Skenario 3
April 22, 2019 | Author: Khansa Alifia | Category: N/A
Short Description
mpt...
Description
WRAP UP PBL BLOK MPT Bengkak Lutut Kanan
Kelompok A-5 Ketua : Ajeng Tri Rengganis
(1102016014)
Sekretaris
(1102016097)
: Khansa Alifia Syafiqah
Anggota: Ilham Syahputra
(1102015095)
Intan Sukmawati
(1102016090)
Annisa Rahmatia
(1102016029)
Deandra Salma Arumpuspa
(1102016047)
Ibnu Hakim Anshori N.
(1102016085)
Juliva Syahira
(1102016094)
Maharani Febrianda Savitri
(1102016107)
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi 2016/2017
Jl. Let. Jend.Suprapto.Cempaka Putih, Jakarta Pusat. DKI Jakarta. Indonesia. 10510. Telepon:+62 21 420667
Daftar Isi
Daftar ............................................. ..................................................................... ............................................... ............................................... ............................................... ....................... 2 Skenario .............................................. ...................................................................... ............................................... ............................................... ........................................... ................... 3 Identifikasi kata sulit .............................................. ..................................................................... .............................................. ............................................... ........................ 4 Brainstroming ............................................ .................................................................... ............................................... ............................................... .................................... ............ 4 Hipotesis ............................................. ..................................................................... ............................................... ............................................... ........................................... ................... 6 L.O.1 Memahami Mema hami dan menjelaskan Autoimun .......................... .................................................. ............................................... ........................... .... 8 L.O.2 Memahami dan menjelaskan m enjelaskan Artritis Rheumatoid ......................... ................................................. .................................... ............ 12 L.O.3 Memahami dan menjelaskan Pandangan Islam dalam Menghadapi Penyakit ................... ................... 18 Daftar Pustaka ............................................ .................................................................... ............................................... ............................................... .................................... ............ 21
2
SKENARIO 3 BENGKAK LUTUT KANAN Seorang laki-laki berusia 45 tahun, masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan bengkak dan nyeri pada lutut l utut kanan sejak 6 hari yang lalu. Keluhan yang sama s ama hilang timbul sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan lainnya kadang-kadang timbul demam dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik lain tidak didapatkan kelainan. Dokter mendiagnosis pasien menderita Artritis Rheumatoid yang merupakan salah satu penyakit autoimun. Kemudian dokter menyarankan pemeriksaan laboratorium hematologi dan dirawat untuk follow up pemeriksaan serta terapi. Dokter menyarankan agar pasien bersabar dalam menghadapi penyakit karena membutuhkan penanganan seumur hidup.
3
KATA SULIT 1. Patella Joint Dextra : Sendi Patella (tutup lutut; tulang sesamoid bentuk segitiga yang terletak depan lutut pada insersimusculi quadriceps semoris) sebelah kanan 2. Calor
: salah satu tanda peradangan
3. Artritis Rheumatoid : Penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progresif dimana sendi merupakan target 4. Hematologi : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari darah dan jaringan pembentukan darah termasuk morfologi, fisiologi dan patologi 5. Autoimun
: Terjadi jika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan
6. Oedem tubuh
: Pengumpulan cairan secara abnormal di ruangan interserluler
PERTANYAAN 1. Mengapa autoimun dapat terjadi? 2. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan penyakit autoimun? 3. Apa saja diagnosis banding Artritis Rheumatoid? 4. Mengapa pasien memerlukan penanganan seumur hidup? 5. Apa gejala dari artritis rheumatoid? 6. Kenapa terjadi edema dan calor pada patella sebelah kanan? 7. Bagaimana komplikasi dari Artritis Rheumatoid? 8. Apa pemeriksaan penunjang Artritis Rheumatoid? 9. Bagaimana pathogenesis Artritis rheumatoid? 10. Bagaimana cara menentukan diagnosis autoimunitas? 11. Bagaimana sikap kita dalam menghadapi penyakit yang butuh penanganan seumur hidup? 12. Mengapa pasien mengalami demam? JAWABAN 1. Autoimun terjadi karena adanya kegagalan dalam toleransi imunogenik 2. Jenis kelamin (pada wanita karena lebih banyak hormone estrogen), usia, genetik, gaya hidup dan lingkungan 3. Artritis Viral, Artritis Reakitf, Artritis Traumatik 4. Penyakit autoimunitas tidak bias disembuhkan dengan total dan belum ditemukan obat yang tepat tapi bisa dihindari faktor terjadinya relaps salah satunya stress 5. Pembengkakan, nyeri sendi, perbatasan gerak, gangguan pertumbuhan, demam, anemia, berat badan turun, dan perubahan ukuran sendi
4
6. Terjadi edema karena terjadinya autoimun, calo terjadi karena adanya inflamasi 7. Sindrom Carpal Turner dan serangan jantung 8. Pemeriksaan darah perifer lengkap, faktor rheumatoid, laju endap darah/Creaction protein, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal, rontgen 9. AR menyerang synovial (lapisan yang mengelilingi sendi) kemudian terjadi inflamasi yaitu penebalan synovial yang akhirnya merusak tulang dalam s endi. Inflamasi ada dua yaitu kronik dimana ketidakseimbangan antara mediator inflamasi dan antiinflamasi sehingga menyebabkan kerusakan pada sendi/ jaringan. Dan Inflamasi berkepanjangan yaitu kerusakan pada cartilage dan tulang daerah sekitarnya 10. Dengan RIA, ELISA, Imunofluoresensi, dan elektroforesis countercurrent 11. Harus percaya bahwa setiap penyakit ada obatnya serta bersikap tawakal dan ikhlas dalam menghadapi penyakit 12. Sistem imun menyerang sel normal lalu tejadi inflamasi dan inflamasi merangsang kenaikan set point di hipotalamus
5
HIPOTESIS Kegagalan dalam toleransi imunogenik dapat menyebabkan penyakit autoimun salah satunya Artritis Rheumatoid yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik, jenis kelamin, usia, gaya hidup dan lingkungan. Penyakit ini tidak bisa Penyakit autoimunitas tidak bias disembuhkan dengan total dan belum ditemukan obat yang tepat tapi bisa dihindari faktor terjadinya relaps. Namun Islam mengajarkan bahwa kita Harus percaya bahwa setiap penyakit ada obatnya serta bersikap tawakal dan ikhlas dalam menghadapi penyakit.
6
SASARAN BELAJAR LO 1 Memahami dan menjelaskan Autoimun 1.1 Definisi 1.2 Faktor Pencetus 1.3 Patofisiologi 1.4 Klasifikasi 1.4.1 Sistemik 1.4.2 Spesifik 1.5 Pemeriksaan secara Global LO 2 Memahami dan menjelaskan Artritis Rheumatoid 2.1 Definisi 2.2 Etiologi 2.3 Patogenesis 2.4 Manifestasi berdasarkan Kriteria ARA 2.5 Diagnosis Umum dan Banding 2.6 Tata Laksana 2.7 Komplikasi 2.8 Prognosis LO 3 Memahami dan menjelaskan Pandangan Islam dalam Menghadapi Penyakit
7
LO 1 Memahami dan menjelaskan Autoimun
1.1
Definisi Autoimunitas didefinisikan sebagai respons imun terhadap antigen diri (autogous). Autoimunitas adalah respon imun tubuh terhadap antigen diri yang di sebabkan oleh autoantibodi terhadap antigen diri atau sel T autoreaktif terhadap antigen diri. 1.2 Faktor Pencetus
Faktor Genetik
Jika penyakit autoimun mengenai salah satu dari saudara kembar, maka penyakit yang sama kemungkinan lebih besar mengenai saudara kembarnya daripada anggota populasi umum yang tidak berhubungan. berhubungan. Banyak penyakit autoimun pada hewan peliharaan dan manusia yang dikaitkan dengan alel MHC tertentu. Hubungan antara sel human leukocyte antigen (HLA) dan penyakit autoimun pada pada manusia ditemukan ditemukan beberapa tahun tahun yang lalu dan merupakan merupakan salah satu indikasi pertama bahwa sel T memainkan peranan penting pada kelainan ini (karena satu satunya fungsi molekul MHC yang diketahui adalah menyajikan antigen peptida kepada sel T)
Faktor Lingkungan
Infeksi dapat mengaktifkan limfosit autoreaktif, sehingga memicu timbulnya penyakit autoimun. autoimun. Respon imun alami terhadap infeksi dapat mengubah struktur kimia autoantigen. Sebagai contoh, beberapa jenis infeksi periodontal dikaitkan dengan artritis reumatoid. Dikaitkan bahwa respon inflamasi akut dan kronik terhadap berbagai bakteri tersebut menyebabkan menyebabkan konversi enzimatik enzimatik arginin menjadi sitrulin pada protein diri, dan protein tersitrulinasi ini dikenali sebagai asing dan memicu memicu timbulnya respon imun adaptif
Faktor Hormon
Wanita menunjukan kecenderungan menderita penyakit autoimun dibanding pria. Wanita pada umumnya juga memproduksi memproduksi lebih banyak antibody dibanding pria yang biasanya merupakan respons proinflamasi Th1. Hormon esteregon diduga sebagai salah satu penyebab penyakit auto imun, saat wanita hamil, hormon prolaktin bekerja dan menunjukan efek imunostimulasi terutama terhadap sel . 1.3 Patofisiologi Dasar patofisiologi penyakit kompleks imun adalah reaksi Hipersinsitifitas III menurut Gell dan Comb. Reaksi yang terjadi disebut juga reaksi kompleks imun, terjadi bila kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam jaringan / sirkulasi / dinding pembuluh darah dan mengaktifkan
8
komplemen. Biasanya antibodi berupa IgG dan IgM yang mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik,sedangkan IgA melalui jaluralternatif. Pada penyakit kompleks imun alergik seperti Aspergilosis Bronkopulmonari Alergik IgE juga berperan melalui reaksi Hipersensitifitas Tipe I Gell dan Comb. Komplemen yang diaktifkan kemudian melepas Macrophage Chemotactic Factor. Makrofag yang dikerahkan ketempat tersebut melepas enzimproteaso dan enzim lain yang dapat merusak jaringan sekitarnya. Makrofag juga melepas bahan toksik yang berasal dari metabolism oksigen dan arginine (Oksigen radikal bebas) yang menyebabkan kerusakan jaringan lebih parah. Antigen dapat berasal dari infeksi kuman patogen persisten (malaria), bahan yang terhirup (spora (s pora jamur menimbulk anal veolitis alergik ekstrinsik) atau dari jaringan sendiri (penyakit autoimun).Infeksi dapat disertai dengan antigen dalam jumlah yang berlebihan, tetapi tanpa adanya respons antibodi yang efektif. Dalam keadaan normal kompleks imun dimusnahkan oleh sel fagosit mononuclear, terutama di hati, limpa dan paru tanpa bantuan komplemen. Dalam proses tersebut ukuran kompleks merupakan factor yang penting. Pada umumnya kompleks yang besar dapat dengan mudah dan cepat dimusnahkan oleh makrofag dalam hati, sedangkan kompleks kecil sulit untuk dimusnahkan karena itu dapat lebih lama berada dalam sirkulasi. Diduga bahwa gangguan fungsi fagosit merupakan penyebab mengapa kompleks imun sulit dimusnahkan. Meskipun kompleks imun berada di dalam sirkulasi untuk jangka waktu lama, biasanya tidak berbahaya. Permasalahannya akan timbul bila kompleks imun tersebut mengendap di jaringan. Hal yang memungkinkan terjadinya pengendapan kompleks imun dalam jaringan ialah, ukuran kompleks imun yang kecil dan permeabilitas vascular yang meninggi, antara lain karena histamine yang dilepas. Komplemen, mastosit dan trombosit ikut berperan pada pengelepasan histamine tersebut. Histamin dilepas dari mastosit atas pengaruhana filaktosin (C3a dan C5a) yang dilepas pada aktivasi komplemen. Kompleks imun lebih mudah diendapkan misalnya dalam kapiler glomerulus, bifurkasi pembuluh darah, pleksuskoroid dan ciliary body mata. Pada Lupus Eitomatosus Sistemik (LES), ginjal merupakan tempat endapan kompleks imun. Pada artritis rheumatoid, sel plasma dalam sinovium membentuk anti IgG (factor rheumatoid berupa IgM) dan menimbulkan kompleks imun di sendi. Toleransi Imun
Clonal Anergy Sel B atau T yang auto reaktif menjadi tidak aktif di individu yang normal dan tidak bisa mengganggu sistem imun. Clonal Deletion
9
Sel limfoid yang auto reaktif dihancurkan oleh tubuh selama masa perkembangannya. Molecular Mimicry Theory Bakteri atau virus dapat menyebabkan kesalahan respon imun dengan melawan sel tubuh yang sehat.Hal ini diakibatkan fragmen protein bakteri yang sangat mirip dengan protein protein sel tubuh. Sequestered Antigen Antigen sendiri yang karena letak anatominya tidak terpajan dengan sel b/ sel T dari sistem imun. Pada keadaan normal, sequestered antigen dilindungi dan tidak ditemukan untuk dikenal sistem imun. Perubahan anatomi dalam jaringan seperti inflamasi (sekunder oleh infeksi, kerusakan iskemia/ trauma) dapat memajankan sequestered antigen dengan sistem imun yang tidak terjadi pada keadaan normal. Contohnya protein lensa intraokular, sperma, dan MBP. Toleransi Sel T a. Toleransi sentral Toleransi sentral adalah induksi toleransi saat limfosit berada dalam perkembangannya di timus. Proses seleksi terjadi untuk menyingkirkan limfosit yang self-reaktif. Melalui proses yang disebut seleksi positif, sel hidup melalui ikatan dengan kompleks MHC. Sel T dengan TCR yang gagal berikatan dengan self-MHC dalam timus akan mati dengan apoptosis. b. Toleransi perifer Toleransi perifer merupakan mekanisme yang diperlukan untuk mempertahankan toleransi terhadap antigen yang tidak ditemukan dalam organ limfoid primer atau terjadi bila ada klon sel dengan reseptor afinitas rendah yang lolos dari seleksi primer. Terdapat mekanisme yang dapat mencegah terjadinya toleransi perifer, seperti ignorance, anergi dan kostimulasi dan mekanisme regulasi oleh sel Treg. Toleransi Sel B a. Toleransi sentral Prinsip seleksi dan eliminasi sel yang self reaktif pada toleransi sel T juga berlaku pada sel B. sel B yang self reaktif dihancurkan dalam sumsum tulang. Toleransi sentral sel B terjadi bila sel B imatur terpajan dengan self-antigen yang multivalent dalam sumsum tulang. Hal tersebut menimbulkan apoptosis atau spesifisitas baru yang disebut receptor editing. b. Toleransi perifer
10
Setelah meninggalkan sumsum tulang, sel B yang relative imatur bermigrasi ke zona sel T luar dalam limpa. Sel B dengan seleksi negative menempati limpa, diproses untuk induksi anergi, dicegah bermigrasi ke sel folikel sel B dan apoptosis ditingkatkan. Siklus hidup sel B self-reaktif dalam limpa adalah 1-3 hari. Namun beberapa sel B anergik self-reaktif masih dapat mengikat antigen dengan afinitas tinggi, berperan dalam respon terhadap antigen asing. Proses hipermutasi somatik gen immunoglobulin pada sel B matang di sentrum germinativum kelenjar limfoid juga mempunyai potensi untuk membentuk autoantibodi. 1.4 Klasifikasi Penyakit autoimun menurut organ : a. Penyakit autoimun non-organ spesifik Penyakit autoimun yang non-organ spesifik terjadi karena dibentuknya antibody terhadap autoantigen yang tersebar luas di dalam tubuh, misalnya DNA. Pada penyakit autoimun yang non-organ spesifik sering juga dibentuk kompleks imun yang diendapkan pada dinding pembuluh darah, kulit, sendi dan ginjal serta menimbulkan kerusakan. Yang termasuk penyakit autoimun sistemik: - Ankylosing sponkylitis - Multiple sclerosis - Rheumatoid artritis - Scleroderma - Systemic lupus erythematosus b. Penyakit autoimun organ spesifik Terbentuknya antibodi terhadap jaringan alat tubuh. Contoh alat tubuh yang menjadi sasaran yaitu kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, lambung dan pankreas. Yang termasuk penyakit autoimun spesifik : - Tiroiditis Hashimoto - Tirotoksikosis - Anemia pernisiosa - Gastritis atrofi autoimun - Penyakit Addison 1.5 Pemeriksaan secara Global I. Pemeriksaan Autoantibodi Anti Nuklir Antibodi (ANA), (ANA), Anti-dsDNA dll Antibodi antinuklear (ANA , juga dikenal sebagai faktor anti nuklir autoanti bodi di yang mengikat isi dari inti sel . Pada orang atau ANF) adalah autoantibo normal, sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi terhadap protein asing ( antigen antigen ) tetapi tidak untuk protein manusia (autoantigens ) autoantigens ) . Pada beberapa individu, diproduksi antibodi terhadap antigen manusia. Ada banyak subtipe ANA seperti antianti-Ro antibodi , antibodi , anti-La anti-La antibodi , antibodi , anti-Sm antibodi , antibodi , anti-nRNP anti-nRNP
antibodi , anti SCL-70-antibodi , anti-dsDNA antibodi , antibodi anti-histon, antibodi kompleks pori nuklir , antibodi , antibodi anti-sentromer dan antibodi anti-SP100. Masi Masi ng-ma ng-masing subt subtipe ant antii bodi mengika ngik at prote rotei n yang yang ber beda atau kom kompleks leks
11
prot prote ei n dalam lam i nti. nti. Autoa Autoanti nti bodi terseb rsebut di temukan ukan dalam lam banya nyak ganggua gangguan n termasuk autoimunitas, kanker autoimunitas, kanker dan infeksi , infeksi , de dengan ngan prev preva alensi lensi yang yang be ber beda dari anti anti bodi odi ter ter g antung antung pada pada kondisi . H al ini i ni memungki ung ki nkan pengg penggunaa unaan n AN A N A dalam dalam diagnosis beberapa gangguan autoimun, termasuk lupus eritematosus sistemik, sindrom sindrom Sjögren , Sjögren , skleroderma skleroderma , , penyakit penyakit jaringan ikat campuran , campuran , polymyositis polymyositis , , Kehadiran dermatomyositis , dermatomyositis , hep hepat atii tis tis autoi autoi mun dan oba obat di di i nduk nduksi si lupus . ANA dalam darah dapat dikonfirmasi dengan tes skrining. Meskipun ada banyak tes untuk mendeteksi ANA, tes yang paling umum digunakan untuk skrining yang imunofluoresensi tidak langsung dan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Setelah deteksi ANA, berbagai subtipe ditentukan. II. Pemeriksaan Komplemen Komplemen adalah suatu molekul dari sistem imun non spesifik, terdapat dalam sirkulasi dalam keadaan tidak aktif. Bila terjadi aktifasi oleh antigen , komplek imun dan lain lain, akan menghasilkan berbagai mediator yang aktif untuk menghancurkan antigen tersebut 4,5,6,7 . Pemeriksaan komplemen dalam serum dimaksudkan untuk mengukur fungsi aktifasi sistem imun, baik opsonisasi, kemotaksis dan lisis. Komplemen dapat diaktifasi melalui 3 jalur yaitu yaitu klasik, lektin dan alternatif. Aktifasi komplemen terjadi secara berantai, produk yang dihasilkan menjadi katalisator reaksi berikutnya. Produk aktifasi komplemen, mempunyai sifat kemotaksis, opsonin dan sitolisis. Pada orang normal, aktifasi komplemen berakhir setelah kuman dimusnahkan. Aktifasi komplemen di inhibisi oleh enzim esterase (C1 inhibitor esterase dst nya). Pada penderita penyakit autoimun, inhibitor esterase ini tidak berfungsi (defisiensi), sehingga komplemen diaktifasi terus menerus, menyebabkan inflamasi kronik. Pemeriksaan komplemen dapat memonitor hasil pengobatan disamping menilai aktifasi penyakit autoimun. Kadar komplemen yang rendah (menurun) menunjukkan aktifnya penyakit. Setelah pengobatan minimal 3 minggu, kadar komplemen diperiksa ulang ,biasanya C3 (jalur alternatif) dan C4 (jalur klasik). LO 2 Memahami dan menjelaskan Artritis Rheumatoid
2.1 Definisi Artritis Rheumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. 2.2 Etiologi Penyebab pasti rheumatoid arthritis tidak diketahui, diperkirakan merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus. Menurut Smith dan Haynes (2002), ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita rheumatoid arthritis yaitu :
12
1). Faktor genetik Beberapa penelitian yang telah dilakukan melaporkan terjadinya rheumatoid arthritis sangat terkait dengan faktor genetik. Delapan puluh persen orang kulit putih yang menderita rheumatoid arthritis mengekspresikan arthritis mengekspresikan HLA-DR1 atau HLA-DR4 pada MHC yang terdapat di permukaan sel T. Pasien yang mengekspresikan antigen HLA-DR4 3,5 kali lebih rentan terhadap rheumatoid arthritis. arthritis. 2). Usia dan jenis kelamin Insidensi rheumatoid arthritis lebih banyak dialami oleh wanita daripada laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Wanita memiliki hormon estrogen sehingga dapat memicu sistem imun. Onset rheumatoid arthritis terjadi pada orang-orang usia sekitar 50 tahun. 3). Infeksi Infeksi dapat memicu rheumatoid arthritis pada host yang mudah terinfeksi secara genetik. Virus merupakan agen yang potensial memicu rheumatoid arthritis seperti parvovirus, rubella, EBV, borellia burgdorferi. 4). Lingkungan Faktor lingkungan dan gaya hidup juga dapat memicu rheumatoid arthritis seperti merokok. Ada beberapa teori penyebab rheumatoid arthritis antara lain infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus nonhemolitikus, endokrin, autoimun, metabolik dan faktor genetik serta faktor pemicu lainnya. Pada saat ini, rheumatoid arthritis diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita (Alamanos dan Drosos, 2005; Rindfleisch dan Muller, 2005).
2.3 Patofisiologi RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi. Reaksi autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari proliferasi makrofag dan fibroblast sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terbentuknya pannus akibat terjadinya pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi. Pannus inflamasi. Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang Respon imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan faktor pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik
13
Sel T dan sel B merupakan respon imunologi spesifik. Sel T merupakan bagian dari sistem immunologi spesifik selular berupa Th1, Th2, Th17, Treg, Tdth, CTL/Tc, NKT. Sitokin dan sel B merupakan respon imunologi spesifik humoral, sel B berupa IgG, IgA, IgM, IgE, IgD (Baratwidjaja, 2012). 2012). Peran sel T pada pada RA diawali oleh interaksi antara reseptor sel T dengan share epitop epit op dari major histocompability complex class II (MHCII-SE) dan peptida pada antigen-presenting cell (APC) pada sinovium atau sistemik. Dan peran sel B dalam imunopatologis RA belum diketahi secara pasti (Suarjana, 2009).
14
2.4 Manifestasi menurut ARA Kriteria Artritis Reumatoid, 1987 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kaku pagi hari Artritis pada 3 daerah persendian atau lebih Artritis persendian tangan Artritis simetris Nodul reumatoid Faktor reumatoid serum positif Perubahan gambaran radiologis
Penderita dikatakan menderita Artritis Reumatoid jika memenuhi sekurang kurangnya kriteria 1-4 yang diderita sekurang kurangnya 6 minggu 2.5 Diagnosis umum dan banding Saat ini di Indonesia mendiagnosis Artritis Reumatoid mengacu pada kriteria menurut American College of Rheumatoid/European League Against Rheumatism 2010. Diagnosis AR ditegakkan bila pasien memiliki skor 6 atau lebih. Kriteria Klasifikasi AR ACR/EULAR 2010
Skor
A. Keterlibatan Sendi 1 sendi besar
0
2-10 sendi besar
1
1-3 sendi kecil (dengan/tanpa keterlibatan sendi besar)
2
4-10 sendi kecil (dengan/tanpa keterlibatan sendi besar)
3
Lebih dari 10 sendi (min. 1 sendi kecil)
5
B. Serologi RF dan ACPA ( – ) RF dan ACPA (+) rendah RF dan ACPA (+) tinggi
0 2 3
C. Reaktan fase akut LED dan CRP normal LED dan CRP abnormal
0 1
15
D. Lamanya sakit Kurang 6 minggu 6 minggu atau lebih
0 1
Diagnosis Banding Artritis Rheumatoid harus dibedakan dengan sejumlah penyakit lainnya seperti artropati reaktif yang berhubungan dengan infeksi, spondiloartopati seronegatif dan penyakit jaringan ikat lainnya seperti lupus eritematosus sistemik (LES) yang mungkin mempunyai gejala menyerupai Artritis rheumatoid. 2.6 Tata Laksana Terapi Non Farmakalogik
Terapi puasa, suplementasi asam lemak esensial, terapi spa dan latihan menunjukkan hasil yang baik. Terapi minyak ikan (cod liver oil) bisa digunakan sebagai NSAID-sparing agents pada penderita AR. Edukasi dan pendekatan multidisiplin dalam perawatan penderita, bisa memberikan manfaat jangka pendek. Pembedahan harus dipertimbangkan bila terdapat nyeri berat yang berhubungan dengan kerusakan sendi ekstensif, keterbatasan gerak yang bermakna atau keterbatasan fungsi yang berat dan ada ruptur tendon Terapi Farmakologik
Pada umumnya meliputi Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) untuk mengendalikan nyeri, glukokortikoid dan DMARD ( Disease ( Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs). Drugs). a. OAINS Sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan, Penderita AR mempunyai resiko dua kali lebih sering mengalami komplikasi serius akibat penggunaan OAINS dibandingkan dengan penderita osteoarthritis, oleh karena itu perlu pemantauan secara ketat terhadap gejala efek samping gastrointestinal. b. Glukokortikoid Steroid dengan dosis ekuivalen dengan prednisone kurang dari 10mg per hari cukup efektif untuk meredakan gejala dan dapat memperlambat kerusakan sendi. Dosis harus diberikan dalam dosis minimal karena resiko tinggi mengalami efek samping katarak, gejala Cushingoid , dan gangguan kadar gula darah. c. DMARD
16
Pemberian DMARD harus dipertimbangkan untuk semua penderita AR. Pemilihan jenis DMARD harus mempertimbangkan kepatuhan, beratnya penyakit, pengalaman dokter, dan adanya penyakit penyerta. DMARD yang paling umum digunakan adalah MTX, MTX, hidroksiklorokuin atau klorokuin fosfat, sulfasalazine dan leflunomide. 2.7 Komplikasi Komplikasi penyakit dapat mempersingkat hidup beberapa tahun pada beberapa individu, meskipun rheumatoid arthritis itu sendiri tidak fatal. Secara umum rheumatoid arthritis bersifat progresif dan tidak dapat disembuhkan, tetapi pada beberapa pasien penyakit ini secara bertahap menjadi kurang agresif dan gejala bahkan dapat membaik. Bagaimanapun, ji ka terjadi kerusakan tulang dan ligamen serta terjadi perubahan bentuk, efeknya akan permanen. Kecacatan dan nyeri sendi dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang umum. Sendi yang terkena bisa menjadi cacat, kinerja tugas bahkan tugas biasa sekalipun mungkin akan sangat sulit atau tidak mungkin. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Selain itu, rheumatoid arthritis adalah penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh selain sendi. Efek ini meliputi : a. Anemia : 75% mengalami anemia karena penyakit kronik dan 25% penderita tersebut memberikan respons terhadap terapi besi. b. Kanker : Mungkin akibat sekunder dari terapi te rapi yang diberikan, kejadian limfoma dan leukemia 2-3kali lebih sering terjadi pada penderita AR. Diperkirakan karena penggunaan OAINS c. Infeksi : Pasien dengan RA memiliki risiko lebih besar untuk infeksi. Obat imunosupresif akan lebih meningkatkan risiko. d. Penyakit jantung :RA dapat mempengaruhi pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung iskemik koroner. e. Penyakit paru-paru: Sebuah studi kecil menemukan prevalensi tinggi peradangan paru dan fibrosis pada pasien yang baru didiagnosis RA, namun temuan ini dapat dikaitkan dengan merokok. f. Vaskulitis 2.8 Prognosis Diagnosis dan pengobatan yang terlambat dapat membahayakan pasien. Sekitar 40% pasien rheumatoid arthritis ini menjadi cacat setelah 10 tahun. Akan tetapi, hasilnya sangatlah bervariasi. Beberapa pasien menunjukkan progresi yang nampak seperti penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya , sedangkan pasien lain mungkin menunjukkan progresi penyakit yang kronis. Prognosis yang buruk dapat dilihat dari hasil tes yang menunjukkan adanya cedera tulang pada tes radiologi awal, adanya anemia persisten yang kronis dan adanya antibodi anti-CCP. Rheumatoid Rheumatoid arthritis yang aktif terus-menerus selama lebih dari satu tahun cenderung menyebabkan deformitas sendi serta kecacatan. Morbiditas dan mortalitas karena masalah kardiovaskular meningkat pada penderita rheumatoid arthritis. arthritis. Secara
17
keseluruhan, tingkat mortalitas pasien rheumatoid arthritis adalah 2,5 kali dari populasi umum.
LO 3 Memahami dan menjelaskan Pandangan Islam dalam Menghadapi Penyakit
1. SABAR Definisi sabar Secara etimologi, sabar (ash-shabr) (ash-shabr) berarti: al-habs al-habs atau al-kaff (menahan), Allah berfirman: “ Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari.” hari.” (Al-Kahfi: 28) Maksudnya: tahanlah dirimu bersama mereka. Secara istilah, definisi sabar adalah: menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencari keridhaan Allah, Allah berfirman: “Dan orang -orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya” (Ar-Ra’d: 22). Ayat-Ayat Al-Quran Al-Baqarah 152-156
152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu men gingkari (nikmat)-Ku.
153. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
18
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
Mengenai sabar, Allah SWT berfirman, “wahai sekalian orang -orang yang beriman, bersabarlah kamu sekalian dan teguhkanlah kesabaranmu itu
dan tetaplah bersiap siaga” (QS.Ali imran : 200) Ayat ini memerintahkan untuk bersabar dalam menjalani ketaatan ketika mengalami musibah, menahan diri dari maksiat dengan jalan beribadah dan berjuang melawan kekufuran, serta bersiap siaga penuh untuk berjihad di
jalan Allah SWT. Tentang ayat ayat ini, Sahl bin Sa’ad meriwayatkan sebuah sebuah hadis dari Rasulullah SAW bahwa, “Satu hari berjihad di jalan Allah itu lebih baik ketimbang dunia dengan segala isinya” (HR. Al -Bukhari dan At-Tirmidzi) 2. IKHLAS Definisi ikhlas Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal-hal yang bisa mencampurinya.
Definisi ikhlas menurut istilah syar’i (secara terminologi) Syaikh Abdul Malik menjelaskan, Para ulama bervariasi dalam mendefinisikan ikhlas namun hakikat dari definisi-definisi mereka adalah sama. Diantara mereka ada yang mendefenisikan bahwa ikhlas adal ah “menjadikan tujuan hanyalah untuk
Allah tatkala beribadah”, yaitu jika engkau sedang beribadah beribadah maka hatimu dan wajahmu engkau arahkan kepada Allah bukan kepada manusia.
Ada yang mengatakan juga bahwa ikhlas adalah “membersihkan amalan dari komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang melakukan suatu amalan tertentu maka engkau membersihkan dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui apakah perkataan (komentar) mereka tentang perbuatanmu itu. Cukuplah Allah saja yang memperhatikan amalan kebajikanmu itu bahwasanya engkau ikhlas dalam amalanmu itu untukNya. Dan inilah yang seharusnya yang diperhatikan oleh setiap muslim, hendaknya ia tidak menjadikan perhatiannya kepada perkataan manusia sehingga aktivitasnya tergantung dengan komentar manusia, namun hendaknya ia menjadikan perhatiannya kepada Robb manusia, karena yang jadi patokan adalah keridhoan Allah kepadamu (meskipun manusia tidak meridhoimu). Ayat – ayat ayat Al-Quran tentang ikhlas: "Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)." (QS. Az-Zumar: 2-3). "Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama." (QS. Az-Zumar: 2-3). 3.
RIDHO Definisi ridho Ridho ( ) berarti suka, rela, senang, yang berhubungan dengan takdir (qodha dan qodar) dari Allah. Ridho adalah mempercayai sesungguh-
19
sungguhnya bahwa apa yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka adalah terbaik menurut Allah. Dan apapun yang digariskan oleh Allah kepada hamba-Nya pastilah akan berdampak baik pula bagi hamba-Nya. Ayat al-quran tentang ridho
“Sesungguhnya dien atau agama atau jalan hidup (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS Ali Imran ayat 19)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al -Ahzab -Ahzab ayat 21)
20
Dafftar Pustaka Abbas, A.K. & Lichtman, A.H.,2016. Imunologi Imunologi Dasar Abbas Edisi 5. Jakarta: J akarta: Penerbit Elsevier Alodokter.com diakses pada 23 mei 2017 pukul 21.32 Baratawidjaja KG, Rengganis I. 2014. Imunologi Dasar Edisi 11. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Manaf, Asman.2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam W. A. Newman Dorland. 2008. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. http://emedicine.medscape.com/article/331715-overview#aw2aab6b2b6aa, diakses pada tanggal 23 mei 2017. Pukul Pukul 19.36 https://muslim.or.id/10924-dan-jika-aku-sakit-dialah-yang-menyembuhkanku.html diakses pada tanggal 23 mei 2017 pukul 20.55
21
View more...
Comments