Laporan Praktikum Antidepresan Farmakologi
December 27, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Antidepresan Farmakologi...
Description
PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESI
I.Tujuan
Setelah
menyelesaikan
percobaan
ini,
mahasiswa
diharapkan
dapat
mengetahui sampai sejauh mana aktivitas obat antidepresan pada hewan percobaan.
III. Teori Dasar
Pada penyakit psikis terjadi gangguan neurotransmitter,terutama pada monoamin aromatik yaitu dopamine, yaitu dopamine, noradrenalin, noradrenalin, dan serotonin. Psikofarmaka serotonin. Psikofarmaka akan berinteraksi dengan penghantar rangsang fisiologik dan akan bekerja pada pengaturan saraf sehingga kesetimbangan neurotransmitter yang terganggu akan diperbaiki,tidak mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan penyakit penyakit psikis,hanya mempengaruhi gejala tujuan tertentu seperti halusinasi (Mutcler,1991). Depresi adalah adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai s ampai menyebabkan terganggunya t erganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala gangguan depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi medis, efek samping obat, atau aktivitas kehidupan. Kondisi yang cukup parah menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau perusakan dalam keadaan sosial, pekerjaan, atau bidang bidang penting lainnya (Yustinus, 2006). 2006). Antidepresan merupakan obat-obat yang efektif pada pengobatan depresi, meringankan gejala gangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang dibawa sejak lahir. Antidepresan lahir. Antidepresan digunakan digunakan untuk tujuan klinis dalam sejumlah indikasi termasuk: 1. Untuk mengurangi perasaan gelisah, panik, dan stres. 2. Meringankan insomnia 3. Untuk mengurangi kejang/ serangan dalam perawatan epilepsi. 4. Menyebabkan relaksasi otot pada kondisi ketegangan otot. 5. Untuk menurunkan tekanan darah dan atau denyut den yut jantung. Untuk meningkatkan mood dan atau meningkatkan kesupelan (Mutchler, 1991). JENIS ANTI DEPRESAN 1. Anti depresan trisiklik
2. Inhibitor monoamine oksidase 3. Inhibitor reuptake serotonin selektif Indikasi klinis utama untuk penggunaan antidepresan adalah penyakit depresif mayor. Obat ini juga berguna dalam pengobatan gangguan panik, gangguan ansietas (cemas) lainnya dan enuresis pada anak-anak. Berbagai riset terdahulu menunjukkan bahwa obat ini berguna untuk mengatasi gangguan deficit perhatian pada anak-anak dan bulimia serta narkolepsi. Anti deprasan seperti amitriptilin juga memiliki efek anti kejang. Golongan ini digunakan pada pasien yang depresi dan juga mengalami kecemasan, atau untuk penggunaan jangka lama dimana dikhawatirkan timbul ketergantungan
bila
menggunakan
benzodiazepine.
Inhibitor
MAO
seperti meclobemid sangat berguna pada pasien depresi dengan fobia. Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti citaloram bisa digunakan untuk serangan panic. Antidepresan Trisiklik
adalah sejenis
obat yang digunakan sebagai
antidepresan sejak tahun 1950an. Dinamakan trisiklik karena struktur molekulnya mengandung 3 cincin atom. (Staf Pengajar FK UNSRI, 2004). Mekanisme kerja ATS tampaknya tampaknya mengatur penggunaan neurotransmiter norepinefrin dan serotonin pada otak. Manfaat Klinis dengan riwayat jantung yang dapat diterima dan gambaran EKG dalam batas normal, terutama bagi individu di atas usia 40 tahun, ATS aman dan efektif dalam pengobatan penyakit depresif akut dan jangka panjang. Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan, perawat harus mampu mengetahui efek samping umum dari anti depresan dan mewaspadai efek toksik serta pengobatannya. Obat ini menyebabkan sedasi dan efek samping antikolinergik, seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, hipotensi ortostatik, kebingungan sementara,
takikardia, takikardia, dan fotosensitivitas.
Kebanyakan kondisi ini adalah efek samping jangka pendek dan biasa terjadi serta dapat diminimalkan dengan menurunkan dosis obat. Efek samping toksik termasuk kebingungan, konsentrai buruk, halusinasi, delirium, kejang,depresi pernafasan, takikardia,bradikardia dan koma.Contoh obat-obatan yang tergolong antidepresan trisiklik diantaranya adalah amitriptyline, amitriptyline, amoxapine, imipramine, lofepramine, iprindole, protriptyline dan trimipramine. (Mutchler,1991). Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI) Diduga SSRI meningkatkan 5-HT di celah sinaps, pada awalnya akan meningkatkan aktivitas autoreseptor yang justru menghambat pelepasan 5-HT sehingga kadarnya turun dibanding sebelumnya. Tetapi pada pemberian terus
menerus autoreseptor akan mengalami desensitisasi sehingga hasilnya 5-HT akan meningkat dicelah sinaps di area forebrain yang menimbulkan efek terapetik. Contoh obat-obat
yang
tergolong
SSRI
diantaranya
adalah fluoxetine, paroxetine, adalah fluoxetine,
dan sertraline (Andri,2012). Monoamine oxidase inhibitor (MAO inhibitor) MAOIs secara nonselektif mengeblok MAO A dan B isoenzym dan memiliki efek antidepresan yang mirip dengan antidepresan trisiklik. Namun, MAOIs bukan obat pertama terapi antidepresan karena pasien yang menerima harus disertai dengan diet rendah tiramin untuk mencegah krisis hipertensi karena MAOIs membawa resiko interaksi obat dengan obat lain. MAOI tidak bersifat spesifik dan akan menurunkan metabolisme barbiturate, analgesic opioid dan alkohol. Meclobamid menghambat MAO A secara selektif dan reversible, relative aman dengan efek samping utama pusing, insomnia, dan mual. Contoh obat-obat MAOIs diantaranya phenelzine, dan tranylcypromine (Mutchler, 1991). Yang harus diperhatikan saat Anda mengkonsumsi antidepresan: 1. Pastikan dokter tahu tentang masalah kesehatan pasien yang lainnya agar ia tahu apakah obat yang akan dipengaruhinya bisa mempengaruhi penyakit yang lain atau tidak. 2. Jangan mengkonsumsi obat lain tanpa berbicara dengan dokter terlebih dahulu. 3. Jangan minum alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang (Sondang, 2012).
IV. Alat dan Bahan
a) Alat 1. Alat suntik 1 ml 2. Tabung gelas panjang 20cm diameter 10cm 3. Timbangan mencit b) Bahan 1. Aquadest 2. Amitripilin Dosis I 3. Amitriptilin Dosis II 4. Nacl fisiologis
V. Prosedur
Alat suntik dan bahan-bahan disiapkan. Masing-masing kelompok diberikan 3 (tiga) ekor mencit. Setiap mencit diberi tanda di bagian ekornya (I, II, dan III). Setiap mencit ditimbang menggunakan timbangan dan dicatat hasilnya. Sebelum digunakan timbangan harus dikalibrasi terlebih dahulu. Kemudian dilakukan perhitungan untuk setiap mencit untuk mengetahui dosis obat yang akan disuntikkan ke dalam mencit dengan rute pemberian obat melalui intraperitonial. Mencit pertama (mencit I) dibersihkan bagian perut sebelah kirinya dengan kapas yang sudah dicelupkan dalam etanol. Kemudian disuntikkan NaCl sebanyak 0,36 ml. Mencit kedua (mencit II) juga dibersihkan dengan etanol kemudian disuntikkan dengan Amitriptilin dosis I sebanyak 0,3625 ml. Mencit ketiga (mencit III) juga dibersihkan dengan etanol lalu disuntikkan dengan Amitriptilin dosis II sebanyak 0,5 ml. Setelah itu, ditunggu selama satu jam dan mencit diletakan didalam suatu wadah berisi air dan dibiarkan berenang. Diamati dan dihitung waktu mencit tidak bergerak didalam air pada menit ke 5, 10, dan 15.
VI. Data Pengamatan dan Perhitungan Perhitungan
a) Data Pengamatan
Lama Waktu Diam (Detik)
Hewan Uji 5
NaCl
15
Jumlah
1
139
286 283
708
2
31
38
34
103
3
35
250 282
567
4
182
272 273
727
5
183
257 254
694
6
0
34
144
95
190 206
490,5
1
47
190 210
447
2
56
84
164
304
3
48
80
159
287
Rata - Rata
Amitriptilin Dosis I
10
110
4
67
277 265
609
5
133
227 284
644
6
14
12
154
Rata - Rata
Amitriptilin Dosis II
128
60,8 145 202
407,5
1
162
192 286
640
2
41
90
194
325
3
10
19
120
149
4
181
252 298
731
5
0
137 170
307
6
0
142 162
304
Rata - Rata
65,7 139 205
409,3
b) Perhitungan
Volume penyuntikan masing – masing – masing masing mencit
a. Mencit I
= 0,36 ml
b. Mencit II
= 0,3625 ml
c. Mencit III
= 0,5 ml
Efektifitas dosis
1. %Efektivitas Anti Depresan : ∑ ∑
a.
∑
] x 100% (Mutlak)
2. %Efektivitas Amitriptilin Dosis I :
a.
] x 100% = 16,92%
3. %Efektivitas Amitriptilin Dosis II :
a.
] = 16,55%
c) Grafik
Grafik Perbandingan Waktu Terhadap Lama Diam 250
) k i t 200 e D (
150
m a i D100 a m 50 a L
0 5
10
15
Waktu (Menit) Kontrol -
Dosis I
Dosis II
Grafik Perbandingan Uji Terhadap Lama Diam 600 ) 500 k i t e 400 D ( m300 a i D a 200 m a L100
0 Kontrol -
Dosis I
Dosis II
Uji
d) Annava
VII. Pembahasan
Praktikum farmakologi kali ini berjudul Pengujian Antidepresi. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas antidepresi pada hewan percobaan. Hewan percobaan yang digunakan yaitu mencit karena mencit merupakan hewan yang mudah untuk ditangani dan memberikan efek yang yang cepat.
Obat-obat
antidepresan berkemampuan untuk menurunkan perasaan tertekan secara psikis yang dimanifestaskan meningkatnya aktivitas motorik dan perbaikan mood. Terdapat beberapa percobaan yang bisa dilakukan untuk melihat aktivitas obat-obat antidepresan, antara lain uji renang, uji waterwheel dan uji rotary road. Namun, dalam praktikum ini uji yang dilakukan yaitu uji renang karena pengujian aktivitas obat antidepresan dengan menggunakan uji renang tidak memerlukan alatalat khusus sehingga mudah untuk dilakukan. Untuk metode uji renang, prosedur pertama yang seharusnya dilakukan yaitu satu hari sebelum percobaan, hewan uji mencit dimasukkan ke dalam tabung silinder berisi air kemudian dibiarkan untuk berenang selama lima menit. Tujuannya untuk mengadaptasikan mencit. Namun, prosedur tersebut tidak dilakukan karena keterbatasan waktu. Pada hari percobaan, mencit uji dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok amitriptilin dosis I (dosis rendah) dan kelompok amitriptilin dosis II (dosis tinggi). Kontrol negatif artinya hewan uji tidak diberikan obat antidepresan, yang kemudian digunakan sebagai pembanding dengan hewan uji yang diberikan obat. Pada 0 menit, mencit disuntikkan secara intra peritoneal NaCl untuk kelompok kontrol negatif, amitriptilin dosis rendah untuk kelompok amitriptilin dosis I dan amitriptilin dosis tinggi untuk kelompok amitriptilin dosis II. Dipilih rute pemberian melalui intraperitonial karena rute ini efisien dan memiliki bioavabilitas yang sama dengan intravena tetapi lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan intravena, khususnya terhadap mencit. Sedangkan dibandingkan dengan cara oral, biovabilitas secara intraperitoneal lebih besar. Selanjutnya mencit uji dibiarkan selama 1 jam untuk menunggu obat memberikan efek. Setelah 1 jam, mencit uji dimasukkan kedalam tabung silinder berisi air setinggi ± 8 cm dengan suhu 25 o C kemudian mencit dibiarkan berenang. Pada saat tubuh mencit terendam air, secara spontan mencit akan menggerakkan kaki dan tangannya untuk berenang dan berusaha keluar dari air. Namun saat-saat tertentu mencit akan menghentikkan gerakkan kaki dan tangannya, menunjukkan sikap yang pasif. Pada saat itulah mencit dianggap mengalami depresi. Pengamatan percobaan dilakukan dengan membiarkan mencit berenang selama 15 menit. Setiap 5 menit, dihitung dengan stopwatch, lamanya waktu mencit uji mengalami depresi, sehingga diperolehlah data lamanya depresi tiap mencit pada menit ke-5, ke-10 dan ke-15. Data dicatat dalam tabel pengamatan kemudian dihitung persentase aktivitas dan persentase inhibisidari setiap kelompok
mencit. Pengujian ini dapat dilakukan untuk mengetahui aktivitas obat antidepresan dengan cara mengamati lama waktu mencit terdepresi. Mencit yang diberikan obat antidepresan seharusnya akan mengalami depresi yang lebih sebentar dibandingkan mencit yang tidak diberi obat antidepresi. Selanjutnya data dianalisis berdasarkan analisis varians dan dianalisis dengan Student’s t-test t-test untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antara perlakuan bahan uji dan kontrol. Data disajikan pula dalam bentuk grafik. Dari data pengamatan yang didapatkan, pada kelompok kontrol negatif yang diberikan larutan NaCl sebagai pengganti obat uji, mencit dengan bobot 14,2 gram yang mengalami depresi mengalami peningkatan waktu dalam penurunan pergerakan pada selang waktu tertentu (t=5’, t=10’, dan t=15’) yaitu sebanyak 35 detik, 250 detik, 250 detik, 282 detik. Hal ini sesuai karena pada kontrol negatif hanya diberikan NaCl yang tidak memberikan pengaruh terhadap pengurangan depresi dari mencit yang diamati. Pada mencit yang hanya diberikan NaCl, maka depresi yang terjadi akan semakin parah dan mencit lebih banyak diam (pasif) saat dimasukkan ke dalam air. Pada mencit yang diberikan Amitriptilin dosis I (dosis rendah) pengukuran waktu mencit terdepresi juga mengalami kenaikan. Mencit dengan bobot 14,5 gram yang diberi Amitriptilin dosis I ini, memberikan hasil pengamatan yaitu 48 detik; 80 detik; dan 159 detik. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin lama mencit diberenangkan, semakin depresi juga mencit tersebut sehingga waktu depresinya pun meningkat. Pada mencit dengan bobot 20 gram yang diberikan Amitriptilin dosis II (dosis tinggi), hasil pengamatan yang didapat yaitu 10 detik; 19 detik; dan 120 detik. Pada perbandingan kelompok uji, mencit yang diberikan Amitriptilin dosis I lebih sering mengalami depresi dibandingkan dengan pemberian Amitriptilin dosis II yang dilihat dari lamanya waktu mencit terdepresi. Hal ini menunjukkan bahawa Amitriptilin dosis II lebih memiliki aktivitas yang kuat dibandingkan Amitriptilin dosis I. Uji mencit terhadap obat uji antidepresan, Amitriptilin, didapatkan persentase aktivititas Amitriptilin dosis I sebesar 15,92 % dan Amitriptilin dosis II sebesar 15,55 %. Nilai persentase aktivitas yang di bawah 50% tersebut menunjukkan bahwa Amitriptilin tidak cukup efektif dalam memberikan efek antidepresi karena persentase aktivitas yang baik haruslah 50%. Pada grafik 1 merupakan grafik waktu diam dia m terhadap waktu pengamatan. Pada grafik 1 dapat dilihat bahwa pada pemberian NaCl mempunyai waktu diam yang paling tinggi. Tetapi pada waktu 15 menit lamanya diam dari pemberian NaCl
cenderung sama dengan lamanya diam dari Amitriptilin dosis I maupun dosis II. Hal ini sedikit menyimpang karena seharusnya lamanya diam dari Amitriptilin berada di bawah NaCl karena amitriptilin memiliki memil iki efek antidepresan. anti depresan. Dapat dilihat pada grafik 1, Amitriptilin dosis I memiliki waktu diam lebih rendah dibandingkan Amitriptilin dosis II. Padahal seharusnya, amitriptillin dosis II dapat menghambat terjadinya depresi yang lebih baik karena dosisnya lebih tinggi sehingga waktu depresinya berkurang atau waktu diamnya rendah. Hal ini dapat terjadi karena keslahan dalam pemberian volume obat tersebut terse but atau kesalahan perhitungan volume obat. Dapat juga diakibatkan
ketidaktelitian
praktikan
saat
memberikan
obat
tersebut
secara
intraperitoneal sehingga tidak seluruh volume obat yang seharusnya diberikan masuk seluruhnya tetapi ada yang terbuang sehingga volumenya obatnya menjadi tidak tepat. Grafik 2 merupakan grafik waktu diam masing-masing kelompok dimana sumbu X nya adalah kelompok uji sedangkan sumbu Y nya merupakan waktu diam. Pada grafik 2, dapat dilihat bahwa dari ketiga kelompok mencit yang diuji, ketiganya menunjukkan terjadinya depresi depresi yang ditandai dengan adanya waktu diam, waktu diam yang paling lama terjadi pada kelompok 1 yang diberi NaCl, pada pemberian Amitriptilin dosis I dan Amitriptilin dosis II waktu diam cenderung sama. Hal Ini dikarenakan
amitriptillin
memiliki
efek
antidepresan,
sehingga
menghambat
terjadinya depresi pada mencit yang ditandai dengan rendahnya waktu diam.
VIII. Simpulan
Obat antidepresan memiliki aktivitas mengurangi gejala depresi pada hewan percobaan. Hal ini ditunjukan oleh memcit yang diberi obat antidepresi amitriptilin dosis tinggi memiliki durasi waktu terdepresi lebih sebentar dibandingkan mencit yang diberi obat antidepersi dosis rendah dan mencit yang hanya dijadikan kontrol negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Dr Andri Sp KJ.2012.Obat Antidepresan dan seluk beluknya. Tersedia di http:// health.kompas.com/read/2012/07/02/17544067/Obat.Antidepresan.dan.Seluk. (diakses 27 April 2014 pukul 12.31) Mutchler Mutchler , Ernst. 1991 . Dinamika Obat Edisi Kelima. Penerbit ITB. Bandung Semiun, Semiun, Drs Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Sondang Sondang, 2012. Tersedia di http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umum/ Depresi-Atasi-Efek-Samping-Antidepresan. Diakses 6 Mei 2012 Staf Pengajar Departemen Farmakologi.2004.Kumpulan Kuliah Farmakologi Farmakolog i, Edisi 2. Penerbit EGC. Jakarta
View more...
Comments