STRES KERJA

May 9, 2019 | Author: Aguzt Mulyadi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download STRES KERJA...

Description

STRES KERJA

Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur  Mata kuliah : Perilaku Organisasi Dosen : Ridwan Widagdo, SE, M.Si

Disusun oleh : Ahmad Salim

58320167

Moch. Anggun sofyan

58320196

Mustopa

58320198

FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan   bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai akibat dari krisis yang berkepanjangan telah menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi ribuan bahkan jutaan tenaga kerja. Mereka harus harus rela dipindahkan pada bagian yang mereka tidak kuasai dan tidak  tahu apa yang lama lagi mereka akan dapat bertahan atau dipekerjakan. Selain itu mereka harus menghadapi bos baru, pengawasan yang ketat, tunjangan kesejahteraan berkurang dari sebelumnya, dan harus bekerja lebih lama dan lebih giat demi mempertahankan status social ekonomi keluarga. Para pekerja di setiap level mengalami tekanan dan ketidakpastian. Situasi inilah yang seringkali memicu t erjadinya erjadinya stress kerja. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas kami merumuskan pertanyaan penelitian sebagai  berikut: 1. Apa stress kerja itu? 2. Apa penyebab stress kerja itu? 3. Apa factor yang mempengaruhi stres kerja itu? 4. Apa gejala stress kerja itu? 5. Apa dampak stress kerja itu? 6. Bagaimana cara mengatasi stress kerja? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengertian pengert ian stress kerja 2. Untuk mengetahui penyebab yang menimbulkan stress kerja 3. Untuk mengetahui faktor-faktor faktor-faktor apa yang yang mempengaruhi stress kerja 4. Untuk mengetahui gejala-gejala stres ker ja 5. Untuk mengetahui dampak stres kerja 6. Untuk mengetahui cara mengatasi stress kerja D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, membuat penulis sadar akan pentingnyakita tahu masalah stress kerja. 2. Bagi akademis, menambah wawasan bahwasannhya stres kerja merugikan dan menjadi kendala dalam berorganisasi. bero rganisasi. 3. Bagi masyarakat pada umumnya, ialah masyarakat bisa lebih sabar untuk mengurangi stress kerja.

E. Metodologi Penelitian Kami mengggunakan metode kualitatif, yakni dengan memilih dan memilah referensi-referensi yang relevan baik itu secara tekstual (buku) maupun internet.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Stres Kerja Stress kerja merupakan penggabungan dari dua kata yaitu stres dan kerja. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stress yang terlalu berat dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Kreitner dan kinicki (2005) mendefinisikan stres sebagai respon adaptif  dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses pisikologis individu, yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan ekternal, situasi, atau peristiwa yang menempatkan tuntutan pisikologis/fisik khusus pada seseorang. Charles D, Spielberger (dalam Handoyo, 2001) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalanya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stress juga   bisa diartikan sebgai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Sondang Siagian (2008) menyatakan bahwa stress merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak bisa diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan orang   berinteraksi sevara positif dengan lingkungannya, bauk dalam lingkungan pekerjaan maupun lingkungan luarnya. Artinya, karyawan yang bersangkutan akan mengalami  berbagai gejala negative yang pada gilirannya akan berpengaruh pada prestasi kerja1. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpilkan bahwa stress kerja adalah kondisi ketegangan yang berpengaruh pada emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik mseseorang dalam melakukan pekerjaan. B. Penyebab Stres Kerja Menurut Luthans (2002), penyebab stres yang bersifat organisasi, salah satunya adalah struktur organisasi yang terbentuk melalui desain organisasi yang ada, misalnya melalui formalisasi, konflik dalam hubungan antar karyawan, spesialisasi, serta lingkungan yang kurang mendukung. Hal ini dalam desain organisasi yang juga dapat menyebabkan stres antara lain adalah level diferensiasi dalam perusahan serta adanya sentralisasi yang menyebabkan karyawan tidak mempunya hak untuk   berpartisipasi dalam pengambilan keputusan (Robbins, 2003). Sedangkan faktor yang bersifat non-organisasi, yaitu faktor individual antara lain adalah tipe kepribadian karyawan. Tipe kepribadian yang cenderung yang mengalami stres kerja yang lebih tinggi adalah tipe kepribadian A. individu tipe A llebih cepat 1

. Keith Davis dan John W. Newsrom , Perilaku dalam Organisasi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1993)hal 195

mengalami kemarahan yanga apabila ia tidak dapat menangani hal tersebut, individu tersebut akan mengalami stres yang dapat menuju terjadinya masalh pada kesehatan individu tersebut (Luthsans, 2002). Karyawan dapat menaggapi kondisi-kondisi tekanan tersebut secara positif  maupun negative. Stres dikatakan positif dan merupakan suatu peluang bila stress tersebut merangsang mereka untuk meningkatkan usahanya untuk memperoleh hasil yang maksimal. Stress dikatakan negative bila stress memberikan hasil yang menurun   pada produktifitas karyawan. Akibatnya, ada konsekuensi yang konstuktif maupun destruktif bagi badan usaha maupun karyawan. Pengaruh dari konsekuensi tersebut adalah penurunan ataupun peningkatan usaha dalam jangka waktu pendek maupun  berlangsung dalam jangka waktu lama. Dalam model stress kerja yang dikembangkan oleh iavansevich dan matteson, Organization Stressor and Heart Disease . (dalam Kreitner dan kinicki, 2005)   penyebab stress antar lain meliputi : Level individual, Level kelompok, Level oraganisasional, dan Level ekstra organisasional. Stressor Level individual yaitu secara langsung dikaitkan dengan petugas pekerjaan seseorang (person-job interface). Contoh yang paling umum stressor Level individual ini adalah 1.   Role overload merupakan dimana kondisi pegawai memiliki telalu banyak   pekerjaan yang harus dikerjakan atau dibawah tekanan jadwal yang ketat. 2.  Role conflict  terjadi ketika bebagai macam pegawai memiliki tugas dan tanggung   jawab yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Konplik ini juga terjadi ketika pegawai diperintahkan untuk melakukan sesuatu tugas/pekerjaan yang berlawanan dengan hati nurani atau moral yang mereka anut. 3.   Role ambiguity terjadi ketika pekerjaan itu sendiri tidak didefinisikan secara jelas. Oleh karena itu pegawai tidak mampu untuk menentukan secara tepat yang diminta organisasi dari mereka, maka mereka terus menerus cemas apakah kinerja mereka cukup atau belum. 4.  Responsibility for other people hal ini berkaitan dengan kemajuan kariri pegawai. Kemajuan karir yang terlalu lambat, terlalu cepat, atau pada arah yang tidak  diinginkan akan menyebabkan pagawai mengalami tingkat stress yang tinggi. Apalagi jika mereka harus bertanggung jawab terhadap karir seseorang yang lain akan menyebabkan level stress menjadi lebih tinggi2. Banyak sekali fak tor tor di dalam perusahaan atau organisasi yang dapat menimbulkan stress. Tekanan untuk menghadapi kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebih, seorang   pimpinan yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyengkan merupakan beberapa contoh penyebab stress. “

2



Stephen Robbins , P. perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi  (Jakarta: PT Pernhalind, 1996)hal 230

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressor. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress karena kombinasi stressor. Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber  utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu: 1. Faktor Lingkungan Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan  pengaruh pembenukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan. Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress  bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap tiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman tekanan stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir  semua pekerjaan dapat gterselesaikan dengan cepat dan dalam waktu dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya. 2. Fktor Organisasi Dalam organisasi terdafat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership. 3. Faktor Individu Pada dasarnya faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antar keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat   pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam   pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut denga seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapt menimbulkan stress terdapat pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur   benar dalam kepribadiaan seseorang3. D. Gejala Stres Kerja 1. Cary Cooper dan Alison Straw(1995:8-15) menemukan gejala stress dapat berupa tanda-tanda berikut ini: ini: 33

http://jurnal-sdm.blogspot.com/20 http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/stres-k 09/06/stres-kerja-definisi-dan-fakto erja-definisi-dan-faktor.html,07.30 r.html,07.30

a. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangn lembab, merasa panas, oto-otot tegang, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.  b. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih jengkel, salah paham, tidak    berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jernih, sulit membuat keputusan, hilangnya kretifitas, hilangnya gairah penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain. c. Watak dan keprubadian, yatitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi mlekas panic, kurang percaya diri menjadai rawan, dan  penjengkel menjadi meledak-ledak.

2. Gejala stres tempat kerja, yaitu yaitu meliputi: a. Kepuasan kerja rendah  b. Kinerja yang menurun c. Semangat dan energy menjadi hilang d. Komunukasi tidak lancer  e. Pengambilan keputusan jelek  f. Kretifitas Kretifitas dan inovasi kurang g. Begulat pada tugas-tugas yang tidak produktif  E. Dampak Stres Kerja 1. Dampak terhadap perusahaan Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak berfungsi secara normal. Demikian pula jika   banyak diantara karyawan di dalam organisasi mengalami stres kerja, maka  produktifitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stres yang dialami oleh organisasi atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka semangat berpotensi mengundang penyakit yang lebih serius. Bukan hanya individu yang dapat mengalami penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang dinamakan  penyakit organisasi. Randall Schuller (1980), mengidentifikasi beberapa prilaku negative karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stres yang dihadapi karyawan ini dengan penurunan prestasi kerja, serta tendensi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negative yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa: a. Terjadinya kekacauwan, baik dalam manajemen maupu oprasional kerja.

 b. Menggangu kehormatan aktivitas kerja c. Menurunkan tingkat produktivitas kerja d. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian financial yang dialami karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alas an atau  pekerjaan tidak terselesaikan tepat pada waktunya4. 2. Dampak terhadap individu Damapak stres kerja terhadap individu adalah muculnya masalah-masalah yang  berhubungan dengan kesehatan, pisikologis dan interaksi interpersonal. a. Kesehatan Tubuh manusia pada dasarnya dilengkapi dengan system kekebalan untuk  mencegah serangan penyakit. Sedangkan system kekebalan tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor psikososial seperti stres  b. Pisikologis Stres berkepanjangan akan menyebabkan ketegang dan kehawatiran yang terus menerus. 3. Interaksi Interpersonal Orang yang sedang stres akan lebih sensitive dibandingkan orang yang tidak  dalam kondisi stres oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan perilaku orang lain. Mendeteksi penyebab stres dan bentuk reaksinya, maka ada tiga pola dalam mengatasi stres, yaitu pola sehat, pola harmonis, dan pola psikologis (Mangkunegara, 2002:158-159): 1. Pola sehat Pola sehat adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenamya tantangan dan tekanan cukup banyak.

4

http.//rumahbelajarpisikologi.com/ind http.//rumahbelajarpisikologi.com/indeks.php/stres-kerja eks.php/stres-kerja.html .html 12.30, 30/11/2010 30/11/2010

2. Pola harmonis Pola harmonis adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dengan pola ini, individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Individu tersebut selalu menghadapi tugas secara tepat, dan kalau perlu ia mendelegasikan tugastugas tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan penuh. Dengan demikian, akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan antara dirinya dan lingkungan. 3. Pola patologis. Pola patologis adalah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan menghadapi

berbagai

tantangan

dengan

cara-cara

yang

tidak

memiliki

kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah-masalah yang buruk. Untuk menghadapi stres dengan cara sehat atau harmonis, tentu banyak hal yang dapat dikaji. Dalam menghadapi stres, dapat dilakukan dengan tiga strategi yailu, (a) memperkecil dan mengendalikan sumber-sumber stres, (b) menetralkan dampak yang ditimbulkan oleh stres, dan (c) meningkatkan daya tahan pribadi. Dalam strategi pertama, perlu dilakukan penilaian terhadap situasi sumbersumber  stres, mengembangkan alternatif tindakan, mengambil tindakan yang dipandang   paling tepat, mengambil tindakan yang lebih positif. Strategi kedua, dilakukan dengan mengendalikan berbagai reaksi baik jasmaniah, emosional, maupun   bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri. Dalam membentuk mekanisme   pertahanan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya menangis, menceritakan masalah kepada orang lain, humor (melucu), istirahat dan sebagainya. Sedangkan dalam menghadapi reaksi emosional, adalah dengan

mengendalikan emosi secara sadar, dan mcndapatkan dukungan sosial dari lingkungan. Strategi ketiga, dilakukan dengan memperkuat diri sendiri, yaitu dengan

lebih

memahami

diri,

memahami

orang

lain,

mengembangkan

ketrampilan pribadi, berolahraga secara teratur, beribadah, pola-pola kerja yang teralur dan disiplin, mengembangkan t ujuan dan nilai-nilai yang lebih realistik.5

5

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/penanganan-stress-kerja.html pkl 14:20

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Dari beberapa uraian diatas dapat disimpilkan bahwa stress kerja adalah kondisi ketegangan yang berpengaruh pada emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik mseseorang dalam melakukan pekerjaan. Menurut Luthans (2002), penyebab stres yang bersifat organisasi, salah satunya adalah struktur organisasi yang terbentuk melalui desain organisasi yang ada, misalnya melalui formalisasi, konflik dalam hubungan antar karyawan, spesialisasi, serta lingkungan yang kurang mendukung. Hal ini dalam desain organisasi yang juga dapat menyebabkan stres antara lain adalah level diferensiasi dalam perusahan serta adanya sentralisasi yang menyebabkan karyawan tidak mempunya hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan (Robbins, 2003). Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressor. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress karena kombinasi stressor. Gejala stres tempat kerja, yaitu yaitu meliputi: a. Kepuasan kerja rendah  b. Kinerja yang menurun c. Semangat dan energy menjadi hilang d. Komunukasi tidak lancer  e. Pengambilan keputusan jelek  f. Kretifitas Kretifitas dan inovasi kurang g. Begulat pada tugas-tugas yang tidak produktif 

Secara singkat beberapa dampak negative yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa: a. Terjadinya kekacauwan, baik dalam manajemen maupu oprasional kerja.  b. Menggangu kehormatan aktivitas kerja c. Menurunkan tingkat produktivitas kerja d. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian financial yang dialami karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak  masuk kerja dengan berbagai alas an atau pekerjaan tidak terselesaikan tepat pada waktunya. Mendeteksi penyebab stres dan bentuk reaksinya, maka ada tiga pola dalam mengatasi stres, yaitu pola sehat, pola harmonis, dan pola psikologis.

DAFTAR PUSTAKA

Keith Davis dan John W. Newsrom , Perilaku dalam Organisasi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1993) Stephen Robbins , P. perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi (Jakarta: PT Pernhalind, 1996) http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/stres-kerja-definisi-dan-faktor.html,07.30 http.//rumahbelajarpisikologi.com/indeks.php/stres-kerja.html 12.30, 30/11/2010 http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/penanganan-stress-kerja.html pkl 14:20

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF