KEPUTUSAN DIREKTUR NOMOR : 134/SK/RSIA-MB/I/2017 134/SK/RSIA-MB/I/2017 TENTANG PANDUAN RESTRAIN DIREKTUR RSIA MUTIARA BUNDA TANGERANG TANGERANG
Menimbang
Mengingat
: a. bahwa rumah sakit sebagai penyedia laya ayanan kesehatan harus memberikan layanan kesehatan yang terbaik; b. bahwa rumah sakit perlu melakukan upaya guna menghambat/ menghambat/menceg mencegah ah seseorang seseorang melakukan melakukan sesuatu tindakan yang membahayakan diri pasien atau orang lain; c. bahw bahwaa berd berdas asar arka kan n pert pertim imba bang ngan an di atas atas perl perlu u kete keteta tapa pan n Dire Direks ksii tentang Panduan Restrain di RSI Mutiara !unda "angerang. "angerang. : #. $ndang%$ndang Republik lik In Indonesia &om &omor '' tahun () ())* te tentang Rumah Sakit (. $ndang $ndang%$n %$ndan dang g Republ Republik ik Indon Indonesi esiaa &omor &omor +, tahu tahun n ())* ())* tentan tentang g -esehatan $ndang%$ndang Republik Indonesia &omor (* tahun ())* tentang Praktik -edokteran +. Pera Peratu tura ran n Ment Menter erii -ese -eseha hata tan n Repu Republ blik ik Indo Indone nesi siaa &omo &omorr #,*# #,*#// M&-S/PR/III/()## M&-S/PR/III/()# # "entang "entang -eselamatan Pasien Rumah Sakit '. Peraturan Menteri -esehatan Republik Indonesia &omor #'+0/PR/Menkes/I1/()#) tentang Standar Pelayanan -edokteran MM$"$S-&:
Menetapkan -S -S" "$ -D$ -"I4
: : Pand Pandua uan n Rest Restra rain in RSI RSI Muti Mutiar araa !und !undaa "anger ngeran ang g seba sebaga gaim iman anaa terc tercan antu tum m dalam lampiran keputusan ini. : -eputusan ini berlaku se2ak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan e3aluasi setiap tahunnya. : pabila hasil e3aluasi mensyaratkan adanya perbaikan maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
Pengertian dasar restraint: 9membatasi gerak atau 9membatasi kebebasan. Pengertian secara internasional: restraint adalah suatu metode/ cara pembatasan/ restriksi yang disenga2a terhadap gerakan/ perilaku seseorang. Dalam hal ini7 9perilaku yang dimaksudkan adalah tindakan
yang
direncanakan7
bukan
suatu
tindakan
yang
tidak
disadari/tidak
disenga2a/sebagai suatu releks. Pengertian lainnya: restraint adalah suatu tindakan untuk menghambat/ mencegah seseorang melakukan sesuatu yang diinginkan. Deinisi restraint ini berlaku untuk semua penggunaan restraint di unit dalam rumah sakit. Pada umumnya7 2ika pasien dapat melepaskan suatu alat yang dengan mudah7 maka alat tersebut tidak dianggap sebagai suatu restraint.
BAB II RUANG LINGKUP
A. Jen! Re!"#$n" #. Pembatasan melawan keinginan pasien= dianggap suatu restraint. Sebaiknya7 kalaupunn terpaksa memberikan obat tanpa persetu2uan pasien7 dipilih metode yang paling
kurang
pemaksaan. += Pada beberapa
bersiat keadaan7
restrikti/sesedikit dimana
pasien
mungkin setu2u
menggunakan
untuk
men2alani
prosedur/medikasi tetapi tidak dapat berdiam diri/ tenang untuk disuntik / men2alani prosedur7 sta boleh memegangi pasien dengan tu2uan prosedur / pemberian medikasi ber2alan dengan lancar dan aman. ?al ini bukan merupakan restraint. '= Pemegangan pasien7 biasanya
anak / bayi7
dengan tu2uan untuk
menenangkan memberi kenyamanan kepada pasien tidak dianggap sebagai suatu restraint (. Pembatasan Mekanis a. Melibatkan penggunaan suatu alat. #= Penggunaan sarung tangan khusus di ruang rawat intensi >?igh @are $nit = (= Peralatan sehari%hari: ikat pinggang / sabuk untuk mencegah pasien 2atuh dari kursi7 penggunaan pembatas di sisi kiri dan kanan tempat tidur >bedrails= untuk mencegah pasien 2atuh/ turun dari tempat tidur. += Penggunaan side rails dianggap berisiko7 terutama untuk pasien geriatri dan disorientasi. Pasien geriatri yang rentan berisiko ter2ebak diantara kasur dan side rails. '= Pasien disorientasi dapat menganggap side rails sebagai penghalang untuk dipan2ati dan dapat bergerak ke u2ung tempat tidur untuk turun dari tempat tidur. Saat pasien berusaha turun dari tempat tidur dengan menggunakan segala cara7 pasien berisiko ter2ebak7 tersangkut7 atau 2atuh dari tempat tidur
dengan kemungkinan mengalami cedera yang lebih berat dibandingkan tanpa menggunakan side rails. A= Penggunaan side rails harus mempunyai keuntungan yang melebihi risikonya.&amun7 2ika pasien secara isik tidak mampu turun dari tempat tidur penggunaan side rails bukan merupakan restraint karena penggunaan side rails tidak berdampak pada kebebeasan bergerak pasien ,= Penggunaan restraint pada pasien yang memerlukan mobilisasi rutin >untuk melancarkan sirkulasi dan mencegah ulkus dekubitus= merupakan suatu inter3ensi untuk melindungi pasien dari risiko 2atuh7 dan hal ini tidak dianggap sebagai restraint. 6= Penggunaan side rails pada pasien ke2ang untuk mencegah pasien 2atuh/ cedera tidak dianggap sebagai restraint 0= Pengontrolan kebebasan gerak pasien: penggunaan kunci7 penyekat7 tombol pengatur7 dan sebagainya. b. lat dan metode yang tidak termasuk sebagai restraint sering digunakan pada perawatan medis atau bedah7 yaitu: #= Penggunaan papan iksasi inus di tangan pasien7 bertu2uan untuk stabilisasi 2alur intra3ena >I=. &amun7 2ika papan iksasi ini diikat ke tempat tidur atau keseluruhan lengan pasien diimobilisasi sehingga pasien tidak dapat mengakses bagian tubuhnya secara bebas7 maka penggunaan papan ini dianggap sebagai restraint (= Penggunaan alat pendukung mekanis untuk memperoleh posisi tubuh tertentu pada pasien7 membantu keseimbangan / kesegarisan sehingga mempermudah mobilitas pasien. Misalnya: penyangga kaki7 leher7 kepala7 atau punggung += lat untuk memposisikan atau mengamakan posisi pasien7 membatasi pergerakan pasien7 atau secara temporer mengimobilisasi pasien selama men2alani prosedur medis7 gigi7 diagnostik7 atau bedah. '= Pemulihan dari pengaruh anestesia yang ter2adi saat pasien berada dalam perawatan I@$ atau ruang perawatan pasca anestesi dianggap sebagai bagian dari prosedur pembedahan sehingga penggunaan alat seperti bedrails untuk kondisi pasien tidak dianggap bukan suatu restraint. A= !eragam 2enis sarung tangan untuk pasien tidak dianggap sebagai suatu restraint. &amun7 2ika sarungt angan ini diikat / ditempelkan ke tempat tidur /menggunakan iksator pergelangan tangan bersamaan dengan sarung tangan dapat dianggap sebagai suatu restraint. 8ika sarung tangan tersebut dipakai dengan cukup ketat/ kencang hingga menyebabkan tangan / 2ari pasien tidak dapat bergerak7 hal ini dapat dianggap sebagai restraint.
Penggunaan sarung tangan yang tabal / besar 2uga dianggap sebagai restraint 2ika menghambat pasien dalam menggunakan tangannya. +. Sur3eilans "eknologi a. "eknologi yang digunakan dapat berupa: balut tekan >pressure pads=7 gelang pengenal7 tele3isi sirkuit tertutup7 atau alarm pada pintu. -esemuanya ini sering digunakan oleh sta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap pasien yang mencoba untuk keluar/ kabur atau untuk memantau pergerakan pasien. b. Metode ini sering diterapkan dalam program perencanaan keperawatan pasien7 yang disesuaikan dengan kebi2akan organisasi dan mempunyai asesmen risiko serta panduan yang 2elas '. Pembatasan -imia a. Melibatkan penggunaan obat%obatan untuk membatasi pasien. b. Bbat%obatan dianggap sebagai suatu restraint hanya 2ika penggunaan obatobatan tersebut tidak sesuai dengan standar terapi pasien dan penggunaan obat%obatan ini hanya ditu2ukan untuk mengontrol perilaku pasien / membatasi kebebasan bergerak pasien. c. Bbat%obatan ini dapat merupakan obat%obatan yang secara rutin diresepkan7 termasuk obat yang di2ual bebas d. Pemberian obat%obatan sebagai bagian dari tata laksana pasien tidak dianggap sebagai restraint. Misalnya obat%obatan psikotik untuk pasien psikiatri7 obat sedasi untuk pasien dengan insomnia7 obat anti%ansietas untuk pasien dengan gangguan cemas7 atau analgesik untuk mengatasi nyeri. e. -riteria untuk menentukan suatu penggunaan obat dan kombinasinya tidak tergolong restraint adalah: #= Bbat%obatan tersebut diberikan dalam dosis yang sesuai dan telah disetu2ui oleh acute care=7 layanan 2angka pan2ang7 rumah sakit 2iwa7 rumah sakit anak dan bunda7 dan rumah sakit kanker (. Semua lokasi di dalam rumah sakit: semua 2enis perawatan7 termasuk ruang rawat inap biasa7 unit bedah/medis7 I@$7 I4D7 orensik7 ruang rawat psikiatri7 ruang rawat anak7 dan sebagainya +. Semua pasien di rumah sakit7 tanpa melihat usia7 yang memenuhi indikasi. Indikasi ini tidak spesiik terhadap prosedur medis tertentu7 namun disesuaikan dengan setiap perilaku indi3idu dimana terdapat pertimbangan mengenai perlunya menggunakan restraint atau tidak. -eputusan penggunaan restraint ini tidak didasarkan pada diagnosis7 tetapi melalui asesmen pada setiap indi3idu secara komprehensi. sesmen ini digunakan untuk menentukan apakah penggunaan metode yang kurang restrikti memiliki risiko yang lebih besar daripada risiko akibat penggunaan restraint. sesmen komprehensi ini harus meliputi pemeriksaan isik untuk mengidentiikasi masalah medis yang dapat menyebabkan timbulnya perubahan perilaku pada pasien. Misalnya: peningkatan suhu tubuh7 hipoksia7 hipoglikemia7 ketidakseimbangan elektrolit7 interaksi obat7 dan eek samping obat dapat menimbulkan kondisi delirium7 agitasi7 dan perilaku yang agresi. Penanganan masalah medis ini dapat mengeliminasi atau meminimalisasi kebutuhan akan restraint/ isolasi. Dalam banyak kasus7 restraint dapat dihindari dengan melakukan perubahan yang positi terhadap pemberian/ penyediaan pelayanan kesehatan dan menyediakan dukungan pada pasien baik secara isik maupun psikologis. Perlu dicatat bahwa pasien yang berkapasitas mental baik dapat meminta sesuatu7 seperti penggunaan sabuk / ikat pengaman atau bedrails untuk meningkatkan rasa aman mereka. Meskipun hal ini mungkin tidak se2alan
dengan rekomendasi perawat7 pilihan pasien haruslah dihormati dan diikutsertakan dalam penyusunan / pembuatan rencana keperawatan pasien dan asesmen risiko. 8ika pasien tidak dapat memberikan persetu2uan >consent=7 perawat seyogianya selalu men2elaskan tindakan yang akan dilakukan7 berikut membantu pasien untuk memahami dan menyetu2ui tindakan tersebut. Suatu studi menyarankan bahwa penggunaan restraint pasien yang delirium sekalipun7 pasien tersebut akan sangat menghargai dan mengingat pen2elasan perawat mengenai kondisi pasien dan alasan pasien dilakukan restraint7 terutama untuk meyakinkan bahwa tindakan tersebut ditu2ukan untuk keselamatan pasien. Salah satu cara untuk membantu tenaga kesehatan menghindari penggunaan restraint adalah dengan menyediakan lingkungan perawatan yang berkesan positi. !erikut adalah beberapa cara untuk menyediakan lingkungan yang positi: #. Perawatan yang berpusat pada pasien7 terutama yang mempunyai kebutuhan dukungan psikologis (. "ingkat kebebasan dan risiko perawatan di rumah +. Pencegahan kekerasan dan agresi '. Pencegahan ide / tindakan bunuh diri dan melukai diri sendiri A. Pengalaman pasien di ruang rawat intensi >I@$= ,. Pemenuhan kebutuhan pasien demensia di ruang rawat RS 6. Pencegahan dan penanganan delirium 0. Men2aga harga diri dan martabat pasien selama asuhan keperawatan *. Pencegahan risiko 2atuh '. D$()$& Ne*$"+ Pen**,n$$n Re!"#$n" #. Dampak isik a. troi otot b. ?ilangnya / berkurangnya densitas tulang c. $lkus decubitus d. Ineksi nosocomial e. Strangulasi . Penurunan ungsional tubuh g. Stress kardiak h. Inkontinensia (. Dampak psikologis a. Depresi b. Penurunan ungsi kogniti c. Isolasi emosional d. -ebingungan >conusion= dan agitasi
BAB III TATA LAKSANA
#. Cang berwenang untuk membuat keputusan mengenai penggunaan restraint adalah dokter penanggung 2awab pasien. a. 8ika rumah sakit menggunakan protokol yang mencakup 2uga mengenai penggunaan restraint/ isolasi7 instruksi spesiik dari dokter penanggung2awab pasien tetap diperlukan setiap kali hendak mengaplikasikan restraint/ isolasi. b. 8ika dokter penanggung2awab pasien tidak hadir saat dibutuhkan instruksi7 maka tanggung 2awab ini harus didelegasikan kepada dokter lainnya. Dokter yang menerima delegasi nantinya akan mengkonsultasikan pasien kepada dokter penangung 2awab 3ia telepon. (. Restraint/ isolasi merupakan suatu hal yang tidak ter2adi setiap waktu7 bukanlah hal yang rutin terhadap kondisi / perilaku tertentu pasien. +. Setiap pasien harus dinilai dan inter3ensi yang diberikan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan pasien '. Restraint/ isolasi ini berperan sebagai cara/ alternati terakhir 2ika metode yang kurang restrikti lainnya tidak berhasil/ tidak eekti untuk memastikan keselamatan pasien7 sta7 atau orang lain. Bleh karena itu7 restraint ini tidak boleh dianggap sebagai prosedur/ respon standar dalam penanganan pasien A. Instruksi mengenai penggunaan restraint/ isolasi ini tidak boleh diberlakukan sebagai instruksi pro re nata >2ika perlu=. a. Setiap episode penggunaan restraint / isolasi harus dinilai dan die3aluasi serta berdasarkan instruksi dokter b. khir%akhir ini baru terbebas dari penggunaan restraint / isolasi dan kemudian menun2ukkan perilaku yang membahayakan dan hanya dapat diatasi oleh re%aplikasi restraint / isolasi7 diperlukan instruksi baru untuk melakukan re%aplikasi. c. Sta tidak boleh memberhentikan penggunaan restraint isolasi dan kemudian mereaplikasikannya kembali di bawah instruksi yang sama >sebelumnya=. ,. Pengecualian
a. Penggunaan side rails yang diindikasikan di rekam medis pasien. 8ika status pasien memerlukan penggunaan keempat side rails selama pasien di tempat tidur7 tidak diperlukan instruksi pro re nata. "idak diperlukan instruksi baru setiap kali pasien keluar / kembali ke tempat tidurnya. b. Perilaku membahayakan diri sendiri. 8ika pasien mengalami kondisi medis dan psikiatri kronis7 seperti Sindrom 5esch%&yham7 dimana pasien menun2ukkan perilaku membahayakan diri sendiri7 suatu instruksi penggunaan restraint tidak perlu diperbaharui setiap kalinya. "u2uan penggunaan restraint ini adalah untuk mencegah cedera/bahaya pada diri sendiri. 6. "idak terdapat kriteria mengenai perilaku apa sa2a yang dianggap membahayakan. -eputusan mengenai perilaku berbahaya ini dibuat berdasarkan penilaian oleh dokter >clinical 2udgement=. 0. Instruksi penggunaan restraint/ isolasi yang bertu2uan untuk mana2emen perilaku destrukti/ membahayakan harus die3aluasi dalam kurun waktu tertentu7 seperti tercantum di bawah ini: a. ' 2am untuk dewasa #0 tahun ke atas b. ( 2am untuk anak dan rema2a usia *%#6 tahun c. # 2am untuk anak E * tahun *. Perlu diketahui: batas waktu e3aluasi seperti yang disebutkan di atas tidak berlaku pada kasus penggunaan restraint dengan tu2uan mana2emen perilaku non%destrukti. Sta harus menilai dan memantau kondisi pasien secara berkala untuk memastikan bahwa : a. pasien dapat dibebaskan dari restraint/ isolasi pada waktu yang sedini mungkin. b. restraint atau isolasi hanya boleh dilan2utkan selama kondisi membahayakan tersebut masih berlangsung c. 2ika kondisi membahayakan tersebut telah teratasi7 penggunaan restraint atau isolasi harus segera dihentikan. #). -eputusan untuk menghentikan restraint harus berdasarkan pada pertimbangan bahwa restraint/ isolasi tidak lagi dibutuhkan atau bahwa kebutuhan pasien dapat dipenuhi dengan metode yang kurang restrikti. ##. Suatu kondisi pembebasan restraint sementara yang diawasi secara langsung oleh sta dengan tu2uan untuk memenuhi kebutuhan pasien >seperti pergi ke kamar mandi7 makan7 atau latihan gerak tubuh= tidak dianggap sebagai pemberhentian restraint. Selama pasien berada dalam pengawasan langsung oleh sta7 tidaklah dianggap sebagai pemberhentian restraint karena pengawasan sta secara langsung dianggap memiliki tu2uan serupa dengan penggunaan restraint. #(. Pimpinan rumah sakit bertanggung2awab dalam menciptakan suatu budaya yang mendukung hak pasien untuk terbebas dari restraint/ isolasi. Pimpinan harus memastikan sistem ber2alan dengan baik7 diimplementasikan7 dan die3aluasi secara rutin. Sistem ini
membantumenetapkan standar pelayanan pasien sehingga 2ika secara tidak langsung dapat meminimalisasi penggunaan restraint yang tidak tepat. #+. Penggunaan restraint disesuaikan dengan kebutuhan pasien7 kondisi medis7 riwayat penyakit7 aktor lingkungan7 dan preerensi pasien. #'. Dalam mengaplikasikan restraint7 terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi7 yaitu: a. Pengunaan restraint harus mempunyai batas waktu pemberlakuannya >maksimal (' 2am=. b. Pasien harus die3aluasi mengenai kondisi dan perlunya penggunaan restraint ini untuk dilan2utkan atau tidak. !atas waktu berlakunya restraint ini ditetapkan oleh rumah sakit. #A. 8ika batas waktu berlakunya instruksi restraint hampir berakhir7 perawat yang bertugas harus menghubungi dokter untuk melaporkan mengenai keadaan/ kondisi kinis serta hasil asesmen dan e3aluasi terkini pasien7 sekaligus menanyakan apakah instruksi restraint ini akan dilan2utkan atau tidak >diperbaharui=. #,. $ntuk kasus aplikasi restraint pada pasien dengan perilaku destrukti: a. Pasien harus ditemui dan die3aluasi secara langsung dalam waktu # 2am setelah diberlakukannya instruksi restraint oleh: Dokter yang bertugas • asisten dokter yang terlatih • b. Dokter yang bertanggung2awab terhadap pasien harus menemui pasien secara langsung dan melakukan asesmen dan e3aluasi terhadap pasien sebelum menulis instruksi baru mengenai penggunaan restraint/ isolasi >dalam (' 2am=. 3aluasi ini berupa: kondisi umum pasien saat itu • anamnesis: riwayat penyakit pasien7 riwayat obat%obatan • pemeriksaan isik • hasil pemeriksaan penun2ang • reaksi/ respon pasien terhadap restrant / isolasi • kondisi medis dan perilaku pasien • perlu atau tidaknya untuk menghentikan/ melan2utkan tindakan restraint / isolasi • c. 3aluasi ini dilakukan untuk menentukan apakah restraint perlu dilan2utkan atau tidak7 aktor%aktor apa sa2a yang berkontribusi terhadap perilaku destrukti pasien >misalnya interaksi obat7 ketidakseimbangan elektrolit7 hipoksia7 sepsis=7 dan apakah aplikasi restraint ini telah sesuai dengan indikasi. d. 8ika dalam suatu kondisi tidak tersedia dokter7 makan e3aluasi ini dapat dilakukan oleh perawat/ asisten dokter yang terlatih. Setelah e3aluasi dilakukan7 perawat/ asistendokter harus segera menghubungi dokter yang bertanggung2awab terhadap pasien. Pelaporan ini harus meliputi >minimal=:
hasil e3aluasi pasien temuan%temuan terbaru mengenai kondisi pasien • diskusi mengenai perlu atau tidaknya untuk melan2utkan aplikasi restraint /isolasi • diskusi mengenai perlunya inter3ensi/ tata laksana lainnya • #6. -esemuanya ini harus dicatat dalam rekam medis pasien7 termasuk hasil asesmen dan •
e3aluasi pasien dan alasan penggunaan restraint/isolasi. #0. plikasi restraint/ isolasi harus se2alan/ sesuai dengan modiikasi tertulis dalam rencana asuhan keperawatan pasien. a. Penggunaan restraint/ isolasi >termasuk obat dan alat= harus didokumentasikan dalam rencana perawatan / tata laksana pasien b. -eputusan untuk menggunakan restraint/ isolasi haruslah dicatat berikut alasan yang mendasarinya. Pengambilan keputusan ini didasarkan pada asesmen dan e3aluasi pasien. c. Rencana perawatan pasien harus ditin2au ulang dan diperbaharui dalam rekam medis sesuai dengan tanggal spesiik diberlakukannya suatu restraint / isolasi. #*. Penggunaan restraint/ isolasi harus diimplementasikan dengan teknik yang benar dan aman. (). Penggunaan restraint/ isolasi ini tidak boleh men2adi penghalang/ penghambat dalam pemberian penanganan / inter3ensi lai yang 2uga diperlukan oleh pasien. (#. Penggunaan restraint/ isolasi harus sesuai dengan instruksi dari dokter yang bertanggung2awab terhadap pasien emergensi dimana penggunaan restraint diperlukan segera sehingga akan terlalu lama 2ika menunggu instruksi/iFin dari dokter terlebih dahulu7 instruksi tersebut harus diperoleh segera >dalam hitungan menit= selama/ setelah restraint diaplikasikan. Sebaiknya dipilih metode yang paling tidak restrikti dalam pengaplikasikan restraint7 tetapi harus tetap men2amin keselamatan pasien7 sta7 dan orang lain dari ancaman bahaya. ((. Penggunaan restraint untuk mengontrol perilaku pasien tidak boleh dianggap sebagai bagian dari pelayanan yang bersiat rutin (+. Penggunaan restraint untuk pencegahan 2atuh tidak boleh dianggap sebagai bagian yang rutin dalam program pencegahan 2atuh. ('. "idak ada bukti bahwa penggunaan 9mechanical restraint >termasuk bedrails= akan mencegah atau mengurangi 2atuh. !ahkan7 ke2adian 2atuh yang ter2adi pada pasien yangdilakukan pembatasan mekanis sering menimbulkan cedera yang lebih berat. (A.
Thank you for interesting in our services. We are a non-profit group that run this website to share documents. We need your help to maintenance this website.