kandungannya sesuai dengan standar gas yang akan dipasarkan dikirim ke Kilang LNG. Pengiriman gas dari Junction antara pipa dari BS Donggi dan Matindok

dilakukan dengan pipa 32” ke

Kilang LNG di Batui atau Kintom; atau menggunakan pipa 18” apabila tidak menyatu dengan gas yang mengalir dari Senoro. Secara garis besar fasilitas di kilang LNG akan terdiri dari unit proses, fasilitas offsite , unit utilitas, unit pengolah limbah, unit pelabuhan dan infrastruktur. Diagram alir Kilang LNG “Donggi-Senoro” disederhanakan seperti pada gambar terlampir. 1. Unit Proses Unit Proses terdiri dari Fasilitas Penerimaan Gas, Fasilitas Pemurnian Gas dan Fasilitas Pencairan Gas. a. Fasilitas Penerima Gas Kapasitas design dari fasilitas ini direncanakan sebesar minimum 335 MMSCFD yang terdiri dari knock out drum, separator dan metering. Dari fasilitas ini gas akan dialirkan ke fasilitas pemurnian gas. Kondensat yang terkumpul dari unit ini akan ditampung sementara dalam tanki kondensat berukuran 100 bbls sebelum diangkut ke Blok Senoro untuk distabilkan ke unit stabilisasi kondensat dari Fasilitas Pencairan Gas Bumi. b. Fasilitas Pemurnian Gas Kilang LNG dapat dipastikan akan terdiri dari dua bagian umum: bagian pemurnian gas dan bagian pencairan/liquefaction gas. Bagian pemurnian gas diringkaskan di bawah dan bagian pencairan gas dalam bagian berikutnya. Bagian pemurnian meliputi Unit Pengeringan dan Unit Pembuangan Merkuri (MRU). Pemurnian gas diperlukan untuk menghindari masalah karat dan pembekuan dalam Unit

Liquefaction . c. Fasilitas Pencairan Gas Alam Tujuan utama dari fasilitias pencairan gas adalah untuk mencairkan gas alam menjadi produk LNG. Sebelumnya dilakukan pemisahan kandungan hydrokarbon berat untuk menghindari terjadinya pembekuan dalam pipa-pipa pencairan gas. Fasilitas tersebut akan meliputi Unit Pendinginan/Pencairan dan Unit Pemecahan

(fractionation). 2. Fasilitas Offsite Fasilitas offsite terdiri dari sistem-sistem berikut: a. Sistem Penyimpanan dan Pemuatan LNG b. Sistem Pemasukan dan Penyimpanan Bahan Pendingin (refrigerant) c.

Sistem Pembakaran Gas Buangan

d. Sistem Pengolahan dan Pembuangan Limbah

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

16

PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Fasilitas Kebutuhan Utilitas Semua utility yang diperlukan untuk menunjang kegiatan kilang akan disediakan sesuai dengan kebutuhan. Kilang LNG akan ditunjang oleh seperangkat sistem utilitas yang terdiri dari antara lain: a. Sistem Pembangkit Tenaga Listrik b. Sistem Bahan Bakar c. Sistem Udara Bertekanan Kilang dan Peralatan d. Sistem Nitrogen e. Sistem Suplai Air f. Sistem Pencegahan Kebakaran 4. Fasilitas Pelabuhan Khusus (LNG Jetty dan MOF) Kegiatan pelabuhan laut khusus ini hanya terdiri dari jembatan (trestles) , Pelabuhan Khusus utama (jetty head) dan fasilitas-fasilitas tambatan kapal. Pelabuhan khusus LNG Donggi Senoro terdiri dari Pelabuhan Khusus muat LNG dan Pelabuhan Khusus material

off loading (MOF). Pelabuhan khusus LNG Donggi Senoro terletak di Desa Uso Kecamatan Batui atau Desa Padang Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi Pelabuhan khusus LNG ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis sebagai berikut: a. Kedalaman laut cukup untuk

tanker LNG (15 meter di bawah permukaan surut

terendah). b. Jarak dari lokasi Pelabuhan Khusus ke pantai merupakan jarak terdekat, sehingga biaya konstruksi jembatan ke Pelabuhan Khusus lebih murah. c. Berdasarkan studi, sedimentasi yang terjadi di sekitar Pelabuhan Khusus cukup rendah sehingga tidak memerlukan pengerukan kolam pelabuhan selama operasi. d. Jarak Pelabuhan Khusus LNG ke kilang LNG merupakan jarak terdekat, sehingga biaya pemipaan untuk LNG dan utilitas lebih murah. 5. Infrastruktur Kilang a. Infrastruktur In-Plant Fasilitas infrastruktur in-plant adalah yang bukan merupakan bagian dari sistem pengolahan inti, offsites ataupun utility. Fasilitas infrastruktur in-plant terutama terdiri dari bangunan-bangunan, barak-barak serta pagar. b. Infrastruktur Umum Infrastruktur umum meliputi semua fasilitas yang diperlukan untuk menunjang personil dibutuhkan untuk operasi dan perawatan BS dan Kilang LNG. Infrastruktur umum adalah fasilitas-fasilitas yang terdapat di luar kilang.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

17

PT PERTAMINA EP -PPGM

2.3.

RENCANA KEGIATAN YANG DIDUGA AKAN MENIMBULKAN DAMPAK

Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok PPGM ini terdapat dua kegiatan yang terpisahkan yaitu kegiatan “Bagian Hulu” dan kegiatan “Bagian Hilir”. Kegiatan bagian hulu mencakup kegiatan-kegiatan eksplorasi dan eksploitasi gas sampai batas pada kegiatan pemasangan pipa penyalur gas ke Kilang Gas (LNG), sedangkan kegiatan “bagian hilir” meliputi kegiatan pembangunan dan operasional kilang gas LNG, Pelabuhan Khusus dan sarana serta prasarana pendukungnya. Masing-masing tahapan rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok “bagian hulu” dan kegiatan “bagian hilir” diuraikan sebagai berikut. 2.3.1. Kegiatan Bagian Hulu A. Tahap Prakonstruksi 1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuh Pada lokasi untuk sumur pengembangan, pemasangan pipa dan unit produksi akan dilakukan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Luas lahan yang akan dibebaskan sekitar 295 Ha dengan perincian: 17 lokasi sumur pemboran ± 68 Ha, MS & BS/GPF ± 33 Ha, jalur pipa “flow line” ± 14 Ha, jalur pipa “trunk line” ± 120 Ha dan untuk pembuatan atau peningkatan jalan baru ± 60 Ha. Lahan yang akan digunakan diusahakan bukan lahan pemukiman. Proses pembebasan lahan dan pemberian kompensasi tanam tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan. 2. Penerimaan Tenaga Kerja Pelaksanaan rekrutmen tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Tenaga kerja untuk pemboran sumur pengembangan diperkirakan ± 118 pekerja dengan berbagai macam keahlian (skill) , dengan perincian tenaga skill akan membutuhkan tenaga sebanyak ±108 orang dan tenaga

nonskill sebanyak ± 10 orang. B. Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan, Material dan Tanaga Kerja Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan berat dan material dilaksanakan dengan kendaraan berbadan besar akan menimbulkan dampak peningkatan kebisingan, kadar debu ke lingkungan sekitar, gangguan kelancaran lalulintas setempat dan aktivitas penduduk. 2. Pembukaan dan Pematangan Lahan a) Penebangan dan pembersihan pohon dan semak belukar pada lokasi tapak proyek b) Perataan dan penimbunan dilakukan untuk pematangan lahan yang akan digunakan sebagai lokasi tapak sumur, perpipaan dan fasilitas produksi. c) Pada ROW yang memotong drainase alami dan/atau sungai, akan dipasang goronggorong dan jembatan agar tidak menghambat pola aliran air.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

18

PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Kegiatan Konstruksi Block Station (BS) dan Fasilitas Produksi Gas GPF a) Pembangunan fondasi struktur dan perlengkapan untuk fasilitas produksi dan persiapan pemboran b) Pendirian bangunan-bangunan dan pemasangan peralatan c) Pekerjaan Piping System d) Pekerjaan electrical dan peralatan (instrument ) 4. Pemasangan Pipa Penyalur Gas Alternatif pemasangan jalur pipa gas (trunkline)

dari Block Stasion Donggi ke LNG

Plant akan dibuat tiga jalur alternatif berikut ini. a) Jalur alternatif–1 yaitu pemasangan pipa gas dari BS Donggi melintasi SM Bakiriang berdampingan jalan provinsi, penggelaran pipa ditanam sedalam 2 meter kemudian ditimbun kembali. b) Jalur alternatif–2 yaitu pemasangan pipa gas melintasi SM Bakiriang dilakukan dengan sistem pemboran horizontal atau Horizontal Directional Drilling (HDD). c) Jalur alternatif–3 yaitu pemasangan pipa gas dari BS Donggi akan dilakukan melalui dasar laut pantai SM Bakiriang sepanjang sekitar 4 km. 5. Pengelepasan Tenaga Kerja Pada akhir masa konstruksi, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya

kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan

penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

C. Tahap Operasi 1. Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga kerja untuk operasional produksi gas cukup besar, sebagian merupakan tenaga ahli dengan skill yang cukup tinggi sampai sangat tinggi, dan sebagian lainnya bukan tenaga ahli. Jumlah tenaga kerja untuk operasional masing-masing unit BS/GPF sekitar 26 orang dan tenaga kerja untuk penyaluran gas, pengangkutan kondensat dan sulfut sekitar 28 orang. 2. Pemboran Sumur Pengembangan Sumur-sumur pengembangan di Donggi, Minahaki, Matindok, Sukamaju, dan Maleoraja dibor dengan menggunakan land-rig yang kapasitasnya sesuai dengan kedalaman yang akan dicapai. Peralatan pemboran telah dilengkapi dengan pencegahan semburan liar (blow out preventer), Standard Operation Procedure (SOP), dan penanggulangan keadaan darurat (emergency respon plan). Peralatan berat yang telah selesai digunakan kemudian dimobilisasi dan didemobilisasi dengan kendaraan berat.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

19

PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Operasi Produksi di Fasilitas Produksi Gas Seluruh produksi dari sumur-sumur gas dialirkan ke fasilitas produksi gas berupa Block

Station, setelah melalui Header Manifold, gas akan masuk ke dalam separator. Dari BS, gas yang sudah mengalami pemisahan pada tahap awal akan dialirkan ke CO2 and H2S

removal plant atau AGRU (Acid Gas Removal Unit) dan SRU (Sulfur Recovery Unit) masing-masing untuk menurunkan kadar CO2 dan H2 S, selanjutnya gas dikeringkan di

Unit TEG dehydratiion (DHU) dan kelembabannya di kontrol menggunakan DEW Point Control (DCU). Gas yang telah memenuhi standar gas sale diukur melalui fasilitas metering dan dialirkan melalui pipa ke Kilang LNG. 4.

Penyaluran Gas Melalui Pipa ke LNG Plant a. Alternatif–1 Pipa gas dari BS ke LNG Plant dibangun oleh Pertamina (PPGM). Pipa 16” dari BS Donggi bergabung dengan pipa 16” dari BS Matindok di junction yang terletak di Desa Nonong. Selanjutnya gas dikirim ke LNG Plant dengan pipa 18”. b. Alternatif–2 Pipa dari BS ke LNG Plant digabung dengan pipa yang dibangun oleh MEDCO Tomori. Pip 16” dari BS Donggi bergabung di junction MEDCO di Desa Sinorang. Selanjutnya gas dikirim dengan pipa 32” ke LNG Plant. Pipa 16” dari BS Matindok bergabung dengan pipa 32” (trunkline ) MEDCO di junction di Desa Nonong. Produksi gas yang dikirim rata-rata 300 MMSCFD. Pada inlet pipa, terdapat custudy

meter untuk mengetahui jumlah gas yang dikirim. 5. Pengangkutan Kondesat dan Sulfur dengan Transportasi Darat Kegiatan pengangkutan kondensat dan sulfur melalui jalan darat dari fasilitas produksi gas dilakukan dengan menggunakan mobil tanki ke lokasi Tangki Penampung Kondensat dan sulfur milik JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Bajo, Sinorang. 6. Pemeliharaan Fasilitas Produksi Kegiatan pemeliharaan di fasilitas produksi gas antara lain: perawatan terhadap kompresor, generator, pompa, tangki timbun kondensat, tangki timbunan sulfur, sumur produksi dan pipa. Kegiatan pemeliharaan tersebut bertujuan untuk pembersihan kotoran, perbaikan dan atau penggantian. D. Tahap Pasca Operasi 1. Penutupan Sumur Penutupan operasi sumur dilakukan dengan sumbat semen dan bridge plug dipasang sesuai dengan ketentuan dan dilakukan uji tekanan. Laporan peninggalan sumur disampaikan ke BPMIGAS dan Ditjen MIGAS.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

20

PT PERTAMINA EP -PPGM

2. Penghentian Operasi Produksi Gas Penghentian operasi produksi dan penyaluran gas dilakukan dengan pembersihan pipa transmisi dari sisa gas dengan cara flarring sebelum penghentian operasi produksi gas. Sementara itu penutupan operasi BS/GPF dilakukan dengan mengikuti prosedur, untuk menjamin keamanan yang tinggi dan untuk menghindari bahaya semburan liar, tumpahan kondesat, kebakaran dan kecelakaan kerja. Laporan peninggalan sumur, jalur pipa, BS/GPF dan fasilitas lain disampaikan ke Ditjen MIGAS. 3. Pembongkaran dan Demobilisasi Peralatan Pada saat selesainya masa operasi produksi gas (diperkirakan sekurang-kurangnya 20 tahun), peralatan, jaringan pipa dan fasilitas yang telah dipasang akan dibongkar dan dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan. Laporan tentang peninggalan lokasi bekas peralatan, jaringan pipa dan fasilitas lainnya disampaikan kepada BPMIGAS dan Ditjen Migas. 4.

Revegetasi Lahan bekas lokasi pipa dan fasilitas lain yang telah dibongkar diurug kembali, diratakan dan dibersihkan. Kemudian pada lahan tersebut dilakukan revegetasi dengan berbagai vegetasi lokal yang cepat tumbuh sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5.

Penglepasan Tenaga Kerja Pada akhir operasi produksi gas, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

Adapun ringkasan dari hasil telaahan kaitan antara komponen rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup disajikan pada tabel berikut.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

21

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 2.3. Ringkasan Kaitan Komponen Rencana Kegiatan “Bagian Hulu” dengan Dampak Lingkungan yang Mungkin Timbul No A. 1.

Komponen kegiatan Lokasi Jenis dampak potensial yang yang menimbulkan Komponen Kegiatan Ditimbulkan dampak Tahap Prakonstruksi Pembebasan lahan dan Areal untuk sumur pengembangan, Perubahan, perubahan pola kepemilikan lahan tanam tumbuh fasilitas produksi gas, dan jalur penduduk, fungsi lahan proses sosial, perubahan pipa gas sikap dan persepsi masyarakat.

2.

Penerimaan setempat

tenaga

kerja Khususnya Kecamatan Toili Barat, peningkatan pendapatan masyarakat, proses Toili, Batui, Kintom dan Kabupaten sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbuka Banggai umumnya. kesempatan berusaha.

B. 1.

Tahap Konstruksi Mobilisasi dan demobilisasi Jalan raya dari dan ke pelabuhan peralatan, material dan bongkar muat material menuju tenaga kerja areal untuk sumur pengembangan fasilitas produksi gas, dan jalur pipa gas.

2.

Pembukaan pematangan lahan

3.

Kegiatan konstruksi fasilitas Sekitar sumur pengembangan, Penurunan kualitas udara, peningkatan produksi gas (BS – GPF) BS-GPF di 2 lokasi (Donggi dan kebisingan, penurunan kualitas air permukaan, Matindok), 1 BS di Sukamaju. penurunan debit air sungai sekitar lokasi hydrotest, penurunan biota air tawar, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya peluang berusaha

4.a

Kegiatan pemasangan pipa Sekitar jalur pipa gas di darat: MS Gangguan lalulintas penduduk, kebisingan, penyalur gas di darat di Minahaki – BS/GPF Donggi; peningkatan kadar debu, penurunan kualitas (Alternatif-1 dan 2) BS/GPF Donggi – LNG Plant; udara, penurunan kualitas air permukaan, BS/GPF Matindok – junction ke penurunan biota air tawar, peningkatan erosi, pipa 28” yg menuju LNG Plant penurunan debit sungai di sekitar kegiatan hydrotest, gangguan pada sistem irigasi dan drainase, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha.

4.b

Kegiatan pemasangan pipa Sekitar pantai SM Bakiriang. lepas pantai

5.

Penglepasan tenaga kerja

kebisingan, getaran, peningkatan kadar debu, mempengaruhi transportasi darat: gangguan kelancaran lalulintas, gangguan keselamatan berlalulintas, kerusakan jalan dan jembatan dan perubahan sikap dan persepsi masyarakat.

dan Sekitar areal sumur Perubahan iklim mikro, perubahan bentang pengembangan, fasilitas produksi lahan, peningkatan debit aliran air permukaan, gas, dan jalur pipa gas. peningkatan erosi, kebisingan, peningkatan kadar debu, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, gangguan pola aliran air irigasi dan sungai yang terpotong jalur pipa gas, gangguan lalulintas jalan yang terpotong jalur pipa, pengurangan penutupan lahan oleh vegetasi, penurunan flora dan satwa liar, perubahan kualitas air tanah dangkal, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha.

Penurunan kualitas udara lokal, penurunan kualitas air laut, penurunan biota air laut, rusaknya pantai sebagai tempat bertelur burung Maleo, rusaknya terumbu karang, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbuka kesempatan berusaha.

Areal sumur, BS-GPF, pemasangan Penurunan kesempatan kerja, penurunan pipa gas kesempatan berusaha, penurunan pendapatan masyarakat dan sikap dan persepsi negatif masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

22

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 2.3. Lanjutan No C. 1.

Komponen kegiatan yang menimbulkan dampak Tahap Operasi Penerimaan tenaga kerja

Lokasi Komponen Kegiatan

Jenis dampak potensial yang Ditimbulkan

Khususnya Kecamatan Toili Barat, peningkatan pendapatan masyarakat, perToili, Batui, Kintom dan Kabupaten tumbuhan ekonomi lokal, gangguan proses Banggai umumnya. sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbukanya kesempatan berusaha

2.

Kegiatan pemboran sumur Sekitar lokasi sumur pengembangan pengembangan di Donggi, Minahaki, Matindok, Sukamaju dan Maleoraja

3

Operasi produksi gas di BS- Sekitar 2 lokasi BS-GPF di Donggi Perubahan iklim mikro, penurunan kualitas air GPF dan Matindok permukaan, penurunan vegetasi dan komunitas satwa liar, penurunan kualitas udara, kebisingan, penurunan tingkat kesehatan masyarakat, pendapatan masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha, gangguan proses sosial, pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

4.

Penyaluran gas melalui pipa Pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transportasi darat

5.

Sekitar jalur pipa gas

Penurunan kualitas udara lokal, penurunan kualitas air permukaan, penurunan biota air tawar, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbuka kesempatan berusaha

Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

Sepanjang jalan raya dari BS-GPF Mempengaruhi transportasi darat yaitu: Matindok dan Donggi ke Tangki kelancaran lalulintas, keselamatan lalulintas, Penampung di Bajo kerusakan jalan dan jembatan

6.

Pemeliharaan produksi

fasilitas Sekitar sumur pengembangan, 2 Penurunan kualitas air permukaan, perubahan BS-GPF di Donggi dan Matindok sikap dan persepsi masyarakat dan BS di Sukamaju

D. 1.

Tahap Pasca Operasi Penutupan Sumur

2.

Penghentian produksi gas

3.

Pembongkaran demobilisasi peralatan

4.

Revegetasi

Lokasi bekas tapak sumur, BS-GPF Peningkatan penutupan lahan oleh vegetasi, dan jalur pipa. peningkatan populasi satwa liar

5.

Penglepasan tenaga kerja

Khususnya Kecamatan Toili Barat, Peningkatan pengangguran, penurunan Toili, Batui, Kintom dan Kabupaten pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan Banggai umumnya berusaha, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

Lokasi sumur pengembangan

––

operasi Sekitar BS-GPF di Donggi dan Penurunan kebisingan, peningkatan kualitas Matindok udara, peningkatan kualitas air permukaan, penurunan kepadatan lalulintas, perubahan sikap dan persepsi masyarakat dan Di tapak BS-GPF dan jalan raya di Gangguan pada transportasi darat yaitu: sekitar lokasi yang dilalui keselamatan dan kelancaran lalulintas di jalan pengangkutan perlatan tersebut raya dan peningkatan resiko kerusakan jalan raya dan jembatan, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

23

PT PERTAMINA EP -PPGM

2.3.2. Kegiatan Bagian Hilir A. Tahap Prakonstruksi 1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuh Pada lokasi

untuk pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus serta fasilitas

lainnya akan dilakukan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Lahan yang akan digunakan diusahakan bukan lahan permukiman. Luas lahan yang akan dibebaskan meliputi untuk kilang LNG ± 300 Ha termasuk lahan untuk pelabuhan/Pelabuhan Khusus beserta fasilitas pendukungnya. Proses pembebasan lahan dan pemberian kompensasi tanam tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan. 2. Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga kerja untuk pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus serta fasilitas lainnya diperkirakan membutuhkan ± 3000 pekerja dengan berbagai macam keahlian (skill), dengan perincian tenaga skill sebanyak ± 1015 orang dan tenaga

unskill sebanyak ± 1950 orang. B. Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan, Material dan Tenaga Kerja Kegiatan pengangkutan alat dan bahan serta tenaga kerja untuk pembangunan kilang LNG dan fasilitas Pelabuhan Khusus akan menggunakan jasa angkutan laut dan darat ke lokasi rencana kegiatan pembangunan kilang LNG. 2. Pembukaan dan Pematangan Lahan Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan mencakup: a) Penebangan dan pembersihan pohon dan semak belukar pada lokasi tapak proyek. b) Perataan dan penimbunan pada lokasi tapak kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya. 3. Konstruksi Kompleks Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus a) Pembangunan camp konstruksi b) Pengembangan daerah laydown kontruksi dan jalan akses sementara c) Aktivitas konstruksi sipil (pekerjaan tanah, jalan, saluran pembuangan, fondasi dan gedung) d) Pemasangan baja struktural e) Pemasangan tangki LNG f)

Fabrikasi dan instalasi pipa.

g) Instalasi peralatan h) Instalasi junction box, circuit dan kabel listrik/instrumen i)

Pendirian gedung CPP

j)

Pendirian gedung kilang

k) Uji coba mekanis sistim peralatan/pemipaan l)

Pendirian bangunan fasilitas terkait Kilang LNG seperti Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

m) Aktivitas pra-komisioning.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

24

PT PERTAMINA EP -PPGM

4. Penglepasan Tenaga Kerja Pada alkhir periode pembangunan kilang LNG dan fasilitas Pelabuhan Khusus, banyak tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku. C. Tahap Operasi 1. Penerimaan Tenaga Kerja Jumlah personil yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kegiatan satu train awal kilang LNG dan fasilitas darat terkait diperkirakan 300 personil yang meliputi tenaga skill seperti operator kilang ± 35 orang, petugas keamanan ± 45 orang dan tenaga nonskill diantaranya cleaning service ± 200 orang. Pelaksanaan penerimaan tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Operasional Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas Pendukungnya Operasional Kilang LNG terdiri dari satu train dengan kapasitas produksi sebesar 2 juta metrik ton LNG per tahun, membutuhkan gas sebesar lebih kurang 335 MMSCFD, yang pada awalnya akan didapatkan dari dua lapangan gas yaitu Matindok dan Senoro. 3. Pemeliharaan Fasilitas Produksi Kegiatan pemeliharaan di fasilitas produksi gas antara lain: perawatan terhadap unit proses (fasilitas penerima gas, fasilitas pemurnian gas, fasilitas pencairan gas alam), fasilitas offsite dan fasilitas kebutuhan utilitas yang meliputi sistem pembangkit tenaga listrik, distribusi bahan bakar, sistem udara bertekanan kilang dan peralatan, sistem nitrogen, sistem suplai air dan sistem pencegahan kebakaran. Kegiatan pemeliharaan tersebut dilakukan secara rutin/berkala dan bertujuan untuk pembersihan kotoran, perbaikan dan atau penggantian. D. Tahap Pasca Operasi 1. Penghentian Operasi Kilang LNG Setelah operasional produksi gas dari BS/GPF berhenti, maka akan diikuti penghentian operasional kilang LNG. Penghentian operasional kilang LNG dilakukan dengan mengikuti prosedur untuk menjamin keamanan yang tinggi diantaranya untuk menghindari bahaya semburan liar, kebakaran dan kecelakaan kerja. Laporan peninggalan Kilang LNG serta fasilitas lain disampaikan ke Ditjen MIGAS. 2. Pembongkaran dan Demobilisasi Peralatan Kilang dan Pelabuhan Khusus Pada saat selesainya masa operasi kilang LNG (diperkirakan sekurang-kurangnya 20 tahun), peralatan dan fasilitas yang telah dipasang akan dibongkar dan dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan. Laporan tentang peninggalan lokasi bekas kilang LNG dan fasilitas lainnya disampaikan kepada Ditjen Migas. 3. Revegetasi Lahan bekas lokasi kilang LNG dan fasilitas lainnya yang telah dibongkar, dibersihkan dan kemudian dilakukan revegetasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Revegetasi dilakukan dengan menanam berbagai vegetasi lokal yang mudah tumbuh.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

25

PT PERTAMINA EP -PPGM

4. Penglepasan Tenaga Kerja Pada akhir operasi kilang LNG dan fasilitas lainnya, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masingmasing.

Pelaksanaan

penglepasan

tenaga

kerja

sesuai

dengan

peraturan

ketenagakerjaan yang berlaku. Adapun ringkasan hasil telaahan kaitan antara komponen rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.4. Ringkasan Kaitan Komponen Rencana Kegiatan “Bagian Hilir” dengan Dampak Lingkungan yang Mungkin Timbul No

Komponen kegiatan yang menimbulkan dampak

Lokasi Komponen Kegiatan

Jenis dampak potensial yang Ditimbulkan

A. Tahap Prakonstruksi a. Pembebasan lahan dan tanam Areal untuk tapak lokasi kilang Perubahan pola kepemilikan lahan penduduk, tumbuh LNG, Pelabuhan Khusus dan gangguan proses sosial, perubahan fungsi lahan, fasilitas pendukungnya perubahan sikap dan persepsi masyarakat 2. Penerimaan tenaga kerja

Khususnya Kecamatan Batui, peningkatan pendapatan masyarakat, proses Kintom dan Kabupaten Banggai sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbuka umumnya kesempatan berusaha

B. Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi Jalan raya dari dan ke pelabuhan peralatan, material dan tenaga bongkar muat material menuju kerja areal kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

Kebisingan, getaran, peningkatan kadar debu, mempengaruhi transportasi darat: kelancaran dan keselamatan lalulintas, menimbulkan kerusakan jalan raya, meningkatkan resiko kecelakaan lalulintas, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

2. Pembukaan dan pematangan Sekitar areal lokasi pembangunan Perubahan iklim mikro, peningkatan debit aliran lahan kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan air permukaan, peningkatan erosi, kebisingan, fasilitas pendukungnya peningkatan kadar debu, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, pengurangan penutupan lahan oleh vegetasi, penurunan flora dan satwa liar, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha, penurunan kualitas air laut, penurunan komunitas biota air laut. 3. Konstruksi kompleks Kilang Area lokasi Kilang LNG, Pelabuhan LNG dan Pelabuhan Khusus Khusus dan fasilitas pendukungnya : Alternatif-1 : Desa Uso, Batui Alternatif-2 : Desa Padang, Kintom

4. Penglepasan tenaga kerja

Penurunan kualitas udara, peningkatan kadar debu, kebisingan, meningkatkan erosi, peningkatan pendapatan masyarakat, munculnya pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya peluang berusaha, penurunan kualitas air laut, penurunan biota air laut, penurunan kualitas sanitasi lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat

Khususnya Kecamatan Batui, Peningkatan pengangguran, penurunan Kintom dan Kabupaten Banggai pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan umumnya berusaha, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

26

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 2.4. Lanjutan No

Komponen kegiatan yang menimbulkan dampak

C. Tahap Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja

Lokasi Komponen Kegiatan

Jenis dampak potensial yang Ditimbulkan

Khususnya Kecamatan Batui, Peningkatan pendapatan masyarakat, gangguan Kintom dan Kabupaten Banggai proses sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbukanya kesempatan berusaha umumnya

2. Operasional Kilang LNG, Sekitar lokasi Kilang LNG, Perubahan iklim mikro, penurunan kualitas air Pelabuhan Khusus dan fasilitas Pelabuhan Khusus dan fasilitas permukaan, penurunan kualitas udara, pendukung pendukungnya kebisingan, gangguan keselamatan pelayaran, penurunan sanitasi lingkungan, pendapatan masyarakat, terbukanya lesempatan berusaha, gangguan kesehatan masyarakat, proses sosial, pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, penurunan kualitas air laut, penurunan biota air laut 3. Pemeliharaan fasilitas produksi Area lokasi kilang LNG, Pelabuhan Penurunan kualitas air permukaan, penurunan Khusus dan fasilitas pendukungnya kualitas air luat, penurunan biota air tawar dan air laut, peningkatan pendapatan masyarakat D. Tahap Pasca Operasi 1. Penghentian operasi Kilang Lokasi Kilang LNG, Pelabuhan Penurunan kebisingan, peningkatan kualitas LNG Khusus dan fasilitas pendukung udara, peningkatan kualitas air permukaan, peningkatan kualitas air laut, penurunan gangguan keselamatan pelayaran, perubahan sikap dan persepsi masyarakat 2. Pembongkaran dan demo- Di tapak Kilang LNG, Pelabuhan Gangguan pada transportasi darat yaitu: bilisasi peralatan (kilang LNG Khusus dan fasilitas pendukung kelancaran dan keselamatan lalulintas jalan raya dan Pelabuhan Khusus) dan peningkatan resiko kerusakan jalan raya, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, penurunan kualitas sanitasi lingkungan 3. Revegetasi Di tapak Kilang LNG serta Peningkatan penutupan lahan oleh vegetasi, Pelabuhan Khusus dan sekitarnya peningkatan populasi satwa liar di Butui. 3. Penglepasan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui, Peningkatan pengangguran, penurunan Kintom dan Kabupaten Banggai pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan umumnya berusaha, perubahan sikap dan persepsi masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

27

PT PERTAMINA EP -PPGM

2.4.

ALTERNATIF-ALTERNATIF YANG DIKAJI DALAM ANDAL

A. Alternatif Jalur Trunkline Dari BS-GPF Donggi ke LNG Plant 1. Jalur alternatif–1 yaitu pemasangan pipa trunkline dari BS-GPF Donggi melintasi SM Bakiriang berdampingan jalan provinsi, penggelaran pipa ditanam sedalam 2 meter kemudian ditimbun kembali. 2.

Jalur alternatif–2 yaitu pemasangan pipa melintasi SM Bakiriang dilakukan dengan sistem pemboran horizontal atau Horizontal Directional Drilling (HDD). Pipa dimasukkan ke dalam tanah dengan dibor secara horizontal sebelum masuk SM Bakiriang. Oleh karena lahan SM Bakiriang yang akan dilalui sepanjang 3 km maka di setiap jarak ± 1 km akan ada lahan yang dipakai untuk penyambungan dan pemboran. Diperlukan lahan ± 2 ha untuk area kerja drilling pada segmen berikutnya dan penyambungan pipa.

3.

Jalur alternatif–3 yaitu pemasangan trunkline dari BS-GPF Donggi akan dilakukan melalui pantai SM Bakiriang sepanjang sekitar 4 km. Ditinjau dari sisi tingkat kesulitan teknis pemasangan dan biaya perawatan, jalur alternatif–3 relatif lebih mahal. Pada jalur alternatif-3 ini, tipe ekosistem pesisir adalah ekosistem mangrove, dan daerah pantai ini juga digunakan oleh burung Maleo untuk bertelur. Di samping itu terdapat terumbu karang di sekitar lokasi jalur alternatif-3.

Upaya ini dimaksudkan untuk meminimalkan dampak yang akan timbul di kawasan SM Bakiriang. Selain itu juga sebagai antisipasi terhadap SK Men.Hut No. 641/Kpts/ II/1 997 tentang Perubahan Pasal 8 dan 18 SK Menhut No. 41/ Kpts/II/1996 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang menyatakan bahwa dengan alasan apapun bagi lahan Suaka Margasatwa

(SM) tidak dapat digunakan untuk kegiatan lain di lokasi tersebut, meskipun realitanya kondisi hutan di SM Bakiriang sekarang ini sudah banyak perambah liar. B. Alternatif lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus Terdapat dua kemungkinan lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus yaitu di Desa Uso (Kecamatan Batui) dan Desa Padang (Kecamatan Kintom). Oleh karena itu dalam kajian AMDAL ini dua rencana lokasi tersebut akan menjadi kajian alternatif. 2.5. KETERKAITAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DENGAN KEGIATAN LAIN SEKITARNYA Areal rencana kegiatan secara administratif termasuk dalam 4 (empat) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui dan Kintom. Beberapa kegiatan lain yang telah ada di sekitar rencana lokasi proyek yang berpotensi menimbulkan dampak pada rencana kegiatan proyek atau sebaliknya, rencana kegiatan Pengembangan Gas Matindok berpotensi menimbulkan dampak pada kegiatan lain yang telah ada yang relevan adalah sebagai berikut.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

28

PT PERTAMINA EP -PPGM

a. Pertambangan Eksplorasi Migas JOB Pertamina–Medco E&P Tomori Sulawesi di Senoro dan sekitarnya telah melakukan kegiatan eksplorasi migas, telah melakukan pemboran beberapa sumur. Oleh karena lokasi kegiatannya berhimpitan, jenis kegiatannya sejenis dan pengelolannya dilakukan juga oleh Pertamina, maka pemrakarsa akan melakukan koordinasi dan kerja sama saling mengun-tungkan antara JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi dengan PertaminaPPGM dalam melaksanakan kegiatan migas di wilayah tersebut. Kegiatan ini potensial menyebabkan turunnya kualitas udara, meningkatkan kebisingan, turunnya kualitas air permukaan, berkurangnya keanekaragaman flora-fauna, namun pada sisi yang lain, kegiatan ini berperan positif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar melalui berbagai kegiatan yang dapat diraih oleh penduduk lokal. Kedua kegiatan ini akan dapat memberikan

kumulatif

dampak

yang

lebih

besar

terhadap

kondisi

lingkungan

disekitarnya. Eksplorasi Nikel Kegiatan pertambangan lain di sekitar lokasi kegiatan PPGM adalah nikel yang sejak 2 tahun lalu hingga saat ini masih dalam tahap eksplorasi. Lokasi pertambangan nikel tersebar di 10 namun diantara lokasi-lokasi tersebut yang masuk dalam lingkup wilayah studi adalah pertambangan nikel di Desa Batui, Tirtakencana dan Kamiwangi. Kegiatan ini potensial menimbulkan dampak negatif yaitu terjadinya erosi, sedimentasi, turunnya kualitas air permukaan dan berkurangnya keanekaragaman flora-fauna. Dampak positif yang akan muncul adalah terbukanya kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan adanya kenaikan pendapatan masyarakat yang nantinya bersama-sama PPGM diharapkan secara signifikan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. b. Perkebunan Areal kerja perkebunan yang sebagian tanahnya akan terkena rencana pengembangan Lapangan Gas Matindok, termasuk jaringan pipa transmisi merupakan lahan perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh unit pengolahan milik PT Kirana Luwuk Sejati. Kegiatan perkebunan ini telah berdampak terhadap terjadinya perubahan penggunaan/pemanfaatan lahan

yang

berkurangnya

sebelumnya

merupakan

keanekaragaman

kawasan

flora-fauna,

hutan.

peningkatan

Dampak erosi,

yang

lain

disamping

adalah adanya

peningkatan pendapatan masyarakat yang terlibat didalamnya. Dengan adanya kegiatan Pengembangan Gas Matindok, bila tidak ada upaya pengelolaan yang baik, kondisi lingkungan di sekitar kawasan perkebunan dapat semakin turun kualitasnya. c. Pertanian Kegiatan pertanian di sekitar lokasi Pengembangan Gas Matindok, khususnya lokasi sumursumur pengembangan adalah areal padi sawah yang diusahakan sangat intensif yaitu 3 kali

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

29

PT PERTAMINA EP -PPGM

setahun. Daerah ini merupakan kawasan lumbung padi untuk Kabupaten Banggai dengan tingkat pendapatan/kesejahteraan masyarakat cukup baik. Namun selain itu terdapat beberapa dampak negatif dari kegiatan pertanian ini, antara lain cenderung meningkatnya penggunaan berbagai bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang pada akhirnya dapat berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu berbagai upaya penyadaran perlu dilakukan agar penggunaan bahan agrokimia tidak terus meningkat. Kegiatan pemasangan jalur pipa gas yang memotong sistem irigasi persawahan baik teknis maupun non teknis di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui berpotensi akan menimbulkan dampak negatif berupa perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap Pertamina-PPGM. d. Tambak udang Di kawasan Kecamatan Batui terdapat usaha budidaya tambak udang yang cukup intensif. Kegiatan ini berperan dalam memberikan kontribusi penurunan kualitas air dan lahan di sekitarnya sebagai akibat digunakannya berbagai pakan udang dan beraneka macam zat pengatur tumbuh untuk merangsang perkembangan udang secara intensif. Dengan adanya kegiatan Pengembangan Gas Matindok yang diantaranya potensial menurunkan kualitas air, dikhawatirkan kegiatan budidaya tambak udang ini akan dapat terkena dampaknya mengingat udang sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan di sekitarnya. Oleh sebab itu perlu adanya upaya pengelolaan sebaik-baiknya agar kegiatan pengembangan gas ini seminimal mungkin berdampak terhadap lingkungan disekitarnya. e. Suaka Margasatwa Bakiriang Jalur pipa akan melewati kawasan Suaka Margasatwa Bakiriang (SMB). Walaupun kondisi di kawasan Suaka sudah diusahakan oleh penduduk untuk bercocok tanam bahkan telah dijadikan perkebunan kelapa sawit, namun secara de jure kawasan tersebut masih merupakan

kawasan

konservasi,

maka

Pertamina-PPGM

perlu

mengkoordinasikan

pemanfaatan sebagian lahan SMB dengan Menteri Kehutanan dan Perkebunan di tingkat pusat. Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok sekecil apapun akan dapat berdampak negatif terhadap semakin turunnya keanekaragaman flora dan fauna didalamnya. Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan ini tergambar dalam Gambar 2.2.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

30

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 2.2. PETA Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

31

PT PERTAMINA EP -PPGM

3

BabRONA LINGKUNGAN HIDUP 3.1.

GEOFISIK KIMIA

3.1.1. Iklim Menurut klasifikasi ikllim Schmidt dan Ferguson, daerah Banggai bertipe iklim B, dengan nisbah rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah (Q) adalah 5, atau termasuk wilayah cukup basah. Data curah hujan stasiun meterologi bandar Udara Bubung Luwuk menunjukkan bahwa musim hujan berlangsung dari bulan Maret sampai Juli dengan jumlah curah hujan berkisar dari 115 mm pada bulan Mei sampai 169 pada bulan Juli. Musim kemarau berlangsung dari bulan Agustus sampai Februari, dengan curah hujan berkisar dari 41 mm pada bulan Oktober sampai 85 mm pada bulan Desember. Hujan rata-rata tahunan daerah penelitian adalah sebesar 1856,6 mm/tahun. 3.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan a. Kualitas udara Untuk dapat mengetahui kualitas udara di wilayah studi diperlukan penelitian tentang Kandungan SO2 , CO, NO2 , Oksidan (O3 ), debu TSP dan PM 10, relatif baik karena kadarnya jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan. b. Kebisingan Lokasi pengukuran kebisingan dilakukan pada jarak 25 meter dari permukiman terdekat. Kondisi kebisingan di wilayah studi relatif baik (skala 4) dan sangat baik (skala 5).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

32

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.1.3. Fisiografi dan Geologi Fisiografi daerah penelitian merupakan daerah dataran pantai yang memanjang dari Batui di barat daya sampai dengan Kanohan di timur laut, dengan lebar dataran pantai antara 100 meter sampai dengan 1000 meter, terutama pada Tanjung Maoloh dan Tanjung Mondono, dan dengan Selat Peleng di timur serta daerah perbukitan yang sejajar dengan garis pantai di barat o

dengan ketinggian antara 50 – 450 meter. Kelerengan daerah ini berkisar antara 5 di daerah o

datar sampai dengan 40 di daerah perbukitan. Stratigrafi daerah penelitian, terdiri atas (dari yang berumur tua ke yang berumur muda): Formasi Nambo (Jnm), Formasi Salodik (Tems), Formasi Poh (Tomp), Formasi Bongka (Tmpb), Formasi Kintom (Tmpk), Satuan Terumbu Koral (Ql), dan Satuan Aluvium (Qa). Struktur geologi daerah penelitian ditandai dengan pengangkatan akibat tumbukan antara Pulau Sulawesi dengan kontinen mikro Banggai-Sula dari sebelah timur. Struktur geologi yang berada di lengan timur Pulau Sulawesi terutama sesar naik, sesar dan perlipatan yang sejajar dengan arah pantai di samping terdapat beberapa sesar geser yang menyilang terhadap garis pantai. Secara garis besar, sesar-sesar ataupun perlipatan tersebut akan tampak jelas pada Formasi Bongka atau formasi-formasi yang lebih tua tetapi tidak begitu tampak pada Satuan Terumbu Koral ataupun Satuan Aluvium yang berumur Kuarter. Kegempaan dan Kemungkinan Tsunami Seperti di wilayah Indonesia yang lain dan dari peta kegempaan (seismicity) sejak tahun 1900, wilayah Sulawesi terdapat jalur kegempaan yang cukup padat terutama di sepanjang jalur sesar Palu-Koro, sesar Matano, tetapi boleh dikatakan tidak terdapat pada daerah Batui ke timur laut. Mungkin di daerah tersebut pernah terjadi gempabumi dengan magnitudo < 5 skala Richter mengingat di daerah tersebut dijumpai sesar-sesar minor.

Tsunami bisa terjadi jika terdapat gempabumi dangkal (pada kedalaman antara 0-33 km) di dasar laut dengan magnitudo > 6,5 skala Richter dan mekanisme fokalnya menunjukkan telah terjadi sesar naik ataupun turun. Jika sudut kemiringan sesar naik ataupun turun kecil, maka kemungkinan tsunami terjadi juga semakin kecil, karena efek perubahan volume air laut juga semakin kecil. Mengingat gempabumi yang terjadi bermagnitudo < 5 skala Richter, maka kemungkinan terjadi tsunami kecil, walaupun daerah tersebut termasuk daerah rawan tsunami (Badan Geologi, 2007).

3.1.4. Hidrologi Pada wilayah studi terdapat beberapa sungai besar yang mengalir sepanjang tahun berurutan dari barat daya ke timur laut yaitu S. Toili, S. Sinorang, S. Kayowa/Matindok, S. Bakung, S. Batui, S. Omolu, S. Tangkiang dan S. Kintom.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

33

PT PERTAMINA EP -PPGM

Sedikit dijumpai rawa permanen kecuali rawa belakang (back swamp) di Suaka Margasatwa Bakiriang. Sistem drainase dan jaringan irigasi persawahan di Kecamatan batui dan Toili teratur dan tertata dengan baik, bahkan jaringan atau saluran-saluran irigai tersier dibangun sesuai dengan aturan irigasi teknis dan setengah teknis. 1. Kualitas Air a. Kualitas airtanah Kualitas airtanah (air sumur) yang dipakai penduduk di sekitar lokasi rencana kegiatan kualitasnya baik yang ditandai dengan tidak adanya parameter kualitas air yang melebihi ambang batas baku mutu yang disyaratkan. b. Kualitas air laut Kualtias air laut di beberapa lokasi sekitar rencana kegiatan mempunyai kualitas yang relatif baik, namun beberapa parameter melebihi ambang batas baku mutu yaitu sulfide, cadmium, tembaga dan timbal. c. Kualitas air sungai Kualitas air sungai di sekitar rencana kegiatan relatif masih baik, hanya parameter minyak dan lemak yang kadarnya melebihi baku mutu. 2. Kuantitas Air a. Kuantitas/debit air sungai Sifat semua aliran sungai tersebut tersebut adalah permanent dengan debit harian yang tinggi. b. Debit aliran permukaan 3

Debit aliran air permukaan di wilayah studi adalah 22,8134 m /detik. c. Kuantitas air tanah Keberadaan air tanah suatu daerah sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan karakteristik formasi geologi daerah yang bersangkutan. Daerah penelitian tersusun dari beberapa formasi batuan, yaitu: Formasi Batuan Volkanik Tua, Volkanik Recent, Batu Gamping dan Sedimen Napal. Formasi-formasi tersebut mempunyai kemampuan untuk imbuh air tanah dari hujan yang terjadi dengan kecepatan yang berbeda. Potensi air tanah dalam tahunan adalah sebesar 387 x 106 m 3/tahun atau 1,06 x 10 6/hari. 3.1.5. Kondisi Hidro-Oseanografi a.

Bathimetri Kedalaman perairan di sekitar lokasi rencana kegiatan adalah 20 m dicapai pada jarak kurang lebih 50 m hingga 100 m dari garis pantai. Jarak 100 m dari garis pantai kedalaman laut relatif curam dengan kedalaman mencapai 100 m. Topografi garis pantai sepanjang lokasi studi secara umum landai.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

34

PT PERTAMINA EP -PPGM

b. Pasang surut Pasang surut di perairan pantai calon lokasi kilang dan Pelabuhan Khusus mempunyai fase dan tinggi yang hampir sama. Beda tinggi air pasang dan air surut berkisar antara 100 sampai 120 cm. Tipe pasang surut daerah tersebut adalah semidiurnal dengan dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari. c.

Gelombang Kondisi gelombang di lokasi studi relatif kecil dan sangat tenang. Gelombang terlihat antara 0,1 m sampai 0,5 m terjadi di sekitar sore hari. Gelombang maksimum terjadi sebesar 1.5 m. Gelombang tersebut terjadi pada saat angin musim Timur dan Tenggara atau terjadi pada bulan April sampai bulan Agustus.

d. Arus Secara umum arus di daerah studi relatif kecil berkisar antara 0,1 sampai 0,9 m/detik. e. Sedimentasi melayang dan sedimentasi pantai Kondisi sedimen melayang di lokasi studi secara umum terlihat sangat jernih yang berarti tidak mengandung sedimen. Pada sedimen pantai terlihat adanya pasir halus yang mengandung lempung. Diduga sedimen tersebut merupakan endapan dari sungai. Untuk daerah Sekitar Tanjung Batui dijumpai sedimen berupa pasir kasar. 3.1.6. Ruang, Lahan dan Tanah a. Tata ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Sulawesi Tengah tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 (Perda No 2 Tahun 2004) telah memberikan arahan pemanfaatan kawasan, baik kawasan lindung maupun kawasan budidaya. Untuk kawasan budidaya pertambangan dideliniasikan pada kawasan yang terindentifikasi mengandung bahan tambang. Berdasakan RTRWP tersebut, maka wilayah studi yang terletak di Kecamatan Batui telah direncanakan untuk kawasan pertambangan minyak dan gas bumi, sehingga rencana kegiatan sudah sesuai dengan RTRWP yang ada. Dalam skala kabupaten berdasarkan Hasil Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banggai Tahun 2003-20013 (Bappeda Kab. Banggai, 2003) menunjukkan bahwa wilayah rencana kegiatan yaitu Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui dan Kintom termasuk dalam Wilayah Pengembangan Selatan b. Penggunaan lahan Pemanfaatan lahan yang telah ada di sekitar areal rencana kegiatan antara lain adalah jalan provinsi yang menghubungkan Luwuk dengan Baturube dan sekitarnya. Sepanjang jalan tersebut terdapat konsentrasi pemukiman penduduk, pertanian, perkebunan rakyat, perkebunan besar, areal transmigrasi di Toili dan Toili Barat dan pertambangan migas yang

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

35

PT PERTAMINA EP -PPGM

dikelola oleh JOB – Medco E & P Tomori Sulawesi. Di daerah sekitar lapangan pengambang terdapat daerah konservasi Suaka Margasatwa Bakiriang dan sebelah selatan berbatasan dengan perairan Selat Peleng. Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Daerah Penelitian, luas masing-masing jenis penggunaan lahan adalah: belukar 1.908,21 Ha, beting karang 291,54 Ha, permukiman 1.871,29 Ha, hutan 17.094,65, perkebunan 4.385,02, sawah, 8.895,36, sawah tadah hujan 1.373,57 Ha, tegalan/ladang 7.196,87 Ha dan hutan suaka 271,50 Ha. c. Tanah 1. Kesuburan tanah Kelompok satuan tanah yang ada adalah kelompok Aluvial, Regosol, Litosol, Latosol, Grumusol, dan Lateritik. Dataran Aluvial di wilayah studi tergolong subur dan sangat sesuai untuk daerah persawahan. Regosol di sekitar daerah PPGM berkembang di tepian pantai dengan luasan yang relatif sempit. Pada umumnya Regosol di dataran pantai tidak produktif karena terlalu porus yang diakibatkan oleh tekstur tanahnya yang pasiran. Tanah regosol tidak dimanfaatkan sebagai daerah pertanian di daerah ini mengingat tingkat kesuburan yang sangat rendah dan luasannya yang sempit. Litosol merupakan tanah yang tipis dengan solum < 50 cm dan mengalami kontak langsung dengan batuan induk yang keras yang ada di bawahnya. Berdasarkan analisis laboratorium, daerah perbukitan ini memiliki tanah yang cenderung masam (pH H2 O 5,42) sedangkan pada daerah lembah memiliki pH mencapai 5,96 (agak masam). Dengan demikian tingkat keasaman tanah menjadi faktor pembatas dalam tingkat kesuburan tanah daerah ini, dan dapat disimpulkan bahwa tingkat kesuburan tanah jenis Litosol ini adalah rendah. Latosol terdapat di kompleks Maleoraja dan Matindok dengan batuan induk berupa batupasir

dan

konglomerat.

Latosol

merupakan

tanah

yang

potensial

untuk

pengembangan pertanian, namun juga menyimpan potensi erosi yang besar sebagai akibat dari posisinya pada lereng-lereng perbukitan dan pegunungan. Grumusol merupakan tanah lempungan yang mempunyai daya kembang kerut

(swelling and shrinking)

tinggi sebagai akibat dari adanya tipe lempung smectite.

Persebaran Grumusol di daerah kajian terdapat di kompleks perbukitan Sukamaju. Batuan induk daerah ini adalah batu napal dan lanau dengan kadar Ca yang tinggi. Kondisi tersebut mengakibatkan reaksi tanah dalam suasana basa. Kandungan bahan organik sangat rendah (0,6%) diakibatkan proses erosi yang intensif. 2. Erosi tanah Besarnya erosi tanah di wilayah studi sebelum adanya kegiatan adalah 3.872,18 ton/ha/th. Nilai erosi pada rona awal untuk tanah di wilayah Minahaki yang penggunaan lahannya semak masuk kategori sedang dengan skala kualitas lingkungan sedang (skala 3).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

36

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.1.7. Transportasi a.

Kelancaran lalulintas Tingkat kelancaran lalulintas di wilayah studi tergolong sangat baik atau sangat lancar.

b. Jaringan jalan Penggal Kintom-Batui memiliki per-kerasan yang masih baik dengan lebar 4,5 meter. Jenis perkerasan yang digunakan adalah Lapis Penetrasi Makadam dengan lapis aus Latasir. Pada penggal jalan yang menghubungkan Batui–Toili-Toili Barat, terdapat adanya kerusakan jalan (berlubang/ bergelombang). Kerusakan ini disebabkan adanya genangan air pada daerah yang rendah, sehingga sering terendam. c.

Kondisi jembatan Kondisi jembatan yang menghubungkan Kota Luwuk sampai dengan Toili Barat, umumnya sudah cukup memadai. Konstruksi jembatan yang digunakan memiliki dua tipe, yaitu menggunakan rangka baja dan gelagar beton.

3.2. KOMPONEN BIOLOGI 3.2.1. Flora Darat 1. Vegetasi di Lokasi LNG-Padang (kawasan pantai dan ladang) Lokasi LNG terletak di sekitar pantai dan area ladang milik penduduk. Pada lokasi ini terdapat 47 jenis flora darat yang terdiri dari 24 jenis pohon, 15 jenis semak dan 7 jenis herba. Beberapa jenis flora yang ada merupakan tanaman budidaya dan tanaman khas pantai seperti Terminalia catapa. 2. Vegetasi di Lokasi Sungai Santoa (Padang – Tangkiang) Lokasi ini berdekatan dengan LNG Padang dan merupakan area permukiman. Pada lokasi ini terdapat 23 jenis flora darat yang terdiri dari 12 jenis pohon, 8 jenis semak dan 3 jenis herba. 3. Vegetasi di Lokasi Uso (Pantai – Pekarangan) Lokasi ini merupakan dataran rendah yang berbatasan dengan pantai. Penggunaan lahan di daerah ini merupakan area pemukiman dan lahan pekarangan. Jenis vegetasi yang ada umumnya merupakan tanaman perkebunan seperti Cocos nucifera. Sementara itu vegetasi yang ada di tepi pantai, umumnya merupakan tanaman mangrove yaitu Avicenia sp dan tanaman khas pantai seperti Terminalia catapa dan Vitex trifolia. 4. Vegetasi di Lokasi Kinikini (Muara Sungai Kayoa, rawa) Tipe ekosistem di lokasi ini merupakan ekosistem rawa. Komposisi flora pada habitat rawa terdiri dari beberapa jenis bakau, pandan, nipah, dan semak herba. 5. Vegetasi di Lokasi Sumur Pengembangan Donggi Lokasi ini merupakan daerah persawahan, dengan jenis tanaman utama adalah padi ( Oryza

sativa). Pada umumnya padi ditanam dua kali dalam satu tahun dan diselingi tanaman palawija.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

37

PT PERTAMINA EP -PPGM

6. Vegetasi di Lokasi Sumur Sukamaju Pada lokasi sumur Sukamaju terdapat 61 jenis flora yang terdiri dari 31 jenis pohon, 20 jenis semak dan 11 jenis herba. Lokasi rencana sumur pengeboran di daerah Sukamaju berada di sekitar Suaka Margasatwa Bakiriang. 7. Vegetasi di Lokasi Manifold Station Minahaki Pada lokasi ini terdapat sekitar 11 jenis pohon, 8 jenis semak dan 3 jenis herba. 8. Vegetasi di Lokasi Sumur Minahaki I Lokasi sumur Minahaki I terletak berdekatan dengan Block Station Minahaki sehingga jenis vegetasi yang ada tidak jauh berbeda dengan jenis yang ada di Block Station. 9. Vegetasi di Lokasi Sumur Donggi Lokasi sumur Donggi merupakan daerah persawahan, dengan jenis tanaman utama adalah padi (Oryza sativa) yang umumnya ditanam dua kali dalam satu tahun dan diselingi tanaman palawija. 10.

Jenis Vegetasi di Lokasi Jalur Trunk Line Di Hutan Lindung Terdapat 11 jenis pohon di sekitar area Trunk Line. Jenis yang paling sering dijumpai adalah Lansium domesticum, Nauclea orientalis, dan Arenga pinnata.

11.

Vegetasi di Jalur trunk Line Kebun Sekitar Hutan rakyat Di sekitar lokasi ini terdapat 13 jenis pohon yang sebagian besar adalah tanaman budidaya. Beberapa jenis yang ditanam masyarakat antara lain Anacardium ocidentale, Arenga

pinnata, Artocarpus integra , Mangifera indica. Namun jenis yang dominan ditanam pada hutan rakyat adalah Tectona grandis. 12.

Vegetasi di Lokasi Trunk Line yang Melewati Sungai Toili Pada lokasi ini terdapat 22 jenis flora darat yang terdiri dari 11 jenis pohon, 7 jenis semak dan 3 jenis herba. Penutupan lahan oleh semak herba di lokasi ini didominasi oleh jenis

Eupatorium inulifolium dan Panicum hirtelum. 13.

Vegetasi di Lokasi Trunk Line melewati Perkampungan Penggunaan lahan di sekitar Trunk Line ini adalah permukiman dan pekarangan, sehingga jenis vegetasi yang mendominasi di area ini terutama adalah tanaman budidaya.

14.

Vegetasi di Lokasi jalur Trunk Line yang Melewati Persawahan Daerah ini merupakan area persawahan dengan jenis tanaman utama Oryza sativa dan

Lannea sp. Secara umum kondisi flora di wilayah studi baik, dikategorikan mempunyai skala kualitas lingkungan skala 4. 3.2.2

Fauna Darat

Komunitas burung di dalam wilayah studi cukup banyak, ada sekitar 42 jenis burung yang ditemukan dan kemungkinan masih banyak jenis burung yang tidak teramati. Jenis burung yang frekuensinya paling sering dijumpai di semua lokasi pengamatan adalah burung cabe (Dicaeum celebicum). Srigunting (Dicrurus montanus), Tekukur (Streptopelia chinensis), Gagak

(Corvus macrorhynchos) dan burung kacamata (Zosterops consobrinorum) .

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

38

PT PERTAMINA EP -PPGM

Dari beberapa jenis yang ada, jenis burung

yang termasuk dilindungi antara lain

yaitu :

burung kipasan (Rhidipura teysmanni), trinil (Tringa totamus) , elang ( Haliastur indus; Spilornis

rufipectus), raja udang (Alcedo meninting; Alcedo atthis; Alcedo coerulescens; Amaurornis phoenicuru) dan pecuk ular (Anhinga melanogaster). Umumnya burung-burung tersebut ditemukan di daerah sumur gas sekitar perairan, tepi sungai, pantai sekitar mangrove/bakau dan hutan terbuka. Sementara itu jenis mamalia yang ada di wilayah studi antara lain Macaca nigra, Macrogalida

musschenbroeckii, Prosciurillus murinus, Rubrisciurus sp, Sus celebensis dan

Tarsius

pelengensis. Jenis reptilia yang ada di sekitar lokasi kegiatan antara lain Ahaetulla prasina, Boiga dendrophila, Crocodillus porosus, Eutropis sp, Python sp. Jenis-jenis tersebut terutama ditemukan di sekitar lokasi Suaka Margasatwa Bakiriang, hutan lindung dan muara sungai. Sementara itu pengamatan terhadap hewan budidaya di sekitar lokasi kegiatan, menunjukkan bahwa kegiatan budidaya hewan umumnya dilakukan dalam skala kecil. Usaha ternak yang diusahakan masyarakat masih bersifat sebagai usaha sampingan. Beberapa jenis hewan yang dibudidayakan masyarakat sekitar lokasi kegiatan terutama daerah yang dekat wilayah pemukiman yaitu sumur gas di daerah Uso dan sekitar Trunk Line Desa Argakencana antara lain ayam, kambing dan sapi. Secara umum kondisi fauna di area kegiatan baik, dikategorikan mempunyai skala kualitas lingkungan skala 4. 3.2.3. Biota Air A. Biota Air Tawar 1. Plankton Keanekaragaman atau diversitas plankton rata-rata berkisar antara 9 – 33 genera dengan kepadatan atau densitas berkisar antara 13 – 4303 individu/liter dengan indeks diversitas

(Shanon-Wiener)

plankton

rata-rata

berkisar

antara

0,180

-1,234.

Berdasarkan indeks diversitas plankton di perairan sekitar rencana kegiatan, menunjukkan bahwa perairan ini tercemar sedang (skala 2) Lee at all, 1978. 2. Benthos Jenis biota yang ditemukan terdiri dari 3 kelas, 17 familia, dan 17 spesies dengan kelompok insecta dan gastropoda dominan keberadaanya. Berdasarkan pada kondisi kelimpahan dan keanekaragaman biota darat terutama benthos, kualitas lingkungan di sekitar perairan lokasi kegiatan dapat dikategorikan tercemar sedang (skala 2). B. Biota Air Laut 1. Plankton Kepadatan populasi plankton per liter rata-rata sebesar 44 – 127 individu/liter. Jenis plankton yang paling dominan adalah Nauplius, selain itu juga ditemukan genus

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

39

PT PERTAMINA EP -PPGM

Anabaena, Nitzschia, Oscilatoria, dan Spirogyra yang biasa hidup pada perairan yang tercemar. Berdasarkan indeks diversitas menurut Shannon Wiener, kondisi perairan tersebut tercemar sehingga kondisi komunitas plankton sangat tidak mantap (skala 2). 2. Benthos Pada lokasi pantai sekitar lokasi kegiatan menunjukkan kelimpahan jenis benthos masih 2

cukup tinggi dengan rata-rata kerapatan benthos per m sekitar 245 individu. Sebagian besar yang ditemukan merupakan kelompok gastropoda dan insecta masing-masing terdiri dari 6 familia. Kelompok lainnya adalah kelas turbellaria. Berdasarkan pada kondisi kelimpahan dan keanekaragaman biota laut terutama benthos, kualitas lingkungan di sekitar perairan lokasi kegiatan dapat dikategorikan tercemar sedang (skala 2). 3. Ikan Kabupaten Banggai memiliki sumberdaya ikan laut yang cukup besar. Potensi perikapan tangkap di Kabupaten Banggai tahun 2004 diperkirakan mencapai 48.627,1 ton pertahun yang terdiri dari ikan pelagis 39.387,9 ton dan jenis ikan demersal sebesar 9.239,2 ton. Jenis ikan yang ada kebanyakan nilai ekonominya tinggi, seperti ikan tenggiri, tunal, kakap, cakalang, dsb. Namun demikian beberapa jenis ikan yang bernilai ekonomi sedang, juga cukup melimpah seperti ikan teri, tigawaja, dan rajungan. Sementara itu potensi perikanan budidaya, baik budidaya tambak maupun budidaya perikanan air tawar cukup banyak. Di Kecamatan Batui, pemanfaatan lahan tambak banyak dibudidayakan udang windu, di Kecamatan Luwuk dan Toili diusahakan udang windu dan bandeng. Potensi lahan budaya air tawar dilakukan di kolam, umumnya jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas dan nila. Berdasarkan keanekaragaman dan produksi perikanan di sekitar lokasi rencana kegiatan, maka secara umum kualitas lingkungan di wilayah tersebut dikategorikan cukup baik (skala 3). 4. Terumbu Karang Hasil survey yang dilakukan Tahun 2005, secara umum terumbu karang di Desa Batui berada dalam kategori buruk yaitu sebesar 9,9% pada kedalaman 10 m dan 3,4% pada kedalaman 3 m. (Survey Potensi Sumber Daya Ikan di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah, 2005). Sementara itu hasil pengamatan di lapangan (2006) menunjukkan bahwa tipe terumbu karang di wilayah studi merupakan terumbu karang tepi (fringging reef) dengan tingkat kepadatan sangat rendah yaitu hanya berkisar 10% menutupi areal pengamatan. Dari 10% tutupan tersebut terdiri dari coral masive 4%, Acropora encrusting 1%, Acropora submasive 4% dan sisanya terdiri dari soft coral dan sponge 1%.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

40

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.3.

KOMPONEN SOSIAL

3.3.1. Demografi a. Jumlah dan kepadatan penduduk Jumlah penduduk di 4 kecamatan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat) tersebut pada tahun 2005 adalah 296.488 jiwa dengan tingkat kepadatan 27 jiwa/km 2. Kecamatan Toili mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi dibandingkan kecamatan lainnya. b. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio Jumlah penduduk laki-laki di 4 kecamatan wilayah studi adalah 151.927 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 144.561 jiwa. Rasio jenis kelamin di wilayah studi adalah 106. Jumlah rumah tangga yang tertinggi ada di wilayah Kecamatan Toili dan yang terendah ada di Kintom. Jumlah anggota keluarga setiap Rumah Tangga rata-rata adalah 4 orang, namun di Kintom rata-rata hanya mempunyai 3 orang anggota keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa setiap keluarga rata-rata hanya mempunyai seorang anak. Kondisi rumah tangga di wilayah studi yang rata-rata mempunyai anggota keluarga kurang dari 5 orang ini, bila dilihat dari baku kualitas lingkungan tergolong sangat baik atau mempunyai skala 5 (L.W. Canter & L.G. Hill, 1981). c. Komposisi penduduk menurut umur Rata-rata proporsi jumlah penduduk antara kelompok umur produktif dengan tidak produktif di 4 kecamatan wilayah studi yaitu 61,40% berbanding 38,60%. Dibandingkan angka di tingkat kabupaten, jumlah penduduk usia produktif di wilayah studi lebih rendah sekitar 3,61%. Proporsi rata-rata antara penduduk yang berumur dibawah 15 tahun (penduduk berusia muda) dengan penduduk berusia tua (65+) adalah sekitar 31,08% berbanding 4,55%. Mengingat bahwa jumlah penduduk berusia muda kurang dari 40% terhadap total penduduk, maka kondisi penduduk berdasarkan umur produktif (usia kerja) di wilayah studi termasuk dalam skala 5 yaitu sangat baik. d. Komposisi penduduk menurut pendidikan Di 4 kecamatan wilayah studi persentase tingkat pendidikan penduduk tamat SD adalah yang terbesar, sedangkan penduduk yang tidak atau belum sekolah dan tidak tamat SD sebanyak 26,88% dan yang tamat akademi dan perguruan tinggi baru sekitar 2,37%. Dari antara 4 kecamatan di wilayah studi, penduduk di wilayah Kecamatan Kintom rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang paling baik dibandingkan dengan kecamatan lainnya, kemudian diikuti Kecamatan Batui dan yang paling buruk adalah Kecamatan Toili. Persentase penduduk berpendidikan menengah dan tinggi di wilayah Kintom adalah 32,10% dan 3,99%, sedangkan di wilayah Toili adalah 18,86% dan 1,55%. Berdasarkan baku penilaian kualitas lingkungan (L.W. Canter & L.G. Hill, 1981), oleh karena secara umum keadaan pendidikan penduduk di 4 kecamatan wilayah studi persentase lulusan SD sekitar 45%, yang berpendidikan menengah 23,76% dan yang berpendidikan tinggi sekitar 2,37%, maka keadaan tersebut termasuk dalam kriteria baik (skala 4).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

41

PT PERTAMINA EP -PPGM

e. Komposisi penduduk menurut matapencaharian Matapencaharian sebagian besar penduduk (85,41%) di 4 kecamatan wilayah studi adalah dalam bidang pertanian. Jenis matapencaharian terbesar kedua adalah dalam bidang industri kerajinan dan yang ketiga adalah bidang konstruksi khususnya sebagai buruh bangunan. Jenis matapencaharian penduduk yang relatif masih terbatas jumlahnya adalah sebagai pegawai atau PNS dan ABRI/POLRI serta dalam bidang listrik, gas dan air. f.

Mobilitas penduduk Dari antara 4 kecamatan di wilayah studi, Kecamatan Toili paling banyak perubahan jumlah penduduknya, kemudian Batui, Toili Barat dan yang paling sedikit perubahannya adalah Kintom. Perubahan penduduk tersebut pada umumnya lebih dikarenakan adanya perubahan penduduk secara alamiah yaitu kelahiran dan kematian. Di wilayah Toili faktor masuk dan bertempat tinggalnya pendatang juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya perubahan kependudukan. Berbagai aktivitas perekonomian di Toili relatif paling menonjol dibandingkan dengan kecamatan lainnya dan hal inilah nampaknya yang menjadi daya tarik para pendatang untuk masuk dan beraktivitas di wilayah kecamatan.

g. Angkatan kerja Jumlah usia produktif di 4 kecamatan wilayah studi adalah 63.435 orang atau sekitar 62,51% dengan jumlah angkatan kerja 50.587 orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di 4 kecamatan wilayah studi adalah 79,75%. TPAK di tingkat kecamatan wilayah studi relatif sama, dan ini menggambarkan bahwa terdapat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun atau penduduk berusia muda yang telah terjun kedalam dunia kerja sehingga TPAK di wilayah tersebut tinggi. Kenyataan ini merupakan salah satu upaya yang dilalukan kelompok muda usia untuk membantu kondisi ekonomi keluarganya. h. Kesempatan kerja Jumlah pencari kerja di wilayah Kabupaten Banggai selama tahun 2005 adalah 3.793 orang dengan tingkat pendidikan yang paling dominan adalah lulusan SLTA dengan persentase sekitar 65,49%, kemudian diikuti lulusan Sarjana dengan persentase 17,59% dan Diploma sebesar 11,05%. Kecenderungan ini relatif sama dengan tahun 2004, namun untuk tahun 2003 pencari kerja lulusan Diploma lebih besar dibandingkan dengan lulusan sarjana. Selama kurun waktu 2003-2005 jumlah pencari kerja di Kabupaten Banggai yang terbesar adalah pada tahun 2004 yaitu sebanyak 5.227 orang yang berarti mengalami peningkatan sekitar 100,73% dibandingkan tahun 2003, namun mengalami penurunan sekitar 27,43% pada tahun 2005. Penempatan tenaga kerja selama tahun 2005 mengalami peningkatan sekitar 24,45% dibandingkan tahun 2004 dengan persentase 41,56% laki-laki dan 58,44% perempuan. Meskipun penempatan tenaga kerja mengalami peningkatan selama tahun 2005, namun penempatan yang ada relatif masih kecil yakni sebesar 10,47% dibandingkan dengan jumlah pencari kerja yang ada. Hal ini terkait dengan kesempatan kerja yang juga relatif sangat terbatas.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

42

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.3.2

Sosial Ekonomi

a. Pendapatan masyarakat Berdasarkan data struktur responden menurut matapencaharian utama diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja di bidang pertanian, yang meliputi petani dan buruh tani sebanyak 56,25%, nelayan dan buruh nelayan 2,50%. Penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan umumnya bermukim di pinggir pantai dan rata-rata melaut hanya 4 – 5 hari per minggu. Pendapatan mereka berkisar antara Rp 20.000,00 – Rp 50.000,00. Jenis matapencaharian lain yang cukup dominan adalah sebagai pengusaha/ wiraswasta (16,67%), aparat desa (5,42%), PNS 5,41% dan lain-lain sebanyak 5%. Dilihat dari tingkat pendapatannya, rata-rata pendapatan responden per bulan adalah Rp 1.383.204,00 dengan tingkat pendapatan terendah sebesar Rp 150.000,00 dan yang tertinggi adalah Rp 5.000.000,00. Tingkat pendapatan responden yang paling dominan adalah hingga Rp 500.000,00 dengan persentase sebesar 45,83%. Jika batas kemiskinan adalah 1 $ Amerika per orang per hari yang nilai tukarnya adalah sebesar Rp. 9.600,00 maka rata-rata setiap anggota masyarakat di wilayah studi termasuk sedikit di atas kategori miskin. Berdasarkan baku kualitas lingkungan tingkat penghasilan responden di wilayah studi tergolong buruk (skala 2) sehingga kurang dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara optimal. b. Pola nafkah ganda Terdapat sekitar 59,17% responden yang memiliki lebih dari satu sumber pendapatan untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya sehari-hari. Jenis pekerjaan sampingan yang banyak ditekuni responden tidak jauh berbeda dengan pekerjaan pokok responden yaitu pada bidang pertanian, khususnya sebagai petani dan buruh tani. Aktivitas ini umumnya ditekuni oleh para responden yang bekerja diluar bidang pertanian seperti PNS, wiraswastawan dan guru. Selain untuk menambah penghasilan, aktivitas ini diakui sebagai sarana untuk menyalurkan hobi, bersifat rekreatif dan melanjutkan usaha orang tua. Sementara itu usaha sampingan sebagai pedagang umumnya dilakukan oleh responden dengan membuka warung atau toko di rumahnya. c. Kepemilikan Benda Berharga oleh Responden 1) Rumah dan pekarangan Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa rumah responden rata-rata mempunyai luas antara 14 – 600 m 2 dengan persentase terbesar (41,67%) adalah luasan 37 – 70 m2. Hampir semua responden (90,83%) di wilayah studi mempunyai halaman/pekarangan rumah. Luasan pekarangan berkisar antara 50 – 5000 2

2

m dengan persentase terbesar (30,83%) yaitu antara 251 – 500 m . Status kepemilikan rumah dan pekarangan oleh responden umumnya adalah hak milik (SHM) dengan persentase sebesar 50,42%, sewa/kontrak (5%), hak pakai (3,33%), warisan atau milik keluarga (1,25%) dan yang tidak bersertifikat sebanyak 40%.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

43

PT PERTAMINA EP -PPGM

2) Sawah dan ladang Sawah dimiliki oleh sekitar 39,17% responden dan ladang dimiliki oleh sekitar 73,75% responden dengan luas berkisar antara 0,08 – 40 Ha. 3) Tabungan Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa terdapat sekitar 26,67% responden yang memiliki tabungan keluarga dan 81,25% diantaranya berupa tabungan di bank. 4) Benda berharga lainnya Jenis benda berharga yang secara dominan dimiliki oleh responden adalah televisi (TV), kemudian diikuti kepemilikan ternak dan VCD. Jenis ternak yang umumnya diusahakan responden adalah sapi, kambing, babi dan unggas khususnya ayam dan itik. d. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor pertanian mendominasi dalam perannya membentuk PDRB Kabupaten Banggai baik pada tahun 2003 maupun 2004. Kontribusi terbesar kedua diberikan oleh sektor Jasa-jasa, namun pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0,31% dibandingkan tahun 2003. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan andil terbesar ketiga

dengan

persentase sebesar 8,83%, yang mengalami penurunan sekitar 0,03% dibandingkan dengan tahun 2003. Sektor yang kontribusinya paling kecil adalah Listrik dan Air Bersih yang pada tahun 2004 mengalami peningkatan sekitar 0,01%. Dengan nilai PDRB sebesar Rp 1.372.194 juta pada tahun 2004 dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun sebanyak 289.979 jiwa, maka nilai PDRB per kapita adalah Rp 5.207.804,00. Jika batas kemiskinan adalah setara dengan pendapatan perkapita sebesar Rp 9.600,00 per hari atau sebesar Rp 3.504.000,00 per tahun, maka PDRB perkapita di Kabupaten Banggai secara umum adalah sekitar 1,49 kali lebih besar daripada batas kemiskinan atau hal itu berarti berada di atas ambang kemiskinan. Diantara 4 kecamatan wilayah studi, Kecamatan Toili mempunyai tingkat kesejahteraan keluarga yang paling baik dengan jumlah keluarga yang telah termasuk dalam kategori sejahtera sekitar 64,23%, kemudian diikuti Toili Barat (57,80%), Batui (48,14%) dan yang terendah adalah Kintom dengan jumlah keluarga sejahtera sekitar 30,53% terhadap jumlah total keluarga di wilayah kecamatan tersebut. e. Sarana/Prasarana Perekonomian 1) Perindustrian Kegiatan industri yang terdapat di wilayah Kabupaten Banggai selama kurun waktu 2005 sebanyak 13 unit usaha dan umumnya didominasi oleh industri kayu dan barang dari kayu. 2) Perdagangan Selama tahun 2005 volume perdagangan antar pulau di Kabupaten Banggai mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2004. Komoditas yang cukup menonjol

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

44

PT PERTAMINA EP -PPGM

diperdagangkan antara lain adalah bungkil kopra sebanyak 21.681 ton, minyak kelapa sebanyak 13.650 ton, dan rotan sebesar 2.177 ton. Realisasi perdagangan bahan pokok/penting lainnya yang terbesar di Kabupaten Banggai adalah semen yang mencapai 46.235 ton, diikuti minyak sebesar 8.531 ton dan pupuk sebanyak 3.446 ton. Sementara itu realisasi ekspor yang paling menonjol adalah udang beku sebanyak 1.130.000 ton, kopra 20.806.542 ton dan ganggang laut kering sebanyak 250.310 ton. Secara umum di wilayah Kecamatan Toili terdapat paling paling banyak fasilitas perdagangan yakni sekitar 36,90% dari total fasilitas perdagangan di wilayah studi. Hal ini menggambarkan bahwa Kecamatan Toili paling potensial aktivitas perdagangannya yang secara tidak langsung juga menggambarkan kondisi perekonomian secara umum relatif paling baik dibandingkan kecamatan lainnya. 3) Fasilitas Keuangan Fasilitas keuangan yang ada di wilayah studi meliputi koperasi dan bank. Jenis koperasi yang dominan terdapat di wilayah studi adalah Koperasi Unit Desa (KUD). f.

Ekonomi Sumberdaya Alam 1) Penggunaan lahan Penggunaan lahan di 4 kecamatan wilayah studi yang paling dominan adalah untuk perkebunan yakni seluas 16.423,85 Ha atau sekitar 4,23% dari total luas lahan yang ada. Penggunaan terluas kedua adalah untuk tegal atau kebun masyarakat yakni sekitar 3,83% dan yang ketiga adalah untuk sawah yaitu seluas 3,74% yang terdiri atas sawah beririgasi seluas 2,80% dan sawah tadah hujan seluas 0,94%.

Penggunaan

lahan untuk bangunan dan permukiman baru sekitar 1,39% dan lahan yang tidak atau belum diusahakan seluas 61,74% terhadap total luas lahan yang ada. Mengingat bahwa penggunaan lahan yang ada di wilayah studi umumnya untuk pengusahaan pertanian, perikanan

dan

perkebunan

dengan

luasan

sekitar

12%

yang

relatif

masih

memperhatikan faktor konservasi lahan, maka berdasarkan baku kualitas lingkungan penggunaan lahan yang ada termasuk dalam kriteria baik atau mempunyai skala 4. 2) Produksi pertanian  Tanaman pangan Komoditas potensial yang dihasilkan wilayah studi adalah padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Toili merupakan wilayah yang paling potensial menghasilkan komoditas pangan tersebut dibandingkan dengan 3 kecamatan lainnya. Produksi padi sawah dari Toili adalah 56,77% dari total produksi padi sawah di wilayah studi. Dilihat dari tingkat kabupaten, sumbangan wilayah studi terhadap cadangan padi sawah selama tahun 2005 adalah sebesar 59,40%. Toili yang merupakan wilayah pertanian hasil pengembangan program transmigrasi mampu menyumbang sekitar

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

45

PT PERTAMINA EP -PPGM

33,72% dari total produksi padi sawah Kabupaten Banggai. Sementara itu sumbangan wilayah studi terhadap produksi padi ladang di tingkat kabupaten adalah sebesar 24,14%, untuk jagung sebesar 8,75%, ubi kayu 7,11%, ubi jalar 7,48%, kedelai 37,88% dan kacang tanah sebesar 3,56%. Dilihat dari produktivitasnya, untuk padi sawah rata-rata adalah 2,57 ton/ha dan untuk padai ladang 0,15 ton/ha. Produktivitas komoditas yang diusahakan di tegal/ kebun adalah jagung (0,04 ton/ha), kedelai (0,029 ton/ha), ubi kayu (0,027 ton/ha) dan kacang tanah 0,007 ton/ha. Dengan demikian nampak bahwa secara umum produktivitas lahan di wilayah studi tergolong rendah.  Tanaman sayuran Secara umum produksi sayuran selama tahun 2005 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2004. Komoditas sayuran lain yang cukup menonjol adalah petsai dengan produksi sekitar 26,82% terhadap total produksi kabupaten, sementara itu untuk cabai dan tomat masing-masing adalah 3,89%, dan untuk kacang panjang sebesar 12,19%.  Tanaman buah-buahan Jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di wilayah studi adalah pisang, mangga, pepaya, nangka dan durian. Produksi pisang dari wilayah studi memberikan kontribusi sebesar 7,75% terhadap total produksi pisang di tingkat kabupaten, sementara itu untuk mangga adalah 1,57%, pepaya 5,07%, nangka 60,38% dan durian sebesar 0,50%.  Tanaman perkebunan Produksi berbagai jenis komoditas perkebunan selama tahun 2005 meningkat sekitar 15-26% dibandingkan tahun 2004. Jenis tanaman perkebunan rakyat yang banyak diusahakan di wilayah studi adalah kelapa, kakao, kopi, cengkeh, jambu mete, dan kemiri. Sumbangan produksi kelapa dari wilayah studi terhadap total produksi di tingkat kabupaten adalah 7,78%, untuk kakao 12,63%, jambu mete 9,26%, kemiri 4,68, cengkeh 0,65% dan kopi sebesar 7,08%.  Peternakan Jenis-jenis ternak yang diusahakan masyarakat di wilayah studi meliputi ternak besar khususnya sapi, ternak kecil yaitu kambing dan babi dan unggas yang meliputi ayam kampung dan itik. Sumbangan wilayah studi terhadap total produksi sapi di tingkat kabupaten adalah 32,90%, untuk kambing 10,80%, babi 23,67%, ayam kampung 32,67% dan untuk itik adalah sebesar 29,84%.  Perikanan Jenis perikanan yang dikembangkan di wilayah studi meliputi perikanan laut, perikanan kolam, tambak udang dan perairan umum.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

46

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.3.3

Sosial Budaya

a. Nilai dan norma budaya Di Kabupaten Banggai terdapat 3 suku asli yaitu Suku Saluan, Suku Banggai dan Suku Balantak. Suku pendatang yang ada di wilayah ini antara lain adalah Suku Bajo yang merupakan masyarakat nelayan pendatang tertua dari Kendari, Suku Jawa, Sunda, Bali dan Flores yang merupakan transmigran serta pendatang lain yang berupaya mencari peluang kerja yaitu Suku Bugis, Padang, Gorontalo, Manado, Muna dan sebagainya. Kegiatan adat yang sering dilaksanakan oleh warga masyarakat terutama yang terkait erat dengan siklus kehidupan manusia yaitu pesta perkawinan, perayaan kelahiran dan peringatan kematian dengan persentase sebesar 66,20%. Kegiatan adat lain yang dirayakan adalah bersih desa, yang terkait dengan kegiatan bertani dan adat tumpe yang merupakan peristiwa budaya warisan Kerajaan Banggai Kepulauan. Kegiatan adat

dan

kebiasaan masyarakat ini biasanya dilakukan di balai desa (34,05%), masjid (20,77%), rumah (16,27%), serta makam dan pure masing-masing sebesar 6,42%. Sekitar 87,92% responden menyatakan bahwa berbagai jenis kegiatan adat masih tetap dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya untuk melestarikannya. Salah satu nilai budaya yang masih tampak terlihat adalah nilai budaya gotong royong dan konsep yang mengganggap penting sikap tenggang rasa terhadap sesama manusia. Gotong royong di sini adalah dalam hal memperbaiki rum ah (20,24%), kerja bakti kebersihan lingkungan (14,84%), saling membantu dalam melaksanakan hajatan (30,88%) dan arisan (20,39%) serta bekerja sama untuk siskamling (12,89%). Mengingat bahwa berbagai aktivitas adat, keagamaan dan sosial budaya yang lain masih tetap dilaksanakan dan didukung oleh warga masyarakat pada umumnya, maka kondisi rona lingkungan hidup awal pada parameter nilai dan norma budaya masyarakat di wilayah studi memiliki skala kualitas lingkungan tergolong baik (skala 4). b. Proses sosial Jenis kegiatan bersama yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah meningkatkan pengetahuan agama (32,13%), kegiatan ormas, arisan dan saling tukar informasi atau berita. Selain kerja sama warga masyarakat dalam berbagai aktivitas sehari-hari, begitu pula yang terjadi sebaliknya yaitu adanya konflik, meskipun secara umum responden menyatakan relatif kecil adanya konflik di wilayah sekitar tempat tinggal mereka yaitu hanya sekitar 22,92%.

Menurut pendapat responden, apabila terjadi konflik umumnya

terkait dengan masalah pemuda/remaja (41,66%), masalah keluarga (25%), masalah tanah (16,67%), dan perselisihan antar kampung atau suku masing-masing dengan persentase sebesar 8,33%. Namun berbagai konflik yang ada tersebut pada umumnya dapat diselesaikan dengan baik.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

47

PT PERTAMINA EP -PPGM

c. Pelapisan sosial Pelapisan sosial di wilayah studi tercermin dari pendapat masyarakat yang menganggap pengurus administrasi wilayah/pamong desa merupakan orang yang dituakan (dalam level tinggi) di lingkungan tempat tinggal dan strata di bawahnya adalah pemuka agama. Penguasa adat/keturunan bangsawan dan orang yang terpandang secara materi saat ini tidak secara otomatis menjadi tokoh yang dapat dituakan atau dianggap berpengaruh oleh semua kelompok masyarakat, tetapi pihak-pihak yang mau bekerjasama dan peduli terhadap kepentingan masyarakatlah yang akan ditokohkan oleh masyarakat. d. Pranata sosial/kelembagaan masyarakat Pranata sosial yang ada di wilayah studi cukup maju dan dinamis

yang antara lain

ditunjukkan dengan cukup beragamnya kelembagaan yang ada, seperti lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga kepemudaan, lembaga kesehatan, lembaga pertanian dan lembaga kekerabatan. Diantara kelembagaan masyarakat tersebut, yang paling dikenal oleh responden adalah lembaga kepemudaan dengan persentase 29,09%, kemudian lembaga pendidikan 22,64% dan lembaga kesehatan 22,10% serta lembaga pertanian sebesar 19,03%. Hal ini menunjukkan bahwa kelembagaan masyarakat tersebut cukup aktif dan peranannya dirasakan oleh masyarakat. e. Sikap dan persepsi masyarakat Sehubungan dengan rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok, sikap dan persepsi masyarakat cukup beragam. Secara umum masyarakat setuju (78,33%) dengan rencana proyek tersebut dengan sejumlah harapan dan saran. Persepsi positif masyarakat terhadap rencana kegiatan terkait dengan adanya beberapa keuntungan atau manfaat yang dapat ditimbulkan dari adanya kegiatan proyek. Manfaat paling besar yang akan muncul dari kegiatan proyek dan akan dapat dirasakan oleh masyarakat adalah meningkatnya pendapatan masyarakat (44,44%), kemudian adanya kesempatan kerja (23,81%) dan meningkatnya kesempatan berusaha (10,58%). Selain itu juga terdapat sekitar 6,35% responden yang menyatakan sangat mengharapkan dibangunnya fasilitas umum dan fasilitas sosial untuk warga masyarakat. Selain persepsi positif masyarakat terhadap proyek pengembangan gas ini, masyarakat juga memiliki persepsi negatif terhadap proyek terkait dengan kemungkinan adanya beberapa kerugian yang dapat terjadi dengan berlangsungnya proyek ini. Kerugian yang akan timbul dari kegiatan ini adalah meningkatnya peralihan fungsi lahan pertanian (31,98%) yang akan berdampak langsung terhadap terjadinya penurunan produksi pertanian (14,72%).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

48

PT PERTAMINA EP -PPGM

Selain itu juga terdapat kekhawatiran-kekhawatiran warga masyarakat seperti kemungkinan adanya calo saat pembebasan lahan (15,35%), kemudian diikuti keluarnya gas beracun (14,56%), terjadinya kebakaran atau semburan api (14,40%), adanya penurunan kualitas dan kuantitas air (6,96%) dan adanya PHK serta penurunan pendapatan masyarakat sebagai akibat berhentinya proyek (6,02%). Terhadap kekhawatiran-kekhawatiran tersebut, responden memberikan beberapa saran/masukan yang merupakan wujud kepedulian responden terhadap rencana kegiatan sehingga berbagai perubahan yang mungkin terjadi dan khususnya yang berdampak negatif dapat ditekan seminimal mungkin. Beberapa saran/masukan responden khususnya terkait dengan masalah pengadaan lahan adalah sebelum proses pengadaan lahan hendaknya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat (13,25%), pembelian lahan dilakukan secara langsung kepada para pemilik lahan (80,79%) dan perlu dilakukan musyawarah secara transparan antara para pemilik lahan, pemrakarsa dan pemerintah khususnya untuk mencapai kesepakatan harga (5,96%).

3.4.

KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT

a. Potensi resiko timbulnya penyakit Potensi besarnya dampak atau terjadinya penyakit tercermin dalam beberapa angka kesakitan oleh beberapa jenis penyakit di 4 kecamatan wilayah studi. Jenis penyakit yang banyak diderita penduduk di wilayah studi secara keseluruhan adalah ISPA, malaria, Common Cold, gastritis, diare. b. Karakteristik spesifik penduduk yang berisiko Beberapa karakteristik spesifik penduduk yang dapat menimbulkan risiko adanya penyakit antara lain ditunjukkan dengan adanya responden perokok, cara pengelolaan sampah dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu dan cara penanganan penyakit. Sekitar 60% dari responden adalah perokok dan 68,70% diantaranya menghabiskan lebih dari 9 batang rokok setiap harinya. Kebiasaan responden ini merupakan faktor risiko yang tidak dapat diabaikan untuk kesehatan badan, terutama terkait dengan penyakit sesak napas, asma, bronkitis dan infeksi saluran pernafasan, paru dan jantung. Sementara itu pengelolaan sampah dilakukan dengan dibakar (82,50%), sekitar 6,4% responden mengelola sampah dengan cara memasukkan ke dalam lubang lalu ditimbun, dan sebanyak 9 orang (3,8%) dengan cara membuang ke sungai. Pembuangan sampah ke lingkungan merupakan cara pengelolaan sampah yang tidak mendukung kondisi sanitasi lingkungan. Oleh karena itu upaya penyadaran masyarakat harus dilakukan agar kondisi lingkungan wilayah studi tidak menjadi semakin buruk. Terdapat sekitar 74,46% responden yang pernah menimbangkan balitanya ke Posyandu. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagai perwujudan partisipasi warga masyarakat di bidang pelayanan kesehatan.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

49

PT PERTAMINA EP -PPGM

Sekitar 68,80% responden menyatakan bahwa ketika sakit akan berobat melalui fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas/Rumah Sakit ataupun dokter, sekitar 21,3% responden berobat ke tenaga medis dan paramedis, dan lainnya dengan cara mengobati sendiri diantaranya dengan minum obat bebas. c. Sumberdaya kesehatan Upaya pemeliharaan dan atau peningkatan kesehatan masyarakat di 4 Kecamatan wilayah studi selama ini dilayani oleh 6 buah Puskesmas, 32 Puskesmas Pembantu dan fasilitas kesehatan lain seperti polindes dan toko obat. Persentase jumlah Puskesmas yang ada di wilayah studi mencapai 21,42% dari jumlah total Puskesmas yang ada di Kabupaten Banggai. Tenaga medis yang ada meliputi dokter umum dan dokter gigi sebanyak 11 orang, namun untuk dokter spesialis hingga diadakan survei belum ada. Tenaga paramedis meliputi perawat sebanyak 78 orang dan bidan 64 orang. Jika dibandingkan dengan keberadaan tenaga kesehatan tingkat kabupaten dengan jumlah dokter 28 orang, maka keberadaan tenaga medis di wilayah studi mencapai 39,28% yang tersebar di 4 kecamatan wilayah studi, perawat dan bidan sebanyak 17,60% dari jumlah total perawat dan bidan yang ada di Kabupaten Banggai. Dilihat tingkat pelayanan tenaga medis serta paramedis terhadap total penduduk di 4 kecamatan wilayah studi adalah: Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 1:2.622, dokter 1:9.060, bidan 1:5.566 dan perawat 1:1.557. Hal ini mengandung arti bahwa setiap keberadaan puskesmas dan puskesmas pembantu harus melayani penduduk sebanyak 2.622, setiap dokter harus melayani penduduk sebanyak 9.060 orang, dan setiap perawat harus melayani penduduk sebanyak 1.557 orang. Dengan demikian berdasarkan kriteria kualitas lingkungan, kondisi pelayanan kesehatan di wilayah studi tergolong sedang (skala 3). d. Kondisi sanitasi lingkungan Sebagian besar penduduk di wilayah studi umumnya telah memiliki sumur sendiri untuk memenuhi kebutuhan air minum maupun mencuci pakaian dan peralatan rumah tangga lainnya. Namun kebersihan di sekitar lingkungan tempat tinggal umumnya belum tertata dengan baik, disamping itu kepemilikan saluran pembuang air limbah relatif masih sangat sedikit. Penduduk yang bertempat tinggal di luar wilayah pesisir (86,30%) menggunakan sumur gali dan sumur bor sebagai sumber air minum. Untuk penduduk di wilayah pesisir umumnya pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan dengan membeli dan atau menggunakan sumur gali.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

50

PT PERTAMINA EP -PPGM

Penduduk di wilayah studi pada umumnya sudah memiliki jamban keluarga untuk keperluan buang air besar keluarga, sekitar 74,60% responden menyatakan melakukan buang air besar di WC keluarga. Sementara itu penduduk yang melakukan buang air besar di WC umum sebanyak 5,40% dan 16,2% responden melakukan buang air besar di sungai atau di WC alam, dengan alasan masih cukup area hutan dan jarang penduduknya. e. Status Gizi Masyarakat Umumnya status gizi balita responden adalah bagus (52,68%) yang status gizinya cukup banyak 45,16% dan terdapat 2,15% bayi responden yang status gizinya kurang. Namun mengingat bahwa kesehatan balita merupakan salah satu indikator penting untuk melihat rawan tidaknya kesehatan masyarakat, maka Dinas Kesehatan setempat melalui Puskesmas yang ada terus melakukan program perbaikan gizi. Beberapa jenis program tersebut adalah upaya peningkatan penyuluhan para kader gizi kepada ibu-ibu balita tentang konsumsi gizi dan upaya peningkatan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

51

PT PERTAMINA EP -PPGM

4

BabRUANG LINGKUP STUDI 4.1.

EVALUASI DAMPAK POTENSIAL

4.1.1. Bagian Hulu A. Kegiatan-kegiatan Proyek Pengembangan Gas di Bagian Hulu 1. Tahap Pra Konstruksi a. pembebasan lahan dan tanam tumbuh b. penerimaan tenaga kerja 2. Tahap Konstruksi a. mobilisasi dan demobilisasi peralatan b. pembukaan dan pematangan lahan c.

konstruksi BS dan GPF

d. pemasangan pipa penyalur gas e. penglepasan tenaga kerja 3. Tahap Operasi a. penerimaan tenaga kerja b. pemboran sumur pengembangan c.

operasi produksi di GPF

d. penyaluran gas melalui pipa e. pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transport darat f.

pemeliharaan fasilitas produksi

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

52

PT PERTAMINA EP -PPGM

4. Pasca Operasi a. penutupan sumur b. penghentian operasi produksi gas c.

pembongkaran dan demobilisai peralatan

d. revegetasi e. penglepasan tenaga kerja. B. Dampak Potensial 1. Perubahan iklim mikro 2. Penurunan kualitas udara ambient 3. Terjadinya kebisingan 4. Perubahan sifat tanah 5. Terjadinya erosi tanah 6. Gangguan sistem irigasi dan drainase 7. Perubahan kuantitas air permukaan (air sungai) 8. Penurunan kualitas air permukaan 9. Penurunan kualitas air laut 10. Penurunan kuantitas air tanah dangkal 11. Penurunan kuantitas air tanah dalam 12. Gangguan transportasi jalan darat 13. Gangguan vegetasi 14. Gangguan satwa 15. Gangguan biota air tawar 16. Gangguan biota air laut 17. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi 18. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa 19. Perubahan kependudukan 20. Perubahan pola kepemilikan lahan 21. Peningkatan pendapatan masyarakat 22. Adanya kesempatan berusaha 23. Penurunan kesempatan berusaha 24. Gangguan proses social 25. Pelapisan social 26. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 27. Penurunan sanitasi lingkungan 28. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

53

PT PERTAMINA EP -PPGM

C. Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting Hipotetis a. Prakonstruksi 1. Perubahan pola kepemilikan lahan 2. Gangguan proses sosial 3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat b. Konstruksi 1. Perubahan Kualitas udara ambien (debu dan gas) 2. Terjadi kebisingan 3. Terjadi erosi tanah 4. Gangguan sistem irigasi dan drainase 5. Gangguan kelancaran lalulintas 6. Gangguan keselamatan berlalulintas 7. Kerusakan jalan dan jembatan 8. Penurunan kualitas air permukaan 9. Penurunan kualitas air laut 10. Gangguan vegetasi 11. Gangguan satwa 12. Gangguan biota air tawar 13. Gangguan biota air laut 14. Peningkatan pendapatan masyarakat 15. Adanya kesempatan berusaha 16. Gangguan proses sosial 17. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 18. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan c. Operasi: 1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas) 2. Peningkatan kebisingan 3. Penurunan kualitas air permukaan 4. Penurunan kualitas air laut 5. Gangguan keselamatan berlalulintas 6. Kerusakan jalan dan jembatan 7. Gangguan biota air tawar 8. Perubahan kependudukan 9. Peningkatan pendapatan masyarakat 10. Adanya kesempatan berusaha 11. Gangguan proses sosial 12. Munculnya pelapisan sosial 13. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 14. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan 15. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

54

PT PERTAMINA EP -PPGM

d. Pasca Operasi: 1. Peningkatan kualitas udara ambien 2. Penurunan kebisingan 3. Peningkatan kualitas air permukaan 4. Peningkatan kualitas air laut 5. Gangguan keselamatan berlalulintas 6. Kerusakan jalan dan jembatan 7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi 8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa 9. Penurunan pendapatan masyarakat 10. Penurunan kesempatan berusaha 11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

55

PT PERTAMINA EP -PPGM

DAMPAK POTENSIAL

Deskripsi Rencana Kegiatan Prakonstruksi Konstruksi Operasi Pasca Operasi

Deskripsi Rona Lingkungan Awal Komponen Geo -FisikKimia Komponen Biologi Komponen Sosial Ekonomi Budaya Komponen Kesehatan Masyarakat

A. Geo-Fisik-Kimia Perubahan iklim mikro Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas) Terjadi kebisingan Perubahan sifat tanah Terjadi erosi tanah Gangguan sistem irigasi dan drainase Penurunan debit air sungai Penurunan kualitas air permukaan Penurunan kualitas air laut Penurunan kuantitas air tanah Penurunan kelancaran lalulintas Penurunan keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan dan jembatan B. Komponen Biologi Gangguan vegetasi Gangguan satwa Gangguan biota air tawar Gangguan biota air laut Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa C. Komponen Sosekbud Perubahan kependudukan Perubahan pola kepemilikan lahan Peningkatan pendapatan masyarakat Adanya kesempatan berusah a Gangguan proses sosial Perubahan sikap dan persepsi masyarakat D. Komponen Kesmas Penurunan kualitas sanitasi lingkungan Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL

DAMPAK PENTING HIPOTETIS A. Geo-Fisik-Kimia Perubahan kualitas udara ambien (debu dan gas) Terjadi kebisingan Terjadi erosi tanah Penurunan kualitas air permukaan Gangguan sistem irigasi dan drainase Penurunan kualitas air laut Gangguan kelancaran lalulintas Gangguan keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan dan jembatan B. Komponen Biologi Gangguan vegetasi Gangguan satwa Gangguan biota air tawar Gangguan biota air laut Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa C. Komponen Sosekbud Perubahan kependudukan Perubahan pola kepemilikan lahan Peningkatan pendapatan masyarakat Adanya kesempatan berusaha Munculnya pelapisan sosial Gangguan proses sosial Perubahan sikap dan persepsi masyarakat D. Komponen Kesmas Penurunan kualitas sanitasi lingkungan Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

EVALUASI DAMPAK POTENSIAL

KLASIFIKASI DAN PRIORITAS

Gambar 4.1. Kerangka Proses Pelingkupan Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

56

PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETIS Prakonstruksi: 1. Perubahan pola kepemilikan lahan 2. Gangguan proses sosial 3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat Konstruksi: 1. Perubahan Kualitas udara ambien (debu dan gas) 2. Terjadi kebisingan 3. Terjadi erosi tanah 4. Gangguan sistem irigasi dan drainase 5. Gangguan kelancaran lalulintas 6. Gangguan keselamatan berlalulintas 7. Kerusakan jalan dan jembatan 8. Penurunan kualitas air permukaan 9. Penurunan kualitas air laut 10. Gangguan vegetasi 11. Gangguan satwa 12. Gangguan biota air tawar 13. Gangguan biota air laut 14. Peningkatan pendapatan masyarakat 15. Adanya kesempatan berusaha 16. Gangguan proses sosial 17. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 18. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan Operasi: 1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas) 2. Peningkatan kebisingan 3. Penurunan kualitas air permukaan 4. Penurunan kualitas air laut 5. Gangguan keselamatan berlalulintas 6. Kerusakan jalan dan jembatan 7. Gangguan biota air tawar 8. Perubahan kependudukan 9. Peningkatan pendapatan masyarakat 10. Adanya kesempatan berusaha 11. Gangguan proses sosial 12. Munculnya pelapisan sosial 13. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 14. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan 15. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat Pasca Operasi: 1. Peningkatan kualitas udara ambien 2. Penurunan kebisingan 3. Peningkatan kualitas air permukaan 4. Peningkatan kualitas air laut 5. Keselamatan berlalulintas 6. Kerusakan jalan dan jembatan 7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi 8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa 9. Penurunan pendapatan masyarakat 10. Penurunan kesempatan berusaha 11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 4.2. Bagan Alir Dampak Hipotetik Kegiatan Hulu Proyek Pengembangan Gas Matindok

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

57

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.1.

Ringkasan Jenis-jenis Dampak Hipotetis Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Di Bagian Hulu Komponen Rencana Kegiatan

No Komponen Lingkungan

PraKonst. 1

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2

GEO-FISIK-KIMIA Kualitas udara ambien Kebisingan Erosi tanah Sistem irigasi dan drainase Kualitas air permukaan Kualitas air laut Transportasi darat BIOLOGI Vegetasi Satwa Biota air tawar Biota air laut SOS-EK-BUD Kependudukan Pola kepemilikan lahan Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha Proses sosial Pelapisan sosial Sikap & persepsi masyarakat

2

Konstruksi 1

2

3

– –

– – –

– –



– –

– – –

– –

Operasi

4 Alt Alt Alt 1 2 3

5

1

– –







2

3

– –

– –

– –



4

Pasca Operasi 5

– –

6

1

2

3



5

+ + + +





4

–/+ + +



– – –









KESEHATAN MASY. Sanitasi lingkungan

+ + + + + + + + + + – – – – –



















Tingkat kesehatan masyarakat

+ + + + + – – – – – –



– –







– –

Keterangan: A. Tahap Prakonstruksi 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2. Penerimaan tenaga kerja B. Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan 2. Pembukaan dan pematangan lahan 3. Konstruksi BS dan GPF 4. Pemasangan pipa penyalur gas Alternatif -1, sejajar di sisi jalan raya Luwuk – Morowali Alternatif -2, secara Horizontal Directional Drilling (HDD) Alternatif -3, dipasang di dasar laut dekat pantai 5. Penglepasan tenaga kerja

Keterangan:

C. Tahap Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Pemboran sumur pengembangan 3. Operasi produksi di GPF 4. Penyaluran gas melalui pipa 5. Pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transport darat 6. Pemeliharaan fasilitas produksi D. Tahap Pasca Operasi 1. Penutupan sumur 2. Penghentian operasi produksi gas 3. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan 4. Revegetasi 5. Penglepasan tenaga kerja

– = dampak negatif + = dampak positif

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

58

PT PERTAMINA EP -PPGM

4.1.2. Bagian Hilir A. Kegiatan-kegiatan Proyek Pengembangan Gas di Bagian Hilir 1. Tahap Pra Konstruksi a. pembebasan lahan dan tanam tumbuh b. penerimaan tenaga kerja 2. Tahap Konstruksi a. mobilisasi dan demobilisasi peralatan b. pembukaan dan pematangan lahan c.

konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

d. penglepasan tenaga kerja 3. Tahap Operasi a. penerimaan tenaga kerja b. operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus, dan fasilitas pendukungnya c.

pemeliharaan fasilitas produksi

4. Tahap Pasca Operasi a. penghentian operasi kilang LNG b. pembongkaran dan demobilisasi peralatan (kilang dan Pelabuhan Khusus) c.

revegetasi

d. penglepasan tenaga kerja B. Dampak Potensial 1. Perubahan iklim mikro 2. Penurunan kualitas udara ambien 3. Terjadinya kebisingan 4. Perubahan sifat tanah 5. Terjadinya erosi tanah 6. Gangguan debit air sungai 7.

Penurunan kualitas air permukaan

8.

Penurunan kualitas air laut

9.

Penurunan kuantitas air tanah dangkal

10. Penurunan kuantitas air tanah dalam 11. Gangguan transportasi jalan darat 12. Gangguan keselamatan pelayaran 13. Gangguan vegetasi 14. Gangguan satwa 15. Gangguan biota air laut 16. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi 17. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

59

PT PERTAMINA EP -PPGM

18. Perubahan kependudukan 19. Perubahan pola kepemilikan lahan 20. Peningkatan pendapatan masyarakat 21. Adanya kesempatan berusaha 22. Penurunan kesempatan berusaha 23. Gangguan proses sosial 24. Munculnya pelapisan sosial 25. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 26. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan 27. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat C. Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting Hipotetis a. Prakonstruksi 1. Perubahan pola kepemilikan lahan 2. Gangguan proses sosial 3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat b. Konstruksi 1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas) 2. Terjadi kebisingan 3. Gangguan kelancaran lalulintas 4. Gangguan keselamatan berlalulintas 5. Kerusakan jalan dan jembatan 6. Penurunan kualitas air permukaan 7. Penurunan kualitas air laut 8. Gangguan vegetasi 9. Gangguan satwa 10. Gangguan biota air laut 11. Peningkatan pendapatan masyarakat 12. Terbukanya kesempatan berusaha 13. Gangguan proses sosial 14. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 15. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan 16. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat c. Operasi 1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas) 2. Peningkatan kebisingan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

60

PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Penurunan kualitas air laut 4. Gangguan keselamatan pelayaran 5. Gangguan biota air laut 6. Perubahan kependudukan 7. Peningkatan pendapatan masyarakat 8. Adanya kesempatan berusaha 9. Gangguan proses sosial 10. Munculnya pelapisan sosial 11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 12. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

d. Pasca Operasi 1. Peningkatan kualitas udara ambien 2. Penurunan kebisingan 3. Peningkatan kualitas air permukaan 4. Peningkatan kualitas air laut 5. Gangguan keselamatan berlalulintas 6. Kerusakan jalan dan jembatan 7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi 8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa 9. Penurunan pendapatan masyarakat 10. Hilangnya kesempatan berusaha 11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 12. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

61

PT PERTAMINA EP -PPGM

DAMPAK POTENSIAL

Deskripsi Rencana Kegiatan Prakonstruksi Konstruksi Operasi Pasca Operasi

A. Geo-Fisik-Kimia Perubahan iklim mikro Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas) Terjadi kebisingan Perubahan sifat tanah Terjadi erosi tanah Penurunan debit air sungai Penurunan kualitas air permukaan Penurunan kualitas air laut Penurunan kuantitas air tanah Gangguan kelancaran lalulintas Gangguan keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan dan jembatan Gangguan keselamatan pelayaran B. Komponen Biologi Gangguan vegetasi Gangguan satwa Gangguan biota air laut Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa

Deskripsi Rona Lingkungan Awal Komponen Geo-FisikKimia Komponen Biologi Komponen Sosial Ekonomi Budaya Komponen Kesehatan Masyarakat

C. Komponen Sosekbud Perubahan kependudukan Perubahan pola kepemilikan lahan Peningkatan pendapatan masyarakat Adanya kesempatan berusaha Gangguan proses sosial Munculnya pelapisan sosial Perubahan sikap dan persepsi masyarakat D. Komponen Kesmas Penurunan kualitas sanitasi lingkungan Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL

D AMPAK PENTING HIPOTETIS A. Geo-Fisik-Kimia Perubahan Kualitas udara ambien (debu dan gas) Terjadi kebisingan Penurunan kualitas air permukaan Penurunan kualitas air laut Gangguan kelancaran lalulintas Gangguan keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan dan jembatan Gangguan keselamatan pelayaran B. Komponen Biologi Gangguan vegetasi Gangguan satwa Gangguan biota air laut Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa C. Komponen Sosekbud Perubahan kependudukan Perubahan pola kepemilikan lahan Peningkatan pendapatan masyarakat Adanya kesempatan berusaha Gangguan proses sosial Munculnya pelapisan sosial Perubahan sikap dan persepsi masyarakat D. Komponen Kesmas Penurunan kualitas sanitasi lingkungan Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

EVALUASI DAMPAK POTENSIAL

KLASIFIKASI DAN PRIORITAS

Gambar 4.3. Kerangka Proses Pelingkupan Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

62

PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETIS Prakonstruksi: 1. Perubahan pola kepemilikan lahan 2. Gangguan proses sosial 3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat Konstruksi: 1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas) 2. Terjadi kebisingan 3. Gangguan kelancaran lalulintas 4. Gangguan keselamatan berlalulintas 5. Kerusakan jalan dan jembatan 6. Penurunan kualitas air permukaan 7. Penurunan kualitas air laut 8. Gangguan vegetasi 9. Gangguan satwa 10. Gangguan biota air laut 11. Adanya kesempatan berusaha 12. Peningkatan pendapatan masyarakat 13. Gangguan proses sosial 14. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 15. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan 16. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat Operasi: 1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas) 2. Peningkatan kebisingan 3. Penurunan kualitas air laut 4. Gangguan keselamatan pelayaran 5. Gangguan biota air laut 6 Perubahan kependudukan 7. Peningkatan pendapatan masyarakat 8. Adanya Kesempatan berusaha 9. Gangguan proses sosial 10. Munculnya pelapisan sosial 11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 12. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat Pasca Operasi: 1. Peningkatan kualitas udara ambien 2. Penurunan kebisingan 3. Peningkatan kualitas air permukaan 4. Peningkatan kualitas air laut 5. Gangguan keselamatan berlalulintas 6. Kerusakan jalan dan jembatan 7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi 8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa 9. Penurunan pendapatan masyarakat 10. Penurunan kesempatan berusaha 11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 12. Penurunan sanitasi lingkungan

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 4.4. Bagan Alir Dampak Hipotetik Kegiatan Hulu Proyek Pengembangan Gas Matindok

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

63

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.2. Ringkasan Jenis-jenis Dampak Hipotetis Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Di Bagian Hilir Komponen Rencana Kegiatan No

1 2 3 4 5 6 1 2 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2.

Komponen Lingkungan

GEO-FISIK-KIMIA Kualitas udara ambien Kebisingan Kualitas air permukaan Kualitas air laut Transportasi darat Keselamatan pelayaran BIOLOGI Vegetasi Satwa Biota air laut SOS-EK-BUD Kependudukan Pola kepemilikan lahan Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha Proses sosial Pelapisan sosial Sikap & persepsi masyarakat KESEHATAN MASY. Sanitasi lingkungan Tingkat kesehatan masyarakat

PraKonst. 1 2

Konstruksi 1

2

3 Alt-1 Alt-2

– –

Operasi 4

1

– –

2

– – – –



3

1

– – – –

Pasca Operasi 2 3

4



– – –

+ +





– –



+ +

+ +

+ +

















– –

– –

+



– –

– –



– – – –







Keterangan: A. Tahap Prakonstruksi 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2. Penerimaan tenaga kerja B. Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan 2. Pembukaan dan pematangan lahan 3. Konstruksi komplek Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus Alternatif -1, Desa Uso, Kecamatan Batui Alternatif -2, Desa Padang, Kecamatan Kintom 4. Penglepasan tenaga kerja

Keterangan:

C. Tahap Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Operasional Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya 3. Pemeliharaan fasilitas produksi D. Tahap Pasca Operasi 1. Penghentian operasi Kilang LNG 2. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan (kilang dan Pelabuhan Khusus) 3. Revegetasi 4. Penglepasan tenaga kerja

– = dampak negatif + = dampak positif

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

64

PT PERTAMINA EP -PPGM

4.2.

WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN

4.2.1. Batas Wilayah Studi A. Batas Kegiatan Batas tapak proyek adalah ruang atau lahan di mana suatu rencana usaha dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi. Penentuan batas kegiatan didasarkan pada rencana pengembangan gas Matindok di Lapangan Donggi, Minahaki, Sukamaju, Matindok dan Maleo Raja; pemasangan pipa dan pembangunan LNG Plant termasuk fasilitas pelabuhan khusus. Tapak lahan yang diperlukan untuk pembangunan fasilitas manifold station di tiga lokasi yaitu adalah lebih kurang 3 x masing-masing lokasi 1 ha (3 ha); untuk pembangunan BS di tiga lokasi seluas 30 ha; jalur pipa ”flowline” di lima lokasi tersebut adalah membutuhkan lahan 8 meter lebar x 35 kilometer panjang flowline (14 ha); Kompleks Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukung seluas lebih kurang 300 ha (dengan alternatif lokasi di Uso atau di Padang); dan sistem pemipaan gas 20 meter lebar x 60 km panjang pipa (120 ha). Lokasi ini perlu dipersiapkan sebelum pemboran sumur-sumur pengembangan, yaitu dengan pembuatan jalan masuk lokasi (pembuatan jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada) dengan panjang kumulatif dari semua sumur ± 15 km dengan lebar 6 – 8 m (sekitar 60 ha). Jadi luas lahan yang diperlukan untuk tapak proyek sekitar 595 ha. Lahan yang dipergunakan akan menggunakan lahan milik masyarakat atau lainnya. Pelaksanaan pengadaan lahan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Batas Ekologis Dalam studi ini batas ekologis meliputi lokasi-lokasi lapangan gas, jalur pipa (darat dan laut) dan fasilitas Kilang LNG serta wilayah di luarnya yang diperkirakan merupakan daerah sebaran dampak. Daerah-daerah tersebut terdiri dari area lahan basah berupa persawahan, daerah perkebunan, hutan dan aliran air tawar dan air laut serta pemukiman penduduk. Sebaran debu diperkirakan menyebar sejauh 200 m dari kiri-kanan pipa dan lokasi kegiatan lainnya. Sebaran dampak melalui aliran air diperkirakan tidak akan lebih dari 1 km ke arah hilir dari saluran air termasuk sungai yang terpotong jalur pipa dan dari pipa pembuangan limbah cair dari fasilitas produksi gas dan LNG; dan penyebaran dampak melalui aliran air laut tidak akan lebih dari 2 km dari sekitar Pelabuhan Khusus fasilitas Kilang LNG. Penyebaran kebisingan dan emisi gas dari proses produksi gas dan LNG dari fasilitas produksi gas (BS) di di Donggi dan Matindok serta Kilang LNG di Batui atau Kintom diduga tidak akan melebihi penyebaran debu dan aliran air. Sementara dampak terhadap satwa di SM Bakiriang tidak akan melebihi 3 km kanan kiri pipa yang melewati kawasan konservasi tersebut. Untuk batas ekologis di laut: umumnya digunakan kecepatan arus dalam 1 jam; sehingga jarak batas ekologis ke arah laut dari daratan adalah: 3600 x 0,9 = 3140 m (± 3,5 km).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

65

PT PERTAMINA EP -PPGM

C. Batas Sosial Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (struktur sosial), sesuai dengan dinamika kelompok masyarakat yang diprakirakan terpengaruh akibat kegiatan Pengembangan Gas Matindok. Justifikasi batas sosial adalah adanya interaksi masyarakat dengan adanya kegiatan pembebasan lahan untuk tapak MS, BS, pipa dan Kilang LNG; pemasangan jalur pipa, pembangunan BS dan pembangunan Kilang LNG serta mobilisasi dan demobilisasi alat/bahan/ personil. Desa yang menjadi batas sosial disajikan pada Tabel 4.3.

D. Batas Administrasi Batas administrasi adalah wilayah desa/kelurahan dimana kegiatan proyek berlangsung, seperti disajikan pada Tabel 4.4.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

66

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.3. Desa/Kelurahan yang Menjadi Batas Sosial Kegiatan Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah Kecamatan

No

Nama

Desa/Kelurahan

No

1 2 3 2. Batui 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 3. Toili 21 22 23 24 25 26 27 28 4. Toili Barat 29 30 31 32 33 34 35 36 37 1. Kintom

Nama Padang Tangkiang Kalolos Uso Honbola Lamo Balantang Bugis Batui Tolando Sisipan Ondo-ondolu I Nonong Kayowa Masing Batui IV Batui 21 Sukamaju I Bonebalantak Sinorang Mulyoharjo Argo Kencana Minahaki Rusa Kencana Agro Estate Singkoyo Tolisu Bukit Jaya Uwelolu Pandan Wangi Dongin Kamiwangi Sendang Sari Bukit Makarti Bukit Harapan Makapa Karya Makmur

Justifikasi Batas Sosial Jalur pipa

Tapak sumur

Tapak Block Station

Tapak MS

V V v V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

Tapak Kilang LNG V* V**

V

V

V

V

V V V

V

v

V V V V

V V

V

Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja V V v V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

Keterangan: *: Lokasi LNG alternatif 1 **: Lokasi LNG alternatif 2

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

67

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.4. Desa/Kelurahan yang Menjadi Batas Administrasi Kegiatan Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah Kecamatan No.

Nama

1.

Kintom

2.

Batui

3.

Toili

4.

Toili Barat

Desa/Kelurahan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Nama Padang Tangkiang Kalalos Uso Honbola Lamo Balantang Bugis Batui Tolando Sisipan Ondo-ondolu I Nonong Kayowa Masing Batui IV Batui 21 Sukamaju I Bonebalantak Sinorang Mulyoharjo Argo Kencana Minahaki Rusa Kencana Agro Estate Singkoyo Tolisu Bukit Jaya Uwelolu Pandan Wangi Dongin Kamiwangi Sendang Sari Bukit Makarti Bukit Harapan Makapa Karya Makmur

4.2.2. Batas Waktu Kajian a. Batas waktu kajian Bagian Hulu Berikut ini adalah batas waktu kajian Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

68

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.5. Batas Waktu Kajian Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah TAHAP KEGIATAN PRA KONSTRUKSI

JENIS DAMPAK HIPOTETIK

SUMBER DAMPAK

BATAS WAKTU KAJIAN

SOSIAL Perubahan pola kepemilikan lahan

1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh

Selama tahap prakonstruksi

Pendapatan masyarakat

1. Penerimaan tenaga kerja setempat

Sampai tahap konstruksi

Proses sosial

1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh

Dapat berlangsung tahap operasional

2. Penerimaan tenaga kerja setempat Sikap dan persepsi masyarakat 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh

sampai

Sampai tahap konstruksi

2. Penerimaan tenaga kerja setempat KONSTRUKSI

GEOFISIK-KIMIA Kualitas udara ambien

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja

Sesaat

2. Pembukaan dan pematangan lahan

Selama kegiatan berlangsung

3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

Kebisingan

4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1

Selama kegiatan berlangsung

5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

Selama kegiatan berlangsung

6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

Selama kegiatan berlangsung

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja

Sesaat

2. Pembukaan dan pematangan lahan

Selama kegiatan berlangsung

3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

Erosi tanah

4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1

Selama kegiatan berlangsung

5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

Selama kegiatan berlangsung

6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

Selama kegiatan berlangsung

1. Pembukaan dan pematangan lahan

Selama kegiatan berlangsung

Gangguan sistem drainase dan 1. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas irigasi

Selama kegiatan berlangsung

Kualitas air permukaan

Selama kegiatan berlangsung

1. Pembukaan dan pematangan lahan

2. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung Kualitas air laut Transportasi darat (gangguan kelancaran lalulintas) Transportasi darat (gangguan keselamatan berlalulintas) Kerusakan jalan

1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

Selama kegiatan berlangsung

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja

Selama kegiatan berlangsung

2. Pemasangan pipa penyalur gas

Selama kegiatan berlangsung

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja

Selama kegiatan berlangsung

2. Pemasangan pipa penyalur gas

Selama kegiatan berlangsung

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Sampai dan tenaga kerja diperbaiki

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

kerusakan

jalan

69

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.5. Lanjutan TAHAP KEGIATAN KONSTRUKSI

JENIS DAMPAK HIPOTETIK

SUMBER DAMPAK

BATAS WAKTU KAJIAN

BIOLOGI Penurunan kelimpahan dan keanekaragaman vegetasi

1. Pembukaan dan pematangan lahan

Sampai tahap operasional

Gangguan satwa

1. Pembukaan dan pematangan lahan

Sampai tahap operasional

2. Konstruksi fasilitas produksi gas

Sampai tahap operasional

3. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 1)

Sampai tahap operasional

4. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 2)

Sampai tahap operasional

5. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3)

Sampai tahap operasional

1. Konstruksi Block Station (BS) Penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air tawar 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas

Selama kegiatan berlangsung

Penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air laut SOSIAL Peningkatan pendapatan masyarakat

Selama kegiatan berlangsung

1. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3)

Selama kegiatan berlangsung

1. Pembukaan dan pematangan lahan 2. Kegiatan konstruksi BS dan GPF 3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1 4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

Selama kegiatan konstruksi

5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3 Kesempatan berusaha

1. Pembukaan dan pematangan lahan 2. Kegiatan konstruksi BS dan GPF 3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1

Selama kegiatan konstruksi

4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2 5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3 Gangguan proses sosial

1. Kegiatan konstruksi BS dan GPF 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1 3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

Selama kegiatan konstruksi

4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3 Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja 2. Konstruksi BS dan GPF 3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1 Selama kegiatan konstruksi 4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2 5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3 6. Penglepasan tenaga kerja

KESEHATAN MASYARAKAT 1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF Penurunan sanitasi lingkungan

2. Pemasangan pipa penyalur gas Alt.1 dan 2

Selama kegiatan konstruksi

3. Pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

70

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.5. Lanjutan TAHAP KEGIATAN OPERASI

JENIS DAMPAK HIPOTETIK

SUMBER DAMPAK

BATAS WAKTU KAJIAN

GEOFISIK KIMIA Kualitas udara ambien (debu dan gas)

1. Pemboran sumur pengembangan

Selama kegiatan operasional

2. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF)

Selama kegiatan operasional

Kebisingan

1. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF)

Selama kegiatan operasional

Penurunan kualitas air permukaan

1. Pemboran sumur pengembangan

Selama kegiatan operasional

2. Operasional produksi di GPF

Selama kegiatan operasional

Penurunan kualitas air laut

1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF

Selama kegiatan operasional

2. Pemboran sumur pengembangan

Selama kegiatan operasional

Gangguan keselamatan berlalulintas

1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengan transportasi darat

Selama kegiatan operasional

Kerusakan jalan dan jembatan

1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengan transportasi darat

Selama kegiatan operasional

BIOLOGI Penurunan keanekaragaman 1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan pemboran dan kelimpahan biota air tawar 2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS & GPF) Selama kegiatan operasional SOSIAL Perubahan Kependudukan

1. Penerimaan tenaga kerja

Berlangsung operasional

Peningkatan Pendapatan masyarakat

1. Penerimaan tenaga kerja

Selama kegiatan berlangsung

2. Pemboran sumur pengembangan

Selama kegiatan berlangsung

3. Operasi produksi gas di GPF

Selama kegiatan berlangsung

1. Pemboran sumur pengembangan

Selama kegiatan berlangsung

2. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (GPF)

Selama kegiatan berlangsung

1. Penerimaan tenaga kerja

Berlangsung operasional

sampai

pasca

sampai

pasca

Adanya kesempatan berusaha Gangguan proses sosial

2. Kegiatan operasi produksi gas di GPF

sampai

pasca

Pelapisan sosial

1. Operasi produksi di GPF

Berlangsung operasional

Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

1. Penerimaan tenaga kerja

Selama kegiatan operasional

2. Pemboran sumur pengembangan 3. Kegiatan operasi produksi gas di GPF 4. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa

KESEHATAN MASYARAKAT Gangguan sanitasi lingkungan

1. Operasional fasilitas produksi gas di GPF

Selama kegiatan operasional

Tingkat kesehatan masyarakat

1. Pemboran sumur pengembangan

Selama kegiatan operasional

1. Kegiatan operasi produksi gas BS dan GPF

Selama kegiatan operasional

1. Penghentian operasi produksi (BS dan GPF)

Sesaat setelah Penghentian operasi produksi (BS dan GPF)

GEOFISIK KIMIA PASCA OPERASI Peningkatan kualitas udara ambien Penurunan tingkat kebisingan

1. Penghentian operasi produksi (BS dan GPF)

Peningkatan kualitas air laut

1. Penghentian operasi produksi (BS dan GPF)

Gangguan keselamatan berlaluintas

1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

Selama kegiatan berlangsung

Kerusakan jalan

1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

Sampai diperbaiki

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

kerusakan

jalan

71

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.5. Lanjutan TAHAP KEGIATAN

JENIS DAMPAK HIPOTETIK

SUMBER DAMPAK

BATAS WAKTU KAJIAN

BIOLOGI Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi

1. Revegetasi

Setelah kegiatan revegetasi

Peningkatan keanekaragaman dan kemelimpahan satwa

1. Revegetasi

Setelah kegiatan revegetasi

Penurunan pendapatan masyarakat

1. Penglepasan tenaga kerja

Sesaat setelah kegiatan Penglepasan Tenaga Kerja

Hilangnya kesempatan usaha

1. Penghentian operasi produksi gas di GPF

Sesaat setelah kegiatan

Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

Setelah kegiatan berlangsung

2. Penglepasan tenaga kerja

Setelah kegiatan berlangsung

SOSIAL

b. Batas waktu kajian Bagian Hilir Berikut ini adalah batas waktu kajian Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Tabel 4.6. Batas Waktu Kajian Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah TAHAP KEGIATAN PRA KONSTRUKSI

KONSTRUKSI

JENIS DAMPAK HIPOTETIK

SUMBER DAMPAK

BATAS WAKTU KAJIAN

Perubahan pola kepemilikan lahan

1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh

Selama tahap prakonstruksi

Proses sosial

1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh

Dapat berlangsung tahap konstruksi

sampai

Sikap dan persepsi masyarakat 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh

Dapat berlangsung tahap konstruksi

sampai

GEOFISIK-KIMIA Kualitas udara ambien

1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

Kebisingan

1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF

Selama kegiatan berlangsung

Erosi tanah

1. Pembukaan dan pematangan lahan

Selama tahap konstruksi

Gangguan sistem drainase dan irigasi

1. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas

Selama kegiatan berlangsung

Kualitas air permukaan

1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

Transportasi darat (gangguan kelancaran lalulintas)

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Selama kegiatan berlangsung dan tenaga kerja 2. Pemasangan pipa penyalur gas

Transportasi darat (gangguan keselamatan berlalulintas)

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Selama kegiatan berlangsung dan tenaga kerja 2. Pemasangan pipa penyalur gas

Kerusakan jalan

Selama kegiatan berlangsung

Selama kegiatan berlangsung

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Sampai dan tenaga kerja diperbaiki

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

kerusakan

jalan

72

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.6. Lanjutan TAHAP KEGIATAN KONSTRUKSI

JENIS DAMPAK HIPOTETIK

SUMBER DAMPAK

BATAS WAKTU KAJIAN

BIOLOGI Penurunan kelimpahan dan keanekaragaman vegetasi

1. Pembukaan dan pematangan lahan

Berlangsung sampai kegiatan land scaping

Gangguan satwa

1. Pembukaan dan pematangan lahan

Selama kegiatan berlangsung

2. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 1)

Selama kegiatan berlangsung

3. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 2)

Selama kegiatan berlangsung

4. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3)

Selama kegiatan berlangsung

1. Konstruksi Block Station (BS)

Selama kegiatan berlangsung

2. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur gas

Selama kegiatan berlangsung

1. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3)

Selama kegiatan berlangsung

Peningkatan pendapatan masyarakat

1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF

Selama kegiatan berlangsung

Gangguan proses sosial

1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF

Dapat berlangsung sampai tahap operasional

Gangguan biota air tawar Gangguan Biota air laut (plankton, benthos, terumbu karang, ikan) SOSIAL

2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur Gas Alt. 1 3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur Gas Alt. 2 4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur Gas Alt. 3 Perubahan sikap dan persepsi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material masyarakat dan tenaga kerja

OPERASI

Selama kegiatan berlangsung

2. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF

Selama kegiatan berlangsung

Penurunan sanitasi lingkungan GEOFISIK KIMIA Kualitas udara ambien (debu dan gas)

1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF

Selama kegiatan berlangsung

1. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF)

Selama kegiatan operasi

Gangguan keselamatan berlalulintas

1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengan transportasi darat

Selama kegiatan berlangsung

Kerusakan jalan dan jembatan

1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengan transportasi darat

Sampai kerusakan diperbaiki

1. Pemboran sumur pengembangan

Selama kegiatan berlangsung

2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS &GPF)

Selama kegiatan operasi

1. Pemboran sumur pengembangan

Selama kegiatan operasi

2. Operasi produksi di GPF

Selama kegiatan operasi

1. Penerimaan tenaga kerja

Dapat berlangsung sampai pasca operasi

2. Operasi produksi di GPF

Dapat berlangsung sampai pasca operasi

Pelapisan sosial

1. Operasi produksi di GPF

Dapat berlangsung sampai pasca operasi

Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

1. Penerimaan tenaga kerja

Selama kegiatan operasi

2. Operasi produksi di GPF

Selama kegiatan operasi

1. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas BS & GPF

Dapat berlangsung sampai pasca operasi

jalan

BIOLOGI Gangguan biota air tawar SOSIAL Adanya kesempatan berusaha Gangguan proses sosial

KESEHATAN ASYARAKAT Tingkat kesehatan masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

73

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.6. Lanjutan TAHAP KEGIATAN

JENIS DAMPAK HIPOTETIK

SUMBER DAMPAK

BATAS WAKTU KAJIAN

PASCA OPERASI GEOFISIK KIMIA Gangguan keselamatan berlaluintas

1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

Selama kegiatan berlangsung

Kerusakan jalan

1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

Sampai diperbaiki

kerusakan

jalan

BIOLOGI Peningkatan keanekaragam-an 1. Revegetasi dan kerapatan vegetasi

Setelah dilakukan revegetasi

Peningkatan keanekaragam-an 1. Revegetasi dan kemelimpahan satwa

Setelah dilakukan revegetasi

SOSIAL Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

1. Penglepasan tenaga kerja

Setelah kegiatan berlangsung

Batas wilayah studi yang merupakan resultante dari batas tapak proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi disajikan pada Gambar 4.5.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

74

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 4.5. Peta Batas Wilayah Studi AMDAL

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

75

PT PERTAMINA EP -PPGM

5

BabPRAKIRAAN DAMPAK PENTING 5.1.

PRAKIRAAN DAMPAK PADA KEGIATAN HULU

5.1.1. Prakiraan Besaran Dampak

Tabel 5.1. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah Tahap Rencana Rencana Kegiatan Kegiatan A. Pra 1. Pembebasan lahan dan Konstruksi tanam tumbuh

B. Konstruksi

Pola kepemilikan lahan Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat

Besaran Dampak –2 –2 –2

2. Penerimaan tenaga kerja

Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat

–1 –1

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan kenaga kerja

Kualitas udara Kebisingan Keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan dan jembatan Sikap dan persepsi masyarakat

–2 –1 –2 –2 –2

Parameter Lingkungan

2. Pembukaan dan pematangan Kualitas udara lahan Kebisingan Terjadinya erosi tanah Vegetasi Satwa liar Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

–1 –1 –2 –3 –2 +1 +1

76

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.1. Lanjutan Tahap Rencana Kegiatan

Rencana Kegiatan

Parameter Lingkungan

3. Konstruksi BS & GPF

Kualitas udara Kebisingan Kualitas air permukaan Kualitas air laut Satwa liar Biota air tawar Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat Sanitasi lingkungan

4. Pemasangan pipa penyalur gas

Kualitas udara (alt- 1) (alt- 2) (alt- 3) Kebisingan (alt- 1) (alt- 2) (alt- 3) Kualitas air laut (alt- 3) Gangguan sistem irigasi & drainase Kelancaran lalulintas Keselamatan berlalulintas Satwa liar (alt-1) (alt-2) (alt-3) Biota air tawar Biota air laut Pendapatan masyarakat (alt-1) (alt-2) (alt-3) Kesempatan berusaha (alt-1) (alt-2) (alt-3) Proses sosial (alt-1) (alt-2) (alt-3) Sikap dan persepsi masyarakat (alt-1) (alt-2) (alt-3) Sanitasi lingkungan (alt-1) (alt-2) (alt-3) Pendapatan masyarakat Sikap dan persepsi masyarakat

5. Penglepasan tenaga kerja

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

Besaran Dampak –2 –2 –2 –1 –1 –1 +1 +1 –2 –2 –2 –1 –1 –1 –1 –1 –1 –2 –2 –2 –3 –2 –2 –3 –1 –1 +1 +1 +1 +1 +1 +1 –2 –2 –2 –1 –1 –1 –2 –2 –1 –1 –1

77

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.1. Lanjutan Tahap Rencana Rencana Kegiatan Kegiatan C. Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja

Kependudukan Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat

Besaran Dampak –1 –2 –2

2. Pemboran sumur pengembangan

Kualitas udara Kualitas air permukaan Kualitas air laut Biota air tawar Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha Tingkat kesehatan masyarakat

–2 –2 –1 –1 +1 +2 –2

3. Operasi produksi di GPF

Kualitas udara Kebisingan Kualitas air permukaan Biota air tawar Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha Proses sosial Pelapisan sosial Sikap dan persepsi masyarakat Tingkat kesehatan masyarakat

–2 –1 –2 –1 +1 +2 –2 –2 –2 –2

4. Penyaluran gas melalui pipa Sikap dan persepsi masyarakat

–1

5. Pengangkutan kondensat Keselamatan berlalulintas dan sulfur dengan transport Kerusakan jalan dan jembatan darat

–2 –2

D. Pasca Operasi 1. Penghentian operasi produksi gas

Parameter Lingkungan

Kualitas udara Kebisingan Kualitas air permukaan Kualitas air laut Kesempatan berusaha

+1 +2 +1 +1 –1

2. Pembongkaran dan Demobilisasi peralatan

Keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan Sikap dan persepsi masyarakat

+2 –2 –1

3. Revegetasi

Vegetasi Satwa liar

+2 +2

4. Penglepasan tenaga kerja

Pendapatan masyarakat Sikap dan persepsi masyarakat

–1 –2

Keterangan: Angka (1), (2), dan (3) menunjukkan alternatif kegiatan.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

78

PT PERTAMINA EP -PPGM

5.1.2. Sifat Penting Dampak

Tabel 5.2. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

1

2

3

4

5

6

Pola kepemilikan lahan Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat

P P P

P P P

P P P

P P P

TP TP TP

TP TP TP

Jumlah Kriteria Penting (P) 4P 4P 4P

Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat

TP TP

P P

TP TP

P P

TP TP

TP TP

2P 2P

B. Konstruksi 1. Mobilisasi dan demo- Kualitas udara bilisasi peralatan Kebisingan Keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan dan jembatan Sikap dan persepsi masyarakat

P TP P P P

P P P P P

TP TP P P TP

P P P P P

TP TP TP P TP

TP TP TP P TP

3P 2P 4P 6P 3P

TP P P TP TP TP TP

TP TP P TP P TP TP

TP TP TP P P TP TP

P TP P P P TP P

TP TP TP P P TP TP

TP TP P TP TP P P

1P 1P 4P 3P 4P 1P 2P

3. Konstruksi BS & GPF Kualitas udara Kebisingan Kualitas air permukaan Kualitas air laut Satwa liar Biota air tawar Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat Sanitasi lingkungan

TP P P P TP P TP TP P P P

TP P P TP P P TP TP P P P

P P TP TP TP TP TP TP P P P

P P P P P P TP P P P TP

TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP

TP TP TP TP TP TP P P TP TP TP

2P 4P 3P 2P 2P 3P 1P 2P 4P 4P 3P

4. Pemasangan pipa penyalur gas

P TP TP P TP TP P P TP P TP TP TP

P P P P TP P P P P P P P P

TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP P

P P P P P P P P P P P P P

TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP P P P

TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP P

3P 2P 2P 3P 1P 2P 3P 3P 2P 3P 3P 3P 5P

Tahap Rencana Kegiatan

Kriteria Dampak Rencana Kegiatan

Parameter Lingkungan

A. Pra 1. Pembebasan lahan Konstruksi dan tanam tumbuh

2. Penerimaan tenaga kerja

2. Pembukaan dan pematangan lahan

Kualitas udara Kebisingan Terjadinya erosi tanah Vegetasi Satwa liar Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha

Kualitas udara (alt- 1) (alt- 2) (alt- 3) Kebisingan (alt- 1) (alt- 2) (alt- 3) Kualitas air laut (alt- 3) Gangguan sistem irigasi & drainase Kelancaran lalulintas Keselamatan berlalulintas Satwa liar (alt-1) (alt-2) (alt-3)

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

79

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.2. Lanjutan Tahap Rencana Kegiatan

1

2

3

4

5

6

Biota air tawar Biota air laut Pendapatan masyarakat (alt-1) (alt-2) (alt-3) Kesempatan berusaha (alt-1) (alt-2) (alt-3) Proses sosial (alt-1) (alt-2) (alt-3) Sikap dan persepsi masyarakat (alt-1) (alt-2) (alt-3) Sanitasi lingkungan (alt-1) (alt-2) (alt-3) 5. Penglepasan tenaga Pendapatan masyarakat kerja Sikap dan persepsi masyarakat

P P TP TP TP TP TP TP P P P TP TP TP P P TP TP TP

P TP TP TP TP TP TP TP P P P TP TP TP P P TP P P

TP TP TP P P TP P P P P P TP TP TP P P TP TP TP

P P TP TP TP P P P P P P TP TP TP TP TP TP P P

TP P TP TP TPT TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP

TP P TP TP TP P P P TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP

Jumlah Kriteria Penting (P) 3P 4P 0 1P 1P 2P 3P 3P 4P 4P 4P 0 0 0 3P 3P 0 2P 2P

1. Penerimaan tenaga kerja

Kependudukan Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat

TP P P

TP P P

TP P P

P P P

TP TP TP

TP TP TP

1P 4P 4P

2. Pemboran sumur pengembangan

Kualitas udara Kualitas air permukaan Kualitas air laut Biota air tawar Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha Tingkat kesehatan masyarakat

TP P TP P TP P P

TP P TP P TP P P

P TP TP P TP P P

TP P P P P P TP

TP TP TP TP TP TP TP

TP TP TP TP P P P

1P 3P 1P 4P 2P 5P 4P

3. Operasi produksi di GPF

Kualitas udara Kebisingan Kualitas air permukaan Biota air tawar Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha Proses sosial Pelapisan sosial Sikap dan persepsi masyarakat Tingkat kesehatan Masyarakat

P TP P P TP P TP P P P

P TP P P TP P TP P P TP

P P TP P TP P TP P P P

TP TP P P P P P P P P

TP TP P TP TP TP TP TP TP P

TP TP TP TP P P TP TP TP TP

3P 1P 4P 4P 2P 5P 1P 4P 4P 4P

4. Penyaluran gas melalui pipa 5. Pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transport darat

Sikap dan persepsi masyarakat

TP

TP

P

P

TP

TP

2P

Keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan dan jembatan

P P

P P

P P

P P

TP P

TP P

4P 6P

Kriteria Dampak Rencana Kegiatan

Parameter Lingkungan

B. Konstruksi 4. Pemasangan pipa penyalur gas

C. Operasi

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

80

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.2. Lanjutan Tahap Rencana Kegiatan D. Pasca Operasi

1

2

3

4

5

6

1. Penghentian operasi Kualitas udara produksi gas Kebisingan Kualitas air permukaan Kualitas air laut Kesempatan berusaha

TP TP TP TP TP

TP P TP TP TP

TP TP P P TP

P P P P P

TP TP TP TP TP

TP TP TP TP TP

Jumlah Kriteria Penting (P) 1P 2P 2P 2P 1P

2. Pembongkaran dan Keselamatan berlalulintas Demobilisasi peralatan Kerusakan jalan Sikap dan persepsi masyarakat

P P TP

P P TP

TP TP TP

P P P

TP P TP

TP P TP

3P 5P 1P

3. Revegetasi

P P

TP TP

P P

P P

P P

TP TP

4P 4P

TP P

P P

TP TP

P P

TP TP

TP TP

2P 3P

Kriteria Dampak Rencana Kegiatan

Parameter Lingkungan

Vegetasi Satwa liar

4. Penglepasan tenaga Pendapatan masyarakat kerja Sikap dan persepsi masyarakat

Keterangan: Angka (1), (2), dan (3) menunjukkan alternatif kegiatan.

5.2.

PRAKIRAAN DAMPAK PADA KEGIATAN HILIR

5.2.1. Prakiraan Besaran Dampak Tabel 5.3. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah Tahap Rencana Rencana Kegiatan Kegiatan A. Pra 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Konstruksi 2. Penerimaan tenaga kerja B. Konstruksi

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan

2. Pembukaan dan pematangan lahan

3. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

4. Penglepasan tenaga kerja

Parameter Lingkungan Pola kepemilikan lahan (alt-1 & 2) Proses sosial (alt-1 & 2) Sikap dan persepsi masyarakat(alt-1 & 2) Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat Keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan dan jembatan Pendapatan masyarakat Vegetasi Satwa liar Kesempatan berusaha (alt-1 & 2) Kualitas udara – 1 (Uso) Kualitas udara – 2 (Padang) Kebisingan (alt-1 & 2) Kualitas air permukaan (alt-1 & 2) Kualitas air laut Biota air laut (alt-1 & 2) Kelancaran lalulintas Keselamatan berlalulintas Kesempatan berusaha (alt-1 & 2) Pendapatan masyarakat (alt-1 & 2) Proses sosial (alt-1 & 2) Sikap dan persepsi masyarakat(alt-1 & 2) Sanitasi lingkungan (alt-1 & 2) Pendapatan masyarakat Sikap dan persepsi masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

Besaran Dampak –2 –2 –2 –2 –2 –2 –2 +1 –3 –2 +1 –2 –2 –2 –2 –2 –1 –2 –2 +2 +2 –2 –2 –2 –1 –1

81

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.3. Lanjutan Tahap Rencana Rencana Kegiatan Kegiatan C. Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja

D. Pasca Operasi

Kependudukan Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat

Besaran Dampak –1 –2 –2

2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

Kualitas udara Kebisingan Kualitas air laut Biota air laut (alt-1 & 2) Keselamatan pelayaran Kesempatan berusaha Pendapatan masyarakat Proses sosial Pelapisan sosial Sikap dan persepsi masyarakat Tingkat kesehatan masyarakat

–2 –2 –2 –1 –2 +2 +2 –2 –2 –2 –2

1. Penghentian operasi Kilang LNG

Kualitas udara Kebisingan Kualitas air permukaan Kualitas air laut Kesempatan berusaha

+1 +1 +1 +2 –1

Parameter Lingkungan

2. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Keselamatan berlalulintas (kilang dan Pelabuhan Khusus) Kerusakan jalan dan jembatan Sikap dan persepsi masyarakat Sanitasi lingkungan

–2 –2 –1 –2

3. Revegetasi

Vegetasi Satwa liar

+1 +2

4. Penglepasan tenaga kerja

Penurunan pendapatan masyarakat Sikap dan persepsi masyarakat

–1 –2

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

82

PT PERTAMINA EP -PPGM

5.2.2. Sifat Penting Dampak

Tabel 5.4. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah Tahap Rencana Kegiatan

1

2

3

4

5

6

P P P

P P P

P P P

P P P

TP TP TP

TP TP TP

Jumlah Kriteria Penting (P) 4P 4P 4P

P P

P P

TP TP

P P

TP TP

TP TP

3P 3P

P P TP

P P TP

P P TP

P P TP

TP P TP

TP P P

4P 6P 1P

TP TP TP

TP P TP

P P TP

P P P

P TP TP

TP TP P

3P 3P 2P

P P P P P P P TP P P P P

P P P P P TP P P P P P P

P P P P TP TP P P P P P P

P P P P P P P P P TP P P

TP TP TP TP TP P TP TP TP TP TP TP

TP TP TP TP TP TP TP TP P P TP TP

4P 4P 3P 4P 3P 3P 4P 3P 5P 4P 4P 4P

P P P

P P TP

P TP TP

P TP P

TP TP TP

TP TP TP

4P 2P 2P

Kriteria Dampak Rencana Kegiatan

A. Pra 1. Pembebasan lahan Konstruksi dan tanam tumbuh

2. Penerimaan tenaga kerja

Parameter Lingkungan Pola kepemilikan lahan (alt-1 & 2) Proses sosial (alt-1 & 2) Sikap dan persepsi masyarakat (alt-1 & 2) Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat

B. Konstruksi 1. Mobilisasi dan demo- Keselamatan berlalulintas bilisasi peralatan Kerusakan jalan dan jembatan Pendapatan masyarakat 2. Pembukaan dan pematangan lahan

Vegetasi Satwa liar Kesempatan berusaha (alt-1 & 2)

3. Konstruksi kompleks Kualitas udara – 1 (Uso) kilang LNG dan Kualitas udara – 2 (Padang) Pelabuhan Khusus Kebisingan (alt-1 & 2) Kualitas air permukaan (alt-1 & 2) Kualitas air laut Biota air laut (alt-1 & 2) Kelancaran lalulintas Keselamatan berlalulintas Kesempatan berusaha (alt-1 & 2) Pendapatan masyarakat (alt-1 & 2) Proses sosial (alt-1 & 2) Sikap dan persepsi masyarakat (alt-1 & 2) Sanitasi lingkungan (alt-1 & 2) 4. Penglepasan tenaga Pendapatan masyarakat kerja Sikap dan persepsi masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

83

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.4. Lanjutan Tahap Rencana Kegiatan C. Operasi

D. Pasca Operasi

1

2

3

4

5

6

Kependudukan Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat

TP P P

TP P P

TP P P

P P P

TP TP TP

TP TP TP

Jumlah Kriteria Penting (P) 1P 4P 4P

Kualitas udara Kebisingan Kualitas air laut Biota air laut (alt-1 & 2) Keselamatan pelayaran Kesempatan berusaha Pendapatan masyarakat Proses sosial Pelapisan sosial Sikap dan persepsi masyarakat Tingkat kesehatan masyarakat

TP TP TP P P P P P P P P

P P TP P TP P P P P P P

P P P P P P P TP P P P

P P P P P P P P P P P

TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP

TP TP TP TP TP P P TP TP TP TP

3P 3P 2P 4P 3P 5P 5P 3P 4P 4P 4P

1. Penghentian operasi Kualitas udara Kilang LNG Kebisingan Kualitas air permukaan Kualitas air laut Kesempatan berusaha

TP TP TP TP TP

P P P TP TP

TP TP TP P TP

P P P P P

TP TP TP TP TP

TP TP TP TP TP

2P 2P 2P 2P 1P

2. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan (kilang dan Pelabuhan Khusus)

Keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan dan jembatan Sikap dan persepsi masyarakat Sanitasi lingkungan

P P TP P

P P TP P

TP TP TP P

P P P TP

TP P TP TP

TP P TP tP

3P 5P 1P 3P

3. Revegetasi

Vegetasi Satwa liar

TP P

TP TP

P P

P P

P P

TP TP

3P 4P

4. Penglepasan tenaga Penurunan pendapatan masyarakat kerja Sikap dan persepsi masyarakat

P P

TP P

TP TP

P P

TP TP

TP TP

2P 3P

Kriteria Dampak Rencana Kegiatan

Parameter Lingkungan

1. Penerimaan tenaga kerja

2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

84

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab-

6

EVALUASI DAMPAK PENTING

Keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) atau tidak dikelola (TPK) ditetapkan berdasarkan tiga kriteria sederhana berikut: a) Pada parameter lingkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila tingkat kepentingan dampaknya (∑P) ≥ 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebihi baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK). b) Pada parameter lingkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: apabila (∑P) 3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya masuk kategori dampak penting yang dikelola (PK). c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan tidak dikelola (TPK).

6.1.

DAMPAK KEGIATAN DI BAGIAN HULU

Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan Dampak Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah sebagai berikut.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

85

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan Dampak Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah Tahap Kegiatan

Jenis Dampak Hipotetik

PRA SOSIAL KONSTRUKSI Perubahan pola kepemilikan lahan Gangguan proses sosial Perubahan sikap dan persepsi masyarakat KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA Penurunan kualitas udara ambien

Sumber Dampak

Besaran Dampak (+/–)

Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2. Penerimaan tenaga kerja setempat 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2. Penerimaan tenaga kerja setempat

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja 2. Pembukaan dan pematangan lahan 3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF 4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) 5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) 6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) Terjadi kebisingan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja 2. Pembukaan dan pematangan lahan 3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF 4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) 5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) 6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) Terjadi erosi tanah Pembukaan dan pematangan lahan Gangguan sistem irigasi dan drainase Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

86

Tingkat Kepentingan Keputusan/KesimDampak pulan Hasil Jumlah P % Bobot Evaluasi (PK/TPK)

–2 –2 –1 –2 –1

4 4 2 4 2

66,67 66,67 33,33 66,67 33,33

PK PK TPK PK TPK

–2

3

50,00

PK

–1 –2 –1 –1 –1 –1

1 2 3 2 2 2

16,67 33,33 50,00 33,33 33,33 33,33

TPK PK TPK TPK TPK TPK

–1 –2 –1 –1 –1 –2 –2

1 4 3 1 2 4 3

16,67 66,67 50,00 16,67 33,33 66,67 50,00

TPK PK TPK TPK TPK PK PK

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Lanjutan Tahap Kegiatan KONSTRUKSI

Jenis Dampak Hipotetik Penurunan kualitas air permukaan Penurunan kualitas air laut Transportasi darat (gangguan kelancaran lalulintas) Transportasi darat (gangguan keselamatan berlalulintas) Kerusakan jalan BIOLOGI Penurunan kelimpahan dan keanekaragaman vegetasi

Gangguan satwa

Penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air tawar Penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air laut

Besaran Dampak (+/–)

Sumber Dampak

Tingkat Kepentingan Keputusan/KesimDampak pulan Hasil Jumlah P % Bobot Evaluasi (PK/TPK)

Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF

–2

3

50,00

PK

1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-23) 1. Pemasangan pipa penyalur gas

–1 –2 –2

2 3 2

33,33 50,00 33,33

TPK PK PK

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja 2. Pemasangan pipa penyalur gas 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja

–2

4

66,67

PK

–3 –2

3 6

50,00 100,00

PK PK

Pembukaan dan pematangan lahan

–3

3

50,00

PK

1. Pembukaan dan pematangan lahan 2. Konstruksi fasilitas produksi gas 3. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) 4. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) 5. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) 1. Konstruksi Block Station (BS) dan GPF 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3)

–2 –1 –2 –2 –3 –1 –1 –1

4 2 3 3 5 3 3 4

66,67 33,33 50,00 50,00 83,33 50,00 50,00 66,67

PK TPK PK PK PK PK PK PK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

87

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Lanjutan Tahap Kegiatan

Jenis Dampak Hipotetik

Sumber Dampak

KONSTRUKSI SOSIAL Peningkatan pendapatan masyarakat 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. Adanya kesempatan berusaha 3. 4. 5.

Gangguan proses sosial

Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

KESEHATAN MASYARAKAT Penurunan sanitasi lingkungan

Besaran Dampak (+/–)

Pembukaan dan pematangan lahan Kegiatan konstruksi BS dan GPF Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Pembukaan dan pematangan lahan Kegiatan konstruksi BS dan GPF Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas

(alt-1) (alt-2) (alt-3)

(alt-1) (alt-2) (alt-3)

Kegiatan konstruksi BS dan GPF Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja Konstruksi BS dan GPF Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) Penglepasan tenaga kerja

1. Konstruksi fasilitas produksi gas (BS dan GPF) 2. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1 dan alt -2) 3. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3)

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

88

Tingkat Kepentingan Keputusan/KesimDampak pulan Hasil Jumlah P % Bobot Evaluasi (PK/TPK)

+1 +1 +1 +1 +1 +1 +21 +1 +1 +1

1 1 0 1 1 2 2 2 3 3

16,67 33,33 16,67 16,67 16,67 33,33 33,33 33,33 50,00 50,00

TPK TPK TKP TKP TKP TPK TPK TPK TPK TPK

–2 –2 –2 –2 –2

4 4 4 4 3

66,67 66,67 66,67 66,67 50,00

PK PK PK PK PK

–2 –1 –1 –1 –1

4 0 0 0 2

66,67 00,00 00,00 00,00 33,33

PK TPK TPK TPK TPK

–2 –2 –1

3 3 0

50,00 50,00 00,00

PK PK TPK

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Lanjutan Tahap Kegiatan OPERASI

Jenis Dampak Hipotetik GEOFISIK KIMIA Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas) Peningkatan kebisingan Penurunan kualitas air permukaan Penurunan kualitas air laut Gangguan keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan dan jembatan BIOLOGI Penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air tawar SOSIAL Perubahan kependudukan Peningkatan pendapatan masyarakat

Adanya kesempatan berusaha Gangguan proses sosial Munculnya pelapisan sosial Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

Besaran Dampak (+/–)

Sumber Dampak

Tingkat Kepentingan Keputusan/KesimDampak pulan Hasil Jumlah P % Bobot Evaluasi (PK/TPK)

1. Pemboran sumur pengembangan 2. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) 1. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) 1. Pemboran sumur pengembangan 2. Operasional produksi di GPF 1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF 2. Pemboran sumur pengembangan Penyaluran Pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transportasi darat Penyaluran kondensat dan sulfur dengan transportasi darat

–2 –2 –1 –2 –2 –1 –1 –2

1 3 1 3 4 1 1 4

16,67 50,00 16,67 50,00 66,67 16,67 16,67 66,67

TKP PK TPK PK PK TPK TPK PK

–2

6

100,00

PK

1. Pemboran sumur pengembangan 2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS dan GPF)

–1 –1

4 4

66,67 66,67

PK PK

Penerimaan tenaga kerja 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Pemboran sumur pengembangan 3. Operasi produksi gas di GPF 1. Pemboran sumur pengembangan 2. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (GPF) 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Kegiatan operasi produksi gas di GPF Operasi produksi di GPF 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Kegiatan operasi produksi gas di GPF 3. Penyaluran gas melalui pipa

–1 +1 +1 +1 +2 +2 –2 –2 –2 –2 –2 –1

1 2 2 2 5 5 4 4 4 4 4 2

16,67 33,33 33,33 33,33 83,33 83,33 66,67 66,67 66,67 66,67 66,67 33,33

TPK TPK TPK TPK PK PK PK PK PK PK PK TPK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

89

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Lanjutan Tahap Kegiatan

Penurunan tingkat kesehatan masyarakat PASCA OPERASI

Jumlah P

% Bobot

Operasional fasilitas produksi gas di GPF

–1

1

16,67

TPK

1. Pemboran sumur pengembangan

–2

4

66,67

PK

2. Kegiatan operasi produksi gas BS dan GPF

–2

4

66,67

PK

Penghentian operasi produksi (BS dan GPF)

+1

1

16,67

TPK

Penghentian operasi produksi (BS dan GPF) Penghentian operasi produksi (BS dan GPF) Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

+2 +1 +2

2 2 3

33,33 33,33 50,00

TPK TPK PK

Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

–2

5

83,33

PK

Revegetasi

+2

4

66,67

PK

Revegetasi

+2

4

66,67

PK

Penglepasan tenaga kerja

–1

2

33,33

TPK

Penghentian operasi produksi gas di GPF 1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan 2. Penglepasan tenaga kerja

–1 –1 –2

1 1 3

16,67 16,67 50,00

TPK TPK PK

Jenis Dampak Hipotetik KESEHATAN MASYARAKAT Penurunan sanitasi lingkungan

Tingkat Kepentingan Dampak

Besaran Dampak (+/–)

Sumber Dampak

Keputusan/Kesimpulan Hasil Evaluasi (PK/TPK)

GEOFISIK KIMIA Peningkatan kualitas udara ambient Penurunan tingkat kebisingan Peningkatan kualitas air laut Gangguan keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan BIOLOGI Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi Peningkatan keanekaragaman dan kemelimpahan satwa SOSIAL Penurunan pendapatan masyarakat Hilangnya kesempatan usaha Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

90

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.1.1. Telaahan Terhadap Dampak Penting Tabel 6.2. Jenis-Jenis Dampak Penting Yang Mendapat Prioritas Untuk Dikelola di Bagian Hulu Tahap Kegiatan PRA KONSTRUKSI

Jenis Dampak Hipotetik

Sumber Dampak

Keputusan/ Kesimpulan Hasil Evaluasi (PK/TPK)

SOSIAL

Perubahan pola kepemilikan lahan Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Gangguan proses sosial Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Perubahan sikap dan persepsi Pembebasan lahan dan tanam tumbuh masyarakat KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Penurunan kualitas udara ambien dan tenaga kerja Penurunan kualitas udara ambien 2. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Peningkatan kebisingan Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF Terjadi erosi tanah Pembukaan dan pematangan lahan Gangguan sistem irigasi dan Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas drainase Penurunan kualitas air permukaan Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF Penurunan kualitas air laut Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas melalui laut (alt-3) Transportasi darat (gangguan Pemasangan pipa penyalur gas kelancaran lalulintas) 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Transportasi darat (gangguan dan tenaga kerja keselamatan berlalulintas) 2. Pemasangan pipa penyalur gas Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan Kerusakan jalan tenaga kerja BIOLOGI Penurunan kelimpahan dan Pembukaan dan pematangan lahan keanekaragaman vegetasi 1. Pembukaan dan pematangan lahan 2. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) Gangguan satwa 3. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) 4. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) 1. Konstruksi Block Station (BS) dan GPF Gangguan biota air tawar 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Gangguan Biota air laut (plankton, Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) benthos, terumbu karang, ikan) SOSIAL Gangguan proses sosial Gangguan 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF proses sosial 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) 3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt -2) 4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3)

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK

PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK

91

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.2. Lanjutan Tahap Kegiatan

Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja

PK

Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF 1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF 2. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1 dan 2)

PK PK PK

Jenis Dampak Hipotetik

KONSTRUKSI Perubahan sikap dan persepsi masyarakat KESEHATAN MASYARAKAT Penurunan sanitasi lingkungan OPERASI

Sumber Dampak

Keputusan/ Kesimpulan Hasil Evaluasi (PK/TPK)

GEOFISIK KIMIA Kualitas udara ambien Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) (debu dan gas) Penurunan kualitas air permukaan 1. Pemboran sumur pengembangan 2. Operasi produksi di GPF Gangguan keselamatan Penyaluran Pengangkutan kondensat dan sulfur berlalulintas dengan transportasi darat Kerusakan jalan dan jembatan BIOLOGI Gangguan biota air tawar

PK PK PK PK

Penyaluran Pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transportasi darat

PK

1. Pemboran sumur pengembangan 2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS dan GPF)

PK PK

1. Pemboran sumur pengembangan 2. Operasi produksi di GPF 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Operasi produksi di GPF Operasi produksi di GPF 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Operasi produksi di GPF

PK PK PK PK PK PK PK

1. Pemboran sumur pengembangan 2. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas BS dan GPF

PK

Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

PK

Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

PK

Revegetasi

PK

Revegetasi

PK

Penglepasan tenaga kerja

PK

SOSIAL Adanya kesempatan berusaha Gangguan proses sosial Adanya pelapisan sosial Perubahan sikap dan persepsi masyarakat KESEHATAN MASYARAKAT Penurunan tingkat kesehatan masyarakat PASCA OPERASI

PK

GEOFISIK KIMIA Gangguan keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan BIOLOGI Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi Peningkatan keanekaragaman dan kemelimpahan satwa SOSIAL EKONOMI BUDAYA Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

92

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 6.1. Bagan Alir Keterkaitan ..... (BAGIAN HULU)

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

93

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.1.2. Telaahan dan Arahan Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan Hasil telahaan secara holistik di atas, dihasilkan jenis-jenis dampak yang mendapatkan prioritas untuk dikelola.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

94

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.3. Ringkasan Arahan Pengelolan Lingkungan Kegiatan Proyek PPGM Bagian Hulu Tahap Kegiatan

Komponen Kegiatan Penyebab Dampak

Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak

Arahan Pengelolaan Lingkungan

Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan Koordinasi dengan instansi terkait Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh  Proses socsial Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta proses  Sikap dan persepsi pembayarannya masyarakat Koordinasi dengan instansi terkait Melibatkan Tim 9 dan BPN dalam proses pembebasan lahan KONSTRUKSI  Mesin diesel generator dan lain-lain dilengkapi pengendali emisi standar  Melakukan penyiraman di sepanjang jalur yang dilalui kendaraan mobilisasi, khususnya yang  Mobilisasi dan demobilisasi berdekatan dengan permukiman pada musim kemarauPenggunaan pengendali emisi standar peralatan, material dan tenaga Kualitas udaraKualitas udara pada mesin diesel generator dan BBM berkadar sulfur rendah kerjaKonstruksi fasilitas produksi  Penggunaan dust suspresion control  Melengkapi pekerja dengan saerana K3 (mis, masker)  Penggunaan pengendali emisi standar pada mesin diesel generator dan BBM berkadar sulfur rendah  Konstruksi fasilitas produksi  Kualitas udara  Penggunaan dust suspresion control  Melengkapi pekerja dengan saerana K3 (mis, masker)  Aktivitas pembangunan yang menimbulkan kebisingan dilakukan pada siang hari  Kebisingan  Penggunaan earplug atau earmuff Melakukan pengelolaan terhadap semua buangan air uji hidrostatik sebelum dibuang ke  Kualitas air permukaan lingkungan  Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang  Kegiatan mobilisasi peralatan  Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama dan demobilisasi peralatan, Kelancaran lalulintas mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan material, dan tenaga kerja perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat). PRAPembebasan lahan dan tanam KONSTRUKSI tumbuh

Pola kepemilikan lahan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

95

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.3. Lanjutan Komponen Kegiatan Penyebab Dampak KONSTRUKSI Kegiatan pembangunan fasilitas produksi Tahap Kegiatan

Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak

 Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas

kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer.

 Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam  Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasan

 Kegiatan pemasangan pipa

penyalur gas yang memotong jalan umum

Arahan Pengelolaan Lingkungan

Keselamatan berlalulintas

proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah.

 Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasan  Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas yang memotong jalan umum.  Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kegiatan

proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah

Kerusakan jalan dan jembatan Pembukaan dan pematangan lahan

Erosi tanah

 Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di tempat pemasangan pipa  Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan

cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.

 Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi  Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui  Pada jalur pemasangan pipa, sesegera mungkin ditanami rumput pioner (leguminose)  Pada lokasii BS, GPF dibuatkan saluran sederhana dan sumur resapan untuk menampung aliran

permukaan yang terjadi akibat bangunan tersebut tidak mengalir keluar lokasi BS, GPF

 Pada lokasi sumur gas, dibuatkan saluran drainase sederhana untuk menampung air prmukaan

Vegetasi Satwa Pemasangan pipa penyalur gas

Sistem irigasi dan drainase

Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3)

Kaulitas air laut

 Kegiatan konstruksi BS dan GPF  Kegiatan pemasangan pipa Biota air tawar

penyalur gas

Satwa Biota air laut

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

dan hasil erosi (material tanah) di sekeliling lokasi sumur. Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi  Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi  Mempertahankan habitat satwa darat diantaranya dengan meminimalkan pembukaan lahan terbatas pada lokasi yang digunakan untuk fasilitas produksi, jalur pipa, lokasi BS dan GPF  Dipersiapkan terlebih dahulu sambungan pipa yang akan ditanam memotong saluran drainase atau alur sungai.  Pada setiap perpotongan jalur pemasangan pipa dengan alur sungai, hendaknya sesegera mungkin pemasangan pipa penyalur gas dilakukan.  Menempatkan pengawas lingkungan yang bertugas mengawasi jika terjadi tumpahan/ceceran minyak dari peralatan yang digunakan untuk segera dilakukan penanganan/pengelolaan  Membatasi bidang/area lokasi pekerjaan konstruksi agar kekeruhan dapat diminimalkan Air sisa uji hidrostatik dari kegiatan konstruksi BS dan GPF serta pemasangan pipa sebelum dibuang ke sungai diolah terlebih dahulu apabila tidak memenuhi baku mutu lingkungan  Pemasangan pipa konstruksi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemasangan pipa JOB  Fasilitas untuk konstruksi jangan menggunakan pantai Bakiriang untuk pelayanan konstruksi pipa  Air sisa uji hidrostatik kegiatan pemasangan pipa sebelum dibuang ke laut, diolah terlebih dahulu  Rehabilitasi terumbu karang di sekitar kegiatan

96

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.3. Lanjutan Komponen Kegiatan Penyebab Dampak KONSTRUKSI Kegiatan konstruksi fasilitas produksi gas (BS dan GPF) Tahap Kegiatan

Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak Proses sosial

Arahan Pengelolaan Lingkungan Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga masyarakat Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti temu warga dan kegiatan

sosial atau keagamaan lain Kegiatan mobilisasi dan

TAHAP OPERASI

Sikap dan persepsi demobilisasi peralatan, material masyarakat dan tenaga kerja Konstruksi BS dan BF Kegiatan konstruksi BS dan GPF Sanitasi lingkungan Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Operasi produksi di GPF Kualitas udara ambien

 Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan Melakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyarakat

Pemboran sumur

Kualitas air permukaan

pengembangan Operasi produksi di GPF Kegiatan pengangkutan kondensat lewat transportasi darat

Mengelola air buangan dari kegiatan operasi dengan waste water treatment atau effluent treatment sebelum dibuang ke lingkungan

Keselamatan berlalulintas

 Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang  Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati -hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama

Kerusakan jalan dan jembatan  Pemboran sumur

Biota air tawar

 Menyediakan tempat khusus penampung limbah domestik dan konstruksi  Disediakan fasilitas MCK yang memadai  Sosialisasi  Pengoperasian AGRU dan SRU  Memasang CEM  Melengkapi pekerja dengan sarana K3

mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).  Tata cara pengangkutan kondensat mengikuti Kep. Dirjen Hub Darat No SK 725/AJ.302/DRJD/2004  Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam  Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan segera mungkin dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.  Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan jembatan Pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke badan air

pengembangan  Kegiatan operasi produksi di GPF

Tabel 6.3. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

97

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tahap Kegiatan TAHAP OPERASI TAHAP OPERASI

Komponen Komponen Lingkungan Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan yang Terkena Dampak Dampak Biota air tawar  Pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke badan air  Pemboran sumur pengembangan  Kegiatan operasi produksi di GPF  Kegiatan penerimaan tenaga Kesempatan berusaha Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai kegiatan kerjaPemboran sumur operasional pengembangan gas Matindok pengembangan  Memberikan kemudahan dan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan berpartisipasi  Operasi produksi di GPF dalam peluang usaha yang ada, misalnya dengan memberikan bantuan modal bergulir melalui Koperasi Pertamina  Penerimaan tenaga kerja Proses sosial  Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat di  Operasi produksi di GPF sekitarnya, baik tentang jumlah tenaga kerja, kualifikasi (pendidikan dan ketrampilan) yang dibutuhkan dan proses seleksinya.  Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai kebutuhan  Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan  Proses seleksi tenaga unskill dilakukan dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum (misalnya KUD) dan untuk tenaga kerja skill dengan melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala regional dan nasional. Operasi produksi di GPF Pelapisan sosial  Beberapa fasilitas untuk karyawan dapat diakses oleh penduduk lokal  Memfasilitasi berbagai kegiatan bersama, seperti social, keagamaan, olah raga dan sebagainya dengan penduduk lokal  Kegiatan penerimaan tenaga Sikap dan persepsi a. Dampak positif kerja masyarakat Meningkatkan peran aktif pengusaha atau penduduk lokal dalam berbagai kegiatan  Kegiatan operasi produksi di GPF operasional pengembangan gas Matindok, antara lain dengan menginformasikan berbagai kegiatan proyek secara rutin kepada masyarakat Memberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan membuka atau mengembangkan usaha, antara lain dengan memberikan bantuan modal bergulir melalui Koperasi Pertamina b. Dampak negatif Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan Melakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyaraka  Pemboran sumur Tingkat kesehatan  Mengelola sumber dampak adanya debu, emisi gas, bising dan atau mengolah air limbah pengembangan masyarakat sebelum dibuang ke lingkungan  Kegiatan operasi fasilitas  Sosialisasi/penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi karyawan dan produksi gas (GPF) masyarakat di sekitarnya

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

98

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.3. Lanjutan Tahap Kegiatan PASCA OPERASI

Komponen Kegiatan Penyebab Dampak  Kegiatan demobilisasi peralatan menggunakan alat berat

Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak Keselamatan berlalulintas

Kerusakan jalan dan jembatan  Kegiatan revegetasi

Vegetasi Satwa

 Kegiatan penglepasan tenaga

kerja

Sikap dan persepsi masyarakatPendapatan masyarakat

Sikap dan persepsi masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

Arahan Pengelolaan Lingkungan  Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang  Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati -hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama

mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).  Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute pengangkutan yang menggunakan truk berukuran besar/trailer.  Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu maksimum 40 km/jam  Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir  Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi  Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui  Restorasi atau pemulihan ke kondisi semula  Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai dengan luas lahan yang digunakan  Restorasi atau pemulihan ke kondisi semula  Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai dengan luas lahan yang digunakan  Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenaga kerja  Membantu masyarakat meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan kewirausahaan atau ketrampilan  Membantu masyarakat meningkatkan ketrampilan seperti pelatihan ketrampilan/wirausaha bagi para tenaga kerja yang selama ini mendukung operasional pengembangan gas Matindok Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenaga kerja Membantu masyarakat meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan kewirausahaan atau ketrampilan

99

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.2.

DAMPAK KEGIATAN DI BAGIAN HILIR

Besaran dan tingkat kepentingan dampak kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah sebagai berikut.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

100

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.4. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Kepentingan Dampak Bagian Hilir Tahap Kegiatan PRA KONSTRUKSI

Jenis Dampak Hipotetik

Sumber Dampak

Besaran Dampak (+/–)

Tingkat Kepentingan Dampak Jumlah P % Bobot

Keputusan/Kesimpulan Hasil Evaluasi (PK/TPK)

SOSIAL Perubahan pola kepemilikan lahan Gangguan proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat

Pembebasan lahan dan tanam tumbuh

–2

4

66,67

PK

1. 2. 1. 2.

–2 –2 –2 –2

4 3 4 3

66,67 50,00 66,67 50,00

PK PK PK PK

–2

4

66,67

PK

–2

3

66,67

PK

–2

4

66,67

PK

–2

4

66,67

PK

–2

4

66,67

PK

–2

4

66,67

PK

–2

3

50,00

PK

–2

3

50,00

PK

Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Penerimaan tenaga kerja Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Penerimaan tenaga kerja

KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA Penurunan kualitas udara ambien

Peningkatan kebisingan Penurunan kualitas air permukaan

Penurunan kualitas air laut

1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di Padang 2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di Uso 1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di Padang 2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di Uso 1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di Padang 2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di Uso 1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di Padang 2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di Uso

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

101

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.4. Lanjutan Tahap Kegiatan KONSTRUKSI

Jenis Dampak Hipotetik Transportasi darat (gangguan kelancaran lalulintas) Transportasi darat (gangguan keselamatan berlalulintas) Kerusakan jalan dan jembatan

Sumber Dampak Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di Padang dan Uso 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja 2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di Padang dan Uso Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja

BIOLOGI Penurunan keanekaragaman dan Pembukaan dan pematangan lahan kerapatan vegetasi Gangguan satwa Pembukaan dan pematangan lahan Penurunan keanekaragaman dan 1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan kelimpahan biota air laut Khusus di Padang 2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di Uso SOSIAL Peningkatan pendapatan 1. Pembukaan dan pematangan lahan masyarakat 2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus Penurunan pendapatan Penglepasan tenaga kerja masyarakat Terbukanya kesempatan 1. Pembukaan dan pematangan lahan berusaha 2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus Gangguan proses sosial Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus Sikap dan persepsi negatif 1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan masyarakat Khusus 2. Penglepasan tenaga kerja

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

Besaran Dampak (+/–) –2

Tingkat Kepentingan Dampak Jumlah P % Bobot 4 66,67

Keputusan/Kesimpulan Hasil Evaluasi (PK/TPK) PK

–2

4

66,67

PK

–2

3

50,00

PK

–2

6

100,00

PK

–3

3

50,00

PK

–2 –1

3 3

50,00 50,00

PK PK

–1

3

50,00

PK

+1 +2

1 4

16,67 66,67

TPK PK

–1

2

33,33

TPK

+1 +2

2 5

33,33 83,33

TPK PK

–2

4

66,67

PK

–2

4

66,67

PK

–1

2

33,33

TPK

102

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.4. Lanjutan Tahap Kegiatan KONSTRUKSI

Jenis Dampak Hipotetik

Besaran Dampak (+/–)

Tingkat Kepentingan Dampak Jumlah P % Bobot

Keputusan/Kesimpulan Hasil Evaluasi (PK/TPK)

KESEHATAN MASYARAKAT Penurunan sanitasi lingkungan

OPERASI

Sumber Dampak

GEO-FISIK-KIMIA Penurunan kualitas udara Peningkatan kebisingan Penurunan kualitas air laut Transportasi laut (gangguan keselamatan pelayaran) BIOLOGI Penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air laut SOSIAL Kependudukan: peningkatan kepadatan penduduk Peningkatan kesempatan berusaha Peningkatan pendapatan masyarakat Gangguan proses sosial

Munculnya pelapisan sosial

1. Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya dermaga di Padang 2. Konstruksi kompleks kilang LNG, dan Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya di Uso

–2

4

50,00

PK

–2

4

50,00

PK

Operasional kilang LNG, fasilitas pendukungnya Operasional kilang LNG, fasilitas pendukungnya Operasional kilang LNG, fasilitas pendukungnya Operasional kilang LNG, fasilitas pendukungnya

Pelabuhan Khusus dan

–2

3

50,00

PK

Pelabuhan Khusus dan

–21

3

50,00

PK

Pelabuhan Khusus dan

–2

3

50,00

PK

Pelabuhan Khusus dan

–2

3

50,00

PK

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

–1

4

66,67

PK

Penerimaan tenaga kerja

–1

1

16,67

TPK

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

+2

5

83,33

PK

+2

5

83,33

PK

–2 –2

4 3

66,67 50,00

PK PK

–2

4

66,67

PK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

103

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.4. Lanjutan Tahap Kegiatan OPERASI

PASCA OPERASI

Jenis Dampak Hipotetik Sikap dan persepsi negatif masyarakat KESEHATAN MASYARAKAT Penurunan tingkat kesehatan masyarakaty GEO-FISIK-KIMIA Peningkatan kualitas udara Penurunan kebisingan Peningkatan kualitas air permukaan Peningkatan kualitas air laut Gangguan keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan dan jembatan BIOLOGI Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa SOSIAL Penurunan kesempatan berusaha Penurunan pendapatan masyarakat Sikap dan persepsi negatif masyarakat KESEHATAN MASYARAKAT Penurunan sanitasi lingkungan

Sumber Dampak 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

Besaran Dampak (+/–) –2 –2

Tingkat Kepentingan Dampak Jumlah P % Bobot 4 66,67 4 66,67

Keputusan/Kesimpulan Hasil Evaluasi (PK/TPK) PK PK

–2

4

66,67

PK

Penghentian operasi kilang LNG Penghentian operasi kilang LNG Penghentian operasi kilang LNG

+12 +12 +1

2 2 2

33,33 33,33 33,33

TPK TPK TPK

Penghentian operasi kilang LNG Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

+2 –2

2 3

33,33 50,00

TPK PK

Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

–2

5

83,33

PK

Revegetasi

+1

3

50,00

PK

Revegetasi

+2

4

66,67

PK

Penghentian operasi kilang LNG Penglepasan tenaga kerja

–1 –1

1 2

16,67 33,33

TPK TPK

1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan 2. Penglepasan tenaga kerja

–1 –2

1 3

16,67 50,00

TPK PK

Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

–2

3

50,00

PK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

104

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.2.1. Telahaan Dampak Penting Tabel 6.5. Jenis-Jenis Dampak Penting Yang Mendapat Prioritas Untuk Dikelola Di Bagian Hilir Tahap Kegiatan PRA KKONSTRUKSI

Jenis Dampak Hipotetik

Keputusan/ Kesimpulan Hasil Evaluasi

SOSIAL Perubahan pola kepemilikan lahan Gangguan proses sosial

KONSTRUKSI

Sumber Dampak

Perubahan sikap dan persepsi masyarakat GEOFISIK-KIMIA Penurunan kualitas udara Peningkatan kebisingan Penurunan kualitas air permukaan Penurunan kualitas air laut Transportasi darat (gangguan kelancaran lalulintas) Transportasi darat (gangguan keselamatan berlalulintas)

Kerusakan jalan dan jembatanTransportasi darat (gangguan kelancaran lalulintas) BIOLOGI Penurunan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi Gangguan satwa Penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air laut SOSIAL Peningkatan pendapatan masyarakat Terbukanya kesempatan berusaha Gangguan proses sosial Sikap dan persepsi negatif masyarakat KESEHATAN MASYARAKAT Penurunan sanitasi lingkungan

Pembebasan lahan dan tanam tumbuh

PK

1. 2. 1. 2.

PK PK PK PK

Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Penerimaan tenaga kerja Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Penerimaan tenaga kerja

Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja 2. Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerjaKonstruksi kompleks kilang LNG dan dermaga di Padang dan Uso

PK PK PK PK PK PK PK

PKPK

Pembukaan dan pematangan lahan

PK

Pembukaan dan pematangan lahan Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya di Padang atau Uso

PK

Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan dan fasilitas pendukungnya Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan dan fasilitas pendukungnya Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan dan fasilitas pendukungnya Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan dan fasilitas pendukungnya

Khusus Khusus Khusus Khusus

Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di Padang atau Uso

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

PK PK PK PK PK PK

105

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.5. Lanjutan Tahap Kegiatan

Jenis Dampak Hipotetik

Sumber Dampak

Keputusan/ Kesimpulan Hasil Evaluasi

GEO-FISIK-KIMIA Penurunan kualitas udara Peningkatan kebisingan OPERASI

Penurunan kualitas air laut Transportasi laut (gangguan keselamatan pelayaran) BIOLOGI Penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air laut SOSIAL Terbukanya kesempatan berusaha Gangguan proses sosial Munculnya pelapisan sosial Sikap dan persepsi negatif masyarakat

PASCA OPERASI

KESEHATAN MASYARAKAT Penurunan tingkat kesehatan masyarakat GEO-FISIK-KIMIA Gangguan keselamatan berlalulintas Kerusakan jalan dan jembatan BIOLOGI Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa SOSIAL Sikap dan persepsi negatif masyarakat KESEHATAN MASYARAKAT Penurunan sanitasi lingkungan

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

PK PK PK PK

PK

PK PK PK PK PK PK

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

PK

Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

PK

Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

PK

Revegetasi

PK

Revegetasi

PK

Penglepasan tenaga kerja

PK

Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

PK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

106

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 6.2. Bagan Alir Keterkaitan ..... (BAGIAN HILIR)

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

107

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.2.2. Telaahan Dan Arahan Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan Hasil telahaan secara holistik di atas maka dihasilkan jenis-jenis dampak yang mendapatkan prioritas untuk dikelola.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

108

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Ringkasan Arahan Pengelolan Lingkungan Kegiatan Proyek PPGM di Bagian Hilir Tahap Kegiatan

Komponen Kegiatan Penyebab Dampak

PRAPembebasan lahan dan tanam KONSTRUKSI tumbuh Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Penerimaan tenaga kerja

KONSTRUKSI Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak Pola kepemilikan lahan

Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat

Kualitas udara

Kebisingan Kualitas air laut

Kualitas air permukaan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

Arahan Pengelolaan Lingkungan Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan Koordinasi dengan instansi terkait a. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta proses pembayarannya Koordinasi dengan instansi terkait Melibatkan Tim 9 dan BPN dalam proses pembebasan lahan b. Penerimaan tenaga kerja Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan, meliputi jumlah tenaga kerja dan kualifikasi yang dibutuhkan serta proses seleksinya Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai kebutuhan Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan Proses seleksi tenaga unskill dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum, dan untuk yang skill melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala regional/nasional Mesin diesel generator dilengkapi pengendali emisi standar dan menggunakan BBM berkadar sulfur rendah Menggunakan dust supression control Melengkapi pekerja dengan sarana K3 Aktivitas pembangunan yang menimbulkan kebisingan dilakukan siang hari Penggunaan earplug atau earmuff Penggunaan oilboom atau oil dispersant untuk mencegah ceceran oli dan minyak dari peralatan konstruksi Pengerukan dilakukan secara hati-hati untuk meminimalkan peningkatan kekeruhan Perawatan kebersihan dari kamar mesin, alat pengeruk dan kapak pengangkut material dan alat konstruksi dari ceceran minyak dan oli Pengefektifan ”Eeffluent Ttreatment” unit atau waste water management atau IPAL

109

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan

Komponen Komponen Lingkungan Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan yang Terkena Dampak Dampak KONSTRUKSI Mobilisasi dan demobilisasi Keselamatan berlalulintas Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang peralatan, material Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama Konstruksi kompleks kilang LNG, mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan dan Pelabuhan Khusus dan perkotaan (Kintom, Batui). fasilitas pendukungnya Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasan proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah Besar huruf pada rambu dapat terbaca jelas pada jarak 25 meter. Memberi perlindungan kepada pekerja dengan lalulintas kendaraan bermotor (diberi traffic cone atau kerucut lalulintas sebagai pembatas yang diberi tali) Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasan Konstruksi kompleks kilang LNG, Kelancaran lalulintas Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas menerus selama jalan tersebut belum dipindahkan Pelabuhan Khusus dan fasilitas Membuat jalur baru terlebih dahulu yang setara dengan kualifikasi jalan lama pendukungnyaKonstruksi kompleks kilang LNG dan dermaga Mobilisasi dan demobilisasi Kerusakan jalan dan Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan peralatan, material jembatan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir. Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui Perbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil Kabupaten Banggai Pembukaan dan pematangan Vegetasi Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi lahan Satwa Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi Mempertahankan habitat satwa darat diantaranya dengan meminimalkan pembukaan lahan terbatas pada lokasi yang digunakan untuk kompleks kilang LNG. Konstruksi kompleks kilang LNG, Biota air laut Pelabuhan Khusus dan fasilitas Analisis seksama atas semua buangan air uji hidrostatik untuk memastikan bahwaMengaktifkan pendukungnyaKonstruksi effluent treatment unit atau waste water management agar tidak akan menimbulkan dampak kompleks kilang LNG dan terhadap lingkungan dermaga Rehabilitasi terumbu karang di sekitar kegiatan Tahap Kegiatan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

110

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan Komponen Kegiatan Penyebab Dampak KONSTRUKSI Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus Tahap Kegiatan

Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak Kesempatan berusaha

Pendapatan masyarakat

Proses sosial

Sikap dan persepsi masyarakat

Sanitasi lingkungan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

Arahan Pengelolaan Lingkungan Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai aktivitas pengembangan gas Matindok Memberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan memanfaatkan kesempatan berusaha Membantu memberikan pelatihan ketrampilan dan atau pengembangan usaha Mengutamakan/memprioritaskan kesempatan kerja bagi penduduk lokal sesuai kualifikasi dan kebutuhan Memberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi masyarakat lokal yang akan membuka atau mengembangkan usaha Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga masyarakat Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti temu warga dan kegiatan sosial atau kegiatan keagamaan lainnya a. Dampak positif Meningkatkan peran aktif pengusaha atau penduduk lokal dalam berbagai kegiatan operasional pengembangan gas Matindok, antara lain dengan menginformasikan berbagai kegiatan proyek secara rutin kepada masyarakat Memberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan membuka atau mengembangkan usaha, antara lain dengan memberikan bantuan modal bergulir melalui Koperasi Pertamina b. Dampak negatif Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan Melakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyarakat Disediakan tempat penampung limbah konstruksi dan domestik padat maupun cair Disediakan fasilitas MCK yang memadahi Himbauan atau sosialisasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

111

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan Tahap Kegiatan OPERASI

Komponen Kegiatan Penyebab Dampak Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya

Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak Kualitas udara Kebisingan Kualitas air laut Keselamatan pelayaran Kelancaran lalulintas Biota air laut Kesempatan berusaha

Pendapatan masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

Arahan Pengelolaan Lingkungan Pengefektifan fasilitas Acid Gas Removal Unit (AGRU), Sulfur Recovery Unit (SRU) dan MRU Melengkapi pekerja dengan sarana K3 Penggunaan peredam suara atau lapisan disain akustik khusus Penggunaan earplug atau earmuff Mengolah air limbah sebelum dibuang ke lingkungan Menggunakan oil boom untuk mencegah persebaran ceceran oli/minyak dari kendaraan/peralatan operasional Pemasangan rambu-rambu navigasi dan keselamatan pelayaran Pemasangan lampu penerangan pada batas tapak kegiatan dan kapal LNG Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas menerus selama jalan tersebut belum dipindahkan Membuat jalur baru terlebih dahulu yang setara dengan kualifikasi jalan lama Limbah cair diolah sesuai ketentuan yang berlaku Rehabilitasi terumbu karang di sekitar kegiatan Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai kegiatan operasional pengembangan gas Matindok Memberikan kemudahan dan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan berpartisipasi dalam peluang usaha yang ada Mengutamakan/memprioritaskan kesempatan kerja bagi penduduk lokal sesuai kualifikasi dan kebutuhan Memberikan kemudahan/bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan membuka/mengembangkan usaha

112

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan Tahap Kegiatan OPERASI

Komponen Komponen Lingkungan Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan yang Terkena Dampak Dampak  Penerimaan tenaga kerja Proses sosial a. Penerimaan tenaga kerja:  Operasional kilang LNG, Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat di Pelabuhan Khusus dan fasilitas sekitarnya, baik tentang jumlah tenaga kerja, kualifikasi (pendidikan dan ketrampilan) yang pendukungnya dibutuhkan dan proses seleksinya. Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai kebutuhan Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan Proses seleksi tenaga unskill dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum (misalnya KUD) dan untuk tenaga kerja skill dengan melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala regional/nasional. b. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnnya Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga masyarakat Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti temu warga dan kegiatan sosial atau keagamaan lain Operasional kilang LNG, Pelapisan sosial Berbagai fasilitas untuk karyawan (pendidikan, kesehatan, olah raga, ibadah) hendaknya juga Pelabuhan Khusus dan fasilitas dapat dimanfaatkan oleh penduduk di sekitarnya pendukungnya Memfasilitasi berbagai kegiatan bersama: temu warga, perayaan hari besar nasional/agama, bakti sosial, dan kegiatan sosial/keagamaan lainnya  Kegiatan penerimaan tenaga Sikap dan persepsi Penerimaan tenaga kerja kerja masyarakat Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan, meliputi jumlah tenaga kerja dan  Kegiatan operasional Kilang kualifikasi yang dibutuhkan serta proses seleksinya LNG, Pelabuhan Khusus dan Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai fasilitas pendukungnya kebutuhan Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan Proses seleksi tenaga unskill dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum, dan untuk yang skill melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala regional/nasional Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan Melakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyarakat Kegiatan operasional Kilang LNG, Tingkat kesehatan Mengelola sumber dampak adanya debu, emisi gas, bising, dan atau mengolah air limbah Pelabuhan Khusus dan fasilitas masyarakat sebelum dibuang ke lingkungan pendukungnya Sosialisasi/penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi karyawan dan masyarakat di sekitarnya.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

113

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan Tahap Kegiatan PASCA OPERASI

Komponen Kegiatan Penyebab Dampak Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak Keselamatan berlalulintas

Kerusakan jalan dan jembatan

Penglepasan tenaga kerja Pembongkaran dan demobilisasi peralatan

Sikap dan persepsi masyarakat Sanitasi lingkungan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

Arahan Pengelolaan Lingkungan Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama

mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan perkotaan (Kintom, Batui). Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasan proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah Besar huruf pada rambu dapat terbaca jelas pada jarak 25 meter. Memberi perlindungan kepada pekerja dengan lalulintas kendaraan bermotor (diberi traffic cone atau kerucut lalulintas sebagai pembatas yang diberi tali) Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasan Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir. Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui Perbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil Kabupaten Banggai Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenaga kerja Pembersihan bekas bongkaran Perataan kembali lubang-lubang pada lahan bekas bangunan

114

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.3.

REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN RENCANA PROYEK PENGEMBANGAN GAS MATINDOK

6.3.1. Penilaian Kelayakan Lingkungan Ditinjau dari Dampak Lingkungan A. Bagian Hulu Sementara itu dampak negatif penting yang diprakirakan muncul adalah : a. Komponen geo-fisik-kimia: kualitas udara (debu dan gas), kebisingan, terjadinya erosi tanah, gangguan sistem irigasi dan drainasse, penurunan kualitas air permukaan dan air laut serta gangguan transportasi darat. b. Komponen biologi: penurunan penutupan lahan oleh flora darat, penurunan komunitas fauna darat dan gangguan terhadap biota air. c.

Komponen sosial: perubahan pola kepemilikan lahan, gangguan proses sosial, timbulnya pelapisan sosial dalam masyarakat, sikap dan persepsi masyarakat.

d. Komponen kesehatan masyarakat: menurunnya kualitas sanitasi lingkungan dan gangguan kesehatan masyarakat. Beberapa dampak negatif penting yang diprakirakan muncul tersebut pada dasarnya dapat dikelola melalui beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan yang diusulkan. Untuk dampak positif semaksimal mungkin dapat dikembangkan lagi. Mendasarkan pada hal tersebut maka rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok masih dinyatakan layak lingkungan serta daya dukung kawasan sekitar kegiatan ini masih memadai, namun tetap harus melakukan beberapa upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. B. Bagian Hilir Dampak positif penting diprakirakan akan muncul pada tahap kontruksi, operasi dan pasca operasi. Dampak positif penting yang muncul tersebut adalah: peningkatan kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kualitas udara ambien, peningkatan persentase penutupan lahan oleh vegetasi dan peningkatan komunitas satwa. Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha meskipun kecil akan memberikan harapan bagi penduduk sekitar lokasi kegiatan untuk dapat meningkatkan pendapatan sehingga sikap dan persepsi masyakat menjadi positif. Sementara itu dampak negatif penting yang diprakirakan muncul adalah : 1. Komponen geo-fisik-kimia: kualitas

udara (debu dan gas), kebisingan, penurunan

kualitas air permukaan dan air laut, tranportasi darat dan transportasi laut. 2. Komponen biologi: vegetasi, satwa, biota air laut. 3. Komponen sosial: perubahan pola kepemilikan lahan, munculnya pelapisan sosial, gangguan proses sosial, sikap dan persepsi negatif masyarakat. 4. Komponen kesehatan masyarakat: penurunan sanitasi lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

115

PT PERTAMINA EP -PPGM

Namun beberapa dampak negatif penting yang diprakirakan muncul tersebut pada dasarnya dapat dikelola melalui beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan yang diusulkan. Dengan adanya pengelolaan lingkungan diharapkan dampak negatif tersebut dapat diminimalisasi, ditanggulangi dan bahkan dicegah. Untuk dampak positif semaksimal mungkin

dapat

dikembangkan

lagi,

sehingga

dengan

demikian

kegiatan

Proyek

Pengembangan Gas Matindok yang tujuan utamanya untuk mensejahterakan seluruh lapisan masyarakat dapat terus berlangsung tanpa mengabaikan kualitas lingkungan hidup. Mendasarkan pada hal tersebut maka rencana kegiatan PPGM masih dinyatakan layak lingkungan dengan daya dukung kawasan di sekitarnya masih memadai, tetap harus melakukan beberapa upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

6.3.2. Kelayakan Lingkungan Berdasarkan Hasil Kajian Alternatif A. Alternatif pemasangan pipa penyalur gas Tabel 6.7. Kajian Kelayakan Lingkungan terhadap Alternatif Jalur Pipa Penyalur Gas Jalur Pipa Melewati Kawasan SM BangkiriangBakiriang Parameter Lingkungan Alternatif-2 No. Alternatif-1 Alternatif-3 yang Terkena Dampak (Horizontal (Normal) (PantaiLaut) Drilling) 1. Kualitas udara (–1) (–1) (–1) 2. 3. 4.

Kebisingan Kualitas air laut Vegetasi

(–1)

(–1)

(–1) (–1)

5. 6.

Satwa liar Biota air laut

(–2)

(–2)

(–3) (–1)

7. 8.

Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha

(+1) (+1)

(+1) (+1)

(+1) (+1)

9. Proses sosial 10. Sikap dan persepsi masyarakat

(–2) (–1)

(–2) (–1)

(–2) (–1)

11. Sanitasi lingkungan

(–2)

(–2)

(–3)

Keterangan: –/+ = dampak negatif/positif Angka-angka menunjukkan besaran dampak: 1 = dampak kecil 2 = dampak sedang 3 = dampak besar

Dalam pengambilan keputusan jalur alternatif, pemrakarsa tidak hanya mempertimbangkan kelayakan lingkungan, namun juga kajian kelayakan yang lain yaitu kelayakan ekonomi, teknis dan hukum dan teknis. Di bawah ini adalah ringkasan hasil kelayakan secara umum.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

116

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.8. Ringkasan Kajian Kelayakan Alternatif Jalur Pipa Penyalur Gas No.

Kajian Kelayakan/ Kendala

Pemasangan Jalur Pipa yang Melewati Kawasan SM BangkiriangBakiriang Jalur Jalur Jalur Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3 rendah rendah tinggi

1.

Kendala lingkungan

2.

Kendala ekonomi

rendah

tinggi

sangat tinggi

3.

Kendala teknis

rendah

tinggi

sedang

4.

Kendala peraturan

tinggi

tinggi

tidak ada

5.

Kondisi eksisting

jalan provinsi

jalan provinsi

pantai/laut

Kawasan SM Bakiriang di sebelah tenggara memotong jalan provinsi sampai mencapai pantai dan dalam mengimplementasikan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 398/KPTS-II/1998 tanggal 12 April 1998 tentang Penetapan Bakiriang sebagai Suaka Margasatwa, termasuk sempadan jalan di kiri kanan jalan propinsi tersebut. Dengan demikian hal tersebut menjadi kendala hukum yang tinggi terhadap pemanfaatan sempadan jalan propinsi tersebut dalam hal ini bagi alternatif-1 dan alternatif-2 pemasangan pipa penyalur gas. Bagi alternatif-3 karena sudah diluar kawasan SM Bakiriang dan kepatuhan PT Pertamina EP terhadap SK MenHut tersebut di atas, maka pelaksanaan proyek pengembangan gas ini khususnya untuk pemasangan pipa penyalur gas ditetapkan alternatif-3 karena tidak ada lagi kendala hukum. Akan tetapi, apabila di kemudian hari terjadi perubahan atas status jalan propinsi yang melintasi

SM

Bakiriang

oleh

Departemen

Kehutanan

yang

memungkinkan

untuk

memanfaatkan sempadan jalan sebagai jalur pipa, maka PT Pertamina EP akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk kemungkinan menetapkan alternatif-1 sebagai jalur pemasangan pipa penyalur gas dengan memenuhi semua persyaratan menurut peraturan perundangan yang berlaku. B. Alternatif lLokasi Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus Alternatif calon lokasi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus ditetapkan di 2 lokasi yaitu di Desa Uso, Kecamatan Batui dan di Desa Padang, Kecamatan Kintom; keduanya terletak secara berdampingan.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

117

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.9. Kajian Kelayakan Lingkungan terhadap Alternatif Lokasi Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus No.

Parameter Lingkungan Terkena Dampak

Lokasi Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus Alternatif-1 Alternatif-2 (Uso, Batui) (Padang, Kintom) (–2) (–2)

1.

Kualitas udara

2.

Kebisingan

(–2)

(–2)

3.

Kualitas air laut

(–2)

(–2)

4.

Transportasi laut

(–2)

(–2)

5.

Vegetasi

(–3)

(–3)

6.

Satwa liar

(–2)

(–2)

7.

Biota air laut

(–1)

(–1)

8.

Kesempatan berusaha

(+2)

(+2)

9.

Pendapatan masyarakat

(+2)

(+2)

10.

Proses sosial

(–2)

(–2)

11.

Pelapisan social

(–2)

(–2)

12.

Sikap dan persepsi masyarakat

(–2)

(–2)

13.

Sanitasi lingkungan

(–2)

(–2)

14

Tingkat kesehatan masyarakat

(–2)

(–2)

Keterangan: –/+ = dampak negatif/positif Angka-angka menunjukkan besaran dampak: 1 = dampak kecil 2 = dampak sedang 3 = dampak besar

Penetapan calon lokasi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di kedua lokasi mempunyai kelayakan lingkungan yang relatif sama. Selain itu ditinjau dari aspek ekonomi dan teknologi juga mempunyai kelayakan yang sama sehingga penetapan calon lokasi kilang LNG pada akhirnya lebih didasarkan pada aspek kestrategisan dan aksesibilitas calon lokasi yang dikaitkan dengan berbagai kemudahan dalam proses konstruksi maupun operasional kilang LNG dan Pelabuhan Khusus.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

118

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab-

7

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN 7.1.

PENDAHULUAN

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ini merupakan salah satu upaya untuk menangani dan mengelola lingkungan dalam melaksanakan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. RKL ini merupakan dokumen yang penting, tidak hanya bagi Pemrakarsa tetapi juga bagi sektor lain, yaitu Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat. RKL ini diharapkan dapat menunjang keberhasilan pembangunan di bidang pertambangan dan energi dan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan. Secara luas, kegiatan pengelolaan lingkungan ini juga dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berpartisipasi di dalam mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan. Dengan adanya konsep bisnis Hulu dan Hilir, maka tanggungjawab pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hasil kajian ANDAL juga dipisahkan mengacu kepada konsep yang dijelaskan didalam dokumen ANDAL. Pengelolaan lingkungan di bagian hulu menjadi tanggung jawab sepenuhnya PT Pertamina EP dan pengelolaan lingkungan di bagian hilir menjadi tanggung jawab PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

119

PT PERTAMINA EP -PPGM

7.2.

MAKSUD DAN TUJUAN

a. Memperkecil dan mengelola dampak negatif yang muncul terhadap lingkungan akibat kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah b. Meningkatkan dampak positif yang muncul akibat kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok sehingga manfaatnya semakin besar c.

Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pengelolaan lingkungan hidup

7.3.

KEGUNAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

a. Pemrakarsa 1. Menjaga agar pelaksanaan kegiatan di lapangan tetap sesuai dengan rencana 2. Mengoptimalkan biaya pembangunan dan pengelolaan operasi proyek 3. Menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap bangunan/sarana proyek 4. Mengkoordinasikan kegiatan, pengelolaan dan penanggulangan dampak lingkungan b. Pemerintah/instansi terkait 1. Menghindari tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya alam 2. Mencegah keresahan sosial masyarakat 3. Menjamin ketertiban dan keamanan 4. Menjaga terpeliharanya kehidupan sosial ekonomi budaya dalam masyarakat 5. Masukan bagi instansi berwenang dalam menyusun suatu rencana pengelolaan lingkungan kawasan, baik secara regional maupun nasional 6. Mengetahui kewenangan dan tanggung jawab masing-masing instansi 7. Efisiensi penggunaan dana pengelolaan lingkungan 8. Mengoptimalkan pendayagunaan hasil pembangunan proyek beserta sarananya bagi kepentingan sosial ekonomi budaya dan masyarakat c. Masyarakat 1. Terhindar dari dampak negatif yang dapat muncul dari rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah 2. Memanfaatkan dampak positif yang dapat muncul dari rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah 7.4.

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

a. Bagian Hulu Rencana pengelolaan lingkungan bagian hulu disajikan pada Tabel 7.1 b. Bagian Hilir Rencana pengelolaan lingkungan bagian hilir disajikan pada Tabel 7.2. Peta Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan dapat dilihat pada Gambar 7.1 – 7.4.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

120

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. RKL HULU (mulai halaman 121 – 136 )

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

121

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

122

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

123

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

124

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

125

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

126

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

127

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

128

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

129

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

130

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

131

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

132

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

133

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

134

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

135

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

136

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. RKL HILIR (halaman 137-154)

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

137

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

138

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

139

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

140

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

141

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

142

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

143

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

144

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

145

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

146

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

147

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

148

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

149

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

150

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

151

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

152

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

153

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

154

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 7.1. PETA RKL PETA RKL PRAKONSTRUKSI

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

155

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 7.2. PETA RKL KONSTRUKSI

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

156

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 7.3. PETA RKL OPERASI

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

157

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 7.4. RKL PASCA OPERASI

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

158

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab-

8

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN 8.1.

PENDAHULUAN

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) ini merupakan salah satu upaya untuk memantau pelaksanaan dan hasil pengelolaan lingkungan dalam melaksanakan Proyek Pengembangan Gas Matindok, di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah. Proyek Pengembangan Gas Matindok akan mempengaruhi kualitas lingkungan yang ada dengan cakupan wilayah yang cukup luas, sehingga dalam pelaksanaannya perlu diikutsertakan rencana pengelolaan lingkungan, mulai dari kegiatan pada tahap prakonstruksi sampai pasca operasi. Berhasil tidaknya pelaksanaan pengelolaan lingkungan dapat diketahui melalui pemantauan lingkungan yang termuat dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Di satu sisi, adanya rencana pemantauan lingkungan akan dapat menunjang keberhasilan pembangunan, khususnya di sektor pertambangan migas dan pembangunan daerah. Dalam skala yang lebih luas kegiatan pemantauan lingkungan ini akan mendorong sektor-sektor lainnya untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Bagi kepentingan PT. PERTAMINA EP - PPGM, RPL mempunyai fungsi untuk : 1. menjaga pelaksanaan kegiatan di lapangan tetap sesuai rencana/jadwal; 2. mengoptimalkan biaya pembangunan dan pemantauan operasi PT. Pertamina EP Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah (PPGM); 3. mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya lainnya; 4. menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap bangunan/sarana kegiatan PT. Pertamina EP - PPGM; 5. mengkoordinasikan kegiatan pemantauan lingkungan.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

159

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bila ditinjau dari kepentingan pihak lain, maka RPL berfungsi untuk: 1. menghindari tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya alam; 2. mencegah

timbulnya

keresahan

masyarakat

di

wilayah

sekitar

Proyek

Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah; 3. menjamin ketertiban dan keamanan; 4. memelihara kehidupan sosial-ekonomi-budaya di dalam masyarakat. Dalam kaitannya dengan pembangunan umum, RPL dapat berfungsi untuk: 1. memberikan masukan pada pemantauan lingkungan kawasan; 2. merupakan bahan koordinasi bagi instansi berwenang untuk menyusun suatu rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan kawasan, baik secara regional maupun nasional; 3. mengetahui secara pasti batasan wewenang dan tanggungjawab masing-masing; 4. mengefisiensikan penggunaan dana pemantauan lingkungan kawasan; 5. mengoptimalkan pendayagunaan hasil Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah beserta sarananya. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL, Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 1457/K/38/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi, serta Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL. Dengan adanya konsep bisnis Hulu dan Hilir, maka tanggungjawab pelaksanaan kegiatan pemantauan lingkungan hasil kajian ANDAL juga dipisahkan mengacu kepada konsep yang dijelaskan didalam dokumen ANDAL. Pemantauan lingkungan di bagian hulu menjadi tanggung jawab sepenuhnya PT Pertamina EP dan pemantauan lingkungan di bagian hilir menjadi tanggung jawab PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG). 8.2.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dibuatnya Rencana Pemantauan Lingkungan adalah : 1. Mengetahui kegiatan pemantauan lingkungan terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak penting dengan metode dan cara yang dipandang baik dan tepat untuk dilaksanakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan pada ruang dan waktu tertentu; 2. Melaksanakan kegiatan pemantauan secara sistematis, terarah, terencana, dan terkait dengan kegiatan-kegiatan yang diprakirakan sebagai sumber dampak penting, sehingga dapat diperoleh suatu kajian yang dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi terhadap kondisi lingkungan.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

160

PT PERTAMINA EP -PPGM

8.3.

KEGUNAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Pemantauan lingkungan sangat berguna bukan hanya bagi Pemrakarsa, tetapi juga bagi pemerintah dan masyarakat. a. Bagi Pemrakarsa 1. sebagai alat kontrol apakah pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu, RPL digunakan untuk menguji efektivitas dari teknologi yang telah digunakan dalam pengelolaan lingkungan; 2. sebagai peringatan sedini mungkin mengenai perubahan lingkungan yang tidak dikehendaki akibat dari kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah, sehingga pencegahan dan penanggulangan dapat diperbaiki atau disempurnakan secara cepat, tepat, dan berkelanjutan. b. Bagi pemerintah atau instansi terkait Sebagai materi untuk mengadakan koordinasi dalam pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan. c.

Bagi masyarakat Membantu dalam pemantauan kualitas lingkungan secara umum.

8.4.

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

a. Bagian Hulu Rencana pemantauan lingkungan bagian hulu disajikan pada Tabel 8.1 b. Bagian Hilir Rencana pemantauan lingkungan bagian hilir disajikan pada Tabel 8.2 Peta Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan dapat dilihat pada Gambar 8.1 – 8.4.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok

161

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF