Makalah.smk3 Kelompok Oya Fix

December 3, 2018 | Author: Elsa Fitriani | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Makalah.smk3 Kelompok Oya Fix...

Description

MAKALAH SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PROYEK PT. TRAKINDO UTAMA)

OLEH: M. FAHYUDI

(0810942006) (0810942006)

SYAHRIAL ALI WARDI

(1010942005) (1010942005)

AROIYA ALAWIYAH

(1110942013) (1110942013)

ELSA FITRIANI

(1110942030) (1110942030)

WILLSHON SAPUTRA

(1110942048) (1110942048)

DOSEN: ESMIRALDA, MT

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hal ini merujuk pada perlindungan tenaga kerja dari bahaya, penyakit dan kecelakaan akibat kerja maupun lingkungan kerja. Pemerinta mencatat sepanjang 2009 telah terjadi sebanyak 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia dan mengalami kenaikan pada tahun 2010 sebanyak 98.000 kasus. Riset yang dilakukan oleh badan dunia International Labour Organization (2003) menunjukkan, bahwa setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Masalah K3 tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi tanggung jawab dari semua pihak terutama pengusaha, tenaga kerja, dan masyarakat. Berdasarkan PEMNAKER 05/MEN/1996 ‘’Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja wajib menerapkan K3’’. Hampir semua perusahaan menerapkan aturan tentang K3 untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan produktivitas kerja karyawan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis mengangkat dan menulis dalam suatu makalah yang membahas mengenai kajian pustaka dan yang berkaitan dengan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3). 1.2 Rumusan Masalah

Beberapa rumusan masalah pada makalah ini adalah: 1. Apa pengertian dan tujuan keselamatan & kesehatan kerja berdasarkan teorinya; 2. Bagaimana Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) itu dan penerapannya di PT. Trakindo Utama

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah: 1. Mengetahui pengertian dan tujuan keselamatan & kesehatan kerja  berdasarkan teorinya; 2. Menganalisis mengenai Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Trakindo Utama dan penerapannya berdasarkan  peraturan- peraturan terkait atau siklus PDCA;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Keselamatan & Kesehatan kerja

2.1.1 Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan suatu pekerjaan (Suma‟mur, 1981). Keselamatan kerja dapat berkenaan di suatu tempat kerja konstruksi bangunan yang berhubungan dengan para pekerja dan karyawan. Keselamatan kerja juga menyangkut segenap produksi dan distribusi baik barang maupun jasa serta sarana untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Adapun tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut: a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.  b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efsien. (Silalahi, 1985). Dalam upaya melaksanakan pekerjaan dengan selamat, perlu dipertimbangkan  beberapa faktor yaitu; manusia, mesin, material, metode kerja dan lingkungan kerja. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor manusia merupakan faktor kecelakaan terbesar yaitu sebesar 85%. Maka dari itu, usaha keselamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik, juga harus memperhatikan secara khusus untuk aspek manusiawi. Dalam hal ini, pendidikan dan penggairahan keselamatan kerja kepada tenaga kerja merupakan sarana penting. (Suma‟mur, 1981) 2.1.2 Kesehatan Kerja Selain faktor keselamatan, hal penting yang juga harus diperhatikan oleh manusia  pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor kesehatan. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris “health‟ yang tidak hanya berarti

terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian  pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa  pengertian kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Kesehatan adalah konsep  positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi serta kemampuan fisik. Sedangkan menurut Suma‟mur pada tahun 1981 defenisi kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor  pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum. Kesehatan kerja memang harus diperhatikan, untuk itu perlu dilakukan  pemeriksaaan terhadap seluruh karyawan yang mencakup hal berikut: a. Pemeriksaan kesehatan karyawan (pekerja baru dan pekerja lama).  b. Lingkungan tempat kerja (debu, kebisingan, pencahayaan, getaran dan gas-gas  berbahaya). c. Ergonomis (tempat duduk, alat kerja, dimensi kerja dan lain-lain). 2.1.3 Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Adapun tujuan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ialah sebagai  berikut: a.

Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan baik secara fisik, sosial dan psikologis.

 b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dengan seefektif mungkin. c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi  pegawai. e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja. f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

g.

Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. (Luckyta, 2012)

2.2. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga dikarenakan di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan lebih dalam bentuk perencanaan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang  berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Penyebab dari kecelakaan di berbagai tempat kegiatan konstruksi tidak sama. Namun memiliki kesamaan umum yang dibedakan dalam 2 golongan: a. Tindakan atau perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts) yang berarti manusialah penyebab dari kecelakaan. Tindakan yang membahayakan (unsafe human acts) dapat berupa sikap sebagai berikut: 1) Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan (bekerja bukan pada kewenangannya). 2) Gagal menciptakan keadaan yang baik sehingga menjadi tidak aman atau memanas. 3) Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknya. 4) Memakai Alat Pelindung Diri (APD) atau safety hanya berpura-pura. 5) Menggunakan peralatan yang tidak layak. 6) Pengurusan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi manusia. 7) Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja di tempat kerja. 8) Mengangkat dan mengangkut beban yang berlebihan.  b. Keadaan lingkungan yang tidak nyaman (unsafe conditions) yang berarti situasi atau keadaan lingkungan sekitarlah yang menyebabkan kecelakaan. Kondisi yang membahayakan (unsafe conditions) dapat berupa situasi sebagai  berikut: 1) Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan. 2) Alat dan peralatan yang sudah tidak layak digunakan. 3) Terjadi kemacetan dalam penggunaan alat/mesin (congestion). 4) Sistem peringatan yang berlebihan (in adequate warning system).

5) Ada api di tempat yang berbahaya. Misalnya, tempat yang mengandung  bensin atau sejenisnya yang mendatangkan bahaya api. 6) Alat penjaga atau pengaman gedung kurang standar. 7) Kondisi suhu (atmosfir) yang membahayakan seperti; terpapar gas, fumes dan lain-lain. 8) Terpapar bising. 9) Terpapar radiasi. 10) Pencahayaan dan ventilasi yang kurang ataupun berlebihan. (Santoso, 2004) 2.3. Alasan Mendasar Perlunya Standar K3

Adapun beberapa alasan yang mendasari perlunya standar K3 dapat ditinjau dari 3 aspek yaitu: a. Aspek Moral (Kemanusiaan) Faktor ini sangat penting karena jiwa manusia tidak dapat dihitung secara ekonomi, tetapi dengan menonjolkan faktor ini dan mengabaikan faktor ekonomi

adalah

kurang

bijaksana.

Setiap

pekerja

tidak

seharusnya

mendapatkan risiko cedera dan sakit di tempat kerja, begitu juga setiap orang yang berhubungan dalam lingkungan kerja. Faktor ini sangat ditonjolkan  pemerintah dan organisasi pekerja, sehingga kriteria accident adalah bila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan meninggalnya manusia atau cacat permanen.  b. Aspek Ekonomis Rendahnya kinerja K3 dengan adanya kecelakaan dan  penyakit akibat kerja yang berakibat: 1) Peningkatkan biaya negara dan biaya sosial (melalui pembayaran keamanan sosial, biaya pengobatan, kerugian, hilangnya kesempatan bekerja bagi pekerja, terganggu dan menurunnya  produktifitas semua pihak yang terkena dampaknya), 2) Perusahaan pengguna dan organisasi pengerah tenaga kerja juga menanggung biaya atas kejadian kecelakaan (biaya administrasi resmi, denda, kompensasi kerusakan dan kecelakaan, waktu penyelidikan, terhentinya produksi, hilangnya kepercayaan dari tenaga kerja, dari pelanggan dan dari masyarakat luas). c. Alasan Hukum Persyaratan K3 harus diperkuat oleh peraturan hukum perdata dan pidana. Karena tanpa dorongan ekstra tindakan pengaturan/penuntutan hukum yang

tegas, banyak perusahaan tidak akan memenuhi kewajiban moralnya. (Beesono, 2012) Sesuai ketentuan pada Pasal 4 ayat 1 Permen PU No.9 Tahun 2008 kegiatan jasa konstruksi yang dilaksanakan oleh pengguna jasa terdiri dari  jasa pemborongan, jasa konsultansi dan kegiatan swakelola yang aktifitasnya melibatkan tenaga kerja dan peralatan kerja. Untuk keperluan pelaksanaan  pekerjaan fisik di lapangan, wajib menyelenggarakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) konstruksi bidang Pekerjaan Umum. 2.4. Defenisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,  pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/ MEN/ 1996 pasal 1 menyebutkan  bahwa SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,  pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Dalam penerapan SMK3 perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut (pasal 4 ayat 1) : 1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3; 2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3; 3. Menerapkan kebijakan secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3; 4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan  perbaikan dan pencegahan;

5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara  berkesinanmbungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3. Langkah-langkah dalam mengembangkan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatn Kerja dapat diuraikan sebagai berikut (Azmi, 2008) : 1. Peraturan PerUndang-Undangan dan Standar; Sebelum implementasi harus diidentifikasi semua peraturan Perundangundangan dan standar K3 yang berlaku dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebaiknya dibentuk tim untuk mendokumentasikan peraturan perUndangUndangan dan standar K3. 2. Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan; Yaitu pernyataan mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan semua ketentuan K3 yang berlaku sesuai dengan operasi perusahaan, melindungi keselamatan dan kesehatan semua pekerja termasuk kontraktor dan stacholder lainnya seperti pelanggan dan pemasok. 3. Mengorganisasikan; Untuk melaksanakan kebijakan K3 secara efektif dengan peran serta semua tingkatan manajemen dan pekerja. 4. Menerapkan SMK3; Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. 5. Penerapan SMK3; Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualifikasi, sarana yang memadai sesuai sistem Manajemen K3 yang diterapkan dengan membuat  prosedur yang dapat memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan. 6. Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan, dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu; 7. Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeluruh. 2.3 Manfaat Penerapan SMK3

Pengaruh positif terbesar yang diraih akibat penerapan manajemen K3 pada sistem manajemen perusahaan adalah adanya pengurangan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Selain itu, beberapa manfaan lain dari penerapan manajemen K3 adalah: 1.

Memberikan

kepuasan

dan

meningkatkan

loyalitas

pekerja

terhadap

 perusahaan, karena adanya jaminan keselamatan dan kesehatandalam kerja; 2. Menunjukan bahba sebuah perusahaan telah beritikad baik dalam mematuhi  peraturan perudangan, sehingga dapat beroperasi secara normal t anpa menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan; 3. Mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan, atau sakit akibat kerja, sehingga  perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut; 4. Menciptakan adanya aktivitas dan kegiatan yang terorganisir, terarah, dan  berada dalam koridor yang teratur, sehingga organisasi dapat berkonsentrasi melakukan peningkatan sistemm anajemennyadibandingkan melakukan perbaikan terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi; 5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan, karena tenaga kerja dapat  bekerja optimal, kemudian meningkatkan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan. 2.5 Penilaian Berdasarkan OHSAS Pada

penerapannya

dalam

mengatur

sistem

manajemen

kesehatan

dan

keselamatan kerja, OHSAS akan membentuk siklus  plan, do, check , dan action (PDCA) yang berkesinambungan. Gambaran mengenai siklus PDCA pada OHSAS dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut(Nurdinnim, 2007):

Gambar 2.1 Bentuk Siklus PDCA dalam OHSAS Sumber: Nurdinnim, 2007 Penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja terbagi menjadi 4 tahap, yaitu: 1.

Tahap Plan a. Kebijakan K3;  b. Perencanaan seperti Identifikasi bahaya dan penilaian; c. Persyaratan Legal dan Persyaratan Lainnya; d. Sasaran dan Program.

2.

Tahap Do a. Penerapan dan operasi (Sumber daya, peranan, tanggung jawab, akuntabilitas dan kewenangan);  b. Kompetensi, pelatihan dan kesadaran; c. Komunikasi, partisipasi dan konsultasi; d. Pengendalian dokumen; e. Kontrol Operasional; f. Kesiapan dan tanggap darurat;

3.

Tahap Check a. Pengukuran dan pemantauan kinerja;  b. Evaluasi Kesesuaian; c. Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan tindakan  pencegahan; d. Pengendalian catatan; e. Audit internal.

4.

Tahap Action

Penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pada tahap action ini ialah klausul 4.6 Tinjauan manajemen. Berdasarkan OHSAS 18001:2007, manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen K3 pada interval yang terencana, untuk menjamin kecocokan sistem, kelayakan dan efektifitas. Peninjauan harus mencakup penilaian peluang untuk peningkatan dan kebutuhan  perubahan sistem manajemen K3, termasuk kebijakan K3 dan sasaran K3. Catatan tinjauan manajemen harus dipelihara. 2.5 PT. Trakindo Utama

Profil PT. Trakindo Utama PT.

Trakindo

Utama

merupakan

perusahaan

yang

bergerak

dibidang

 pertambangan ,pertanian kehutanan,dan peralatan kontroksi,mesin diesel dan gas alam,mesin indrustri dan generator set. PT. Trakindo Utama adalah dealer resmi di indonesia untuk produk caterpillar. PT Trakindo Utama didirikan pada tahun 1970 oleh pemiliknya, AHK Hamami. Perusahaan ini menjadi dealer resmi untuk Caterpillar pada tahun 1971 dan

sekarang memiliki lebih dari 50 cabang di seluruh negeri dari Sumatera ke Papua. Didukung oleh fasilitas pendukung dan jaringan luas untuk suku cadang cadang  pasokan yang tak terkalahkan, Trakindo menyediakan layanan kelas dunia untuk  pelanggan di konstruksi, pertambangan, kehutanan, pertanian, energi dan sektor industri. PT. Trakindo Utama mempunyai visi dan misi antara lain: 1. Visi dari PT.trakindo utama adalah Untuk menjadi solusi penyedia peralatan Caterpillar kelas dunia. 2. Misi dari PT.trakindo utama adalah Untuk mendirikan sebuah entitas yang menciptakan kesempatan kerja yang bermanfaat dan menantang untuk sebanyak mungkin warga negara Indonesia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua), yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil sendiri dari lapangan. Data primer pada  penelitian ini adalah mengenai kondisi lokasi pekerjaan, jenis-jenis pekerjaan yang berhubungan dengan K3 pada proyek konstruksi. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data diambil dengan cara observasi (pengamatan) untuk meneliti proses suatu pekerjaan proyek konstruksi dengan menitikberatkan  pada jaminan keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi tenaga kerja. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, penelitian ini digolongkan  pada observasi nonpartisipan (Non Participant Observation) karena tidak terlibat langsung dalam proses pelaksanaan pekerjaan, namun hanya sebagai  pengamat yang hanya mengamati setiap pekerjaan dan kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi yang disebabkan oleh beberapa faktor. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kontraktor. Data sekunder  berupa uraian pekerjaan, data tentang tenaga kerja dan data-data lainnya yang didapat langsung dari kontraktor.

BAB IV PEMBAHASAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SMK3 PT. TRAKINDO UTAMA

Perencanaan K3 yang baik, dimulai dengan melakukan identifikasi bahaya,  penilaian resiko, dan penentuan pengendaliannya. Tanpa perencanaan, sistem manajemen K3 tidak akan berjalan dengan baik. Dalam melakukan hal tersebut, harus dipertimbangkan berbagai persyaratan perundangan K3 yang berlaku bagi organisasi serta persyaratan lainnya seperti standar, kode, atau pedoman  perusahaan terkait atau yang berlaku bagi bagi organisasi. 4.1 Pekerjaan Penggalian :

1) Ketentuan Umum Sebelum penggalian pada setiap tempat dimulai, stabilitas tanah harus diuji terlebih dahulu oleh orang yang ahli. 2) Sebelum pekerjaan dimulai pada setiap tempat galian pemberi kerja harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu atas segala instalasi di bawah tanah seperti saluran pembuangan, pipa gas, pipa air, dan konduktor listrik, yang dapat menimbulkan bahaya selama waktu pekerjaan. 3) Apabila perlu untuk mencegah terjadinya kecelakaan sebelum penggalian dimulai, gas, air, listrik dan prasarana umum lainnya harus dimatikan atau diputuskan alirannya terlebih dahulu. 4) Apabila pipa bawah tanah, konduktor, dan sebagainya tidak dapat dipindahkan atau diputuskan alirannya, benda tandi harus dipagari, ditarik ke atas atau dilindungi. 5) Apabila diperlukan untuk mencegah bahaya, tanah harus dibersihkan dari  pohon-pohon, batu-batu besar dan rintangan-rintangan lainnya sebelum  penggalian dimulai 4.2 Pekerjaan Pondasi:

Persyaratan Umum 1) Mesin pemancang ( pile divers) harus ditumpu oleh dasar yang kuat seperti  balok kayu yang berat, bantalan beton atau pondasi penguat lainnya.

2) Bila perlu untuk mencegah bahaya, mesin pemancang harus diberi tali atau rantai penguat secukupnya. 3) Mesin pemancang tidak boleh digunakan di dekat jaringan listrik. 4) Bila 2 buah mesin pemancang digunakan pada satu tempat, maka jarak antara mesin-mesin tersebut tidak boleh kurang dari panjang kakinya yang terpanjang. 5) Fasilitas untuk mencapai lantai kerja ( platform) dan roda penggerak ( pulley)  pada ujung atas harus berupa tangga yang memenuhi persyaratan. 6) Lantai kerja dan tempat kerja operatornya harus terl indungi dari cuaca. 7) Kerekan pada mesin pancang harus sesuai dengan persyaratan. 8) Bila pemancangan harus dilakukan miring: a) Harus diberi pengimbangan yang sesuai.  b) Instrumen yang dimiringkan harus dilin-dungi terhadap kemungkinan tergelincir. 9) Saluran uap atau udara yang terbuat dari pipa baja atau s emacamnya. 10) Sambungan pipa (hose) harus diikat dengan tali atau rantai. 4.3 Pengecoran Beton:

Persyaratan Umum 1) Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan kerangka atas lainnya harus didasarkan pada gambar rencana: a) Mencakup spesifikasi besi baja dan beton serta bahan-bahan lain yang dipakai, termasuk cara-cara (methods) teknis yang aman untuk penempatan dan pengerjaan.  b) Menunjukkan tipe, kekuatan dan peng-aturan bagian yang menumpu gaya muatan. c) Dilengkapi dengan perhitungan kekuatan atap dan struktur berat lainnya yang dibuat dengan bahan-bahan prefabricated . 2) Selama pembangunan harus dicatat data sehari-hari mengenai kemajuan  pembangu-nan, termasuk data yang mempengaruhi kekuatan beton menurut waktunya.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Masih kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja dari  para pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Dengan adanya sistem manajemen kese-lamatan dan kesehatan kerja para  pekerja dapat sedikit terhindar dari kecelakaan dan penyakit kerja. 3. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang ada dapat dikatakan  belum terealisasikan dengan baik . 4.2 Saran

Saran yang dapat diambil dari penjelasan makalah di atas a dalah sebagai berikut: 1. Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih merasa aman dan nyaman. 2.

Perusahaan

harus

lebih

lagi

mensosialisasi-kan

program

K3

untuk

meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3 yang nantinya juga meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Billy, Alfred Wuon,Analisa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Kerismas Makmur, Manado; 2014  Nurdinnim.2007.SistemManajemen

K3

dan

Manfaat

http://jurnalk3.com. Tanggal Akses 9 September 2014 www.trakindo.co.id. Tanggal Akses 9 September 2014

Penerapannya .

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF