LAPORAN PRAKTIKUM KI2241
February 27, 2018 | Author: Anggita Septa Pratiwi | Category: N/A
Short Description
Penentuan tetapan pengionan secara spektrofotometri...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM KI2241 ENERGETIKA KIMIA Penentuan Tetapan Pengionan Secara Spektrofotometri Nama
: Galo Ayu Megga Nanda
NIM
: 10512034
Kelompok
:3
Tanggal Percobaan
: 19 Februari 2014
Tanggal Pengumpulan
: 26 Februari 2014
Asisten
: Marvin Natasya Coniyanti
(20512031) (10510013)
LABORATORIUM KIMIA FISIK PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014
PERCOBAAN C-1 PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI
I. Tujuan Percobaan -
Menentukan λ maksimal metil merah dalam suasana asam dan basa
-
Menentukan tetapan pengionan metil merah secara spektrofotometri
II. Teori Dasar Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya yaitu pengukuran serapan sinar monokromatis dari larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik . Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer yang digunakan untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert-Beer. Beer mengkaji efek konsentrasi penyusun yang berwarna dalam larutan, terasumsimaupun adsorpsi cahaya. Menurutnya, intensitas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier. Bila cahaya monokromatik (Io), melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io Hukum Lambert-Beer dapat dituliskan sebagai berikut : A = - log dengan: A= Absorbansi I = Intensitas cahaya setelah melalui larutan Io = Intensitas pelarut murni
= a.b.c
a = Indeks absorbansi zat terlarut b = panjang / tebal larutan yang dilewati cahaya c = konsentrasi zat terlarut Salah satu larutan yang dapat digunakan sebagai sampel dalam analisis spektrofotometri adalah metil merah. Metil merah merupakan suatu “zwitter ion”. Zwitter ion adalah senyawa yang memiliki ion positif dan ion negatif. Metil merah dalam suasana asam akan berwarna merah dan dinamakan spesi [HMR] sedangkan dalam suasana basa akan berwarna biru dan dinamakan spesi [MR-]. Dalam menentukan tetapan pengionan larutan metil merah dapat diketahui dengan memperhatikan hubungan antara panjang gelombang maksimum larutan metil merah pada kedua spesi dengan absorbansinya. Panjang gelombang maksimum kedua spesi tersebut dapat ditentukan dari pengukuran spektrofotometri. Dari persamaan Hukum LambertBeer akan diperoleh nilai-nilai indeks absorbansi kedua spesi dengan memperhatikan kelinieran grafik absorbansi terhadap berbagai konsentrasi larutan sampel, sehingga diperoleh persamaan untuk menentukan tetapan pengionan adalah : A1 = a1 [HMR] + b1 [MR-] A2 = a2 [HMR] + b2 [MR-] III. Data Pengamatan λ asam = 480 - 530 nm
Variasi
λ basa = 380 - 430 nm
Spesi [HMR]
λ (nm) 430 440 450 460 470
%T 74.2 65.8 54.6 43.6 29.8
480
19.8
490
11.8
500
7.8
510
5.6
520
-2.2
530
-8.6
Spesi [MR-]
λ (nm)
%T
380
41.6
390
36
400
32.2
410
29.8
420
29
430
27.4
440
28.2
Pengukuran Transmitan pada berbagai konsentrasi larutan
Spesi [HMR] λ1 = 510 nm
[HMR] 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm
%T 50.4 43.4 23 15.2
λ2 = 430 nm [HMR] 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm
%T 93.6 87.6 93 82.2
Spesi [MR-] λ1 = 510 nm
[MR-] 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm
λ2 = 430 nm
[MR-]
%T
2 ppm
89.6
3 ppm
88.8
4 ppm
87.8
5 ppm
85.6
Larutan
%T
pH
λ1 = 510 nm
λ2 = 430 nm
29.8
81.4
3.91
31.2
79.2
4.05
43.6
62.8
4.78
I II III
IV. Pengolahan Data A. Penentuan λ maksimal (λmax)
A = - log (
)
Spesi [HMR] λ (nm) 430 440 450 460 470
%T 74.2 65.8 54.6 43.6 29.8
A 0.129596 0.181774 0.262807 0.360514 0.525784
%T 72.8 62.2 57.8 46.6
480
0.703335
19.8
490
0.928118
11.8
500
1.107905
7.8
510
1.251812
5.6
520
-
-2.2
530
-
-8.6
Grafik Absorbansi terhadap λ
[HMR] 1.4 1.2 1
A
0.8 0.6 0.4 0.2 0 420
430
440
450
460
470
480
490
500
λ [HMR]
Dari grafik diatas diperoleh λmaksimum pada spesi [HMR] adalah 510 nm (λ1)
Spesi [MR-] λ (nm) 380 390 400 410
%T 41.6 36 32.2 29.8
A 0.380907 0.443697 0.492144 0.525784
510
520
420
0.537602
29
430
0.562249
27.4
440
0.549751
28.2
Grafik Absorbansi terhadap λ
[MR-] 0.6 0.5
A
0.4 0.3 0.2 0.1 0 370
380
390
400
410
420
430
440
λ [MR-]
Dari grafik diatas diperoleh λmaksimum pada spesi [MR-] adalah 430 nm (λ2) B. Pengukuran Indeks Absorbansi pada berbagai konsentrasi larutan
Spesi [HMR] λ1 = 510 nm
λ2 = 430 nm
[HMR]
%T
A
%T
A
2 ppm
50.4
0.297569
93.6
0.028724
3 ppm
43.4
0.36251
87.6
0.057496
4 ppm
23
0.638272
93
0.031517
5 ppm
15.2
0.818156
82.2
0.085128
450
Grafik Absorbansi terhadap [HMR]
[HMR] 0.9 0.8 0.7 y = 0.1838x + 0.0697
A
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2
y = 0.0143x + 0.0149
0.1 0 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
[HMR] λ1
λ2
Linear (λ1)
Linear (λ2)
Sehingga diperoleh 2 persamaan garis linear y = mx + c dari grafik diatas :
y1 = 0.183 x + 0.069 y2 = 0.014 x + 0.014 y1 dan y2
= Absorbansi
m1
= koefisien a1 pada λ1
m2
= koefisien a2 pada λ2
x
= [HMR]
Spesi [MR-] λ1 = 510 nm
λ2 = 430 nm
[MR-]
%T
A
%T
A
2 ppm
89.6
0.047692
72.8
0.137869
3 ppm
88.8
0.051587
62.2
0.20621
4 ppm
87.8
0.056505
57.8
0.238072
5 ppm
85.6
0.067526
46.6
0.331614
4
4.5
Grafik Absorbansi terhadap [MR-]
[MR-] 0.35 y = 0.0613x + 0.0752
0.3 0.25
A
0.2 0.15 0.1
y = 0.0064x + 0.0397
0.05 0 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
[MR-] λ1
λ2
Linear (λ1)
Linear (λ2)
Sehingga diperoleh 2 persamaan garis linear y = mx + c dari grafik diatas :
y1 = 0.006 x + 0.039 y2 = 0.061 x + 0.075 y1 dan y2
= Absorbansi
m1
= koefisien b1 pada λ1
m2
= koefisien b2 pada λ2
x
= [MR-]
dari kedua grafik diatas, diperoleh : a1
0.183
a2
0.014
b1
0.006
b2
0.061
4
4.5
C. Penentuan Tetapan Pengionan
Larutan berbagai pH
Larutan
I
3.91
II
4.05
III
λ1 = 510 nm
pH
4.78
λ2 = 430 nm
%T
A
%T
A
29.8
0.525784
81.4
0.089376
31.2
0.505845
79.2
0.101275
43.6
0.360514
62.8
0.20204
Diperoleh 6 persamaan dari data diatas, yaitu :
Persamaan umum : A1 = a1 [HMR] + b1 [MR-] A2 = a2 [HMR] + b2 [MR-] Pada pH 3.91 dengan ; A1 = 0.525784 A2 = 0.089376 A1 = 0.183 [HMR] + 0.006 [MR-] A2 = 0.014 [HMR] + 0.061 [MR-] Pada pH 4.05 dengan ; A3 = 0.505845 A4 = 0.101275 A3 = 0.183 [HMR] + 0.006 [MR-] A4 = 0.014 [HMR] + 0.061 [MR-] Pada pH 4.05 dengan ; A5 = 0.360514 A6 = 0.20204 A5 = 0.183 [HMR] + 0.006 [MR-] A6 = 0.014 [HMR] + 0.061 [MR-]
Dengan cara eliminasi dapat diperoleh [HMR] dan [MR-] pada berbagai pH
Larutan
pH
I
3.91
II
4.05
III
4.78
log
[MR-]
[HMR]
2.846518 0.811881
-0.544821373
2.730291 1.033622
-0.421847326
1.875541 2.881679
0.18651917
Grafik log
MR HMR
terhadap pH
0.3 0.2
log([MR-]/[HMR])
0.1 0 0
1
2
3
4
-0.1 y = 0.7965x - 3.611 -0.2 -0.3 -0.4 -0.5 -0.6
pH
Sehingga diperoleh persamaan garis linear y = mx + c dari grafik diatas : y = 0.796 x – 3.611 MR
y
= log
m
= koefisien b1 pada λ1
x
= pH
c
= - pKa ; nilai c = - 3.611
HMR
5
6
nilai pKa = 3.611 (pKa teoritis = 4.76) Ka = 10-3.611
Galat =
=
p a teoritis p a p a
4 76 4 76
= 24.13%
VI.
Kesimpulan
x 100 %
x 100 %
Dari percobaan diperoleh : -
λ maksimal metil merah [HMR] adalah 510 nm
-
λ maksimal metil merah [MR-] adalah 430 nm
-
nilai pKa = 3.611; Ka = 10-3.611 dengan galat 24.13%
VII. Daftar Pustaka Day, R.A,. J.R dan Underwood, A.L, 2006, “Analisis imia uantitatif”, edisi 6, Jakarta: Erlangga, hal. 382-428 Harvey, David, 2000, “Modern Analytical Chemistry”, 1st ed., McGraw-Hill: New York, page 369-386
VIII. Lampiran
View more...
Comments