Dvt
December 2, 2018 | Author: Icha | Category: N/A
Short Description
DVT...
Description
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Deep vein thrombosis mengacu pada gumpalan darah yang berkembang di dalam vena yang lebih besar - biasanya jauh di dalam kaki bagian bawah atau paha. DVT menyerang sekitar s ekitar setengah juta orang Amerika Ameri ka setiap s etiap tahun dan menyebabkan sampai 100.000 kematian. Bahayanya adalah bahwa bagian dari pembekuan ini bisa pecah dan bergerak melalui aliran darah, di mana ia dapat menetap di paru-paru yang menyebabkan penyumbatan dalam aliran darah, kerusakan organ dan kematian. Deep Vein Thrombosis(DVT) merupakan bekuan darah yang terbentuk di vena dalam, biasanya di tungkai bawah. Kondisi ini cukup serius, karena terkadang bekuan tersebut bisa pecah dan mengalir melalui peredaran darah ke organ-organ vital dan bisa menyebabkan gangguan hingga kematian.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud DVT ? 2. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien DVT ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien stenosis pulmonal. 2. Tujuan khusus Mahasiwa/i dapat mengetahui dan menjelaskan : a) Anatomi fisiologi DVT b) Definisi DVT c) Etiologi DVT d) Patofisiologi DVT e) Manifestasi Klinis DVT f) Pemeriksaan diagnostik DVT 1
g) Komplikasi DVT h) Penatalaksanaan DVT i) Asuhan keperawatan DVT
D. Manfaat
1. Mahasiwa/i dapat mengetahui tentang DVT 2. Mahasiwa/i dapat memahami asuhan keperawatan DVT
BAB II
2
LANDASAN TEORI
A. Anatomi fisiologi
Vena merupakan pembuluh darah yang dilewati sirkulasi darah kembali menuju jantung sehingga disebut juga pembuluh darah balik. Dibandingkan dengan arteri, dinding vena lebih tipis dan mudah melebar. Sama seperti arteri , vena memiliki 3 lapis dinding yaitu tunika intima, tunika media dan tunika adventitia. Pada arteri lapisan yang tebal adalah tunika media sedangkan lapisan tebal pada vena adalah tunika adventitia , yang juga dikenal sebagai externa tunika. Ini adalah lapisan terluar dari pembuluh darah, yang menyediakan stabilitas struktural mirip lapisan tunika media di arteri. Sementara darah bergerak melalui arteri oleh aktivitas tunika media, pada vena menggunakan mekanisme yang berbeda yang disebut “pompa otot rangka”. Dalam pompa otot rangka, darah bergerak secara pasif melalui pembuluh darah oleh kontraksi otot rangka seluruh tubuh, yang memaksa darah untuk bergerak ke atas menuju jantung bukan penyatuan dalam tubuh extremeties rendah (tangan dan kaki). Kurang lebih 70% volume darah berada dalam sirkuit vena dengan tekanan yang relatif rendah. Kapasitas dan volume sirkuit vena ini merupakan faktor penentu penting dari curah jantung karena volume darah yang diejeksi oleh jantung tergantung pada alir balik vena. Sistem vena khususnya pada ekstremitas bawah terbagi menjadi 3 subsistem: 1. Subsistem vena permukaan 2. Subsistem vena dalam 3. Subsistem penghubung (saling berhubungan) Vena permukaan terletak di jaringan subkutan tungkai dan menerima aliran vena dari pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil di dalam kulit, jaringan subkutan dan kaki. Sistem permukaan terdiri dari: Vena Safena Magna dan Vena Safena Parva. Vena Safena Magna merupakan vena terpanjang di tubuh, berjalan dari maleolus naik ke bagian medial betis dan paha, bermuara
3
ke Vena Femoralis tepat di bawah selangkangan. Vena Safena Magna mengalirkan darah dari bagian anteromedial betis dan paha. Vena Safena Parva berjalan di sepanjang sisi lateral dari mata kaki melalui betis menuju lutut, mendapatkan darah dari bagian posterolateral betis dan mengalirkan darah ke Vena Poplitea, titik pertemuan keduanya disebut Safenopoplitea. Diantara Vena Safena Magna dan Parva banyak didapat anastomosis, hal ini merupakan rute aliran kolateral yang memiliki peranan penting saat terjadi obstruksi vena.
B. Definisi
Deep Vein Thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam yaitu sebagai kondisi timbunya trombus pada vena dalam. (Kapita Selekta Kedekteran, 2014) Deep
Vein
Thrombosis
(DVT) atau
trombosis
vena
dalam
adalah
penggumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah vena dalam. Kondisi ini umumnya muncul pada pembuluh vena besar yang terdapat di bagian paha dan betis. Trombosis vena juga dapat muncul di pembuluh darah vena lainnya, seperti lengan dan dapat menyebar hingga ke paru-paru. DVT yang menyerang paru paru ini dapat menyumbat separuh atau seluruh bagian dari arteri paru dan
4
menyebabkan timbulnya komplikasi berbahaya bernama emboli paru ( pulmonary embolism/PE) dan venous thromboembolism (VTE).
C. Etiologi
Berdasarkan “Triad of Virchow”, terdapat 3 faktor yang berperan dalam etiologi terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding pembuluh darah, perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah. Trombosis vena adalah suatu deposit intra vaskuler yang terdiri dari fibrin, sel darah merah dan beberapa komponen trombosit dan lekosit. Etiologi terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut :
Stasis vena
Kerusakan pembuluh darah.
Aktivitas faktor pembekuan.
D. Patofisiologi
Trombosis adalah pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah, dalam hal DVT bekuan darah terjadi di pembuluh darah balik (vena) sebelah dalam, bisa terjadi terbatas pada sistem vena kecil saja namun juga bisa melibatkan pembuluh vena besar seperti Vena Iliaka atau Vena Kava. Seperti dibahas sebelumnya, mekanisme yang mengawali terjadinya trombosis berdasar “trias Vircow” ada 3 faktor pendukung yakni:
Adanya stasis dari aliran darah
Timbulnya cedera pada endotel pembuluh darah
Pengaruh hiperkoagulabilitas darah Stasis atau lambatnya aliran darah merupakan predisposisi untuk
terjadinya trombosis, yang menjadi faktor pendukung terjadinya stasis adalah adanya imobilisasi lama yakni kondisi anggota gerak yang tidak aktif digerakkan dalam jangka waktu yang lama. Imobilisasi lama seperti masa perioperasi atau akibat paralisis, dapat menghilangkan pengaruh dari pompa vena perifer, meningkatkan
5
stagnasi hingga terjadi pengumpulan darah di ekstremitas bawah. Terjadinya stasis darah yang berada di belakang katup vena menjadi faktor predisposisi timbulnya deposisi trombosit dan fibrin sehingga mencetuskan terjadinya trombosis vena dalam. Cedera endotel meski diketahui dapat mengawali pembentukan trombus, namun tidak selalu dapat ditunjukkan adanya lesi yang nyata, pada kondisi semacam ini nampaknya disebabkan adanya perubahan endotel yang samar seperti akibat terjadinya perubahan kimiawi, iskemia atau anoksia, atau peradangan. Penyebab kerusakan endotel yang jelas adalah adanya trauma langsung pada pembuluh darah, seperti akibat fraktur dan cedera pada jaringan lunak, tindakan infus intra vena atau substansi yang mengiritasi seperti kalium klorida, kemoterapi ataupun antibiotik dosis tinggi. Hiperkoagulabilitas darah tergantung pada interaksi kompleks antara berbagai variabel termasuk endotel pembuluh darah, faktor-faktor pembekuan dan trombosit, komposisi dan sifat-sifat aliran darah, sistem fibrininolitik intrinsik pada sistem pembekuan darah. Keadaan hiperkoagulasi bisa terjadi jika terjadi perubahan pada salah satu dari variabel-variabel tersebut. Trombosis
vena,
apapun
rangsangan
yang
mendasarinya,
akan
meningkatkan resistensi aliran vena dari ekstremitas bawah. Dengan meningkatnya resistensi, pengosongan vena akan terganggu, menyebabkan peningkatan volume dan tekanan darah vena. Trombosis bisa melibatkan kantong katup hingga merusak fungsi katup. Katup yang tidak berfungsi atau yang inkompeten mempermudah terjadinya stasis dan penimbunan darah di ekstremitas. Dalam perjalanan waktu dengan semakin matangnya trombus akan menjadi semakin terorganisir dan melekat pada dinding pembuluh darah. Sebagai akibatnya, resiko embolisasi menjadi lebih besar pada fase-fase awal trombosis, namun demikian ujung bekuan tetap dapat terlepas dan menjadi emboli sewaktu fase organisasi. Selain itu perluasan trombus dapat membentuk ujung yang panjang dan bebas selanjutnya dapat terlepas menjadi emboli yang menuju sirkulasi paru-paru. Perluasan progresif juga meningkatkan derajat
6
obstruksi vena dan melibatkan daerah-daerah tambahan dari sistem vena. Pada akhirnya, patensi lumen mungkin dapat distabilkan dalam derajat tertentu atau direkanalisasi dengan retraksi bekuan dan lisis melalui system fibrinolitik endogen. Tetapi beberapa kerusakan residual tetap bertahan.
E. Manifestasi klinis
Keluhan dan gejala trombosis vena dalam dapat berupa 1. Nyeri Intensitas nyeri tidak tergantung kepada besar dan luas trombosis. Trombosis vena di daerah betis menimbulkan nyeri di daerah tersebut dan bisa menjalar ke bagian medial dan anterior paha. Keluhan nyeri sangat bervariasi dan tidak spesifik, bisa terasa nyeri atau kaku dan intensitasnya mulai dari yang enteng sampai hebat. Nyeri akan berkurang kalau penderita istirahat di tempat tidur, terutama posisi tungkai ditinggikan. 2. Pembengkakan/Oedema Timbulnya edema disebabkan oleh sumbatan vena di bagian proksimal dan peradangan jaringan perivaskuler. Apabila pembengkakan ditimbulkan oleh sumbatan maka lokasi bengkak adalah di bawah sumbatan dan tidak nyeri, sedangkan apabila disebabkan oleh peradangan perivaskuler maka bengkak timbul pada daerah trombosis dan biasanya di sertai nyeri. Pembengkakan bertambah kalau penderita berjalan dan akan berkurang kalau istirahat di tempat tidur dengan posisi kaki agak ditinggikan. 3. Perubahan warna kulit Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan pada trombosis vena dalam dibandingkan trombosis arteri. Pada trombosis vena perubahan warna kulit di temukan hanya 17%-20% kasus. Perubahan warna kulit bisa berubah pucat dan kadang-kadang berwarna ungu.
7
4. Sindroma post-trombosis. Penyebab terjadinya sindroma ini adalah peningkatan tekanan vena se bagai konsekuensi dari adanya sumbatan dan rekanalisasi dari vena besar. Keadaan ini mengakibatkan meningkatnya tekanan pada dinding vena dalam di daerah betis sehingga terjadi imkompeten katup vena dan perforasi vena dalam. Semua keadaan di atas akan mengakibatkan aliran darah vena dalam membalik ke daerah superfisilalis apabila otot berkontraksi, sehingga terjadi edema, kerusakan jaringan subkutan, pada keadaan berat bisa terjadi ulkus pada daerah vena yang di kenai. Manifestasi klinis sindroma post-trombotik yang lain adalah nyeri pada daerah betis yang timbul / bertambah waktu penderitanya berkuat (venous claudicatio), nyeri berkurang waktu istirahat dan posisi kaki ditinggikan, timbul pigmentasi dan indurasi pada sekitar lutut dan kaki sepertiga bawah. Trombosis vena dalam (DVT) menyerang pada pembuluh-pembuluh darah sistem vena dalam . Serangan awalnya disebut trombosis vena dalam akut, adanya riwayat trombosis vena dalam akut merupakan predisposisi terjadinya
trombosis
vena
dalam
berulang.
Episode
DVT
dapat
menimbulkan kecacatan untuk waktu yang lama karena kerusakan katupkatup vena dalam. Emboli paru adalah resiko yang cukup bermakna pada trombosis vena dalam. Kebanyakan trombosis vena dalam berasal dari ekstremitas bawah, banyak yang sembuh spontan dan sebagian lainnya menjadi parah dan luas hingga membentuk emboli. Penyakit ini dapat menyerang satu vena atau lebih, vena di daerah betis adalah vena-vena yang paling sering terserang. Trombosis pada vena poplitea, femoralis superfisialis dan segmen-segmen vena iliofemoralis juga sering terjadi. DVT secara khas merupakan masalah yang tidak terlihat karena biasanya tidak bergejala, terjadinya emboli paru dapat menjadi petunjuk klinis pertama dari trombosis. Pembentukan trombus pada sistem vena dalam
8
dapat tidak terlihat secara klinis karena kapasitas system vena yang besar dan terbentuknya sirkulasi kolateral yang mengitari obstruksi. Diagnosisnya sulit karena tanda dan gejala klinis DVT tidak spesif ik dan beratnya keadaan tidak berhubungan langsung dengan luasnya penyakit. Gejala-gejala dari DVT berhubungan dengan rintangan dari darah yang kembali ke jantung dan aliran balik pada kaki. Secara klasik, gejala-gejala termasuk: Nyeri
F.
Bengkak
Hangat dan
Kemerahan.
Sesak
Pemeriksaan diagnosis
Untuk
mendiagnosa
penderita
DVT
dengan
benar
diperlukan
pemeriksaan dan evaluasi pada penderita secara hati-hati dan seksama, meliputi keluhan dan gejala klinis serta adanya faktor resiko terjadinya trombosis vena yang didapat pada penderita sebagaimana dijelaskan pada gambaran klinis di depan. Namun karena keluhan dan gejala klinis penyakit vena tidak spesifik dan sensitif untuk menegakkan diagnosis sebagai DVT maka perlu ditambah dengan metode-metode evaluasi noninvasif maupun invasif. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk mendeteksi dan mengevaluasi obstruksi atau refluks vena melalui katup-katup yang tidak berfungsi baik. Selanjutnya ada pemeriksaan fisik yang bisa dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa trombosis vena dalam antara lain:
Tes dari Homan ( Homan’s test ) yakni dengan melakukan dorsofleksi pada kaki maka akan didapatkan peningkatan rasa nyeri pada betis belakang. Nilai diagnostik pemeriksaan ini rendah dan harus hati-hati karena bisa menjadi pemicu terlepasnya trombus.
9
Tanda dari Pratt ( Pratt’s sign ), dilakukan squeezing pada otot betis maka akan timbul peningkatan rasa nyeri. Setelah penderita dilakukan anamnesa dan pemeriksaan klinis yang
mengarah terjadinya DVT selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya:
Pemeriksaan D-Dimer D-dimer merupakan tes darah yang digunakan sebagai tes penyaringan (screening) untuk menentukan apakah ada bekuan darah. D-dimer adalah kimia yang dihasilkan ketika bekuan darah dalam tubuh secara berangsurangsur larut/terurai. Tes digunakan sebagai indikator positif atau negatif. Jika hasilnya negatif, maka tidak ada bekuan darah. Jika tes D-dimer positif, bukan berarti bahwa terjadi trombosis vena dalam, karena banyak kasuskasus lain mempunyai hasil positif (kehamilan, infeksi, malignansi). Oleh sebab itu, pengujian D-dimer harus digunakan sebagai sarana skrening.
Doppler ultrasound Teknik Doppler dipakai untuk menentukan kecepatan aliran darah dan pola aliran dalam sistem vena dalam dan permukaan. Pola aliran vena normal ditandai dengan peningkatan aliran ekstremitas bawah selama ekspirasi dan menurun selama inspirasi. Pada obstruksi vena variasi pernafasan fasik tersebut tidak tampak. Terdapat sejumlah manuver yang dapat dipakai untuk membangkitkan pola aliran abnormal seperti manuver valsava dan kompresi vena. Bila didapat katup vena yang fungsinya tidak baik, saat dilakukan kompresi dengan manset pada tungkai akan meningkatkan tekanan di distal yang berakibat timbulnya refluks. Pemakaian Doppler memungkinkan penilaian kualitatif katup pada vena dalam, vena permukaan dan vena penghubung, juga mendeteksi adanya obstruksi pada vena dalam maupun vena permukaan. Pemeriksaan ini sederhana, tidak invasif tetapi memerlukan teknik dan pengalaman yang baik untuk menjamin akurasinya.
10
Duplex ultrasonic scanning Pemakaian alat ini untuk mendapatkan gambaran vena dengan teknik penggabungan informasi aliran darah Doppler intravaskuler dengan gambaran ultrasonic morfologi vena. Dengan teknik ini obstruksi vena dan refluks katup dapat dideteksi dan dilokalisasi.
Pletismografi vena Teknik ini mendeteksi perubahan dalam volume darah vena di tungkai. Teknik pletismograf.
Venografi Merupakan teknik yang dianggap paling dipercaya untuk evaluasi dan
perluasan penyakit vena. Tetapi ada kelemahan mengingat sebagai
tes invasif dibanding noninvasif yakni lebih mahal, tidak nyaman bagi penderita, resiko lebih besar.
G. Komplikasi
Beberapa komplikasi DVT yang tidak segera ditangani selain penyakit emboli paru yang telah disebutkan sebelumnya adalah sindrom paska trombosis. Kondisi ini menyebabkan sumbatan pada salah satu pembuluh darah di paru.
H. Penatalaksanaan
DVT dapat dicegah dengan memulai pola hidup sehat, seperti olahraga ringan agar tubuh tetap bergerak dan sirkulasi darah tetap terjaga, pola diet sehat, mengurangi berat badan bagi penderita obesitas, serta jangan merokok.Bagi Anda yang memiliki risiko DVT dan merencanakan perjalanan panjang, pastikan Anda telah memberitahukan rencana tersebut kepada orang terdekat maupun dokter. Pastikan juga Anda memiliki perlindungan kesehatan perjalanan yang aktif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan berlangsung. Beberapa kegiatan yang sebaiknya dilakukan atau diperhatikan selama perjalanan, seperti perbanyak minum air putih dan sebisa mungkin hindari minuman beralkohol karena dapat menyebabkan
11
dehidrasi. Tindakan pencegahan lainnya bisa dilakukan dengan menghindari konsumsi pil tidur, perbanyak gerak badan dan tungkai, berjalan singkat jika memungkinkan, dan gunakan stocking kompresi elastis.
Pengobatan Deep Vein Thrombosis
Tujuan penatalaksanaan DVT pada fase akut adalah menghentikan bertambahnya trombus, membatasi bengkak yang progresif pada tungkai, melisiskan atau membuang bekuan darah (trombektomi), mencegah disfungsi vena atau sindroma paska trombosis di kemudian hari, dan mencegah emboli. Obat yang utama adalah pemberian antikoagulan, pada hal-hal khusus bisa ditambahkan obat trombolitik, dilakukan trombektomi atau filter vena kava. a) Antikoagulan Unfractionated heparin (UFH) merupakan antikoagulan yang sudah lama digunakan untuk penatalaksaan DVT pada saat awal. Mekanisme kerja utama heparin adalah meningkatkan kerja antitrombin III sebagai inhibitor faktor pembekuan dan melepaskan tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dari dinding pembuluh darah. Terapi ini diberikan dengan bolus 80 IU/Kg BB intravena dilanjutkan dengan infus 18 IU/kgBB/jam
dengan
pemantauan
nilai
Activated
Partial
Thromboplastin Time (APTT) sekitar 6 jam setelah bolus untuk mencapai target APTT 1,5-2,5 kali nilai kontrol. Sebelum memulai pemberian heparin, APTT, protrombin time
(PT), dan jumlah
trombosit harus diperiksa terutama pada pasien dengan risiko tinggi atau dengan gangguan hati atau ginjal. b) Terapi Trombolitik Terapi ini tidak dianjurkan pada DVT karena risiko perdarahan intrakranial yang besar, kecuali kasus tertentu pada DVT dengan oklusi total, terutama pada trombosis di iliofemoral yang masif. 10 Terapi ini bertujuan untuk melisikan trombus secara cepat dengan cara mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin. Terapi ini umumnya hanya efektif pada fase awal dan penggunaanya harus benar-benar
12
dipertimbangkan secara baik karena mempunyai risiko perdarahan 3 kali lipat dibandingkan dengan terapi antikoagulan saja.
c) Trombektomi Trombektomi
dipertimbangkan dilakukan terutama pada pasien
dengan trombosis iliofemoral akut yang kurang dari 7 hari dengan harapan hidup lebih dari 10 tahun. d) Filter Vena Kava Inferior Filter ini digunakan pada trombosis di atas lutut pada kasus dimana anti koagulan merupakan kontraindikasi atau gagal mencegah emboli berulang. e) Latihan Fisik Latihan fisik yang mungkin direkomendasikan kepada pasien DVT adalah berjalan. Beristirahat dengan tungkai yang terangkat juga disarankan agar kaki berada lebih tinggi dari pinggang demi mengembalikan aliran darah dari betis.Alternatif pengobatan lain dapat juga diberikan jika penggunaan obat antikoagulan tidak memberikan hasil yang sesuai bagi pasien. Inferior vena cava filters (IVC) ditempatkan pada pembuluh darah untuk menyaring gumpalan darah dan menghentikannya mengalir menuju jantung dan paru-paru. IVC dapat dipasang secara permanen atau dilepaskan setelah penggumpalan darah berkurang. Keduanya dilakukan dengan menggunakan prosedur operasi dengan bius lokal. IVC juga dapat digunakan pada pasien penderita emboli paru dan pada kondisi cedera parah
13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan
1. ketidakefektifan pola nafas Definisi : inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi ventilasi a dekuat. Faktor resiko :
perubahan kedalaman pernafasan
bradipneu
ortopneu
dipneu
Faktor yang berhubungan :
keletihan otot pernafasan
keletihan
2. Gangguan perfusi jaringan Definisi : penurunan jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk
memelihara jaringan pada tingkat kapiler Faktor yang berhubungan :
Gangguan aliran arteri atau vena
Ketidak sesuaian antara ventilasi dan aliran darah
Faktor resiko :
Dyspnea
Pengguanaan otot pernapasan tamabahan
Perubahan warna kulit
Edema
14
3. Resiko intoleran aktivitas. Definisi : beresiko mengalami ketidakcukupan energi psikologis atau
fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan Aktivitas kehidupan sehari – hari yang harus atau yang di inginkan. Faktor yang berhubungan
Masalah pernafasan
Masalah sirkulasi
Status fisik kurang Bugar
Perubahan tekanan darah di eksremitas.
4. Nyeri Definisi : secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan. Faktor yang berhubungan :
Agen, injuri, ( biologi, kimia,fisik, psikologis )
Faktor resiko :
Gangguan tidur
Perubahan autonomic dalam tonus otot (dalam rentang lemah ke kaku)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Perubahan respon autonom seperti diaphoresis, per ubahan tekanan darah, nafas, nadi.
15
B. Penyimpangan KDM
16
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah penggumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah vena dala m. Kondisi ini umumnya muncul pada pembuluh vena besar yang terdapat di bagian paha dan betis. Berdasarkan “Triad of Virchow”, terdapat 3 faktor yang berperan dalam etiologi terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding pembuluh darah, perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah. Trombosis vena adalah suatu deposit intra vaskuler yang terdiri dari fibrin, sel darah merah dan beberapa komponen trombosit dan lekosit. Etiologi terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut darah, Aktivitas faktor pembekuan.
: Stasis vena, Kerusakan pembuluh
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah penggumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah vena dala m. Kondisi ini umumnya muncul pada pembuluh vena besar yang terdapat di bagian paha dan betis. Berdasarkan “Triad of Virchow”, terdapat 3 faktor yang berperan dalam etiologi terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding pembuluh darah, perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah. Trombosis vena adalah suatu deposit intra vaskuler yang terdiri dari fibrin, sel darah merah dan beberapa komponen trombosit dan lekosit. Etiologi terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut
: Stasis vena, Kerusakan pembuluh
darah, Aktivitas faktor pembekuan.
B. SARAN
Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa khususnya tentang sistem kardiovaskuler.
17
DAFTAR PUSTAKA
Kapita Selekta Kedokteran, 2014, Edisi 4, Media Aesculapius, Jakarta
Corwin, Elisabeth.J 2009 , Patofisiologi, Edisi 3, EGC, Jakarta
Herdman T. Heather, 2012. Diagnosa Keperawatan Nanda 2012-2014. Jakarta, EGC
http://documentslide.com/documents/makalah-blok-19-yolanda-dvt.html
http://www.alodokter.com/deep-vein-thrombosis
18
View more...
Comments