Periodik Paralisis Normokalemi
July 10, 2018 | Author: Renny Anggraini | Category: N/A
Short Description
Download Periodik Paralisis Normokalemi...
Description
Periodik Paralisis Normokalemi Renny Anggraini 0708151236
Periodik paralisis merupakan kelainan pada membran yang sekarang ini dikenal sebagai salah satu kelompok kelainan penyakit chanellopathies pada otot skeletal. Kelainan ini dikarakteristikkan dengan terjadinya suatu episodik kelemahan tiba-tiba yang disertai gangguan pada kadar kalium serum. Paralisis periodik adalah suatu sindrom klinis dengan kelemahan / paralisis otot akut. Penyakit yang berat dapat dimulai pada masa anak-anak, sedangkan kasus yang ringanseringkali mulai pada dekade ketiga. Penyakit ini sebagian besar bersifat herediter dan diturunkan secara autosomal dominan.
Atas dasar kadar kalium darah pada saat serangan , dibedakan 3 jenis paralisis periodik yaitu: 1. Paralisis periodik hipokalemia 2. Paralisis periodik hiperkalemia 3. Paralisis periodik normokalemi
Riwayat Semua PP dicirikan oleh kelemahan periodik. Kekuatan normal diantara serangan. Kelemahan yang menetap bisa berkembang dalam beberapa bentuk. Paling banyak pasien dengan PP primer berkembang gejala sebelum dekade ketiga
Banyak pasien dengan mempunyai kesamaan gambaran klinik, sebagaimana berikut: •
Eyelid myotonia
•
Sensasi normal
•
•
Pada beberapa kasus, kelemahan menetap bagian proksimal, khususnya dengan hipokalemik PP Berkurangnya reflek regang selama serangan
Paralisis Periodik Normokalemia Jenis ini paling jarang ditemui. Patofisiologinya belum diketahui. Serangan lebih berat dan lebih lama daripada paralisis periodik hiperkalemia. Serangan dapat ditimbulkan oleh pemberian KCl dan dapat dihentikan dengan pemberian NaCl. Serangan tidak dipicu oleh pemberian insulin, glukosa ataupun kalium Laboratorium Pada saat serangan kadar K dalam batas normal atau sedikit menurun. Pengobatan – Acetazolamid 3 x 250 mg per oral – Kortikosteroid Prognosis Prognosis paralisis periodik pada umumnya baik dengan terapi, biasanya rekuren.
Ilustrasi kasus •
Identitas Pasien
•
Nama/ No.MR
: Hidayati Rahmah/ 78 06 50
•
Umur
: 15 tahun 5 bulan
•
Ayah/Ibu
: Ahmad Sahrudin/ Sahrudin/ Ernawati
•
Alamat
: Bagan Siapi-api Siapi-api
Tanggal masuk
: 14 September 2012
•
•
•
•
Alloanamnesis Alloanamnesis Diberikan oleh : Ibu Kandung Pasien Keluhan Utama : Lemah pada kedua kaki dan tangan sejak 1 minggu SMRS
•
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Pasien mengeluhkan lemah pada kaki dan tangan sejak 1 minggu SMRS. Kelemahan dimulai dari kaki kemudian 1 hari kemudian pasien mengeluhkan lemah pada tangan, kemudian mulut dan sekarang mulut terasa sulit untuk dibuka. Pasien merasa lemah sampai tidak bisa bangkit dari duduk ke berdiri, 1 hari SMRS pasien tidak sanggup mengangkat tangan atau menggenggam. Tidak ada kesulitan bernafas yang dirasakan oleh pasien.
•
•
Kelemahan yang dirasakan pasien tidak didahului oleh demam, batuk maupun pilek. Kebas (-), sakit punggung/leher punggung/leher (-), riwayat trauma (-), BAK dan BAB normal, mudah lelah (+) Keluhan seperti ini sudah dirasakan pasien sejak 8 tahun SMRS. Sakit ini sudah sering terjadi dan sembuh dalam 1 minggu, biasanya timbul saat pasien kelelahan. Pasien sudah berobat ke spesialis anak dan hanya diberi vitamin.
•
•
•
•
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada yang berhubungan Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu dan kakak kandung pasien menderita penyakit yang sama Riwayat orang tua : Ayah : Swasta
Ibu : IRT
Riwayat kehamilan : Anak ke 7 dari 7 bersaudara, bersaudara , hamil cukup bulan, ANC teratur ke bidan, lahir normal dibantu bidan
•
Riwayat makan dan minum :
- ASI : 0-2 tahun - Susu formula : 1-2.5 tahun - Bubur : 6 bulan - Nasi : 1 tahun •
Riwayat imunisasi : Imunisasi lengkap
•
Riwayat pertumbuhan :
- BBL : 3100 gram - BBM : 37 kg
Pemeriksaan Fisik : •
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
•
Kesadaran : Komposmentis
•
TTV : Tekanan darah : 110/70 mmHg T: 36.7 C
•
HR : 50x / menit
RR : 16x/menit
•
BBI : 36 kg
•
Gizi : TB
•
BB : 37 kg
•
LILA : 27.5 cm
•
Status gizi : 37 x 100% = 102 %
: 142 cm
36 = Normal
LK
: 51.5 cm
•
Kepala : Normochepal
•
Rambut : Hitam, lebat, tidak mudah dicabut
•
Mata :
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Pupil
: Isokor, diameter 3mm/3mm
Refleks cahaya
: (+/+)
•
Telinga
: Sekret (-), dbn
•
Hidung
: sekret (-), dbn
•
Mulut
:
Bibir
: Basah
Selaput lendir
: Basah
Palatum
: Utuh
Lidah
: Tidak kotor
Gigi
: Caries (-)
•
Leher :
KGB : Pembesaran KGB (-) Kaku kuduk : (-) Dada : •
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, retraksi (-)
•
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
•
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
•
Auskultasi Auskultasi : Vesikuler Vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing wheezing
•
Abdomen:
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-) Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), organomegali organomegali (-) Perkusi : Timpani Auskultasi Auskultasi : BU (+) Normal •
Alat kelamin kelamin : Perempuan, dalam dalam batas normal
•
Ekstremitas : 5 5 5 5 5 5 5 4 3 3 4 5
Status Neurologis : •
- Refleks fisiologis : Biseps , trisep , patela
•
- Refleks patologis : (-)
•
- Jalan seperti bebek (waddling ( waddling gait)
Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium : Elektrolit : Na+ : 136 mmol/L K+ : 4,6 mmol/L
LED : 11/jam
Ca2+ : 0,39 mmol/L
BUN : 15 mg/dL CR-S : 0,51 mg/dL
Darah : Hb : 13,2 gr/dl
AST : 31 IU/L
Ht : 39,2 L%
ALT : 18 IU/L
WBC : 9,5 x 10 3/ µL
Ureum : 32.1 mg/dL
Plt : 219 x 10 3/ µL
Diagnosis kerja : Paraparese tipe LMN e.c ?? Diagnosis gizi : Normal Diagnosis banding : Susp Miastenia Gravis
Follow up : 15/9/2012 S : - Kedua kaki dan tangan masih lemah, namun sudah lebih kuat dari kemarin - Sudah bisa berdiri dan berjalan - Kesulitan bernafas O : TD : 100/80 mmHg
RR : 18x/menit
HR : 60x/menit
T : 37.4 C
•
Refleks fisiologis : biseps (+), triseps (+), patela (+) lemah
•
Refleks patologis : (-)
•
Kerut dahi (+)
•
Gerakan mata : Lateral/ medial/ atas/ bawah
•
Lidah : Miring (-)
•
Jalan seperti waddling gait
A : Paraparese tipe LMN e.c ??
Pemeriksaan Pemeriksaan anjuran : - Prostigmin test - MRI lumbosakral - EMG - KHS - Biopsi otot - Rontgen lumbosakral lumbosakral
17-9-2012 S : Kaki masih lemah, tapi mulai membaik, dapat berjalan, berdiri kuat O : HR : 60x/menit, RR: 18x/menit, TD : 100/70 mmHg, T: 36.8 C Refleks fisiologis fisiologis (+/+) lemah. Refleks patologis (-/-) 5 5 5 5 5 5 5 4 2 2 4 5 A : Paraplegia Paraplegia tipe LMN e.c ?? P : B complex 1x1
Inj.Prostigmin •
Jam 11.50 : Injeksi prostigmin 1mg/ IM
•
Tiap 5 menit dinilai kekuatan otot dan frekuensi nadi hingga jam 12.15 Jam 12.00 : - HR : 48x/menit, irreguler
- Kekuatan otot tungkai atas 4/4 - Pusing (-), kesemutan (-), kram (-), berdebar-debar (-), hipersalivasi (-) Jam 12.05 : - HR : 40x/menit, irreguler - Kekuatan otot tungkai atas 4/4 - Pusing (-), kesemutan (-), kram (-), berdebar-debar (-), hipersalivasi (-) Jam 12.10 : - HR : 34x/menit, irreguler - Kekuatan otot tungkai atas 4/4 - Pusing (-), kesemutan (-), kram (-), berdebar-debar (-), hipersalivasi (-) Jam 12.15 : - HR : 45x/menit, irreguler, TD : 90/70
- Kekuatan otot tungkai atas 4/4 - Pusing (-), kesemutan (-), kram (-), berdebar-debar (-), hipersalivasi (-) •
Kesan : Uji prostigmin negatif
18/09/2012 •
•
S : kaki masih lemah, tapi mulai membaik, dapat berjalan seperti biasa O : TD : 100/70 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 22x/menit, T: 36.3 C
Refleks fisiologis fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-) (-/- ) Kekuatan otot : 5 5 5 5 5 5 5 4 3 3 4 5 A : Paraplegi Paraplegi tipe LMN P : B complex 1x1
Rontgen
19/9/2012 S : Kaki sudah kuat, bisa bangkit dari duduk ke berdiri. Sudah bisa berjalan seperti biasa O: TD : 110/70 mmHg, HR : 84x/menit, RR: 22x/menit, T: 36.4 C Refleks fisiologis fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-) (-/- ) Kekuatan otot : 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 A : Paraplegia Paraplegia tipe LMN P : B compleks 3x1
20-9-2012 S : Kaki sudah kuat, bisa bangkit dari duduk ke berdiri dan berjalan O : TD : 100/70, HR : 88x/menit, RR: 22x/menit, T : 36.3 C Refleks fisiologis fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-) (-/- ) Kekuatan otot 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 A : Periodik Periodik paralisis normokalemi normokalemi P : B complex 3x1
PEMBAHASAN •
•
•
•
Diagnosis klinis awal pada pasien ini adalah Paraplegia tipe LMN. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis pasien mengeluhkan lemah pada kaki dan tangan. Kelemahan dimulai dari kaki kemudian 1 hari kemudian pasien mengeluhkan lemah pada tangan, kemudian mulut dan sekarang mulut terasa sulit untuk dibuka. Tidak ada kesulitan bernafas yang dirasakan oleh pasien. Kelemahan tidak didahului oleh adanya demam, batuk maupun pilek. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya kelemahan pada otot, tonus otot menurun, refleks patologis negatif, refleks fisiologis melemah.
UMN
LMN
Kekuatan
Perese – Paralisis
Perese - Paralisis
Tonus
Meningkat/Spastik
Menurun -
Clonus (+)
Flaccid
Refleks Patologi
(+)
(-)
Refleks Fisiologi
Meningkat
Menurun Hilang
Atropi
Difuse Atropi Atropi
(+)
•
•
Pada pasien terdapat kelainan gait berupa waddling gait Waddling gait terdapat pada berbagai keadaan miopati dimana terdapat kelemahan pada otototot gelang panggul. Paling khas terdapat pada distropi otot, tetapi dapat juga pada miosists atau penyakit spinomuskuler. Berdiri dan berjalan dengan lordosis yang berlebih, saat jalan terdapat goyangan yang nyata akibat kesulitan memfiksasi pelvis. Pasien berjalan dengan langkah yang lebar dan terlihat rotasi pelvis yang berlebihan, memutar atau melempar pelvisnya dari satu sisi ke sisi lainnya pada setiap langkah untuk memindahkan berat badannya.
•
Gerakan kompensasi kelateral ini terutama disebabkan karena kelemahan otot-otot gluteal. Pasien sulit naik tangga, bila tidak dibantu dengan tangan yang menarik keatas. Terdapat kesulitan berdiri dari posisi berbaring atau duduk tanpa bantuan tangannya (mendaki pada dirinya sendiri). Waddling gait ini juga terdapat pada dislokasi panggul.
•
•
Pada pasien kecurigaan dislokasi panggul dapat disingkirkan dengan hasil rontgen lumbosakral yang normal. Kelemahan pada otot panggul dan ekstremitas bawah bagian proksimal dapat pula terjadi atrofi muskular spinal (AMS) tetapi sering disertai dengan fasikulasi pada lidah dan pada bentuk fokal dapat melibatkan otot didaerah muka, okular serta bulbar. Pada pasien ini, pada saat terjadi kelemahan otot, pasien masih dapat mengerutkan dahi, menggerakkan mata kearah lateral,medial serta atas dan bawah, dan pasien pun tidak ada mengalami kelumpuhan pada otot lidah. Kelemahan otot yang disebabkan oleh Miastenia Gravis disingkirkan dengan adanya hasil prostigmin tes yang negatif.
•
•
•
Penegakan diagnosis periodik paralisis ditegakkan berdasarkan berdasarkan anamnesis, serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis ditemukan adanya serangan kelumpuhan yang berulang pada saat istirahat setelah latihan atau kelelahan. Kelemahan ini lebih sering terbatas pada otot proksimal dan jarang menyerang otot ekstraokular dan otot pernafasan. Dan riwayat keluarga yang positif, berupa ibu serta kakak kandung pasien yang juga mengalami keluhan yang sama juga mendukung karna penyakit ini diturunkan secara autosomal dominan. Pada hasil pemeriksaan elektrolit, didapatkan kadar kalium yang normal yaitu sebesar 4,6 mmol/L yang mengarahkan diagnosis menjadi periodik paralisis normokalemi
View more...
Comments