Pengaruh Dan Manajemen Exostosis Dalam Pemakaian Gigi Tiruan Lepasan

February 13, 2019 | Author: Tri Kurnia Dewi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

good...

Description

PENGARUH DAN MANAJEMEN EXOSTOSIS DALAM PEMAKAIAN GIGI TIRUAN LEPASAN

Pembimbing Prof. Dr. Lindawati S. Kusdhany, drg., Sp.Pros(K)

Disusun oleh: Adrie Octavianus Thioritz

1106000691

Affiva Aqmarina

1106007861

Cininta Dyah Paramita

1106006953

Citra Esperanza Hudiyono

1106007205

DEPARTEMEN PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA 2016

HALAMAN PENGESAHAN

Makalah ini diajukan oleh  Nama / NPM

: 1. Adrie Octavianus Thioritz

1106000691

2. Affiva Aqmarina

1106007861

3. Cininta Dyah Paramita

1106006953

4. Citra Esperanza Hudiyono

1106007205

Program Studi

: Profesi Dokter Gigi

Judul Makalah

: Pengaruh dan Manajemen Exostosis dalam Pemakaian Gigi Tiruan Lepasan

Telah dipresentasikan dan direvisi oleh pembimbing dari Departemen Prostodonsia FKG UI serta diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan dalam bidang Prostodonsia untuk menyelesaikan program studi Profesi Dokter Gigi di Fak ultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Mengetahui, Pembimbing Makalah Prostodonsia,

Prof. Dr. Lindawati S. Kusdhany, drg., S p.Pros(K)

Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia,

drg. Muslita Indrasari, M.Kes., Sp.Pros (K)

BAB I PENDAHULUAN

Eksostosis adalah keadaan tulang lokal dengan pertumbuhan berlebih namun tidak patologis, asimptomatik, jinak. Etiologi eksostosis sendiri masih belum diketahi secara pasti, namun terdapat beberapa faktor yang diduga sebagai etiologi dari eksostosis. Eksostosis dibagi menjadi torus palatinus, torus mandibula, bucccal bone exostoses, palatal exostoses dan multiple exostoses.Pemeriksaan klinis eksostosis dilakukan dimulai dengan melihat lokasi, ukuran dan bentuk eksostosis,kemudian  palpasi. Eksostosis berkonsistensi keras. Pada pemeriksaan radiograf panoramik, eksostosis terlihat radiopak dengan batas jelas tumpang tindih den gan akar gigi. Eksostosis sangat berpengaruh terhadap pemakaian gigi tiruan lepas. Eksostosis ini akan mempengaruhi kenyamanan pasien dalam penggunaan gigi tiruan,  juga mempengaruhi stabilitas dan retensi dari gigi tiruan itu sendiri. Sehingga bila ini terjadi, dibutuhkan penanganan pada eksostosis tersebut. Penanganan eksostosis dapat dilakukan dengan metode bedah dan non bedah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Definisi

Eksostosis adalah keadaan tulang local dengan pertumbuhan berlebih namun tidak patologis, asimptomatik, jinak. Eksostosis lebih sering terjadi di maksila dibandingkan mandibula.

2.2

Etiologi

Etiologi pastinya masih belum jelas, namun beberapa factor yang diduga sebagai etilogi dari eksostosis yaitu:

2.3



Hiperfungsi system pengunyahan



Genetic



Faktor lingkungan



Pertumbuhan yang berlanjut



Ras



Faktor nutrisi

Klasifikasi

Pada rahang, berdasarkan lokasi anatomis, eksostosis dibagi menjadi: 

Torus palatinus (TP) Torus palatinus adalah eksostosis yang terjadi di palatum rahang atas. TP ini berada sepanjang midline dari palatum keras.



Torus mandibularis (TM) Torus mandibularis adalah eksostosis yang terjadi dilingual dai rahang  bawah, terutama di kaninus atau premolar.



Buccal bone exostoses (BBE)

Buccal bone exostoses terjadi di maksila atau mandibular bagian  bukal, biasanya terdapat di area premolar dan molar. 

Palatal exostoses Palatal exostoses terjadi di palatal dengan lokasi tersering di daerah tuberositas maksila.



Multiple exostoses Multiple exostoses dapat terlihat seperti pertumbuhan tulang berlebih yang berlajut di bagian fasial dari alveolar crest dan terisolasi atau TP dan TM pada satu individu.

2.4

Pemeriksaan Klinis dan Radiografis

2.4.1

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis dimulai dengan melihat lokasi, ukuran dan bentuk eksostosis. Bentuk eksostosis biasanya oval atau membulat dengan ukuran dan lokasi yang bervariasi. Kemudian melakukan palpasi pada eksostosis untuk mengetahui konsistensinya. Biasanya eksostosis akan terasa keras saat palpasi. Eksostosis akan terlihat seperti massa keras yang terkadang terdapat proyeksi tulang yang tajam sehingga menimbulkan rasa sakit yang ringan pada mukosa. Mukosa yang menutupi eksostosis akan telihat seperti tertarik namun tetap intak dan biasanya berwarna normal. Terkadang dapat ditemukan ulserasi akibat trauma terhadap mukosa disekitarnya.

Gambar 2.1 Exostosis pada bukal regio kiri atas

Gambar 2.2 Exostosis pada bukal seluruh regio

2.4.2

Pemeriksaan Radiograf

Secara radiografis, eksostosis terlihat seperti struktur terkalsifikasi (radiopak) dengan batas jelas berbentuk oval atau bulat yang tumpang tindih dengan akar gigi. Radiograf yang biasa digunakan yaitu panoramik.

Gambar 2.3 Gambaran Radiografis Exostosis

2.5

Pengaruh Eksostosis Terhadap Pemakaian Gigi Tiruan Penuh

Eksostosis pada prosesus alveolar berkaitan dengan penggunaan gigi tiruan lepasan, dan menimbulkan efek yang berbeda-beda, yaitu dapat menyebabkan undercut   untuk gigi tiruan. Jika eksostosis tidak sakit, tidak tajam, dan tidak mengganggu, eksostosis dapat dimanfaatkan karena dapat membantu retensi gigi tiruan. Namun, jika eksostosis dirasakan tajam dan sakit saat dipalpasi, penonjolan tersebut harus dihilangkan karena dapat mengiritasi mukosa dan sakit pada mukosa di  bawah gigi tiruan. Selain itu terkadang iritasi yang parah dan pelepasan perlekatan mukosa terjadi pada daerah eksostosis selama pemasangan dan pelepasan gigi tiruan atau dari gesekan yang berlebihan ketika gigi tiruan bergerak saat berfungsi.

2.6

Penatalaksanaan Eksostosis

Terapi sementara pada tulang yang tajam non-bedah adalah melapisi dengan  bahan atau material yang lunak pada intaglio gigi tiruan sampai mengurangi rasa sakitnya.Tindakan bedah dilakukan apabila perawatan tersebut tidak berhasil, sehingga tulang yang tajam perlu dihaluskan.

Bila ridge  tulang berbentuk undercut   yang cukup besar, pemasangan dan  penglepasan gigi tiruan sangat sulit dilakukan tanpa mengurangi luas sayap basis (yang berisiko mengurangi retensi gigi tiruan). Dalam hal ini diperlukan tindakan

 bedah untuk menghilangkan undercut . Pada beberapa kasus, tindakan bedah dapat dilakukan secara unilateral dan perlu ditentukan path of insertion dari gigi tiruan.

Gambar 2.4 Pemilihan path of insertion untuk menambah retensi dengan adanya undercut  : (a) Single path of insertion pada undercut labial, (b) Dual path of insertion yang bisa didapatkan dengan undercut unilateral.

Berbagai kondisi pada rongga mulut harus diperbaiki atau diberikan  perawatan dengan konstruksi gigi tiruan penuh yang baik.Pendekatannya bisa secara non-bedah, bedah, atau kombinasi keduanya.

2.7.1

Metode Non-Bedah

Resorpsi alveolar ridge dapat mempengaruhi bentuk dan ukuran ridge, salah satunya alveolar ridge yang tajam.Permukaan alveolar ridge yang tajam ditutupi oleh mukosa yang tipis, sehingga terasa sakit bila dipalpasi. Pemasangan gigi tiruan lepas resin akrilik akan menimbulkan masalah yaitu rasa sakit, karena mukosa di atas alveolar ridge  akan tertekan secara terus menerus antara puncak alveolar ridge dengan permukaan anatomis basis gigi tiruan lepas ketika berfungsi.

2.6.1.1 Penggunaan  Soft Liner atau Conditioning Material  untuk Gigi Tiruan Transisional

Salah satu cara untuk menanggulangi rasa sakit adalah dengan penggunaan  bahan pelapis lunak yang diaplikasikan pada permukaan anatomis basis gigi tiruan lepas. Bahan pelapis lunak yang bersifat elastis dan kenyal dapat diaplikasikan pada

 permukaan anatomis basis gigi tiruan lepas sehingga tekanan yang didistribusikan merata.

Terapi transisional non-bedah untuk jaringan lunak rongga mulut yang telah kehilangan semua giginya dengan penggunaan temporary soft liner atau conditioning materials adalah sebagai berikut : 1. Menghentikan penggunaan gigi tiruan sebelumnya. Gigi tiruan dilepas selama 48-72 jam sebelum dilakukan pencetakan untuk  pembuatan gigi tiruan yang baru. Terdapat bahan temporary soft liner   untuk  perawatan pada jaringan atau sebagai conditioning materials bagi pasien yang tidak

bisa

melepaskan

gigi

tiruannya

dalam

jangka

waktu

yang

lama.Bahannya terbuat dari resin lunak yang tetap lembut / lunak selama  beberapa hari selama jaringan mengalami pemulihan. Kondisioner ini terdiri atas polymer powder dan campuran alkohol ester-ethyl aromatik.Soft liner   ini  banyak digunakan sebagai bahan untuk perawatan jaringan, liner untuk splint   bedah, bahan untuk stabilisasi pencobaan gigi tiruan, penentu neutral zone, dan bahan cetak fungsional. 2. Memodifikasi gigi tiruan sebelumnya. a. Koreksi oklusal pada gigi tiruan sebelumnya Pada gigi tiruan lama, dengan dimensi vertikal oklusi yang optimal digunakan lining materialresilient interim.Material ini membantu gigi tiruan

untuk

dapat

menyesuaikan

dengan

gigitan

yang

sebenarnya.Setelah itu gigi tiruan tetap diberikan bahan material kondisioner jaringan.  b. Memperluas tepi basis gigi tiruan Biasanya gigi tiruan lama memiliki sayap basis yang pendek (underextended ),

sehingga

perlu

diperluas

basisnyaagar

dapat

membantu retensi dan stabilisasi yang lebih baik. Hal tersebut dilakukan dengan cara dilakukan border molding   pada gigi tiruan lama, dan menambahkan auto-polymerizing acrylic resin  pada gigi tiruan

lama (pada model yang sudah ditandai batasnya dari border molding ) sampai didapatkan gigi tiruan dengan perluasan yang lebih baik. Selanjutnya diaplikasikan material kondisioner jaringan. c. Menempatkan material kondisioner jaringan (tissue-conditioning materials). Material ini dapat digunakan untuk (1) me-reline sementara gigi tiruan  paska bedah, (2) material cetak untuk me-reline gigi tiruan penuh, dan (4) sebagai bahan reline sementara untuk gigi tiruan immediate  yang longgar. Bahan atau material ini terdiri atas bubuk resin akrilik dan  bahan plastis yang berminyak, tidak berwarna. Kedua bahan ini bila diaduk akan segera menjadi gel dengan ikatan kohesif dan membentuk massa yang lunak atau plastis. Bahan ini akan tetap mengalir atau mengikuti bentuk tanpa tekanan selama beberapa hari, idealnya 3 hari. Bahan ini akan tetap plastis tapi akan menjadi berpasir, kasar dan  berubah warna setelah berada di gigi tiruan selama 2 minggu lebih.

Gambar 2.5 Gigi tiruan dengan bahan kondisioner

3. Menjaga nutrisi pasien tetap baik Selama masa tanpa pemakaian gigi tiruan, nutrisi pasien harus dijaga tetap  baik.

4. Mengkondisikan gerak otot pasien Menginstruksikan pasien untuk melakukan latihan otot rahang, sehingga ada relaksasi otot pengunyahan dan melatih koordinasi otot.

2.6.1.2 Penggunaan Tin Foil Relief (Sebelum gigi tiruan dibuat)

Tindakan

relief

merupakan

pembebasan

area

yang

kemungkinan

menimbulkan rasa sakit pada model kerja sebelum gigi tiruan diproses.Pada area ridge yang tajam, model kerja dilapisi tin foil   setebal kurang lebih 1 mm. Dapat pula dilakukan reduksi beban kunyah di area tersebut dengan mengurangi ukuran occlusal table atau bisa juga dengan memperbesar freeway space.

Gambar 2.6 Gambaran ridge yang tajam pada rahang bawah.

Contoh lainnya bila pasien memiliki anatomi rahang atas yang meruncing / tapered , maka tin foil diaplikasikan pada area premaksila dan sekitarnya untuk mencegah rasa sakit pada area tersebut ketika pemakaian basis akrilik gigi tiruan.Namun, pengerjaan relief ini juga dapat mengurangi retensi gigi tiruan. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu sebelum area yang diprediksi

menyebabkan

sakit,

mengoptimalkan gigi tiruan penuh.

perlu

dilakukanrelief

atau

tidak

untuk

Gambar 2.7 Contoh relief dengan tin foil pada model kerja sebelum pemrosesan gigi tiruan.

2.6.1.3 Penyesuaian Basis Gigi Tiruan Penuh dengan Pressure I ndicator Paste

(PIP) Gigi tiruan penuh yang sudah diproses dan akan diinsersi pada pasien dengan ridge yang tajam perlu dilakukan penyesuaian atau pengasahan terlebih dahulu. Sebelum dilakukan pengasahan, aplikasikan pressure indicator paste (PIP) dengan lapisan

ketebalan

yang

cukup

pada

seluruh

permukaan

basis

gigi

tiruan

 penuh. Pressure indicator paste digunakan untuk mengevaluasi area yang menerima tekanan pada permukaan basal. Ketika ada area tekanan yang ditemukan (bagian  pasta pada basis yang terhapus) khususnya pada area dengan tulang yang tajam, area tersebut perlu dilakukan relief dengan pengasahan pada basis gigi tiruan. Kontak  basis gigi tiruan dengan mukosa harus seimbang di semua permukaannya dan dilakukan kontrol sampai pasien nyaman dengan gigi tiruannya.

2.6.1.4 Relining (Setelah pembuatan gigi tiruan atau pada gigi tiruan lama)

Secara sederhana reline merupakan penggantian lapisan bahan cetak pada gigi tiruan dengan lapisan / layer resin akrilik yang baru. Ketebalan akrilik gigi tiruan yang baru tergantung dari bahan cetak yang digunakan. Bahan cetak pasta zinc oxideeugenol   yang lebih kental akan menyebabkan basis menjadi lebih tebal. Sedangkan dengan menggunakan bahan cetak silicone light-body akan lebih tipis.

Gambar 2.8 Potong lintang gigi tiruan atas yang telah dilakukan relining.

Indikasi reline pada gigi tiruan lama: 1. Adaptasi basis gigi tiruan dengan residual ridge tidak baik akibat adanya resorpsi residual ridge. 2.  Immediate denture yang telah dipakai 3 – 6 bulan setelah insersi. 3. Bila pembuatan gigi tiruan baru merupakan beban secara finansial bagi  pasien. 4. Bila pembuatan gigi tiruan baru memerlukan beberapa kali kunjungan,  pasien dikuatirkan akan mengalami mental stress dan physical stress karena usia pasien yang tua atau pada pasien dengan penyakit kronis. Kontra Indikasi reline pada gigi tiruan lama: 1. Estetik gigi tiruan buruk. 2. Hubungan intermaxillary sudah tidak selaras. 3. Susunan oklusal tidak benar. 4. Resorpsi sangat besar, hubungan horizontal dan oklusal yang salah. 5. Oklusi sentris dan relasi sentris tidak sesuai.

Teknik Relining

 Relining   gigi tiruan dapat dilakukan secara direct   atau indirect .  Relining  secara direct menggunakan  self curing acrylic resin  dilakukan langsung di dalam mulut pasien, dikerjakan dalam satu kali kunjungan. Dapat digunakan untuk memperbaiki gigi tiruan yang tidak mengalami banyak perubahan dan pasien yang tidak memiliki penyakit sistemik. Dalam proses settingnya bahan self curing acrylic menimbulkan panas yang dapat menyebabkan iritasi pada mukosa. Dapat terjadi juga

 porus dan warna  self-curing acrylic  yang tidak stabil (mudah berubah).Sedangkan relining secara indirect   menggunakan bahan heat curing acrylic resin yang dilakukan di luar mulut pasien (secara laboratorium).Keuntungan pemakaian heat curing acrylic resin dapat dihasilkan gigi tiruan yang jauh lebih kuat daripada gigi tiruan yang dibuat dari self curing acrylic dan porusitas lebih minimal.

Tahapan relining : 1. Persiapan pasien a. Pasien harus melepas gigi tiruan selama 5-7 hari atau paling tidak selama 24 jam sebelum dilakukan pencetakan untuk proses relining   b. Diperhatikan keadaan oklusi pasien, dimensi vertikal oklusal, dan  perubahan lainnya yang terjadi. c. Pemberian tissue conditioner bila perlu d. Bila terdapat jaringan hiperplastikyang besar harus dioperasi 2. Prosedur klinik  persiapan gigi tiruan: a. Permukaan gigi tiruan yang menghadap jaringan pendukung direlief  dengan mengurangi akrilik sebanyak 1-2 mm  b. Seluruh undercut dihilangkan c. Tepi gigi tiruan dipendekkan 1-2 mm d. Pencetakan dilakukan dengan memakai gigi tiruan sebagai sendok cetak e. Pada metode direct pencetakkan dilakukan menggunakan cold curing acrylic, sedangkan untuk metode indirect  pencetakkan dilakukan menggunakan bahan cetak pasta Zinc Oxide Eugenol. 3. Prosedur relining  : a. Batas tepi gigi tiruan lama dikasarkan dengan trimmer   tapi tidak dipendekkan dengan maksud untuk menambah retensi dalam menahan  bahan cetak

 b. Semua undercut yang mengganggu harus sudah dihilangkan atau direlief dan permukaan basis gigi tiruan yang dipoles dilapisi dengan  jelly petroleum untuk memudahkan pembersihan kelebihan bahan cetak.  Zinc oxide dan pasta eugenol impressiondicampur sesuai dengan petunjuk pabrik. c. Campuran bahan diletakkan di atas permukaan basis yang menghadap  jaringan setelah basis dikeringkan, kemudian dicetakkan di dalam mulut pasien sampai bahan cetak mengeras. Kelebihan bahan cetak dibersihkan, kemudian gigi tiruan dirapikan/dibentuk dengan  scalpel  tajam.

2.7

Metode Bedah

tatalaksana terdiri atas edukasi, instruksi oral hygiene, debridement mekanis, dan bedah tulang resektif periodontal. pasien diperintahkan berkumur chlorhexidine 0,12% dua kali sehari setelah scaling sebelum bedah untuk mengurangi plak dan inflamasi. Pada re-evaluasi non bedah tidak ada perbaikan dari pembesaran gingiva namun tampilan klinisnya terlihat lebih sehat. Dua minggu ant ara fase non bedah ke fase bedah dilakukan foto periapikal intraoral dan pemeriksaan darah dan urin rutin. Kemudian pasien dijelaskan mengenai resiko dan keuntungan bedahnya dan dilakukan informed consent. 2.7.1

Prosedur

Setelah dilakukan anestesi lokal, lakukan flap mukoperiosteal ketebalan penuh untuk mendapatkan akses ke eksostosis dengan membuat insisi horizontal dan vertikal. Elevator periosteal diletakkan pada ujung apical untuk menghindari injury selama aksisi. Bedah reseksi soseus dilakukan dengan beberapa langkah: -

Membuat grove vertikal atau bentuk festoon untuk mengurangi ketebalan tulang alveolar dengan menggunakan bur karbid bedah pada kecepatan kirakira 7000rpm.

-

Ketebalan mesiodistal terbesar gigi menjadi penuntun untuk ketebalan sekitar 1-1,5mm pada tulang kortikal

-

Lakukan cooling dengan saline

-

Lakukan penghalusan tulang pada permukaan akar

-

Sedikit tulang dihilangkan dengan menggunakan chisel

-

Haluskan tulang marginal

-

Irigasi saline

-

Kembalikan flap kemudian lokasi bedah dipalpasi untuk mengetahui apakah masuh butuh rekonturing atau tidak

-

Flap dijahit dengan silk 3.0

-

Berikan instruksi postoperatif dan pasien diberikan 500mg amoksisilin dan ibuprofen 400mg setiap 8 jam dalam 3 hari

-

Kontrol 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan setelahnya

-

Tulang marginal yang tadi diambil dikirim untuk diperiksa histopatologisnya

BAB 3 KESIMPULAN

Dalam melakukan perawatan gigi tiruan lepasan diperlukan tindakan-tindakan  pre-prostetik agar diperoleh gigi tiruan yang dapat memberikan hasil yang maksimal. Tindakan perawatan pre-prostetik yang dipilih harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan tiap pasien. Eksostosis merupakan variasi normal yang terdapat pada rongga mulut manusia. Apabila eksostosis mengganggu insersi dan penggunaan gigi tiruan maka harus dilakukan tatalaksana. Perawatan terhadap exostosis dapat dilakukan secara  bedah dan non bedah. Apabila exostosis mengganggu penggunaan gigi tiruan lepasan, exostosis perlu dihilangkan karena dapat mengiritasi mukosa dan dan menyebabkan rasa sakit di area mukosa yang terdapat penonjolan tulang tajam yang berhadapan dengan gigi tiruan. Selain itu juga untuk mencegah iritasi yang terjadi karena insersi dan pelepasan gigi tiruan atau dari gesekan yang berlebihan saat gigi tiruan bergerak saat berfungsi.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Rani A, Poswal R. Rare Case of Buccal Exostosis in Edentulous Mandibular Body Region. J OrofacRes 2015; 5(2): 65-67.

2.

Chandna S, Sachdeva S, Kochar D, Kapil H. Surgical Management of the Bilateral Maxillary Buccal Exostosis. J Indian Soc Periodontol 2015;19:352-5.

3.

J P Rocca, H Raybaud, E Merigo, P Vescovi, C Fornaini. Er:YAG Laser: A New Technical Approach to Remove Torus Palatinus and Torus Mandibularis. Hindawi Publishing Corporation 2012; 487802.

4.

S R Dutta, D Verghese, A Bhuibhar, R Desai. Mandibular Exostosis. Dental Impact 2013; 5(1): 28-33.

5.

R Setiawan. Penatalaksanaan  Relining Pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL). Jurnal Ilmiah WIDYA 2013; 1(1): 60-64.

6.  N Gupta, N Misra, S Kumar, S Uppal. Modified Technique of Soft Liner Application. BMJ Case Rep 2013. 7.

Al-Tarakemah Y. Effect of Ridge Shape on the Fit of Denture Bases. 2007. p. 1 –  39.

8.

Medsinge S, Kohad R, Budhiraja H, Singh A. Buccal Exostosis : A Rare Entity. J Int Oral Heal. 2015;7(November 2014):62 – 4. Dent. 2011 Jul;2(3):237 – 9.

9.

Basha S, Dutt SC. Buccal-sided mandibular angle exostosis - A rare case report. Contemp Clin Dent. 2011 Jul;2(3):237 – 9.

10. Smitha K, Smitha GP. Alveolar exostosis –   revisited: A narrative review of the literature. Saudi J Dent Res. The Saudi Journal for Dental Research; 2015 Jan;6(1):67 – 72.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF