04_Buku_TeknologiBetonLanjt_Ed2.pdf
February 22, 2018 | Author: Firdaus AR | Category: N/A
Short Description
Download 04_Buku_TeknologiBetonLanjt_Ed2.pdf...
Description
SPS
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON Edisi ke-2
Dr. Rr. M.I. Retno Susilorini, ST., MT. Kusno Adi Sambowo, Ph.D.
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON Edisi ke-2 Dr. Rr. M.I. Retno Susilorini, ST., MT. Kusno Adi Sambowo, Ph.D. ©2011, Penerbit Surya Perdana Semesta (SPS) Semarang Hak Cipta dilindungi undang-undang
ISBN 978-602-98015-1-4
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
Dicetak oleh Percetakan Surya Perdana Semesta, Semarang Isi di luar tanggungjawab percetakan Cover designed by Danang
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI Daftar Isi
iii
Kata Pengantar
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
1 5 6 6 7
BAB 2
SEMEN, AGREGAT, DAN AIR 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5.
BAB 3
Perkembangan Beton Dari Masa ke Masa Klasifikasi Beton Peranan Beton sebagai Bahan Bangunan Soal Latihan Pustaka
Semen Agregat Air Soal Latihan Pustaka
BAHAN TAMBAH 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6.
Definisi, Klasifikasi, dan Penggunaan Bahan Tambah Bahan Tambah Kimia Bahan Tambah Mineral Inovasi Bahan Tambah Soal Latihan Pustaka
8 8 16 21 23 24
25 25 31 34 37 41 42
iii
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
BAB 4
DURABILITAS BETON
43
4.1. 4.2.
43
4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9.
BAB 5
BETON BERDURABILITAS TINGGI 5.1. 5.2. 5.3. 5.3. 5.4.
iv
Pentingnya Durabilitas Beton Faktor-faktor yang Mempengaruhi Durabilitas Beton Permeabilitas Beton Beton yang Terkarbonasi Susut pada Beton Beton Pasca Bakar Serangan-serangan yang Mempengaruhi Durabilitas Beton Soal Latihan Pustaka
Kinerja dan Inovasi Beton Berdurabilitas Tinggi Prediksi Durabilitas Beton Aplikasi Bahan Tambah Berbasis Gula untuk Beton Berdurabilitas Tinggi Soal Latihan Pustaka
45 47 48 50
53 62 63
64 64 67 68 78 79
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan adanya keseimbangan lingkungan untuk mencapai kesejahteraan manusia. Keseimbangan lingkungan dalam bidang konstruksi dapat diperoleh dengan menerapkan ‘teknologi beton hijau’, yang pada dasarnya menginginkan tercapainya beton yang memiliki durabilitas (keawetan) tinggi, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Untuk lebih memahami teknologi beton secara lebih mendalam, buku ini ditulis dengan memfokuskan diri pada durabilitas beton. Sebagai buku yang membahas teknologi beton lanjutan, buku ini meyajikan pendalaman pada aspek-aspek terkait durabilitas beton, di samping itu juga menyajikan beberapa hasil penelitian terpilih tentang durabilitas beton sebagai wawasan ilmu pengetahuan. Buku “Teknologi Beton Lanjutan - Durabilitas Beton” Edisi ke-2 ini merupakan edisi terbaru yang menyajikan kemajuan teknologi beton dan penelitian-penelitian terkini tentang durabilitas beton. Dalam Edisi ke-2 ini, terdapat perubahan dan tambahan pada Bab 5, yang menyajikan hasil-hasil penelitian terkini dari penulis dan rekan-rekan tentang kinerja beton dengan bahan tambah berbasis gula. Penulis menghaturkan terimakasih sebesar-besarnya atas dukungan dana dari DP2M Ditjen Dikti melalui Hibah Kompetensi 2010 dan 2011 (Tahun Kedua dan Ketiga) berjudul “Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan”, yang memungkinkan buku “Teknologi Beton Lanjutan - Durabilitas Beton” Edisi ke-2 ini dapat diterbitkan. Semoga buku ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang teknologi beton, khususnya kajian serta penelitian tentang durabilitas beton. Penulis, Dr. Rr. M.I. Retno Susilorini, ST., MT. Kusno Adi Sambowo, Ph.D.
v
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
PERKEMBANGAN BETON DARI MASA KE MASA
Beton merupakan material paling populer di sepanjang sejarah dan menjadi material struktur yang digunakan hampir di seluruh penjuru dunia. Keberadaan beton dari awal masa Mesir Purba dekade terakhir ini (Gambar 1.1.) mengisyaratkan bahwa perkembangan beton (Gambar 1.2.) akan selalu signifikan di sepanjang peradaban manusia.
Gambar 1.1. Diagram sejarah beton (http://static.concretenetwork.com/photogallery/images/709x184Exact/site_26/timeline-of-concrete-history_1803.jpg)
1
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Gambar 1.2. Diagram perkemban bangan aplikasi beton dari masa ke masa (http://matse1.matse. tse.illinois.edu/concrete/3.gif)
2
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada awalnya, beton berupa bitumen (aspal) yang digunakan sebagai pengikat (binder) dari bebatuan yang digunakan untuk konstruksi bangunan di kawasan Timur Tengah [1]. Perkembangan beton selanjutnya menjadi signifikan karena munculnya semen Roman dan diaplikasikannya sifat kedap air beton yang digunakan untuk bangunanbangunan Romawi bersejarah seperti Minturnae Aquaduct (Gambar 1.3.), Colosseum (Gambar 1.4.) dan Pantheon (Gambar 1.4.) di Roma.
Gambar 1.3. Minturnae Aquaduct (http://commondatastorage.googleapis.com/static.panoramio.com/photos/orig inal/25052111.jpgg)
3
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Gambar 1.3. Colosseum di Roma (http://www.destination360.com/europe/italy/images/s/italy-romecolosseum.jpg)
Gambar 1.4. Pantheon di Roma (http://www.pantheonsbengals.com/sitebuildercontent/sitebuilderpictures/ro man_pantheon.jpg)
4
BAB 1 PENDAHULUAN
Beton
makin
maju
dan
berkembang,
terutama
dengan
diaplikasikannya beton bertulang dan berbagai inovasi lainnya seperti beton ringan, beton serat, beton mutu tinggi, dan beton dengan teknologi nano.
1.2.
KLASIFIKASI BETON
Beton didefinisikan sebagai campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat [SNI 03-2834-2000]. Klasifikasi beton umumnya dilakukan berdasarkan berat jenis dan kuat tekannya [2]. Berdasarkan berat jenisnya, beton dibagi atas beton ringan, beton normal, dan beton berat. Beton ringan memiliki berat jenis di bawah 1800 kg/m3, beton normal memiliki berat jenis 2400 kg/m3, dan beton berat memiliki berat jenis di atas 3200 kg/m3. Berdasarkan kuat tekannya, beton dikategorikan sebagai beton mutu rendah, beton mutu sedang, dan beton mutu tinggi. Beton mutu rendah memiliki kuat tekan kurang dari 20 MPa, sedangkan beton mutu sedang memiliki kuat tekan 20-40 MPa, dan beton mutu tinggi memiliki kuat tekan di atas 40 MPa.
5
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
1.3.
PERANAN BETON SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
Beton menjadi bahan bangunan yang paling banyak digunakan di dunia. Beberapa alasan yang mendasari hal tersebut adalah [1, 2]: (1) beton merupakan material yang kedap air; (2) beton mudah dibentuk; dan (3) beton relatif murah dan mudah disediakan. Ketiga keuntungan tersebut menjadi nilai tambah beton, namun terdapat kelemahan beton yang krusial, yaitu beton lemah terhadap gaya tarik. Untuk mengatasi hal itu, maka diproduksi beton bertulang, di mana tulangan baja akan memikul gaya tarik yang bekerja selama pembebanan di masa-layan struktur.
1.4.
SOAL LATIHAN
1.
Jelaskan sejarah asal-usul perkembangan beton.
2.
Bandingkan keunggulan dan kelemahan aplikasi beton sebagai bahan bangunan?
3.
Jelaskan contoh-contoh aplikasi beton yang dikategorikan menurut berat jenisnya pada praktek di lapangan.
4.
Jelaskan contoh-contoh aplikasi beton yang dikategorikan menurut kuat tekannya pada praktek di lapangan
6
BAB 1 PENDAHULUAN
5.
Apakah mengatasi kelemahan beton terhadap gaya tarik cukup dengan memberi tulangan baja saja? Jelaskan disertai contoh yang memadai
1.5.
PUSTAKA
[1] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Suwarno, Dj. (2009). Mengenal dan Memahami Teknologi Beton. Penerbit Unika Soegijapranata, Semarang. [2] Mehta, P Kumar, dan Monteiro, PJM. (1993). Concrete – Structure, Properties, and Materials. Prentice-Hall, New Jersey.
7
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR
2.1.
SEMEN
Yang lazim disebut dengan semen adalah semen hidraulik, yang didefinisikan sebagai semen yang mengeras bila bereaksi dengan air dan membentuk produk yang kedap air [1]. Semen Portland yang banyak dijumpai di pasaran termasuk jenis semen hidraulik. ASTM C150 mendefinisikan Semen Portland sebagai semen hidraulik yang diproduksi dari penghancuran klinker yang mengandung kalsium silika hidraulik, biasanya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai hasil penggilingan tambahan. Klinker (Gambar 2.1.) berbentuk butiran berdiameter 5-25 mm yang dihasilkan saat campuran bahan mentah dari komposisi awal dipanaskan dengan suhu tinggi [1]. Semen Portland tersusun atas 4 senyawa utama seperti yang disajikan pada Tabel 2.1 [2].
8
BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR
Tabel 2.1. Senyawa utama dalam semen Portland (Neville, 1999) senyawa
Komposisi oksida
singkatan
Trikalsium silikat
3CaO.SiO2
C3S
Dikalsium silikat
2CaO.SiO2
C2S
Trikalsium aluminat
3CaO.Al2O3
C3A
Tetrakalsium aluminoferrite
3CaO.Al2O3.Fe2O3
C4AF
Pabrikasi semen modern memiliki proses produksi seperti disajikan Gambar 1.2., namun pada dasarnya prinsip pembuatan semen dapat dijelaskan sebagai berikut. Proses pembuatan semen Portland diawali dengan menggiling bahan baku berupa campuran CaO, SiO2, dan Al2O3 dan bahan tambahan lain, baik dalam keadaan kering maupun basah [3]. Campuran ini disebut slurry. Selanjutnya, slurry dituangkan ke ujung atas dari klin yang diletakkan dengan kemiringan tertentu. Diameter klin berkisar 5-7 m dan panjang klin dapat mencapai 230 m. Selama proses tersebut, klin dipanaskan, dan campuran tadi mengalir dari ujung klin atas ke bawah dengan pengaturan yang sesuai. Suhu campuran dinaikkan terus (disebut suhu clinkering) hingga mencapai fusi awal. Suhu tersebut terus dipertahankan sampai campuran dapat membentuk semen Portland pada suhu 2700oF. Butiran ini disebut klinker dengan diameter berkisar 1/16 hingga 2 in. Pada tahap selanjutnya, klinker didinginkan, kemudian dihancurkan hingga berbentuk serbuk. Selama proses penghancuran menjadi serbuk, ditambahkan sedikit
9
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
gypsum untuk mengontrol waktu pengerasan di lapangan. Biasanya gypsum kalsium ditambahkan kurang lebih 2-4%.
(a)
(b)
Gambar 2.1. Perbedaan antara semen dan klinker (http://matse1.matse.illinois.edu/concrete/3.gif)
Gambar 2.2. Diagram proses produksi semen modern (http://www.netl.doe.gov/technologies/coalpower/cctc/summaries/pass/image s/pass_schematic.jpg)
10
BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR
Sifat-sifat senyawa dalam semen (Tabel 2.1.) sangat penting untuk dikaji. Senyawa C2S dan C3S biasanya menempati 70-80% dari proporsi semen sehingga mendominasi sifat dan kinerja semen [2, 3]. Bila semen tercampur dengan air dan mneghasilkan panas, maka C3S akan segera berhidrasi dan menyumbangkan kontribusi besar dalam pengerasan semen sebelum umur 14 hari. Dalam proses hidrasi, senyawa C2S lebih lambat bereaksi dengan air sehingga hanya berpengaruh terhadap perkerasan semen setelah berumur 7 hari [2, 3]. Senyawa C2S membuat semen lebih tahan terhadap serangan kimia dan dapat mengurangi susut akibat pengeringan. Untuk senyawa C3A, hidrasi secara isotermis dan bereaksi sangat cepat, memberikan kekuatan setelah 1 hari setelah bereaksi dengan air sebanyak kurang lebih 40% dari beratnya [2, 3]. Jumlah unsur ini realtif sedikit sehingga sedikit pula berpengaruh pada jumlah air. Semen yang mengandung senyawa C3A lebih dari 10% akan rentan terhadap serangan sulfat dan akan menyebabkan retak-retak pada beton. Senyawa yang paling kurang berpengaruh terhadap proses pengerasan semen atau beton adalah C4AF. Selain empat senyawa pokok yang terdapat dalam semen (Tabel 2.1), terdapat beberapa senyawa lain dalam semen yang memberikan pengaruh terhadap kinerja hidrasi maupun pengerasan semen, yaitu MgO, SO3, NaO dan K2O sehingga dilakukan beberapa pembatasan. Senyawa MgO dibatasi kadarnya hanya sampai 5% karena jika oksida dari 11
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
MgO bereaksi dengan air maka akan terjadi penambahan volume beton yang dapat menyebabkan beton mengalami retak-retak. Senyawa SO3 diperbolehkan kadarnya 2.5-3% saja. Fungsi dari senyawa adalah sebagai pengatur pengikatan semen. Bila kadar gypsum terlalu tinggi, maka selama berlangsungnya proses pengerasan, akan timbul pengembangan volume beton yang menimbulkan keretakan. Senyawa NaO dan K2O selalu dijumpai dalam bahan baku penyusun semen yang dapat menimbulkan retak-retak pada beton dan dapat merusak keseluruhan beton. Dengan demikian, kadar senyawa NaO dan K2O dibatasi kurang atau sama dengan 0.6%. Beberapa jenis semen menurut ASTM C150 [1-3] dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Tipe I, adalah semen Portland standar yang digunakan untuk semua bangunan beton yang tidak mengalami perubahan cuaca yang drastis ataupun dibangun dalam lingkungan yang agresif b. Tipe II, adalah semen Portland yang digunakan untuk konstruksi pembetonan massa seperti dam, yang panas hidrasinya tertahan dalam bangunan untuk jangka waktu yang lama. Bila semen yang digunakan adalah semen standar, maka saat proses pendinginan akan timbul tegangan-tegangan akibat perubahan suhu yang dapat mengakibatkan retak-retak pada bangunan. Untuk itu diperlukan semen khusus, yaitu tipe II, yaitu semen yang dapat mengeluarkan panas hidrasi rendah
12
BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR
disertai kecepatan penyebaran yang rendah juga. Semen tipe II ini disebut juga dengan Modified Portland Cement yang memiliki ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi c. Tipe III, adalah jenis semen Portland yang cepat mengeras, yang cocok untuk pengecoran beton pada suhu rendah. Pada proses produksi, butiran semen tipe III ini digiling lebih halus untuk mempercepat proses hidrasi, yang diikuti percepatan pengerasan
serta
percepatan
penambahan
kekuatan.
Kekuatan tekan 3 hari semen tipe III adalah sama dengan kekuatan tekan semen tipe I pada umur 7 hari. Panas hidrasi semen tipe III memiliki panas hidrasi 50% lebih tinggi daripada semen tipe I. Semen ini memiliki kekuatan awal tinggi dan biasanya digunakan untuk konstruksi jalan d. Tipe IV, adalah jenis semen Portland yang menimbulkan panas hidrasi rendah dengan persentasi maksimum untuk C2S sebesar 35%, C3A sebesar 7%, dan C3S sebesar 40%. Tipe ini tidak lagi banyak diproduksi karena digantikan oleh tipe II e. Tipe V, adalah jenis semen Portland yang bersifat tahan terhadap serangan sulfat dan mengeluarkan panas. Bangunan beton yang didirikan di daerah pasang surut dan besar kemungkinannya
terserang
serangan
sulfat
dianjurkan
memakai semen tipe V
13
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Hidrasi semen terjadi bila semen dicampur dengan air, di mana hidrasi berlangsung dalam 2 arah, ke luar dan ke dalam [3]. Hasil hidrasi akan mengendap secara bertahap di bagian luar dan inti semen yang belum tehidrasi di bagian dalam. Proses hidrasi sangat rumit, sehingga tidak semua reaksi dapat diketahui secara detail dan mendalam. Reaksi kimia dari proses hidrasi dari senyawa C2S dan C3S dapat dinyatakan sebagai berikut. 2C S + 6H → C S H + 3Ca OH
(2.1.)
2C S + 4H → C S H + Ca OH
(2.2.)
Kinerja semen dalam hal kemudahan pengerjaan (workability), pengerasan, dan kekuatan tergantung pada beberapa parameter kontrol kualitas [4] yang meliputi kehalusan semen (SA dan residu 45 micron), kehilangan pengapian (loss of ignition, LOI), alkalis dari klinker dan SO3, klinker bebas kapur, komposisi senyawa klinker, SO3 dari semen dan bentuk SO3.
14
BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR
Gambar 2.3. Relasi kekuatan mortar (EN 196-1) dan beton (BS 4550) (Newmann dan Choo, 2003)
Produser semen di UK mengganti uji beton BS 4550 dengan uji mortar EN 196-1 sebagai penilaian kekuatan semen [4]. Gambar 2.3. menunjukkan bahwa kekuatan mortar dan kekuatan beton akan berkorelasi secara linier, meskipun pengaruh adanya agregat kasar pada beton menjadi suatu kajian yang cukup kompleks.
15
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
2.2.
AGREGAT
Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi beton [3] yang melekat dengan bantuan pasta semen. Agregat terdiri dari agregat kasar (Gambar 2.3. dan 2.4.) dan agregat halus (Gambar 2.4.). Beberapa karaktersitik agregat yang patut mendapat perhatian [1, 3] adalah porositas, distribusi gradasi dan ukuran, penyerapan kelembabn, bentuk dan tekstur permukaan, kekuatan pecah, modulus elastisitas, dan keberadaan zat-zat yang dapat merusak beton.
Gambar 2.3. Agregat kasar - split (http://jdptrucking.com/course-concrete-aggregate.jpg)
16
BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR
Gambar 2.4. Agregat kasar dan agregat halus http://www.statetestingllc.com/Images/aggregates-02.gif
Agregat dapat dikategorikan menurut berat volumenya, asalnya, dan
berat
jenisnya
[1-3].
Menurut
berat
volumenya,
agregat
diklasifikasikan sebagi pasir dan kerikil, agregat ringan, dan agregat berat. Pasir dan kerikil adalah agregat dengan berat volume 1520-1680 kg/m3, sedangkan agregat ringan memiliki berat volume kurang dari 1120 kg/m3, dan agregat berat memiliki berat volume lebih besar daripada 2080 kg/m3. Kategori agregat menurut asalnya [1-3] adalah agregat mineral alami dan agregat buatan (sintesis). Agregat mineral alami adalah agregat yang diperoleh dan dihasilkan oleh alam, misalnya pasir, kerikil, dan batu pecah. Agregat alami diperoleh dari alam yang telah mengalami pengecilan secara alamiah (kerikil) atau dapat juga diperoleh dengan cara
17
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
memecah batu alam. Dalam hal ini, pasir alam terbentuk dari pecahan batu sehingga dapat diperoleh dari dalam tanah, dasar sungai atau tepi laut. Agregat yang menurut asalnya dikategorikan sebagai agregat buatan (sintesis) diproses secara termal, atau merupakan hasil sampingan atau ikutan dari produksi suatu bahan. Agregat menurut berat jenisnya diklasifikasikan menjadi agregat normal, agregat berat, dan agregat ringan [1, 3]. Yang termasuk ke dalam agregat normal adalah agregat dengan berat jenis 2.5-2.7 t/m3, misalnya granit, kuarsa, dan sebagainya. Agregat berat adalah agregat dengan berat jenis lebih dari 2.8 t/m3, misalnya magnetik, barytes, atau serbuk besi; sedangkan yang masuk ke dalam kategori agregat ringan adalah agregat dengan berat jenis kurang dari 2.0 t/m3, misalnya untuk agregat ringan alami adalah diotomite, purnice, volcanic cinder, agregat ringan buatan adalah tanah bakar, abu terbang, busa terak tanur tinggi. Persyaratan mutu agregat (gradasi, kadar lumpur, kandungan zat yang merugikan) yang ditetapkan oleh ASTM C33 dapat dijelaskan sebagai berikut [1, 3]: 1. Agregat halus a. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (dalam % berat) maksikmum untuk beton yang mengalami abrasi sebesar 3.0 dan untuk beton jenis lain sebesar 5.0 b. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan maksimum sebesar 3.0%
18
BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR
c. Kandungan arang dan lignin untuk permukaan beton yang dianggap penting adalah sebesar maksimum 0.5% dan untuk beton jenis lainnya maksimum sebesar 1.0% d. Agregat halus harus bebas dari kotoran organik dan bila diuji dengan larutan NaSO4 harus memenuhi standar warna (tidak lebih tua dari warna standar), kecuali: i. Warna sedikit lebih tua disertai munculnya sedikit arang, lignin, atau sejenisnya ii. Dilakukan uji kuat tekan mortar antara mortar yang menggunakan agregat tersebut dengan mortar yang menggunakan pasir silika, dan hasil uji menunjukkan bahwa kuat tekan mortar agregat tersebut tidak kurang dari 95% kuat tekan mortar dengan pasir silika iii. Agregat halus tersebut akan digunakan untuk beton yang mengalami lembab terus menerus iv. Dilakukan uji kekekalan dengan larutan garam sulfat; jika dipakai Natrium Sulfat, maka bagian yang hancur maksimum 10%, sedangkan jika memakai larutan Magnesium Sulfat maksimum 15%
19
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
e. Gradasi agregat halus disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Gradasi agregat halus (Susilorini dan Suwarno, 2009; Mehta dan Monteiro, 1993)
UKURAN LOBANG AYAKAN
PERSEN LOLOS KUMULATIF
(mm) 9.50 4.75 2.36 1.18 0.60 0.30 0.15
(%) 100 95-100 80-100 50-85 25-60 10-30 2-10
f. Untuk dapat digunakan sebagai campuran beton, persen lolos kumulatif dari agregat halus tidak boleh melebihi 45%, sedangkan modulus kehalusan agregat halus harus berada dalam kisaran 2.3 - 3.1 2. Agregat kasar a. Agregat kasar yang digunakan untuk beton yang mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan
dengan
tanah
basah,
tidak
boleh
mengandung bahan yang bersifat alkalis dalam semen dan kadarnya tidak boleh menyebabkan pemuaian yang berlebihan dalam mortar atau beton
20
BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR
b. Gradasi agregat kasar adalah sesuai dengan Tabel 2 ASTM C33 c. Kadar bahan atau partikel yang berpengaruh buruk pada beton disajikan oleh Tabel 1 ASTM C33 d. Sifat fisika yang mencakup kekerasan butir diuji dengan mesin Los Angeles dan sifat kekal (soundness) seperti yang ditetapkan Tabel 3 ASTM C33 Penilaian agregat dari tempat penimbunan (quarry) menuntut adanya inspeksi berkala dan pengujian yang relevan [4]. Contoh agregat yang diambil harus representatif dan obyektif.
2.3.
AIR
Air sangat berperan dalam campuran beton karena akan berkontribusi dalam reaksi kimia dengan semen [5]. Beberapa pendapat menyatakan bahwa jenis air yang paling sesuai untuk campuran beton adalah air yang memiliki standar air minum, namun pada kenyataannya tidak semua jenis air dengan standar air minum memberikan kinerja yang baik untuk campuran beton. Penggunaan air di daerah pantai, air dengan kualitas buruk dan mengandung kotoran dan bakteri jelas dihindari. Secara garis besar, persyaratan air yang digunakan dalam campuran beton dapat disampaikan sebagai berikut [3, 5]:
21
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
a. Air yang digunakan dalam campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, dan zat organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan b. Air yang dipakai dalam campuran beton pratekan, atau beton dengan logam aluminium yang tertanam di dalamnya, atau beton bertulang biasa, tidak boleh mengandung ion chlorida. Kadar ion chlorida tidak boleh melebihi 500 mg per liter air. Kadar chlorida maksimum terhadap berat semen yang disyaratkan adalah 0.06% untuk beton pratekan, 0.05% untuk beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan ion chlorida, 1% untuk beton bertulang yang selamanya kering atau terlindung dari basah, dan untuk jenis konstruksi beton bertulang lain adalah sebesar 0.30% c. Air tawar yang tidak memenuhi standar air minum sebaiknya tidak boleh digunakan untuk campuran beton, kecuali: i. Pemilihan campuran beton yang akan dipakai berdasarkan kepada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama yang telah menunjukkan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat dipenuhi ii. Dilakukan uji banding antara mortar yang menggunakan air tersebut dan mortar yang memakai air bersih yang dapat diminum atau
22
BAB 2 SEMEN, AGREGAT, DAN AIR
air murni (aquadest), dengan uji kuat tekan kubus mortar sesuai ASTM C109 iii. Air pada butir ii dapat dipakai sebagai campuran beton jika kuat tekan mortar yang menggunakan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari adalah sebesar minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air tawar atau air murni
2.4.
SOAL LATIHAN
(disarikan dari Mehta dan Monteiro, 1993)
1.
Jelaskan tentang pentingnya kehalusan semen dan cara penentuannya.
2.
Jelaskan mengapa semen tipe IV membatasi kadar C2S minimum sebesar 40% dan kadar C3A maksimum sebesar 7%?
3.
Jika anda seorang insinyur yang diminta merehabilitasi perkerasan jalan, jelaskan metode kerja anda, alat yang digunakan, zat-zat berbahaya yang perlu dihindarkan, analisis biaya antara mendaurulang perkerasan lama dengan memakai agregat baru untuk perkerasan yang baru.
23
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
4.
Mengapa air yang digunakan dalam campuran beton harus menjamin
tercapainya
kinerja
beton
yang
kuat
dan
berkelanjutan?
2.5.
PUSTAKA
[1] Mehta, P Kumar, dan Monteiro, PJM. (1993). Concrete – Structure, Properties, and Materials. Prentice-Hall, New Jersey. [2] Neville, AM. (1999). Properties of Concrete, Fourth and Final Edition, Pearson Eduaction Ltd., Essex, England. [3] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Suwarno, Dj. (2009). Mengenal dan Memahami Teknologi Beton. Penerbit Unika Soegijapranata, Semarang. [4] Newmann, John dan Choo, Ban Seng. (2003). Advanced Concrete Technology – Consituent Material, Elsevier, Ltd., Burlinton, MA. [5] Shetty, MS. (2005). Concrete Technology – Theory and Practice. S Chand & Company Ltd., India.
24
BAB 3 BAHAN TAMBAH
BAB 3 BAHAN TAMBAH
3.1.
DEFINISI, KLASIFIKASI, DAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAH
Gambar 3.3=1. Aplikasi bahan tambah cair di batch (http://www.mapei-betontechnik.com/0uploads/bilder405.jpg)
Terdapat perbedaaan mendasar antara terminologi bahan tambah (admixture) dan aditif (additive). ASTM C125 mendefinisikan sebagai bahan tambah sebagai material selain air, agregat, semen
25
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
hidraulik, dan perkuatan serat, yang digunakan sebagai penyusun beton atau mortar dan ditambahkan ke dalam campuran segera sebelum dan selama pencampuran [1]; sedangkan aditif didefinisikan sebagai material yang ditambahkan saat penggilingan klinker semen di pabrik [2]. Bahan tambah bisa tersusun atas satu atau lebih bahan kimia, dan dapat berbentuk bubuk ataupun cairan (Gambar 3.1.). Meluasnya pemakaian dan inovasi bahan tambah (Gambar 3.1. dan 3.2.) merupakan suatu indikasi bahwa produk ini mampu memberikan keuntungan fisik dan ekonomi [3] sehubungan dengan produksi beton sebagai bahan bangunan. Namun perlu dicatat bahwa pemakaian bahan tambah tidak akan mampu memperbaiki mutu beton yang sudah terlanjur buruk, atau kesalahan dalam hal transportasi beton dari batch ke site, pengecoran, maupun pemadatan.
Gambar 3.2. Beberapa contoh produk bahan tambah beton (http://www.shop.artisticconcretesupplies.com/images/11815918430141130907172.jpeg)
26
BAB 3 BAHAN TAMBAH
Gambar 3.3. Contoh bahan tambah tipe A (water reducing) (http://image.made-in-china.com/2f0j00DMNaIPmzOYpG/SodiumNaphthalene-Sulfonate-Formaldehyde-Condensate-NSF-ConcreteAdmixture.jpg)
Jenis-jenis bahan tambah menurut ASTM C494 digolongkan sebagai berikut: 1. Tipe A, water-reducing admixture, yaitu bahan tambah yang bersifat mengurangi jumlah air dalam campuran beton yang konsistensinya tertentu
2. Tipe B, retarding admixture, yaitu bahan tambah yang bersifat menghambat pengikatan beton
3. Tipe C, accelerating admixture, yaitu bahan tambah yang bersifat mempercepat pengikatan beton dan peningkatan kekuatan awal beton
27
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
4. Tipe D, water-reducing and retarding admixture, yaitu bahan tambah yang bersifat mengurangi jumlah air untuk campuran beton yang konsistensinya tertentu dan menghambat pengikatan beton
5. Tipe E, water-reducing and accelerating admixture, yaitu bahan tambah yang bersifat mengurangi jumlah air untuk campuran beton yang konsistensinya tertentu dan mempercepat pengikatan beton
6. Tipe F, water-reducing, high range admixture, yaitu bahan tambah yang bersifat mengurangi jumlah air untuk campuran beton yang konsistensinya tertentu sebanyak 12%
7. Tipe G, water-reducing, high range and retarding admixture, yaitu bahan tambah yang bersifat mengurangi jumlah air untuk campuran beton yang konsistensinya tertentu sebanyak 12% atau lebih dan menghambat pengikatan beton
Bahan tambah bekerja melalui beberapa cara yang dijelaskan sebagai berikut [4]. a. Terjadi reaksi kimia selama proses hidrasi semen, yang menyebabkan percepatan atau perlambatan laju reaksi saat fase semen b. Terjadi
absorpsi
pada
permukaan
semen,
umumnya
menyebabkan dispersi partikel (plasticizing action atau superplasticizing action) c. Terjadi peningkatan tegangan tarik pada permukaan air, sehingga meningkatkan penangkapan udara (air entrainment)
28
BAB 3 BAHAN TAMBAH
d. Mempengaruhi rheologi air, biasanya meningkatkan viskusitas plastis atau kohesi campuran e. Mengaplikasikan bahan kimia pada beton keras yang dapat mempengaruhi sifat-sifat tertentu, khususnya korosi, f. Mempengaruhi kebutuhan air, yaitu menyebabkan terjadinya plastisisasi (plasticizing) dan pengurangan air (water reducing) g. Mengubah laju pengerasan beton, yaitu menyebabkan terjadinya
percepatan
(accelerating)
atau
perlambatan
(retarding) h. Mengubah
kandungan
udara
(air
content),
dengan
meningkatkatkan atau menurunkan penangkapan air (air entrainment) i.
Mengubah viskusitas plastis (plastic viscousity), yaitu kohesi atau tahanan dalam hal terjadinya bleeding dan segregasi campuran
29
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Gambar 3.4. Rheology beton akibat pengaruh campuran material (Newmnn dan Choo, 2003)
Jenis material dan perencanaan campuran akan menentukan rheologi dasar dari campuran beton [4]. Rheologi beton di lapangan diukur dengan uji slump, untuk menguji kekentalan campuran beton. Untuk menguji pengaruh bahan tambah, di laboratorium dipergunakan peralatan untuk menguji laju tegangan geser dan regangan geser campuran beton. Uji tersebut menghasilkan tegangan leleh yang serupa dengan nilai slump dan viskusitas plastis yang memberikan nilai numerik untuk kohesi. Dari perhitungan rheologi tersebut, dapat diperoleh informasi pengaruh masing-masing bahan penyusun campuran seperti ditunjukkan Gambar 3.4. Dengan menambahkan air ke dalam campuran, maka lelehakan menurun (namun slump meningkat) demikian juga viskusitas plastis, yang berarti memperbesar kemungkinan terjadinya
30
BAB 3 BAHAN TAMBAH
bleeding dan segregasi. Bahan tambah yang terdispersi (plasticizer dan superplasticizer)
akan menurunkan leleh namun bisa jadi meningkatkan
atau mernurunkan viskusitas plastis, tergantung pada sifat sekunder bahan tambah tersebut.
3.2.
BAHAN TAMBAH KIMIA
Bahan tambah kimia meliputi semua jenis bahan tambah menurut ASTM C494 seperti diuraikan pada subbab 3.1. Saat ini telah banyak pula diimplementasikan bahan tambah penangkap udara (air-entraining admixture) adalah material bahan penyusun beton (lihat Gambar 3.5.) yang digunakan untuk menangkap udara, juga bahan tambah pengurang air (water-reducing admixture) seperti yang disajikan Gmbar 3.6., yaitu bahan tambah yang berfungsi mengurangi jumlah air dalam campuran beton untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu [1]. Baik bahan tambah penangkap udara dan bahan tambah pengurang air dikategorikan ke dalam bahan kimia permukaan-aktif (surface-active chemicals) yang sering disebut dengan surfaktan (surfactant).
31
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Gambar 3.5. Gambar mikro dari udara terperangkap pada beton dengan udara terperangkap (air-entrained concrete) (http://www.cement.org/tech/images/air_entrained.jpg)
Gambar 3.6. bahan tambah pengurang air (water-reducing admixture) (http://2.imimg.com/data2/WE/RB/IMVENDOR-2134006/dsc_1028250x250.jpg)
32
BAB 3 BAHAN TAMBAH
Bahan tambah penangkap udara (air-entraining admixture) merupakan bahan organik yang ditambahkan ke dalam campuran beton yang
menyebabkan
gelembung
udara
berdiameter
0.25-1
mm
terperangkap dan terdistribusi merata [5]. Nilai tambah yang dihasilkan oleh pemakaian bahan tambah penangkap udara adalah meningkatnya kuat tekan, kemudahan pengerjaan, waktu pengikatan, dan keawetan beton. Inovasi bahan tambah pengurang air (water-reducing admixture) merupakan bahan tambah yang terbuat dari material organik yang larut dalam air [5]. Jenis ini mengurangi jumlah air yang diperlukan untuk mencapai konsistensi tertentu atau tingkat kemudahan pengerjaan tertentu. Yang tergolong dalam jenis ini adalah plasticizer. Bahan tambah pengurang air (water-reducing admixture) dengan kinerja tinggi disebut dengan water-reducin, high range admixture atau superplasticizer. Superplasticizer digolongkan sebagai bahan tambah tipe F, dan bila juga memiliki kinerja memperlambat pengikatan beton, maka termasuk ke dalam bahan tambah tipe G.
33
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
3.3.
BAHAN TAMBAH MINERAL
Bahan tambah mineral didefiniskan sebagai
material yang
mengandung silika, yang ditambahkan ke dalam campuran beton dalam jumlah yang besar, sekitar 20-100% dari berat semen, sering disebut sebagai pozzolan [1]. Sebagian pozzolan digunakan dalam bentuk bahan mentah, atau diaktivasi secara termal terlebih dahulu. Saat ini, produk sampingan (by product) dari industri telah menghasilkan bahan tambah mineral. Pozzolan didefinisikan sebagai bahan yang mengandung senyawa silika atau silika alumina dan alumina yang tidak memiliki sifat mengikat seperti semen, namun bentuknya halus, dan dengan adanya air maka senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu normal, membentuk senyawa kalsium silikat hidrat dan kalsium hidrat yang bersifat hidraulis dan mempunyai angka kelarutan yang cukup rendah [5]. RockTron [6] membagi jenis pozzolan menurut asalnya menjadi dua kategori yaitu pozzolan alam dan pozzolan artifisial. Pozzolan alam meliputi debu vulkanis (volcanic ash), pumice, tufa (tuff), diatomaceous earth, dan opaline shale; sedangkan pozzolan artifisial meliputi fly ash, dan produk abu terbang yang berasal dari pembakaran batu bara pada pembangkit listrik, abu sekam padi (rice husk ash), debu bata (brick dust),
34
BAB 3 BAHAN TAMBAH
kaolin berkapur (calcined kaolin), condensed silica fume, GGBS dan beberapa slag metalurgis. Gibbons [6] mengklasifikasikan pozzolan menurut asal dan sifatnya menjadi 6 jenis. Jenis pertama merupakan material alam yang sangat reaktif dan halus yang berasal dari gunung berapi; meliputi ‘puozzolana’ dari Puozzoli, Itali, volvic pozzolan dari Perancis tenggara, trass dari Rhinelands dan tufa dari Pulau Aegean, serta pumice-giling. Jenis kedua merupakan produk tanah liat berkapur suhu rendah yang berasal dari produk tanah liat yang digiling halus dan dibakar dengan suhu rendah. Jenis ketiga merupakan produk tanah liat atau kaolin yang diproduksi sebagai pozzolan yang digunakan bersama-sama dengan semen Portland. Jenis keempat merupakan terak mineral (mineral slag); termasuk di antaranya adalah terak furnice yaitu produk samping dari peleburan yang masih memerlukan penggerusan agar menjadi reaktif. Terak furnice mengandung silika, alumina, kapur dan mineral lain dengan komposisi yang bervariasi; digunakan sebagai bahan tambah dalam beton. Jenis kelima merupakan abu organik; meliputi terak batubara, abu batubara, abu tanaman (misal abu sekam padi), abu tulang, dan lain-lain. Jenis keenam merupakan produk pasir alam dan batu pecah tertentu; antara lain pasir berlempung (argillaceous) yang mengandung schist, basalt, feldspar dan mica, memiliki sedikit sifat pozzolanik, serta beberapa produk batu pecah tertentu.
35
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Pozzolan memiliki mutu yang baik jika jumlah kadar SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 tinggi dan sangat reaktif dengan kapur [5]. ASTM C618 membedakan mutu pozzolan sebagai berikut. a. Tipe N, pozzolan alam atau hasil pembakaran. Pozollan alam yang termasuk dalam jenis ini adalah tanah diatomic, ophaline cherts, sales, tuff, abu vulkanik atau purnicite yang diproses dengan atau tanpa pembakaran. Di samping itu, yang termasuk dalam tipe ini adalah berbagai material hasil pembakaran yang mempunyai sifat pembakaran yg baik. b. Tipe C, abu terbang (fly ash) yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau subbitumen batubara c. Tipe F, abu terbang (fly ash) yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau bitumen batubara Dalam hal proses pembentukannya, ASTM C593 membedakan jenis pozzolan sebagai berikut [5]. a. Pozzolan alam, merupakan material alam hasil sedimentasi dari abu atau lava gunung berapi yang mengandung silika aktif, yang bila dicampur dengan kapur padam akan menghasilkan pemuaian b. Pozzolan buatan i.
Abu terbang (fly ash), merupakan hasil pemisahan sisa pembakaran yang halus dari pembakaran batubara
36
BAB 3 BAHAN TAMBAH
yang dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap ii.
Abu sekam padi (rice husk ash), merupakan limbah dari tanaman padi
Semen yang memakai pozzolan akan memiliki sifat-sifat sebagai berikut [5]. a. Panas hidrasi akan turun karena pozzolan akan mengurangi kandungan C3A di dalam semen b. Faktor air semen akan meningkat dengan adanya pozzolan c. Kemudahan pengerjaan beton yang memakai semen pozzolan akan meningkat d. Mempercepat waktu pengikatan e. Meningkatkan kekuatan beton
3.4.
INOVASI BAHAN TAMBAH
Berbagai inovasi bahan tambah telah dilakukan sejak beberapa dekade terakhir. Dalam bab ini akan disajikan beberapa inovasi bahan tambah terpilih. Inovasi pozzolan alam jenis balsatic pumice yang berasal dari wilayah Cukurova dimanfaatkan dengan baik di Turki. Binici, et. al. [6] meneliti tentang panas hirasi awal dari semen-campuran (blendedcement) yang mengandung ground granulated-blast furnace slag (GGBF) 37
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
dan ground balsatic pumice (GBP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan panas hidrasi dicapai oleh spesimen dengan butir yang lebih kasar dengan volume bahan tambah sebesar 30% dengan nilai Blaine sebesar 2800 + 30 cm2/g. Dengan panas hidrasi yang rendah ini maka beton dengan campuran ground granulated-blast furnace slag (GGBF) dan ground balsatic pumice (GBP) dapat digunakan untuk konstruksi beton massa. Hasil penelitian (Susilorini, 2003; Susilorini, et. al, 2002; Pramono dan Wibowo, 2002; Setiawan dan Purnomo, 2002 dalam [6]) menunjukkan bahwa trass Muria Kudus dapat dimanfaatkan sebagai agregat alternatif untuk menggantikan agregat halus pasir Muntilan dalam campuran beton dengan komposisi tertentu. Uji laboratorium menunjukkan bahwa kandungan SiO2 pada trass Muria Kudus yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah sebesar 42,02%, sedangkan kandungan Al2O3 adalah sebesar 28,08%. Perbandingan volume (1:2:3) untuk (semen:trass Muria Kudus:split) adalah perbandingan campuran beton yang optimal untuk kinerja kuat tekan, kuat tarik-belah, maupun modulus elastisitas. Secara keseluruhan, beton dengan agregat halus trass Muria Kudus menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan beton normal, terutama untuk kinerja kuat tarik-belah yang mencapai nilai 70% lebih tinggi dibandingkan beton normal. Hasil pengujian kuat tekan dan kuat tarik-belah (Pramono dan Wibowo, 2002; Susilorini, et. al., 2002; Susilorini, 2003 dalam [6]) menunjukkan bahwa kuat tekan optimal dicapai beton dengan campuran Trass Muria Kudus sebesar
38
BAB 3 BAHAN TAMBAH
29,802 MPa yang melebihi syarat kuat rencana (19 MPa). Di samping itu, modulus elastisitas beton dengan campuran Trass Muria Kudus memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan beton normal (Setiawan dan Purnomo, 2002; Susilorini, et. al., 2002; Susilorini, 2003 dalam [6]). Penelitian bahan tambah (admixture) berbasis gula untuk campuran beton dengan memanfaatkan sukrosa, gula pasir, dan larutan tebu dapat dijelaskan sebagai berikut. Bahan tambah diaplikasikan pada campuran beton dengan tujuan meningkatkan beberapa sifat dan kinerja beton. Bahan tambah pemercepat (accelerator), menurut ASTM tipe C, maupun pemerlambat (retarder), menurut ASTM tipe D, secara khusus dikaji dalam penelitian Susilorini [7, 8]. Bahan tambah pemercepat digunakan untuk mempercepat waktu pengikatan semen dan pengerasan beton sedangkan bahan tambah pemerlambat digunakan untuk tujuan sebaliknya. Dosis bahan tambah pemerlambat yang umum digunakan dalam campuran beton berkisar antara 0.03%-0.15% dari berat semen (Jayakumaranma, 2005 dalam [6]), sedangkan dosis di atas 0.25% dari berat semen akan menimbulkan percepatan pengikatan semen yang signifikan. Penelitian-penelitan terdahulu (Susilorini, 2009; Susilorini, et. al., 2008; 2009; Etmawati and Yuwono, 2008; Ganis and Nugraha, 2008; Nikodemus and Setiawan, 2008; Syaefudin and Nugraha, 2008; Birru and Windya, 2009; Aprilia and Maulana, 2009 dalam [7, 8]) membuktikan bahwa pada dosis tertentu gula dapat mempercepat atau justru memperlambat waktu pengikatan semen dan pengerasan beton serta
39
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
meningkatkan kinerja kuat tekan mortar dan beton. Perlu dicatat bahwa ampas tebu mengandung 30-50% selulosa dan 20-24% lignin (Viera, et.al., 2007 dalam [7, 8]). Adanya lignin dalam ampas tebu dan air perasannya diindikasikan memberikan kontribusi lekatan bila larutan tebu dicampurkan ke dalam adukan beton. Bahan tambah berbasis gula dalam campuran beton bersifat meningkatkan ikatan C-S-H sehingga akan meningkatkan nilai kuat tekannya seiring waktu hingga dicapai nilai optimal dari kuat tekan tersebut. Penelitian Susilorini [7, 8] telah menghasilkan beberapa komposisi bahan tambah (admixture) berbasis gula untuk campuran beton (Susilorini, 2009, 2010). Dalam penelitian tersebut, telah diuji 16 komposisi untuk memperoleh komposisi optimal dengan uji kuat tekan mortar dan beton. Hasil uji kuat tekan beton dari ke-16 komposisi menyimpulkan adanya 6 komposisi optimal bahan tambah berbasis gula yang mampu meningkatkan kuat tekan beton. Dari ke-6 komposisi optimal tersebut, 5 komposisi bersifat sebagai pemerlambat dan 1 komposisi sebagai pemercepat. Bahan tambah berbasis gula untuk campuran beton yang menggunakan sukrosa, gula pasir, dan larutan tebu,
adalah
bahan
tambah
yang
ramah
lingkungan,
mampu
meningkatkan kuat tekan beton serta memiliki keawetan, sehingga membuktikan bahwa bahan tambah berbasis gula ini juga berkelanjutan. Komposisi optimal bahan tambah beton berbasis gula ini telah diajukan pendaftaran patentnya.
40
BAB 3 BAHAN TAMBAH
3.5.
SOAL LATIHAN
1. Jelaskan tentang peranan bahan tambah dalam industri beton dan beton siap pakai (ready mix). 2. Jelaskan
mengenai
jenis-jenis
bahan
tambah
dan
fungsi
penggunaannya. 3. Jelaskan tentang water-reducing admixture dan penggunaannya. 4. Bandingkan peranan bahan tambah pemerlambat dengan peranan superplasticizer pada beton 5. Jelaskan pentingnya aplikasi pozzolan pada campuran beton.
41
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
3.6.
PUSTAKA
[1] Mehta, P Kumar, dan Monteiro, PJM. (1993). Concrete – Structure, Properties, and Materials. Prentice-Hall, New Jersey. [2] Shetty, MS. (2005). Concrete Technology – Theory and Practice. S Chand & Company Ltd., India. [3] Neville, AM. (1999). Properties of Concrete, Fourth and Final Edition, Pearson Eduaction Ltd., Essex, England. [4] Newmann, John dan Choo, Ban Seng. (2003). Advanced Concrete Technology – Consituent Material, Elsevier, Ltd., Burlinton, MA. [5] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Suwarno, Dj. (2009). Mengenal dan Memahami Teknologi Beton. Penerbit Unika Soegijapranata, Semarang. [6] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Suryoatmono, Bambang. (2007). “Trass, Masa Depan Bagi Pozolan Alam Sebagai Agregat Alternatif Untuk Campuran Beton”, Prosiding Seminar Nasional KK Struktur - Institut Teknologi Bandung, pp. 96-106. [7] Susilorini, Rr. M.I. Retno. (2009). “Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan”, Laporan Akhir, DP2M, Ditjen Dikti. [8] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Sambowo, Kusno Adi. (2010). “Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan”, Laporan Akhir, DP2M, Ditjen Dikti.
42
BAB 4 DURABILITAS BETON
BAB 4 DURABILITAS BETON
4.1.
PENTINGNYA DURABILITAS BETON
ACI Committee 201 [1] mendefinisikan durabilitas beton dengan semen Portland sebagai kemampuan beton untuk menahan cuaca, serangan kimia, abrasi, atau proses pengrusakan lain; dengan demikian durabilitas beton akan mempertahankan bentuk asli, kualitas, dan kemampuan layan saat terekspose di lingkungan. Pendapat menarik dikemukakan oleh Newmann dan Choo [2], durabilitas tidak hanya sekedar berhenti pada terminologi ‘baik’ atau ‘lebih baik’. Durabiltas bukanlah sifat (properties), melainkan perilaku (behaviour) yang menyatakan kinerja beton saat terekspose dengan lingkungan (Gambar 4.1.). Dengan demikian, ‘masa-layan’ (service life) dapat menjadi deskripsi durabilitas yang lebih tepat.
43
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Gambar 4.1. Elemen beton pada konstruksi dermaga yang mengelupas akibat terekspose lingkungan air laut (http://www.carrasquilloassociates.com/images/gallery/durability_05.jpg)
Masa-layan didefinisikan sebagai waktu selama beton memenuhi persyaratan kinerjanya dengan pemeliharaan yang ditentukan. Definisi masa-layan dapat disajikan dengan grafik relasi kinerja-waktu seperti yang diperlihatkan Gambar 4.2.
44
BAB 4 DURABILITAS BETON
Gambar 4.2. Definisi masa-layan dalam relasi kinerja-waktu (Newmann dan Choo, 2003)
4.2.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DURABILITAS BETON
Durabilitas beton sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain permeabilitas beton, kerusakan alamiah (fisik) dan kerusakan kimia, pengaruh cuaca, serta korosi pada tulangan baja (Gambar 4.3.) yang tertanam di dalam beton [3]. Lingkungan agresif sangat berperan dalam menurunkan kinerja durabilitas beton. Isu durabilitas beton menjadi hal yang sangat penting sehingga diakomodasi oleh ACI-08 dalam salah satu bagiannya.
45
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Gambar 4.3. Contoh kasus kerusakan elemen beton akibat korosi pada tulangan yang terekspose lingkungan agresif (Lobo, 2007)
Gambar 4.4. Contoh kasus kerusakan elemen beton serangan sulfat (http://imgs.ebuild.com/cms/CONCRETE%20PRODUCER%20MAGAZINE/2007/Ja nuary/CP070101036L5.jpg)
46
BAB 4 DURABILITAS BETON
4.3.
PERMEABILITAS BETON
Gambar 4.5. Pemodelan permeabilitas beton (http://dcnonl.com/images/archivesid/24408/601.jpg)
Salah
satu
tolok
ukur
dalam
durabilitas
beton
adalah
permeabilitas. Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat yang menyatakan laju aliran cairan dalam benda padat berporus [1]. Dalam hal beton,
47
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
adanya agregat dengan permeabilitas rendah dalam pasta semen diharapkan dapat mengurangi permeabilitas sistem karena partikel agregat harus memotong saluran tempat mengalirnya cairan dalam matriks pasta semen [1, 4]. Beton yang kedap air diartikan sebagai beton yang awet [5] dan memiliki koefisien permeabilitas sebesar k = 10-10 cm/det.
4.4.
BETON YANG TERKARBONASI
Karbonisasi pada beton merupakan proses penetrasi dari CO2 dari udara ke dalam beton dan bereaksi dengan Ca(OH)2 dan membentuk CaCO3 [4]. Sesungguhnya CO2 tidak bersifat reaktif, namun dengan adanya kelembaban maka CO2 berubah menjadi asam karbonik cair yang menyerang beton dan mengurangi alkalinitas beton. Udara yang mengandung CO2 akan terpenetrasi ke dalam beton, mengkarbonisasi beton, dan mengurangi alkalinitas beton. Dalam hal ini, pH (derajat keasaman) dari pori-pori air pada pasta semen keras akan menurun nilainya dari 13 menjadi 9. Bila Ca(OH)2 terkarbonisasi seluruhnya maka pH akan menurun lagi menjadi sekitar 8.3. Dalam keadaan pH yang rendah, maka lapisan pelindung akan rusak sehingga tulangan baja terekspose dan terjadi korosi. Dengan demikian karbonisasi pada beton seperti yang disajikan Gambar 4.6. dan 4.7. menjadi penyebab utama korosi tulangan baja di samping oksigen dan kelembaban.
48
BAB 4 DURABILITAS BETON
Gambar 4.6. Beton yang terkarbonisasi pada bangunan gedung (http://www.williamjmarshall.co.uk/carbconc.jpg)
Gambar 4.7. Beton yang terkarbonisasi berwarna pink (http://www.understanding-cement.com/images/ppslab.jpg)
49
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
4.5.
SUSUT PADA BETON
Susut (shrinkage) pada beton (Gambar 4.8.) menjadi salah satu penyebab retak dan menurunnya kinerja beton [4]. Susut dapat diakibatkan oleh susut kering (drying shrinkage) dan susut akibat karbonasi (carbonation shrinkage) [6].
Gambar 4.8. Beton yang mengalami susut (http://www.superseal.ca/pics/cf_foundation-cracks.jpg)
Susut akibat karbonasi dapat dijelaskan sebagai berikut [6]. Keberadaan CO2 menyebabkan massa beton mengembang. Pada saat
50
BAB 4 DURABILITAS BETON
beton mengering, dan beton terkarbonasi secara simultan, maka pengembangan massa. Penyebab susut akibat karbonasi ditengarai disebabkan oleh melarutnya kristal Ca(OH)2 akibat tegangan tekan dan tersimpannya CaCO3 di area bebas tegangan sehingga pasta semen keras sementara waktu tertekan dan mengembang. Bila proses karbonasi berlanjut pada terjadinya dehidrasi C-S-H, maka akan terjadi susut akibat karbonasi.
4.6.
BETON PASCA BAKAR
Kebakaran membawa dampak yang serius terhadap bangunan gedung yang terbuat dari beton, seperti yang disajikan Gambar 4.9. Secara umum, material beton relatif lebih tahan api dibandingkan kayu dan plastik, juga baja. Namun demikian, untuk memberikan kinerja durabilitas terhadap api yang signifikan, tetap diperlukan beberapa persyaratan untuk durabilitas beton pasca bakar yang memadai. Komposisi bahan penyusun beton sangat penting untuk diperhatikan dalam hal durabilitas beton pasca bakar karena pasta semen dan agregat mengandung komponen yang dapat berdekomposisi setelah pemanasan [1]. Di samping itu, beberapa aspek dari beton seperti permeabilitas, dimensi elemen, laju peningkatan suhu, menjadi faktorfaktor yang perlu diperhatikan dalam beton pasca bakar.
51
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Gambar 4.9. Struktur beton yang rusak akibat kebakaran (http://www.norcalblogs.com/watts/images/580-880_steel.jpg)
Pengaruh peningkatan suhu terhadap kekuatan beton tidak terlalu signifikan sampai dengan 250oC, namun di atas suhu 300oC beton akan kehilangan kekuatan secara nyata [4]. Pada suhu di atas 400oC, beton keras terhidrasi akan kehilangan air dalam Ca(OH)2 bebas, dan meninggalkan CaO. Jika CaO tersebut basah atau terkena udara lembab, maka akan terjadi rehidrasi pada Ca(OH)2 yang dibarengi pengembangan volume.
52
BAB 4 DURABILITAS BETON
4.7.
SERANGAN-SERANGAN N
YANG
MEMPENGARUHI
DURABILITAS BETON
Serangan-serangan
kimiaw iawi
terhadap
beton
sangat
mempengaruhi durabilitas beton.. B Beberapa serangan kimiawai akan dibahas dalam subbab ini debagai ai be berikut, antara lain serangan sulfat, serangan asam, serangan alkali, dan n se serangan air laut.
Gambar 4.10. Struktur beton yang ng m mengelupas akibat serangan sulfat (http://theconstructor.org/wp-conten ntent/uploads/2010/04/image55.png)
53
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Serangan sulfat (Gambar 4.10. dan 4.11.) disebabkan reaksi kimia dari ion sulfat sebagai bahan agresif komponen alumina dari semen Portland [5]. Dengan volume air tertentu, reaksi dari sulfat akan menyebabkan pengembangan beton (Gambar 4.11.) yang akan menimbulkan retak-retak dengan pola tak teratur.
Gambar 4.11. Potongan penampang beton terkena serangan sulfat (http://www.understanding-cement.com/images/thaumasite.jpg)
Sulfat terdapat di dalam tanah maupun air tanah dalam bentuk kalsium, sodium, potasium, magnesium [4]. Serangan sulfat terhadap
54
BAB 4 DURABILITAS BETON
beton lebih disebabkan oleh sulfat cair daripada sulfat padat, yang bereaksi dengan pasta semen terhidrasi. Di antara semua jenis sulfat, magnesium sulfat dinilai paling merusak beton. Mekanisme serangan sulfat dapat dijelaskan sebagai berikut [5]. Serangan sulfat diawali dengan pembentukan gypsum (calcium sulfat) dan ettringite (calcium sulphoaluminate) yang memiliki sifat menambah volume sehingga terjadi pengembangan volume beton yang akhirnya merusak beton. Reaksi pembentukan ettringite terjadi karena adanya gypsum yang ditambahkan ke dalam campuran beton untuk mencegah flash set. Untuk mengatasi serangan sulfat, maka perlu dipilih semen dengan kadar C3A rendah, yaitu semen tipe V, atau dapat juga digunakan semen pozzolan. Jenis serangan kimia yang lain adalah serangan asam. Beton tidak sepenuhnya tahan terhadap serangan asam (Gambar 4.12. dan 4.13.). Asam, baik dalam konsentrasi kecil maupun besar, cepat atau lambat akan mendisintegrasi beton. Senyawa yang paling rentan terhadap serangan asam adalah Ca(OH)2 dan C-S-H. Seranngan asam ini akan sangat merusak jika pH di bawah 4.5 [4]. Mekanisme serangan asam terjadi dengan mengubah unsur-unsur bahan semen yang tidak larut ke dalam air menjadi unsur-unsur yang larut ke dalam air, sehingga mudah menghilang dari dalam beton [5]. Bila beton terkena serangan asam sulfur, maka akan terbentuk calcium sulfat yang kemudian bereaksi dengan fase kalsium aluminat dalam semen akan
55
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
menyebabkan terjadinya kristalisasi yang kemudian akan mengakibatkan volume beton mengembang (Gambar 4.14.).
Gambar 4.12. Elemen beton yang terkena serangan asam (http://bauerepoxies.com/assets/images/Lihir-102.jpg)
Gambar 4.13. Konstruksi pintu air dengan tiang beton yang terkena serangan asam (http://filer.case.edu/slr21/Bridge/acid1.jpg)
56
BAB 4 DURABILITAS BETON
Gambar 4.14. Potongan penampang beton yang terkena serangan asam (http://www.concrete-experts.com/images/AKK_30.jpg)
Jenis serangan kimiawi yang lain adalah serangan alkali. Serangan alkali merupakan reaksi antara ion-ion hidroksil dengan pori-pori air dalam beton dan jenis bebatuan mineral tertentu yang timbul dan menjadi bagian dari agregat [4]. Serangan alkali menghasilkan pengembangan volume dan pola retak tipikal seperti disajikan Gambar 4.15. dan 4.16. dengan lebar retak berkisar 0.1-10 mm.
57
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Gambar 4.15. Potongan penampang beton yang terkena serangan alkali silika (http://www.drmor.com/learn/img/asr_orng_200x148.gif)
Gambar 4.16. Elemen beton yang terkena serangan alkali (http://www.hpi-industrial.com/cms/assets/Uploads/alkali.jpg)
58
BAB 4 DURABILITAS BETON
Mekanisme serangan alkali dapat dijelaskan sebagai berikut. Beton mendapat gangguan berupa rekasi kimia dari silika aktif yang terdapat pada bahan agregat alkali yang terdapat dalam semen Portland yang berupa Na2O dan K2O [5]. Reaksi tersebut membentuk gel alkalisilika yang menyerap air dengan cara osmosis sehingga terjadi pengembangan volume. Bila gel alkali-silika tersebut dilapisi pasta semen, maka akan terjadi tegangan dalam pasta semen yang mengakibatkan timbulnya retak-retak dengan pola tak teratur namun terdistribusi merata. Kecepatan rekasi pembentukan gel silika-alkai dangat tergantung pada ukuran partikel silika. Partikel silika yang berukuran 20-30 µm akan mengembang dalam waktu 8 minggu. Pencegahan serangan alkali dapat dilakukan dengan cara [5, 6] antara lain: a. Mencegah terjadinya kontak antara beton dengan udara b. Menggunakan semen Portland yang mengandung alkali kurang dari 0.6% c. Menggunakan semen tipe I dan fly ash semen (PFA) minimum 25% dengan pembatasan kadar alkali dari semen kurang dari 3 kg/m3
59
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Serangan air laut umumnya menjadi salah satu penyebab dari menurunnya durabilitas beton di lingkungan pantai maupun lepas pantai. Berbagai senyawa kimia yang terkandung dalam air laut maupun organisme laut dapat merusak konstruksi beton (Gambar 4.17 dan 4.18.).
Gambar 4.17. Elemen beton yang terekspose air laut (http://www.concretethinker.com/Content/ImageLib/ 15714%20conf%20bridge.jpg)
Gambar 4.18. Elemen beton yang terkena serangan organisme laut (http://www.corrocoatphils.com/images/prod_plas001.gif)
60
BAB 4 DURABILITAS BETON
Air laut mengandung 3.5% garam dari keseluruhan beratnya [1, 4]. Konsentrasi ion Na+ dan Cl- sangat tinggi, sekitar 11.000-20.000 mg/l sedangkan Mg2+ dan SO42- sekitar 1400-2700 mg/l. Nilai pH dari air laut bervariasi sekitar 7.5-8.4 dengan nilai rerata 8.2. Air laut juga mengandung CO2. Dari kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam air laut, berbagai serangan kimia dapat terjadi dan merusak beton, yaitu serangan sulfat, serangan asam, serangan CO2, dan serangan chlorida. Masalah yang patut mendapat perhatian dalam hal serangan air laut terhadap beton adalah serangan chlorida yang dapat menimbulkan korosi tulangan baja. Page dan Page [7] membuktikan bahwa persentase chlorida terhadap berat semen akan makin meningkat seiring timbulnya korosi, seperti disajikan Gambar 4.19.
Gambar 4.19. Kurva relasi ambang chlorida dan saat timbulnya korosi (Page dan Page, 2007)
61
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
4.8.
SOAL LATIHAN
1.
Jelaskan tentang durabilitas dan pentingnya durabilitas beton.
2.
Mengapa durabilitas beton memegang peranan penting dalam kontrol kualitas beton? Jelaskan pengaruh permeabilitas terhadap durabilitas beton.
3.
Jelaskan proses terjadinya serangan sulfat, serangan asam, serangan air laut, dan serangan alkali pada beton.
4.
Jelaskan bagaimana mengatasi masalah korosi pada bangunan di tepi pantai dan lepas pantai.
5.
Apakah perbaikan mungkin dilakukan pada struktur beton yang terkena serangan sulfat? Jelaskan.
62
BAB 4 DURABILITAS BETON
4.9.
PUSTAKA
[1] Mehta, P Kumar, dan Monteiro, PJM. (1993). Concrete – Structure, Properties, and Materials. Prentice-Hall, New Jersey. [2] Newmann, John dan Choo, Ban Seng. (2003). Advanced Concrete Technology – Concrete Properties, Elsevier, Ltd., Burlinton, MA. [3] Lobo, Colin L. (2007). New Perspektif on Concrete Durability, Concrete in Focus Magazine, pp. 24-30. [4] Shetty, MS. (2005). Concrete Technology – Theory and Practice. S Chand & Company Ltd., India. [5] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Suwarno, Dj. (2009). Mengenal dan Memahami Teknologi Beton. Penerbit Unika Soegijapranata, Semarang. [6] Neville, AM. (1999). Properties of Concrete, Fourth and Final Edition, Pearson Eduaction Ltd., Essex, England. [7] Page, CL., dan Page, MM. (2007). Durability of Concrete and Cement Composites, Woodhead Publishing Ltd., England.
63
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI
5.1.
KINERJA DAN INOVASI BETON BERDURABILITAS TINGGI
Durabilitas beton yang tinggi berarti beton tersebut memiliki kinerja keawetan yang tinggi, sifat kedap air yang tinggi, serta ketahanan yang tinggi pula terhadap serangan-serangan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada beton. Beton mutu tinggi (HPC, high performance concrete) sering diidentikkan memiliki durabilitas tinggi (high durability) pula seperti terlihat pada Gambar 5.1. Durabilitas tinggi dapat dicapai beton antara lain dengan menambahkan abu terbang (fly ash) sekitar 25-60% ke dalam semen, yang dikenal dengan sebutan High Volume Fly ash Concrete (HVLC) [1]. Upaya lain meningkatkan durabilitas normal menjadi tinggi antara lain dapat dilakukan dengan memakai plasticizer, meniadakan partikel lumpur dan kotoran organik dalam campuran beton, menerapkan metode perawatan progresif, menggunakan semen Portland Pozzolan,
64
BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI
Semen Portland dengan panas hidrasi-rendah, serta mengaplikasikan gelembung di dalam beton [2].
Gambar 5.1. Konstruksi beton kedap air membutuhkan durabilitas tinggi (http://www.wakmc.com/e107_images/custom/iimage011.jpg)
Upaya lain untuk meningkatkan durabilitas beton agar memiliki kinerja keawetan yang tinggi adalah mencampurkan bahan tambah berbasis gula [3, 4] yang terdiri dari campuran gula pasir, sukrosa, dan larutan tebu, yang mampu meningkatkan kuat tekan mortar dan beton dalam lingkungan normal dan lingkungan agresif (air laut, air payau, air ‘rob’, dan larutan NaCl) seperti yang diperlihatkan Gambar 52. Dan 5.3..
65
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Gambar 5.2. Benda uji mortar dirawat dengan air rob (Susilorini dan Sambowo, 2010)
Gambar 5.3. Benda uji beton dirawat dengan air laut (Susilorini dan Sambowo, 2010)
66
BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI
Inovasi bahan tambah berbasis gula yang dilakukan Susilorini, et. al. membawa terobosan baru yang signifikan [3-5]. Kinerja beton dengan bahan tambah berbasis gula akan didiskusikan lebih lanjut pada sub bab 5.3. berikut.
5.2.
PREDIKSI DURABILITAS BETON
Prediksi durabilitas beton dilakukan dengan membangun modelmodel
yang
relevan. Model
yang
tengah
dikembangkan
oleh
Heiyantuduwa dan Alexander [6] adalah pengembangan UCT Service Life Model, yang memodelkan prediksi seumur hidup dari struktur beton di lingkungan air laut dengan menggunakan South African Durability Index Approach. Model sebelumnya, yaitu diformulasi ulang dan dikalibrasi secara primer untuk menyediakan basis analisis durabilitas dan desain struktur
beton
di
lingkungan
air
laut
yang
memperhitungkan
ketersediaan material yang berbeda dalam kisaran yang lebih luas, seperti halnya keadaan di Afrika Selatan. Model ini memberikan hasil yang baik dengan mengedepankan kinerja jangka panjang struktur beton baru di lingkungan air laut. Model lain untuk prediksi durabilitas beton di lingkungan air laut dikemukakan oleh Mackechnie tentang prediksi masuknya chlorida ke dalam beton [6]. Dalam model ini beton dengan abu terbang (fly ash) dan slag memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap ekspose air laut dibandingkan dengan beton dengan semen Portland biasa.
67
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
5.3.
APLIKASI BAHAN TAMBAH BERBASIS GULA UNTUK BETON BERDURABILITAS TINGGI
Bahan tambah yang dimasukkan ke dalam campuran beton menjadi satu faktor penting lain yang turut menentukan kinerja beton secara keseluruhan. Bahan tambah kimiawi maupun alami telah banyak diproduksi, Beberapa penelitian terdahulu [7-16] telah mengkaji peranan dan kinerja bahan tambah alami berbasis gula dalam campuran beton yang ternyata dapat meningkatkan kinerja beton, namun belum ada penelitian yang memanfaatkan campuran gula pasir, sukrosa, dan larutan tebu sebagai bahan tambah beton. Untuk itu penulis bersama rekanrekan melakukan penelitian-penelitian, dari penelitian awal hingga lanjut untuk mengkaji kinerja beton dengan bahan tambah berbasis gula. Penelitian awal yang dilakukan penulis dan rekan-rekan [17-26] membuktikan bahwa pada dosis tertentu gula dapat mempercepat atau justru memperlambat waktu pengikatan semen dan pengerasan beton serta meningkatkan kinerja kuat tekan mortar dan beton. Perlu dicatat bahwa ampas tebu mengandung 30-50% selulosa dan 20-24% lignin [13]. Adanya lignin dalam ampas tebu dan air perasannya diindikasikan memberikan kontribusi lekatan bila larutan tebu dicampurkan ke dalam adukan beton. Bahan tambah berbasis gula dalam campuran beton bersifat meningkatkan ikatan C-S-H sehingga akan meningkatkan nilai kuat tekannya seiring waktu hingga dicapai nilai optimal dari kuat tekan tersebut.
68
BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI
Sifat dan kinerja bahan penyusun dari bahan tambah berbasis gula dapat dijelaskan sebagai berikut [27-29]. Gula yang merupakan bahan penyusun terpenting dalam bahan tambah pada penelitian ini merupakan disakarida. Disakarida merupakan dua molekul yang diikat melalui pemeluapan. Sukrosa yang terdapat dalam gula pasir merupakan gabungan satu molekul glukosa dengan satu molekul fruktosa. Tanaman tebu (genus saccharum) dikenal sebagai bahan utama produksi gula pasir di Indonesia. Secara umum, batang tebu masak mengandung 67-75% air, 8-16%, sukrosa 8-16%, 0.5-20% gula reduksi, 0.5-1% material organik, 0.2-0.6% senyawa anorganik, 0.5-1% senyawa nitrogenik, 0.3-0.8% abu, dan 10-16% serat [15]. Tebu juga mengandung 30-50% selulosa dan 2024% lignin [16]. Dengan kandungan tersebut, larutan tebu yang diekstrak dari batang tebu masak dicoba digunakan sebagai bahan tambah beton. Pengaruh penambahan material berbasis gula yang berupa sukrosa, gula pasir, dan larutan tebu pada campuran beton terbukti sangat signifikan, yaitu mempercepat maupun memperlambat waktu pengerasan beton, serta meningkatkan kuat tekan beton [7-16]. Mekanisme lekatan antara bahan tambah berbasis gula dalam ses hidrasi dapat dijelaskan sebagai berikut [27-31]. Penambahan gula ke dalam campuran beton akan menyebabkan interaksi antara gula dan C3A [30]. Dalam kasus pemerlambatan pengerasan beton, interaksi ini akan menghambat pembentukan secara cepat fase kubik C3AH6 dan menyebabkan pembentukan fase heksagonal C4AH13 [12-13]. Gula mengandung sukrosa, disakarida yang tersusun atas satuan-satuan
69
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
glukosa dan fruktosa. Adanya kandungan glukosa, glukonat, dan lignosulfonat, akan menstabilkan ettringite dalam sistem C3A–gypsum. Glukosa akan menghambat konsumsi gypsum dan pembentukan ettringite. Untuk kasus pemercepatan pengerasan beton, terjadi peningkatan kecepatan hidrasi kalsium silikat. Senyawa yang biasa digunakan untuk mempercepat hidrasi C3A dengan sedikit perubahan alkalinitas pada pori-pori air adalah kalsium klorida [31]. Perlu dicatat bahwa penambahan gula pada dosis tertentu dalam campuran beton juga dapat mempercepat pengerasan beton. Hasil-hasil penelitian kinerja beton dengan bahan tambah berbasis gula dari penulis dan rekan-rekan akan dijelaskan sebagai berikut [27-29]. Penelitian Hibah Kompetensi Tahun Pertama (2009) telah menghasilkan beberapa komposisi bahan tambah (admixture) berbasis gula untuk campuran beton [27]. Dalam penelitian tersebut, telah diuji 16 komposisi untuk memperoleh komposisi optimal dengan uji kuat tekan mortar dan beton. Hasil uji kuat tekan beton dari ke-16 komposisi menyimpulkan adanya 6 komposisi optimal bahan tambah berbasis gula yang mampu meningkatkan kuat tekan beton. Dari ke-6 komposisi optimal tersebut, 5 kompoisisi bersifat sebagai pemerlambat dan 1 komposisi sebagai pemercepat. Komposisi optimal bahan tambah beton berbasis gula ini telah diajukan pendaftaran patentnya pada tahun 2010 (Reg. No. P00201000309) dan hingga saat ini tengah memasuki tahap pemeriksaan subtantif.
70
BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI
Penelitian Hibah Kompetensi Tahun Kedua (2010) telah memperoleh hasil sebagai berikut [28, 32]. Kinerja kuat lentur beton dengan bahan tambah berbasis gula (Reg. No. P00201000309) meningkat dibandingkan kuat lentur beton tanpa bahan tambah berbasis gula. Kenaikan optimum ditunjukkan oleh benda uji beton dengan bahan tambah berbasis gula dalam dosis kecil 0.03% dari berat semen. Bertambahnya dosis bahan tambah berbasis gula di dalam beton tidak menjamin kenaikan kuat tekan dan kuat lentur, karena akan terjadi ‘killer-setting’, di mana beton justru menggumpal, tidak terjadi pengikatan, sehingga beton tidak padat dan makin getas. Hasil uji eksperimental juga menunjukkan bahwa di satu sisi hasil uji kuat tekan mortar (Gambar 5.4.) dengan bahan tambah berbasis gula yang dirawat dengan beberapa media (air tawar, air laut, air payau, air rob, dan larutan NaCl) menunjukkan fenomena fluktuatif, dari umur 7 hari kuat tekan mortar menurun saat umur 14 hari, namun naik lagi pada umur 28 hari dan mencapai kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan saat umur 7 hari. Di sisi lain, uji kuat tekan beton (Gambar 5.5.) dengan bahan tambah berbasis
gula
yang
dirawat
dengan
beberapa
media
(yang
direpresentasikan oleh komposisi optimum M-I-A-01 dan M-I-A-02) menunjukkan bahwa sebagian besar beton dengan bahan tambah berbasis gula yang dirawat dengan media air laut, air payau, air rob, dan larutan NaCl pada umur 28 hari meningkat kuat tekannya dibandingkan dengan yang dirawat dengan air tawar. Sebagian komposisi mengalami kenaikan kuat tekan jika dirawat dengan media air laut, air payau, air rob, dan larutan NaCl dibandingkan dengan yang dirawat dengan air tawar. 71
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
70 Kuat TEkan (MPa)
60 50 40
M-I-A 01
30
M-I-A 02
20
M-I-A 03
10
M-I-B 04 AIR ROB III
AIR ROB II
AIR ROB I
NaCl III
NaCl II
NaCl I
AIR PAYAU
AIR LAUT
AIR TAWAR
0
M-II-A 03 M-II-B-01
28 HARI Media Perawatan
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 AIR ROB III
AIR ROB II
AIR ROB I
NaCl III
NaCl II
NaCl I
AIR PAYAU
AIR LAUT
M-I-A 01 AIR TAWAR
Kuat Tekan (MPa)
Gambar 5.4. Kuat tekan mortar dengan bahan tambah berbasis gula pada umur 28 hari yang dirawat dengan beberapa media [28, 32]
M-I-A 02
28 HARI Media Perawatan
Gambar 5.5. Kuat tekan beton dengan bahan tambah berbasis gula pada umur 28 hari yang dirawat dengan beberapa media [28, 32]
72
BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI
Hasil uji porositas beton dengan bahan tambah berbasis gula yang dirawat dengan beberapa media [28] yang direpresentasikan komposisi optimum M-I-A-02 menunjukkan bahwa benda uji beton dengan bahan tambah berbasis gula yang dirawat dengan beberapa media memiliki nilai porositas yang lebih kecil dibandingkan dengan beton tanpa bahan tambah berbasis gula. Dengan demikian, oleh karena nilai porositas yang lebih kecil, maka beton akan lebih kedap air, lebih padat, sehingga kuat tekannya meningkat. Hasil uji koefisien permeabilitas beton dengan bahan tambah berbasis gula yang dirawat dengan beberapa media [28] juga menunjukkan bahwa secara umum benda uji beton dengan koefisien permeabilitas yang lebih kecil dibandingkan dengan beton tanpa bahan tambah berbasis gula sehingga beton akan lebih kedap air, lebih padat, dengan demikian kuat tekannya meningkat. Penelitian Hibah Kompetensi Tahun Ketiga (2011) menunjukkan bahwa terjadi perubahan berat beton yang signifikan setelah benda uji dimasukkan ke dalam air laut dengan kedalaman + 10 m selama 1 bulan (30 hari) [29]. Gambar 4 memperlihatkan kehilangan berat rerata untuk setiap komposisi benda uji. Hasil pengukuran berat beton dengan bahan tambah berbasis gula pra dan pasca perendaman dalam air laut menunjukkan bahwa specimen benda uji dengan kode M-I-A-02 dan M-IA-03 merupakan benda uji dengan kehilangan berat terendah, dengan kisaran 12-14 gram.
73
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
KEILANGAN BERAT (gram)
200 150 100 50 0
BENDA UJI
Gambar 5.6. Berat beton dengan bahan tambah berbasis gula rerata pasca perendaman dalam air laut [29]
Hasil uji kuat beton dengan bahan tambah berbasis gula rerata setelah direndam dalam air laut dengan kedalaman + 10 m selama 1 bulan diperlihatkan oleh Gambar 5. 7. Diperlihatkan bahwa benda uji M-IA-02, M-II-A-03, dan M-II-B-01 01 memiliki kuat tekan tertinggi, berkisar 33 3335 MPa. Korelasi antara kehilangan berat dan kuat tekan b benda uji dHpat dijelaskan sebagai berikut. Hasil asil pengukuran berat beton dengan bahan tambah berbasis gula pasca perendaman dalam air laut dengan kedalaman + 10 m selama 1 bulan [29] menunjukkan bahwa lingkungan agresif air laut menyebabkan beton kontrol mengalami penurunan kuat tekan, yaitu dengan engan kehilangan berat yang cukup signifikan dari beberapa benda uji.
74
KUAT TEKAN (MPa)
BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI
40 35 30 25 20 15 10 5 0
BENDA UJI
Gambar 5.7. Kuat tekan beton rerata pasca perendaman dalam air laut [29]
Dari penelitian Hibah Kompetensi tahun pertama [27], beton kontrol yang direndam dengan air tawar di laboratorium memiliki kuat tekan rerata berkisar 32 MPa, namun dari penelitian Hibah Kompetensi tahun ketiga [29], beton kontrol yang mengalami perendaman dalam air laut dengan kedalaman + 10 m selama 1 bula bulan hanya memiliki kuat tekan berkisar 12 MPa saja (menurun kuat tekannya hingga 62.5 %). Hasil uji eksperimental menegaskan bahwa perbandingan berat beton dengan bahan tambah berbasis gula dan beton kontrol pasca perendaman dalam air laut dengan kedalaman + 10 m selama 1 bulan cukup signifikan, yaitu 2-2.5%. 2.5%. Untuk kuat tekan, beton dengan bahan tambah berbasis gula dan beton kontrol memiliki selisih yang sangat besar, yaitu sekitar 65%.
75
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Lingkungan air laut yang agresif menyebabkan serangan air laut. Pengaruh serangan air laut dapat mengakibatkan beberapa hal seperti: reaksi kimia unsur-unsur air laut pada produk hidrasi semen; ekspansi alkali-agregat (bila terdapat agregat reaktif);
kristalisasi kristalisasi
tekanan garam di dalam beton bila salah satu sisi permukaan struktur mengalami kondisi basah, sedangkan sisi yang lain mengalami kering; erosi fisik akibat gelombang dan benda-benda terapung; serta korosi tulangan baja di dalam beton. Bahan tambah berbasis gula pada dasarnya mengandung sukrosa, yaitu disakarida yang tersusun atas satuan-satuan glukosa dan fruktosa [28]. Kandungan glukosa, glukonat, dan lignosulfonat, akan menstabilkan ettringite dalam sistem C3A–gypsum [9]. Glukosa akan menghambat konsumsi gypsum dan pembentukan ettringite. Terbentuknya ettringite ini akan menyebabkan volume beton mengembang sehingga mebuat beton pecah. Pemberian bahan tambah berbasis gula pada campuran beton akan mengakibatkan ikatan antar elemen penyusun beton sangat kuat terutama karena kandungan lignin. Pada dosis bahan tambah berbasis gula yang tepat, kristalisasi ettringite tidak akan menyebabkan retak pada beton akibat pengembangan volume [29]. Analisi hasil uji eksperimental menunjukkan bahwa benda uji M-II-B-01, meskipun memiliki kuat tekan rerata tertinggi, sekitar 35 MPa (Gambar 5.7), komposisi ini memiliki kehilangan berat rerata yang cukup besar yaitu 175 gram. Komposisi dengan kode M-II adalah komposisi bahan tambah berbasis gula yang lebih besar (0.3% dari berat semen)
76
BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI
dibandingkan dengan komposisi dengan kode M-I (0.03% dari berat semen). Dengan demikian M-II-B-01 memiliki ‘keunikan’ karena dibandingkan dengan komposisi M-II-A-03 yang keduanya memiliki volume 0.3% dari berat semen, namun M-II-B-01 mengalami kehilangan berat paling besar. Terdapat dugaan bahwa prosentase gula pasir yang lebih besar dalam bahan tambah meningkatkan proses kavitasi (kehilangan massa akibat terbentuknya gelembung uap yang meluruhkan bagian massa tersebut) [29]. Fenomena ini terjadi pada beton yang memiliki kekuatan tinggi, yaitu rentan terhadap terjadinya kavitasi. Hasil
penelitian-penelitian
penulis
dan
rekan-rekan
telah
membuktikan bahwa bahan tambah berbasis gula untuk campuran beton yang menggunakan sukrosa, gula pasir, dan larutan tebu, adalah bahan tambah yang ramah lingkungan, mampu meningkatkan kuat tekan beton serta memiliki keawetan, sehingga membuktikan bahwa bahan tambah berbasis gula ini juga berkelanjutan.
77
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
5.4.
SOAL LATIHAN
1.
Jelaskan tentang kinerja beton berdurabilitas tinggi.
2.
Jelaskan
berbagai
upaya
yang
dapat
dilakukan
untuk
meningkatkan durabilitas beton. 3.
Jelaskan model-model yang digunakan untuk memprediksi durabilitas beton.
4.
Jelaskan mengenai bahan tambah berbasis gula dan bagaimana mekanisme lekatan yang ditimbulkan selama proses hidrasi.
5.
Bagaimana masa depan penggunaan material lokal sebagai bahan tambah beton? Adakah inovasi-inovasi yang dapat dikembangkan. Jelaskan dan diskusikan dalam kelompok.
78
BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI
5.5.
PUSTAKA
[1] Aggarwal, V., Gupta, SM., dan Sachdeva, SN. (2010). “Concrete Durability Throuh High Volume Fly ash Concrete (HVLA) A Literature Review”, International Journal of Engineering Science and Technology Vol. 2, No. 9, pp. 4473-4477. [2] Arum, C. Dan Olotuah, AO. (2006). “Concrete Durability Throuh High Volume Fly ash Concrete (HVLA) A Literature Review”, Emirates Journal for Engineering Research, Vol. 11, No. 1, pp. 25-31. [3] Susilorini, Rr. M.I. Retno. (2009). “Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan”, Laporan Akhir, Tahun Pertama, DP2M, Ditjen Dikti. [4] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Sambowo, Kusno Adi. (2010). “Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan”, Laporan Akhir, Tahun Kedua, DP2M, Ditjen Dikti. [5] Susilorini, Rr. M.I. Retno, Sambowo, Kusno Adi, dan Santosa, Budi. (2011). “Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan”, Laporan Akhir, Tahun Ketiga, DP2M, Ditjen Dikti. [6] Heiyantuduwa, R., dan Alexander, MG. (2009). “Studies on prediction models for concrete durability”, Concrete Repair, Rehabilitation and Retrofitting II, Alexander, et. al. (eds), Taylor & Francis Group, London, pp. 303-309. [7] Medjo Eko, R. dan Riskowski, G.L. (2001). “A Procedure for Processing Mixtures of Soil, Cement, and Sugar Cane Bagasse”, Agricultural Engineering International-the CIGR Journal of Scientific Research and Development, Manuscript BC 99 001, Vol. III, pp. 1-11. [8] Chandler, Cristophe., Kharsan, Margarita., dan Furman, Alla. (2002). “Sugar Beets Against Corrosion, “ Corrosion Review Journal, Vol. 20, No. 4-5, pp.379-390, London, England. [9] Peschard, A., Govin, A., Grosseau, P., Guilhot. B., and Guyonnet, R. (2004). “Effect of polysaccharides on the hydration of cement paste in
79
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
the early age”, Journal of Cement and Concrete Research, Author Manuscript, Vol. 34, No.11, 2153. [10] Frias, Moises., Villar-Cocina, E., dan Valencia-Morales, E. (2007). “Characterization of Sugar Cane Straw Waste as Pozzolanic Material for Construction: Calcinic Temperature and Kinetic Parameters”, Waste Management Journal, Vol. 27., pp. 533-538. [11] Jayakumaranma, al Govindasamzy. (2005). The Effect of Over Dossage of Concrete Daratard 40 in Concrete, Thesis, University Teknologi Malaysia. [12] Collepardi, M., Monosi, S., Moriconi, G., and Pauri, M., (1984), “Influence of Gluconate, Lignosulfonate, or Glucose on the C3A Hydration in the Presence of Gypsum With or Without Lime”. Journal of Cem. Concrete Res., Vol. 14, 105-112. [13] Collepardi, M., Monosi, S., Moriconi, G., and Pauri, M., (1985), “Influence of Gluconate, Lignosulfonate, or Glucose Admixtures on the Hydration of Tetracalcium Aluminoferitte in the Presence of Gypsum With or Without Calcium Hydroxide”. Journal of American Ceramic Society, Vol. 68, No. 5, c.126-c128. [14] Collepardi, Mario. (2005). “Chemical Admixtures Today”, Proceeding of Second International Symposium on Concrete Technology for Sustainable Development with Emphasis on Infrastructure, pp. 527-541, India. [15] Farmani, B., Haddadekhodaparast, MH., Hesari, J., dan Aharizad, S. (2008). “Determining Optimum Condition for Sugarcane Juice Refinement by Pilot Plat Dead-end Ceramic Micro-filtration”, Journal of Agriculture Science Technology, Vol. 10, pp. 351-357. [16] Viera, RGP., Filho, GR., Assuncao, RMN., Meireles, CdS, Vieira, JG., and Oliveira, GS. (2007). “Synthesis and Characterization of Metylcellulose from Sugar Cane Baggase Cellulose”, Journal of Carbohydrates Polymer, Vol. 67, 182-189. [17] Susilorini, Retno, M.I. Rr. (2009). Kinerja Kuat Tekan Mortar dengan Bahan Tambah Berbasis Gula Alami, Laporan Penelitian, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Unika Soegijapranata, Semarang. [18]
80
BAB 5 BETON BERDURABILITAS TINGGI
Susilorini, Retno, M.I. Rr. (2009). The Importance of Natural Materials for ‘Green Concrete’, Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil V, “Teknologi Ramah Lingkungan dalam Bidang Teknik Sipil”, Surabaya, 11 Februari, Program Studi Pasca Sarjana & Jurusan Teknik Sipil, ITS, pp. G.101-110. [19] Susilorini, Retno, Rr. M.I., (2009). Sugar Based Natural Admixture – A Breakthrouh to Achieve ‘Green Concrete’, Unika Soegijapranata Publisher, Semarang. [20] Susilorini, Retno, Rr. M.I., (2009). “Green Admixture for Sustainable Concrete Implemented to Subsidized Apartment”, Prosiding Seminar Nasional “Perspektif Apartemen Bersubsidi Ditinjau dari Multidisiplin Ilmu”, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 15 Agustus, pp.254-262. [21] Etmawati, D. dan Yuwono, A. (2008). Beton dengan Bahan Tambah Gula Pasir 0.3% dari Berat Semen, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Semarang. [22] Ganis, R.I. dan Nugraha, H.A. (2008). Pengaruh Larutan Tebu 0.03% Sebagai Retarder Alami Terhadap Kuat Tekan Beton, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Semarang. [23] Nikodemus dan Setiawan, B. (2008). Pengaruh Penambahan Retarder Gula Pasoe 0.03% dari Berat Semen Terhadap Kuat Tekan Beton, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Semarang. [24] Syaefudin, I. dan Ardi B, S. (2008). Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% dari Berat Semen, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Semarang. [25] Birru, Daniel Charles, and Windya KI, Rr. Vera, (2009). Kinerja Kuat Tekan Mortar dan Beton dengan Bahan Tambah Larutan Tebu pada Umur 28, 56, dan 84 Hari, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Semarang. [26] Aprilia, Rizki Wulan, and Maulana PP, Novian, (2009). Kuat Tekan Mortar dan Beton dengan Bahan Tambah Gula Pasir yang Berumur 28, 56, dan 84 Hari, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Semarang. [27] Susilorini, Retno, M.I. Rr. (2009). Pemanfaatan Material Lokal unutk Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan, Laporan Akhir,
81
TEKNOLOGI BETON LANJUTAN DURABILITAS BETON
Hibah Kompetensi, Tahun Pertama, Ditjen Dikti, DP2M, LPPM, Unika Soegijapranata, Semarang. [28] Susilorini, Retno, M.I. Rr. dan Sambowo, Kusno Adi. (2010). Pemanfaatan Material Lokal unttk Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan, Laporan Akhir, Hibah Kompetensi, Tahun Kedua, Ditjen Dikti, DP2M, LPPM, Unika Soegijapranata, Semarang. [29] Susilorini, Retno, M.I. Rr., Sambowo, Kusno Adi, dan Santosa, Budi. (2011). Pemanfaatan Material Lokal unttk Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan, Laporan Akhir, Hibah Kompetensi, Tahun Ketiga, Ditjen Dikti, DP2M, LPPM, Unika Soegijapranata, Semarang. [30] Young, JF. (1968). “The Influence of Sugar on the Hydration of Tricalcium Aluminate”. Proceeding the Fith International Symposium on the Chemistry of Cement, 256-267. [31] Neville, AM. (1999). Properties of Concrete, Fourth and Final Edition, Pearson Education Limited, England. [32] Susilorini, Rr. M.I. Retno., Sambowo, Kusno Adi., Purwanto, Hendro dan Apriando P, Proylin. (2011). “Compressive Strength of Mortar with Sugar Based Admixture Exposed to Seawater”, Proceedings of The 12th International Conference on QIR (Quality of Research), Faculty of Engineering, University of Indonesia, pp. 2176-2178.
82
View more...
Comments