Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan PDF

September 28, 2021 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan PDF...

Description

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN A.

Pengertian Sistem Pencernaan Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar

pencernaan. Fungsi sistem pencernaan adalah memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi tubuh. Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang terdiri atas 4 lapisan utama yaitu: lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot, dan lapisan serosa (Junqeira (2000). 1.

Lapisan mukosa terdiri atas (1) epitel pembatas; (2) lamina propria yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang kaya akan pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos, kadang-kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar

2.

dan jaringan limfoid; dan (3) muskularis mukosa. Submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dengan banyak pembuluh darah dan limfe, pleksus saraf submukosa (juga dinamakan Meissner), dan

3.

kelenjar-kelenjar dan/atau jaringan limfoid. Lapisan otot tersusun atas: (1) sel-sel otot polos, berdasarkan susunannya dibedakan menjadi 2 sublapisan menurut arah utama sel-sel otot yaitu sebelah dalam (dekat lumen), umumnya tersusun melingkar (sirkuler); pada sublapisan luar, kebanyakan memanjang (longitudinal). (2) kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (Auerbach), yang terletak antara 2 sublapisan otot. (3)

4.

pembuluh darah dan limfe. Serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas (1) jaringan penyambung jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan adiposa; dan (2) epitel gepeng selapis (mesotel).

1

B.

1.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

Rongga mulut.

Rongga mulut adalah pintu awal masuknya makanan ke dalam tubuh. Rongga mulut sebagai salah satu bagian dari sistem pencernaan yang merupakan

2

pintu gerbang di mana di dalamnya terjadi proses kompleks yang dijalankan oleh fungsi gigi, kelenjar ludah dan lidah. Pada saat di rongga mulut terjadi proses pencernaan mekanik dan kimiawi. Adapun empat fungsi penting rongga mulut adalah sebagai pemilih makanan, pengunyahan untuk menghaluskan makanan, pelumas makanan. 2.

Esofagus.

Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Pada saluran esophagus terdapat gerakan peristaltic untuk mendorong makanan ke lambung.

3

3.

Lambung.

Lambung berbentuk seperti kantung. Pada lambung terjadi pencernaan secara mekanik dan secara kimiawi. Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung adalah: a.

Asam HCl, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus

b.

Lipase, memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang dihasilkan sangat sedikit

c.

Renin, mengendapkan protein pada susu (kasein)

d.

Mukus , melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.

Di lambung terdapat banyak asam HCL. Adapun fungsinya yaitu: a. Merangsang keluamya sekretin b. Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin untuk memecah protein. c. Desinfektan d. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang empdu mengeluarkan getahnya.

4

4.

Pankreas.

Pankreas memiliki 2 fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormone penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum.

5.

Kantung Empedu

Kantung empedu berbentuk seperti buah pir yang dapat menyimpan 50 ml empedu yang dibutuhkan untuk proses pencernaan. Organ ini terhubungkan dengan hati dan duodenum melalui saluran empedu.

5

6.

Hati

Hati memerankan peran penting dalam metabolism dan memiliki fungsi menyimpan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat/racun.

7.

Usus Halus

6

Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m). Fungsi usus halus adalah mengabsorbsi makanan. Di usus halus terdapat pencernaan kimiawi, yaitu senyawa yang dihasilkan usus halus dan dari pankreas. Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah : a.

Disakaridase, menguraikan disakarida menjadi monosakarida

b.

Erepsinogen. Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.

c.

Hormon Sekretin, merangsang kelenjar pankreas mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus

d.

Hormon CCK (kolesistokinin), erangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus.

Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah : a. Bikarbonat, menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung b. Enterokinase, mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino. c. Amilase, mengubah amilum menjadi disakarida d. Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol e. Tripsinogen, merupakan tripsin yang belum aktif. f. Kimotripsin, mengubah pepton menjadi asam amino g. Nuklease, menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat h. Hormon Insulin, menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar normal i. Hormon Glukagon, menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal.

7

8.

Usus Besar

Usus besar berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu: kolon asenden, kolon transversum, dan kolon desenden. Fungsi kolon adalah : a. Menyerap air selama proses pencernaan. b. Tempat dihasilkannya vitamin K dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli. c. Membentuk massa feses d. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses dari tubuh defekasi.

8

9.

Rektum dan Anus

Rektum adalah penampungan feses setelah dari usus besar. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2 yaitu otot polos dan otot lurik. Sedangkan anus adalah saluran pembuangan feses setelah dari rektum. 10. Regio Abdomen

9

Regio abdomen adalah pembagian daerah pada rongga perut. Regio abdomenter bagi menjadi 9 area, meliputi: 1. 2.

Area hipokondrium dexta, meliputi: hepar, esophagus, kantung empedu. Area epigastrium, gaster pars pyloricum, corpus pankreas, duodenum

3.

parscranialis. Area hipokondrium sinistra, meliputi: lien, cauda pancrea, gaster pars corpus,

4. 5. 6. 7.

dan parsfundus. Area lumbaris dexta, meliputi: colon ascenden, ren dexta. Area lumbilikalis, meliputi: jejenum, ileum, colon tranversum, omentum. Area lumbalis sinistra, meliputi: ren sinistra, colon descenden. Area inguinal dexta, meliputi: caecum, ovarium, tubavalopi dexta,

8. 9.

appendixvermiformis. Area supra pubis, meliputi: vesika urinaria, uterus. Area inguinal sinistra, meliputi: kolon sigmoid, ovarium sinistra

C.

Pendekatan Pengkajian Fisik Sistem Pencernaan Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan

1.

Head to toe (kepala ke kaki)

10

Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, 2.

ginjal, punggung, genetalia, rektum, ektremitas. ROS (Review of System/sistem tubuh) Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu: keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat

3.

perhatian khusus. Pola fungsi kesehatan Gordon Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi

persepsi

kesehatan-penatalaksanaan

kesehatan,

nutrisi-pola

metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, 4.

koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan. Doengoes (1993) Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri/ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan/pembelajaran. Pengkajian pada riwayat kesehatan pasien dapat dilakukan dengan cara,

perawat mulai dengan mengambil riwayat lengkap, memfokuskan pada gejala-gejala umum disfungsi gastrointestinal. Gejala-gejala dimana pengkajian difokuskan mencakup nyeri, kembung, bising usus, mual dan muntah, hematemesis, perubahan kebiasaan defekasi serta karakteristik feses. a.

Nyeri Nyeri sering merupakan gejala utama dari penyakit gastrointestinal. Kaji lokasi, durasi, pola, frekuensi, distribusi penyebaran dan waktu nyeri indigesti. Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan kontrol saraf lambung dan bagian lain GI. Makanan berlemak cenderung menimbulkan ketidaknyamanan karena lemak berada di lambung lebih lama Sendawa dan flatulensi. Akumulasi gas di saluran GI dapat menimbulkan sendawa (pengeluaran gas melalui mulut bila gas 11

mencapai lambung) dan flatulensi (pengeluaran gas dari rektum). Keluhan yang sering dirasakan: kembung, distensi atau merasa penuh. b.

Mual dan muntah Muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat dicetuskankan oleh bau, aktifitas, atau makanan yang masuk. Muntah dapat berupa partikel yang tidak dapat dicerna atau darah (hematemesis).

c.

Diare dan konstipasi Diare secara umum terjadi bila isi saluran pencernaan bergerak terlalu cepat dan terdapat ketidakadekwatan waktu untuk absorbsi. Konstipasi adalah reternsi atau perlambatan pengeluaran feses dari rectum. Absorpsi berlebihan air dari bahan fekal menghasilkan feses yang yang keras, kering dan volume yang lebih kecil dari normal. Dikatakan konstipasi jika pada saat BAB sering mengejan, frekuensi dua kali setiap minggu. Riwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan terdahulu, kesehatan keluarga dan riwayat psikososial.

D.

Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan Pemeriksaan fisik dikaji untuk memastikan data subyektif dan data obyejtif

yang didapat dari pasien. Abdomen diinspeksi, diauskultasi, dipalpasi dan diperkusi. Pasien ditempatkan pada posisi supinasi. Kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat dengan identifikasi penonjolan lokal, distensi atau gelombang peristaltik. Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk mencegah terjadi perubahan motilitasi usus. Karakter, lokasi dan frekuensi usus dicatat, timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi massa abdomen atau area nyeri tekan. 1

Pengertian Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian tubuh dari

kepala sampai kaki (Hidayati, 200:38). Pemeriksaan fisik adalah salah satu teknik pengumpul data untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan. Ketika

12

melakukan pemeriksaan fisik, terdapat beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat yaitu: a. b. c. d.

Selalu meminta kesediaan/izin pada pasien untuk setiap pemeriksaan Jagalah privasi pasien Pemeriksaan harus seksama dan sistematis Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara

e. f. g. h.

dan bagian yang akan diperiksa) Beri instruksi spesifik yang jelas Berbicaralah secara komunikatif Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien Pengkajian kesehatan yang lengkap biasanya dilakukan dari kepala hingga

jari kaki. Prosedur dapat berubah dalam banyak cara sesuai usia individu, keparahan penyakit, pilihan perawat, dan prioritas serta prosedur institusi. Tanpa menghiraukan prosedur yang digunakan, pengkajian dilakukan secara sistematis dan efisien sehingga menghemat energi dan waktu serta membutuhkan sedikit perubahan posisi pada klien (Berman, Snyder, Kozier, dan Erb, 2009:56). 2

Tujuan Pemeriksaan Fisik Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi

mengenai status kesehatan pasien. Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah pertama untuk mengidentifikasi status “normal” dan kemudian mengetahui adanya variasi dari keadaan normal tersebut dengan cara memvalidasi keluhan-keluhan dan gejalagejala pasien, penapisan/skrining keadaan well being pasien, dan pemantauan masalah kesehatan/penyakit pasien saat ini. Informasi ini menjadi bagian dari catatan/rekam medis (medical record) pasien, menjadi dasar data awal dari temuantemuan klinis yang kemudian selalu diperbarui (updated) dan ditambahkan sepanjang waktu. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dapat dilakukan dengan wawancara ataupun observasi pada pasien langsung. Pemeriksaan fisik adalah pada kemampuan fungsional pasien. Misalnya pada sistem persarafan yaitu pasien mengalami gangguan sistem saraf maka perawat dapat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi pasien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak. Manfaat dari pemeriksaan fisik yaitu memperoleh informasi mengenai status

13

kesehatan pasien, mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan pasien, menentukan status kesehatan pasien, mengidentifikasi masalah pasien, mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan. Sehingga perawat dapat mengetahui keadaan pasien dan dapat melakukan tidakan untuk proses penyembuhan pasien. Pengkajian abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Perawat melakukan inspeksi lebih dahulu diikuti auskultasi, palpasi, dan/atau perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi karena palpasi dan perkusi dapat menyebabkan gerakan atau menstimulasi usus yang meningkatkan motilitas usus sehingga bising usus bertambah, mengakibatkan hasil pemeriksaan salah (Berman, Snyder, Kozier, dan Erb, 2009:133). Inspeksi adalah pemeriksaan secara visual yaitu pengkajian menggunakan indra penglihatan. Perawat menginspeksi dengan mata telanjang dan dengan alat pencahayaan seperti otoskop (digunakan untuk melihat telinga). Penggunaan indra pendengaran dan penciuman dapat juga dianggap bagian dari inspeksi. Inspeksi harus sistematik sehingga tidak ada yang terlewatkan (Berman, Snyder, Kozier, dan Erb, 2009:56). Observasi kritis atau inspeksi adalah teknik pengkajian yang paling sering digunakan. Jika dilakukan dengan benar, inspeksi juga memberi lebih dari teknikteknik pengkajian lainnya. Tetapi, inspeksi yang tidak lengkap atau inspeksi yang tergesa-gesa dapat mengabaikan detil yang penting atau bahkan hasil yang palsu atau temuan yang salah. Untuk mendapatkan informasi yang akurat dan berguna, perawat harus melakukan inspeksi dengan cara yang cermat, tidak tergesa-gesa, memberi perhatian pada hal-hal mendetil dan mencoba untuk menarik kesimpulan logis dari temuan-temuan yang didapat (Morton, 2005:32). Palpasi adalah pemeriksaan tubuh menggunakan indra peraba. Bantalan jari digunakan karena konsentrasi ujung saraf membuat bagian ini sangat sensitif terhadap perbedaan taktil. Palpasi digunakan untuk menentukan tekstur (misal rambut); suhu misal area kulit; vibrasi (misal pada sendi); posisi, ukuran, konsistensi, dan mobilitas organ atau massa; distensi misal pada kandung kemih; adanya dan frekuensi denyut nadi perifer; dan nyeri tekan atau nyeri (Berman, Snyder, Kozier, dan Erb, 2009:56).

14

Selama palpasi, perawat menyentuh tubuh untuk merasakan denyutan dan getaran, untuk mencari struktur tubuh (terutama dalam abdomen), dan untuk mengkaji ciri-ciri seperti ukuran, tekstur, kehangatan, mobilitas, dan nyeri tekan. Palpasi memungkinkan kita untuk mendeteksi nadi, kekakuan otot, pembesaran limfe nodus, kekeringan kulit dan rambut, nyeri tekan organ atau pembengkakan payudara dan mengukur naik turunnya dada setiap kali pernapasan. 3

Teknik Pemeriksaan Fisik Priharjo (2007), pemeriksaan fisik pada sistem pencernaan dapat dilakukan

dengan 4 cara syaitu inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi. a.

Inspeksi Inspeksi dilakukan pertama kali untuk mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan abdomen. Cara kerja Inspeksi : 1. 2.

Atur posisi yang tepat Lakukan pengamatan bentuk abdomen secara umum, kontur permukaan

3. 4.

abdomen, dan adanya retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan. Amati gerakan kulit abdomen saat inspirasi dan ekspirasi. Amati pertumbuhan rambut dan pigmentasi pada kulit secara lebih teliti

b. Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Dalam sistem pencernaan, perawat melakukan auskultasi untuk mendengarkan dua suara abdomen, yaitu bising usus (peristaltik) yang disebabkan oleh perpindahan gas atau makanan sepanjang intestinum dan suara pembuluh darah. Teknik ini juga digunakan untuk mendeteksi fungsi pencernaan pasien setelah menjalani operasi. Pada keadaan tertentu, suara yang didengar melalui askultasi mungkin melemah. Auskultasi juga dapat dilakukan untuk mendengarkan denyut jantung janin pada wanita hamil. Cara kerja auskultasi :

15

1.

Siapkan stetoskop, hangatkan tangan dan bagian diagrafma stetoskop bila ruang

2.

pemeriksaan dingin. Tanya pasien tentang waktu terakhir makan. Bising usus dapat meningkat

3.

setelah makan. Tentukan bagian stetoskop yang akan digunakan, bagian diafragma digunakan untuk mendengarkan bising usus, sedangkan bagian bel (sungkup) untuk

4.

mendengarkan suara pembuluh darah. Letakkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pada setiap area empat kuadran abdomen dan dengarkan suara peristaltik aktif dan suara deguk (gurgling) yang secara normal terdengar setiap 5 sampai 20 detik dengan durasi kurang atau lebih dari satu detik. Frekuensi suara bergantung pada status pencernaan atau ada/tidaknya makanan dalam saluran pencernaan. Dalam pelaporannya, bising usus dapat dinyatakan dengan “terdengar, tidak ada/hipoaktif, sangat lambat” (misalnya, hanya terdengar sekali permenit) dan “hiperaktif atau meningkat” (misalnya, terdengar setiap 3 detik). Bila bising usus terdengar jarang sekali/tidak ada, dengarkan dahulu selama tiga sampai

5.

lima menit sebelum dipastikan. Letakkan bagian sel (sungkup) stetoskop di atas aorta, arteri renalis, dan arteri iliaka. Dengarkan suara-suara arteri (bruit). Auskultasi aorta dilakukan dari arah superior ke umbilikus. Auskultasi arteri renalis dilakukan dengan cara meletakkan stetoskop pada garis tengah abdomen atau kearah kanan kiri garis abdomen bagian atas mendekati panggul. Auskultasi arteri iliaka dilakukan dengan cara meletakkan stetoskop pada area bawah umbilikus sebelah kanan

6.

dan kiri garis tengah abdomen. Letakkan bagian sel stetoskop diatas area preumbilikal (sekeliling umbilikus)

7.

untuk mendengarkan bising vena (jarang terdengar). Dalam melakukan auskultasi pada setiap tempat, khususnya area hepar dan limpa, kaji pula kemungkina terdengar suara-suara gesekan seperti suara gesekan dua benda. Untuk mengkaji suara gesekan pada area limpa, letakkan stetoskop pada area batas bawah tulang rusuk di garis aksila anterior dan minta pasien menarik napas dalam. Untuk mengkaji suara gesekan pada area hepar, letakkan stetoskop pada sisi bawah kanan tulang rusuk.

c.

Perkusi

16

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara. Perkusi

dalam

sistem

pencernaan

dilakukan

untuk

mendengarkan/

mendeteksi adanya gas, cairan atau massa didalam abdomen. Perkusi juga dilakukan untuk mengetahui fungsi limpa dan hepar. Bumyi perkusi pada abdomen yang normal adalah timpani, namun bunyi ini dapat berubah pada keadaan-keadaan tertentu, misalnya, apabila limpa dan hepar membesar, bunyi perkusi akan menjadi redup, khususnya perkusi diarea bawah arkus kostalis kanan dan kiri. Apabila terdapat udara bebas pada rongga abdomen, daerah pekak pada hepar akan hilang. Pada keadaan usus terlalu banyak cairan, bunyi yang dihasilkan pada perkusi seluruh dinding abdomen adalah hipertimpani sedangkan daerah hepar tetap pekak. Perkusi pada daerah yang berisi cairan juga akan menghasilkan suara pekak. Cara perkusi abdomen secara sistematis: 1. Perkusi dimulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam (dari sudut pandang/perspektif pasien). 2. Perhatikan reaksi pasien dan catat bila psien merasa nyeri atau nyeri tekan. 3. Lakukan perkusi pada area timpani dan redup. Suara timpani mempunyai ciri nada lebih tinggi daripada resonan. Suara timpani dapat didengarkan pada rongga atau organ yang berisi udara. Suara redup mempunyai ciri nada lebih rendah atau lebih datar daripada resonan. Suara ini dapat didengarkan pada massa yang padat, misalnya keadaan asites, keadaan distensi kandung kemih, serta pembesaran atau tumor hepar dan limpa. Perkusi Hati Perkusi memungkinkan perawat mengidentifikasi batasan-batasan hati guna mendeteksi adanya pembesaran organ. Perawat memulainya pada bagian krista iliaka kanan dan perkusi ke atas sepanjang garis midklavikular kanan. Catat adanya perubahan dari timpani ke pekak yang terdapat di tepi bawah hati, yang biasanya berada di tepi kostal kanan. Perluasan melewati tepi kostal kanan harus segera dilaporkan.

17

Tepi atas ditemukan dengan memperkusi ke bawah dari klavikula sepanjang rongga interkostal di garis midklavikular. Pada saat ini catat adanya perubahan dari resonan (sonor) ke pekak. Tepi atas hati biasanya ditemukan pada rongga iga kelima, keenam, atau ketujuh. Jarak antara tepi atas dan tepi bawah harus 6 sampai 12 cm di garis midklavikular kanan. Penyakit seperti sirosis, kanker, dan hepatitis menyebabkan pembesaran hati.

Batas Organ Hati

d. Palpasi Palpasi merupakan metode yang paling akhir dalam pengkajian abdomen. Cara kerja palpasi. 1.

Letakkan telapak tangan pada abdomen pasien dengan jari-jari paralel terhadap abdomen. 18

2.

Gerakkan jari-jari dengan agak melingkar dan tekan kebawah sedalam 1 cm

3.

atau sedalam jaringan subkutan atau jaringan lemak. Kaji ekspresi wajah pasien dan anjurkan pasien untuk memberi tahu area

4. 5.

yang mengalami nyeri. Catat area yang mengalami nyeri tekan, nyeri superfisial dan adanya masa. Palpasi dilakukan pada 4 kuadran abdomen yang lain

Macam-macam palpasi ada 3 yaitu palpasi pada hepar, limpa dan ginjal. a.

Palpasi Hepar 1. Berdiri di samping kanan pasien 2. Letakkan tangan kiri pada dinding toraks posterior kira-kira pada tulang 3.

rusuk ke 11 atau ke 12 Tekan tangan kiri anda ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding

4.

dada Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan dengan membentuk sudut kira-kira 450dari otot rektus abdominalis atau paralel terhadap otot rektus abdominis dengan jari-jari mengarah tulang

5.

rusuk Sementara pasien ekshalasi, lakukan penekanan sedalam 4-5 cm ke

6. 7.

arah bawah pada batas bawah tulang rusuk Jaga posisi tangan anda, dan minta pasien menarik nafas dalam Sementara pasien inhalasi, rasakan batas hepar bergerak melawan tangan anda yang secara normal terasa dengan kontur reguler, bila hepar tidak terasa dengan jelas minta pasien menarik nafas dalam, sementara anda tetap mempertahankan posisi tangan kanan sedikit

8.

lebih dalam Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk

9.

kanan Catat pembesaran tersebut dan nyatakan dengan satuan centimeter (cm)

19

b. Palpasi Limpa 1. Anjurkan pasien untuk miring ke sisi kanan sehingga limpa lebih dekat 2.

dengan dinding abdomen Lakukan palpasi pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan menggunakan pola seperti palpasi hepar

4.

Data-data Normal dan Abnormal Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan a. Inspeksi abdomen 1)

Kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat dengan identifikasi penonjolan lokal, distensi, atau gelombang peristaltik.

2)

Abdomen yang normal bersifat simetris dan datar kecuali pada ibu hamil

3)

dan obesitas. Abdomen yang normal tidak terdapat penegangan massa abdomen dan

4)

distensi. Abdomen yang normal tidak ada ikterus, pelebaran pembuluh darah, herniasi pada abdomen. 20

5)

Abdomen bersifat elastis (terjadi penurunan elastisitas pada lansia dan

6)

pada keadaan dehidrasi), tidak ada jaringan parut, maupun striae. Tidak ada benjolan lokal sebagai manifestasi adanya hepatomegali,

7) 8)

splenomegali, kista ovarii, dan hidronefrosis. Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas. Tidak adanya pulsasi akibat pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta yang dapat memberikan gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan

9)

umbilikal. gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus tampak

padadinding abdomen. 10) Warna kebiruan di sekitar umbilicus (Cullen's sign): tanda perdarahan dalam cavum peritoneum dan umbilicus menandakan perdarahan di periumbilical 11) Memar diatas panggul (Grey Turner's sign): retroperitoneal bleeding 12) 13) 14) 15)

inflamasi dari pancreas Jaundice/ikterik : liver disease, obstruksi saluran empedu Termasuk daerah inguinal dan femoral: datar, bulat, protuberant/scapoid. Penonjolan melengkung akibat acites Penonjolan suprapubik karena kehamilan, kandung kemih penuh, tonjolan

asimetris akibat pembesaran organ setempat atau masa b. Auskultasi 1) Terdengar suara peristaltik akif (deguk/gurgling) setiap 5-20 detik dengan durasi kurang lebih 1 menit 2) Bising usus /peristaltik tidak ada: dijumpai setelah tindakan pembedahan, peritonitis, ileus paralitik 3) Peristaltik usus negatif (tidak ada bunyi peristaltik usus dalam 5 menit ): akibat obstruksi intestinal, perforasi usus, infark/iskemik intestinal 4) Bising usus / peristaltik meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada diare atau gastro enteritis, obstruksi usus 5) Terdengar bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah (artery narrowing) 6) Suara gesekan dua benda pada area hepar dan limpa tidak ada c. Perkusi 1) Bunyi perkusi normal: Timpani pada 4 kwadran , timpani diatas hepar dan limpa 2) Redup pada area bawah arkus kostalis kanan dan kiri: hepar dan limpa membesar 3) Pekak pada daerah hepar akan hilang : terdapat udara bebas pada rongga abdomen 21

4) Hipertimpani pada seluruh dinding abdomen dan pekak pada hepar: usus terlalu banyak cairan 5) Panjang hepar normal : 6-12 cm dengan batas bawah terletak pada atau sedikit dibawah batas kosta 6) Posisi dan ukuran limpa normal : ICS 6 sampai ICS 10 dan panjang 7 cm pada orang dewasa d. Palpasi 1) Tidak terdapat nyeri tekan 2) Hepar tersasa pada saat pasien menarik napas

22

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN PSIK UNIVERSITAS JEMBER

PROSEDUR TETAP

NO DOKUMEN:

NO REVISI:

HALAMAN:

TANGGAL TERBIT:

DITETAPKAN OLEH:

PENGERTIAN

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada organ pencernaan. TUJUAN 1. Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien. 2. Mengetahui kemampuan fungsional klien. 3. Menentukan status kesehatan klien. 4. Mengidentifikasi masalah klien. 5. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan. INDIKASI Pasien dengan gangguan pencernaan. KONTRAINDIKASI Tidak ada PERSIAPAN 1. Pastikan identitas klien yang akan dilakukan tindakan. PASIEN 2. Kaji kondisi pasien. 3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan. PERSIAPAN ALAT 1. Stetoskop 2. Bolpoin CARA BEKERJA 1. Berikan salam, perkenalkan diri, identifikasi pasien dengan memeriksa identitas pasien secara cermat dan panggil pasien dengan nama yang disukainya. 2. Jelaskan mengenai prosedur, tujuan, dan lama tindakan yang akan dilakukan oleh pasien. 3. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya hal-hal yang ingin pasien ketahui dan jawab seluruh pertanyaan pasien. 4. Pasang tirai di sekitar tempat tidur pasien dan mintalah pengunjung meninggalkan ruangan untuk menjaga privacy pasien. 5. Atur posisi pasien sehingga mendapatkan tempat yang aman dan nyaman. 23

6. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan ketika akan memulai tindakan pada pasien. 7. Periksa alat-alat yang akan digunakan. Cara kerja inspeksi: 1. Bantu pasien untuk melepaskan baju dan tampakkan badan pasien sampai batas pinggang. 2. Anjurkan pasien untuk memposisikan diri terlentang. 3. Ambil stetoskop yang akan digunakan. 4. Anjurkan pasien untuk tetap dalam keadaan rileks. 5. Lakukan pengamatan bentuk abdomen secara umum, kontur permukaan abdomen, dan adanya retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan. 6. Amati gerakan kulit abdomen saat inspirasi dan ekspirasi. 7. Amati pertumbuhan rambut dan pigmentasi pada kulit secara lebih teliti Cara kerja auskultasi pada abdomen: 1. Siapkan stetoskop, hangatkan tangan dan diafragma stetoskop bila ruangan pemeriksaan dingin. 2. Tanya pasien tentang waktu terakhir makan. Bising usus dapat meningkat setelah makan. 3. Tentukan bagian stetoskop yang akan digunakan. Bagian diafragma digunakan untuk mendengarkan bising usus, sedangkan bagian bel (sungkup) untuk mendengarkan suara pembuluh darah. 4. Letakkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pada setiap area 4 kuadran abdomen dan dengarkan suara peristaltik aktif dan suara deguk (gurgling) yang secara normal terdengar 5-35 kali/menit. 5. Letakkan bagian bel (sungkup) stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri iliaka. Auskultasi aorta dilakukan dari arah superior ke umbilikus, auskultasi renalis dilakukan dengan cara meletakkan stetoskop pada garis tengah abdomen atau ke arah kanan kiri garis abdomen bagian atas mendekati panggul, auskultasi arteri iliaka dilakukan dengan cara meletakkan stetoskop pada area umbilikus disebelah kanan dan kiri garis tengah abdomen. 6. Letakkan bagian bel stetoskop diatas area preumbilikal untuk mendengarkan bising vena. 7. Dalam melakukan auskultasi kaji kemungkinan terjadi suara gesekan pada area limpa, letakkan stetoskop pada area batas bawah tulang rusuk di garis aksila anteror dan minta pasien untuk menarik nafas dalam. Untuk mengkaji suara gesekan pada hepar, letakkan stetoskop pada sisi bawah kanan tulang rusuk.

24

Cara kerja palpasi untuk abdomen: 1. Letakkan telapak tangan pada abdomen pasien dengan jari-jari paralel terhadap abdomen. 2. Gerakkan jari-jari dengan agak melingkar dan tekan ke bawah sedalam 1 cm atau sedalam jaringan subkutan atau jaringan lemak. 3. Kaji ekspresi wajah pasien dan anjurkan pasien untuk memberi tahu area yang mengalami nyeri. 4. Catat area yang mengalami nyeri tekan, nyeri superfisial dan adanya masa. 5. Palpasi dilakukan pada 4 kuadran abdomen yang lain Cara kerja palpasi untuk mengkaji Hepar: 1. Berdiri di samping kanan pasien 2. Letakkan tangan kiri pada dinding toraks posterior kirakira pada tulang rusuk ke 11 atau ke 12 3. Tekan tangan kiri anda ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding dada 4. Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan dengan membentuk sudut kira-kira 450 dari otot rektus abdominalis atau paralel terhadap otot rektus abdominis dengan jari-jari mengarah tulang rusuk 5. Sementara pasien ekshalasi, lakukan penekanan sedalam 4-5 cm ke arah bawah pada batas bawah tulang rusuk 6. Jaga posisi tangan anda, dan minta pasien menarik nafas dalam 7. Sementara pasien inhalasi, rasakan batas hepar bergerak melawan tangan anda yang secara normal terasa dengan kontur reguler, bila hepar tidak terasa dengan jelas minta pasien menarik nafas dalam, sementara anda tetap mempertahankan posisi tangan kanan sedikit lebih dalam 8. Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan 9. Catat pembesaran tersebut dan nyatakan dengan satuan centimeter (cm) Cara kerja palpasi untuk mengkaji Limpa: 1. Anjurkan pasien untuk miring ke sisi kanan sehingga limpa lebih dekat dengan dinding abdomen 2. Lakukan palpasi pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan menggunakan pola seperti palpasi hepar Cara kerja perkusi abdomen: 1. Perkusi dikuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam.

25

2. Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri. Lakukan perkusi pada area timpani dan redup. Suara timpani mempunyai nada lebih tinggi dan dapat didengarkan pada rongga atau organ yang berisi udara. Suara redup memunyai nada lebih rendah dan dapat didengarkan pada masa yang padat. Perkusi untuk menentukan posisi dan ukuran hepar. 1. Lakukan perkusi dari garis midklavikula pada atau di bawah umbilikus menuju ke atas melewati area timpani sampai terdengar suara redup. Ini adalah batas bawah hepar. 2. Kemudian beri tanda pensil pada tempat mulai terdengar suara redup. 3. Lakukan perkusi pada garis midklavikula kanan dimulai dari area resonan paru-paru menuju ke bawah sampai ditemukan suara redup yang menunjukkan batas atas hepar dan beri tanda pada tempat mulai ditemukan suara redup. 4. Ukur jarak antara dua tanda tadi dalam satuan sentimeter yang menyatakan ukuran hepar. Normalnya panjang hepar pada garis midklavikula adalah 6-12 sentimeter dengan batas bawah terletak pada atau sedikit di bawah batas tulang rusuk.

Hasil

Dokumentasi

Perkusi untuk menentukan posisi dan ukuran limpa 1. Lakukan perkusi di sepanjang garis midklavikula kiri ke atas dan ke bawah. Catat tempat suara redup terdengar. Normalnya suara redup terdengar di area antara sela tulang rusuk ke-6 sampai sela tulang rusuk ke-10 dengan panjang sekitar 7cm pada orang dewasa. Evaluasi 1. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik 2. Berikan penjelasan bahwa hasil pemeriksaan akan diberikan setelah dilakukan interpretasi 3. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik 4. Cuci tangan 1. Catat tindakan yang telah dilakukan dalam dokumentasi keperawatan. 2. Catat hasil pengkajian: jumlah cairan, warna, respon pasien, dan lain-lain. 3. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP 4. Tanda tangan dan nama perawat.

26

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF