Laporan Pendahuluan Hipokalemia
September 18, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Pendahuluan Hipokalemia...
Description
A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT a. Pengertian
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan
proses-proses
faal
(fisiologis)
yang
terintegrasi
yang
mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”. “homeostasis”. a)
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). b) Elektrolit adalah
zat
yang menghasilkan partikel-
pa p a r t i k e l b e r m u a t a n listrik yang disebut ion jika berada di dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh. c)
Kekurangan cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami penurunan cairan intravaskuler, interstitial dan atau intraseluler.
d)
Kelebihan cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami peningkatan cairan intravaskuler, interstitial dan atau intraseluler.
e)
Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana
seorang
individu
mengalami
atau
beresiko
mengalami
peningkatan, penurunan atau cepatnya pertukaran dari satu ke lainnya dari
intravaskuler,
interstitial
2006. Fundamental Keperawatan) Keperawatan)
dan
atau
intraseluler.
( Potter.
b. Etiologi
1. Ketidakseimbangan volume cairan. a) Kekurangan volume cairan
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah dari fistula atau selang. Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per oral, penggunaan obat-obatan diuretic. b) Kelebihan volume cairan
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, peningkatan kadar aldosteron dan steroid di dalam serum, asupan natrium berlebih. c) Sindrom ruang ketiga
Hipertensi portal, abstruksi usus halus, peritonitis, luka bakar. d) Ketidakseimbangan hiperosmolar
Diabetes insipidus, Interupsi dorongan rasa haus yang dikontrol secara neurologis ketoasidosis diabetic, pemberian cairan hipertonik. e) Ketidakseimbangan hipoosmolar
Asupan cairan berlebih. 1. Hipovolemia Kekurangan volume cairan terjadi saat air dan elektrolit yang hilang berada di dalam proporsi isotonic, kadar elektrolit dalam serum tetap tidak berubah, kecuali jika terjadi ketidakseimbangan lain pasien yang beresiko kekurangan volume cairan ini adalah pasien yang mengalami me ngalami kekurangan cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal, misalnya akibat muntah, pengisap lambung, diare, atau fistula.penyebab lain dapat meliputi perdarahan, pemberian obat-obatan diuretic, keringat yang banyak, demam, dan penurunan asupan per oral. 2. Hipervolemi
Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi isotonic sehingga menyebabkan hipervolemi tanpa disertai
perubahan
kadar
elektrolit
serum.pasien
yang
berisiko
kelebihan volume cairan ini meliputi pasien yang menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan sirosis. 2. Ketidakseimbangan elektrolit a) Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal pengeluaran diuretic. b) Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic. c) Hipokalemiagastrointestial Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran. d) Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti akibat luka bakar dan trauma. e) Hipokalsemia
Pemberian
darah
yang
mengandung
sitrat
dengan
cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit penyakit neoplastik, pancreatitis. f) Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, penyakit paget, osteoporosis, imobilisasi yang lama
c. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang perposional. Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya gangguan ini di awali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan intraseluler menuju
intraveskuler
sehingga
menyebabkan
penurunan
cairan
ekstraseluler. Secara umum, deficit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, pendarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (
lokasi
tempat
cairan
berpindah
dan
tidak
mudah
untuk
mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari sisi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritoneum, pericardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan ( Faqih, 2011). d. Manifestasi Klinis
Gejala Klinis ( Burner& Suddarth.2002) Tanda
dan
gejala
klinis
yang
mungkin
didapatkan
pada
klien hipovolemia antara lain: pusing, kelelahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual,
haus,
muntah,
kekacauan
mental,
konstipasi.
Tergantung pada jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai dengan
ketidakseimbangan
asam
basa,
osmolar atau
elektrolit.
Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompetensi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsangan system syaraf simpatis ( peningkatan frekuensi jantung, inotropik ( kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone antideuritik (ADH) dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
e. Distribusi Cairan dan Elektrolit
a)
Distribusi Cairan
1. Cairan Ekstra Sel (CES) CES terdiri dari cairan interstitial dn cairan intravaskuler. Cairan interstitial mengisi ruangan yang berada di antara sebagian besar sel tubuh dan menyusun sejumlah besar lingkungan cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan interstitial. Sedangkan cairan intravaskuler terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang berisi atau mengandung air dan tidak berwarna, dan daerah yang mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat tubuh. 2.
Cairan Intra Sel (CIS)
Cairan intrasel adalah cairan di dalam membran sel yang berisi substansi terlarut atau solute yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intra sel membentuk 40% berat tubuh. 3. 1.
Distribusi Elektrolit Elektrolit terdiri dari : – kation bermuatan positif ( Na+ , K +, Mg+,
Ca+) – anion anion bermuatan negatif ( Cl – , HCO3 – ) 2. Nilai normal elektrolit pada orang dewasa Natrium : 135 – 135 – 145 145 mem/L Kalium : 3,5 – 3,5 – 5,0 5,0 mem/L Clorida : 9,5 – 9,5 – 5,5 5,5 mem/L Magnesium : 1,5 – 1,5 – 2,5 2,5 mem/L Fosfat : 1,5 – 1,5 – 2,6 2,6 mem/L f. Pengatura Pengaturan n Cairan dan Elektrolit
1. Asupan cairan Diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat pengendalian rasa haus berada di dalam hipotalamus di otak. Asupan cairan dari makanan & minuman yang di asup. 2. Haluran cairan Pemasukan dan Pengeluaran cairan setiap hari pada orang dewasa sehat.
Pemasukan
Pengeluaran
Cairan yang diminum 1200
ml
Ginjal (urine)
1500
ml
Makanan padat (air) 1000
ml
Usus halus (feses)
200
ml
Oksidasi makanan
ml
Paru (dalam udara ekspirasi)400
ml
300
3. Kebutuhan Cairan Menurut BB No.
UMUR
BB (KG)
CAIRAN (ML/24JAM)
1.
3 hari
3,0
250-300
2.
1 tahun
9,5
1150-1300
3.
2 tahun
11,8
1300-1500
4.
6 tahun
20
1500-2000
5.
10 tahun
28,7
2000-2500
6
14 tahun
45
2200-2700
7
18 tahun (adult)
54
2200-2700
g. Pergeraka Pergerakan n Cairan Tubuh
1. Difusi adalah perpindahan cairan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah melalui membran sel yang permeable terhadap substansi materi baik padat maupun partikel zat terlarut. 2. Filtrasi adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat terlarut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya cairan yang mempunyai perbedaan tekanan.
3. Osmosis adalah perpindahan cairan melalui membrane selaktif permeable dari area yang konsentrasi rendah ke area dengan konsentrasi tinggi. 4. Transpor aktif adalah perpindahan cairan menggunakan ATP yang melawan gradien konsentrasi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. h. Faktor-fakt Faktor-faktor or yang Mempengaruhi Mempengaruhi Keseimbangan Cairan
1. Umur : Berkaitan dengan permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan, berat badan, dan perkembangan. 2. Temperatur : Panas yang berlebihan menyebabkan keringat dimana seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat. 3. Diit : Pada saat tubuh mengeluarkan nutrisi, tubuh akan memesan cadangan energi. Proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari insterstitial ke intraseluler. 4. Stress : Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot. Metabolisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine. 5. Olah Raga : Olah raga menyebabkan peningkatan kehilangan air kasat mata melalui keringat. B. KONSEP DASAR MEDIS HIPOKALEMIA HIPOKALEMIA a. PENGERTIAN
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar atau serum mengacu pada konsentrasi dibawah normal yang biasanya menunjukkan suatu kekurangan nyata dalam simpanan total. (Brunner dan Suddarth 2002). 2002). Hipokalemia adalah rendahnya kadar kalium didalam darah kita. Kalium kita ketahui juga sebagai elektrolit yang berperan penting pada fungsi syaraf dan sel otot, terutama fungsi sel otot jantung. Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) merupakan suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah.
Gejala Hipokalemia
Ada beberapa gejala dapat yang muncul jika kadar kalium berada di bawah batas normal, antara lain: Kram perut dan sembelit, kesemutan dan mati rasa, mual, kembung, muntah, Palpitasi atau jantung berdebar, pingsan saat tekanan darah rendah, sering buang air kecil dan merasa haus,kelelahan, serta kram di otot lengan dan kaki, gangguan psikologis seperti : depresi, delirium, depresi, delirium, bingung, atau berhalusinasi. berhalusinasi. 1) Pengertian Elektrolit Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-) Pengaturan Pengatur an elektrolit 1. Natrium (sodium)
a) Merupakan kation paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel (CES) b) Na+ mempenagruhi keseimbangan air, hantaran implus araf dan kontraksi otot. c) Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt. 2. Kalium (potassium) a) Merupakan kation utama dalam CIS b) Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot. c) Diperlukan untuk pembentukan glikkogen, sintesa protein, pengaturan
keseibangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion ion H+. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt. 3. Kalsium
a) Berguna untuk integritas kulit dan struktu strukturr sel,
kondusi jantung, jantung,
pembekuan darah serta pembentukan tulang dan gigi. b) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
c) Hormone paratiroid mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. d) Hormon thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca+ tulang. 4. Magnesium a) Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.
b) Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurocemia, dn muscular excibility. Nilai normalnya 1,5-2,5 mEq/lt. 5. Klorida
a) Terdapat pada CES dan CIS, normalnya 95-105 mEqlt. mEqlt. 6. Bikarbinat a) HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
CES dan CIS. b) Bikarbonat diatur oleh ginjal.
7. Fosfat
a) Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES b) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolism
karbohidrat, dan pengaturan asam basa. c) Pengaturan oleh hormone paratiroid
b. ETIOLOGI
a. Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium dari tubuh Anda. b. Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat menyebabkan hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop (seperti Furosemide). Obat lain termasuk steroid, licorice, kadang-kadang aspirin, dan antibiotik tertentu. c. Ginjal (ginjal) disfungsi - ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B. d. Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau berkeringat.
e. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat) - aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu dari sistem endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat menyebabkan kehilangan kalium. f. Miskin diet asupan kalium (Price
&
Wilson,
2006)
Adapun penyebab lain dari timbulnya penyakit hipokalemia : muntah berulang-ulang, diare kronik, hilang melalui kemih (mineral kortikoid berlebihan obat-obat diuretik). (Ilmu Faal, Segi Praktis, hal 209). c. PATOFISIOLOGI
Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 % dari simpanan tubuh (3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq) terutama dalam pada kompetemen ECF. Kadar kalium serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium merupakan bagian terbesar dari zat terlarut intrasel, sehingga berperan penting dalam menahan cairan di dalam sel dan mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipun hanya merupakan bagian kecil dari kalium total, tetapi sangat berpengaruh dalam fungsi neuromuskular. Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen ICF dan ECF dipertahankan oleh suatu pompa Na-K aktif yang terdapat dimembran sel. Rasio kadar kalium ICF terhadap ECF adalah penentuan utama potensial membran sel pada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot jantung dan otot rangka. Potensial membran istirahat mempersiapkan pembentukan potensial aksi yang penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar kalium ECF jauh lebih rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga sedikit perubahan pada kompartemen ECF akan mengubah rasio kalium secara bermakna. Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF dalam jumlah besar yang dapat mengubah rasio ini secara bermakna.
d. PATHWAY Perpindahan (K) ke dalam sel
Asupan makanan
Keringat
- Muntah - Diare - Lieostami
- Akalosisi metabolik Laboratorium
HIPOKALEMIA
- (K) Seum < 3 mEq/L menyebabkan depresi gelombang ST
SSP &
Pernafasan
Neunomuskuler - Parastesio - Kelemahan otot - Reflek tendon hilang
Saluran cerna
- Otot pernafasan lemah - Nafas dangkal
Anoreksia, mual, muntah
Hilang Lewat Ginjal
Hilang dari saluran cerna
- Obat diuretik - Penyakit ginjal - druresis osmotik - Penyembuhan luka bakar yang berat - Efek mineral kortikosteroid - Antibiotik
Kardiovaskuler - Hipotensi - Nisritmia Nisritmia - Perubahan pada EKG - Gelembung T yang lebar dan mendatar progresif
Ginjal - Polliura - Nokturia
- Depresi segmen ST - Gelombang U yang menonjol
e. Manifestasi Klinis
1) CNS dan neuromuskular : Lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang
2) Pernapasan : Otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut) 3) Saluran cerna : Menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual mmuntah.
4) Kardiovaskuler : Hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG. 5) Ginjal : Poliuria,nokturia. (Price & Wilson, 2006, hal 344) f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kalium serum
: penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L.
2) Klorida serum
: sering turun, kurang dari 98 mEq/L.
3) Glukosa serum
: agak tinggi.
4) Bikarbonat plasma : meningkat, meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L. mEq/L. 5) Osmolalitas urine : menurun. 6) GDA
:
pH
dan
bikarbonat
meningkat
(Alkalosit
metabolik). (Doenges 2002, hal 1049). g. Pengobatan
1) Pemberian K melalui oral atau Intravena untuk penderita berat. 2) Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih mudah. 3) Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedangkan pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L. Bila ada intoksikasi digitalis, aritmia, atau kadar K serum Bila kadar kalium dalam serum > 3 mEq/L, koreksi K cukup per oral. h. Komplikasi
a. Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat menimbulkan kelumpuhan. b. Hiperkalemia
yang
lebih
serius
dari
hipokalemia,
jika
dalam
pengobatan kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu banyaknya kalium masuk kedalam pembuluh darah.
(Ilmu Gizi, 1991, hal 99) Selain itu juga adapun hal-hal yang dapat timbul pada hipokalemia yaitu : 1. Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan hipokalemia terutama bila mendapat obat digitalis. 2. Ileus paralitik. 3. Kelemahan otot sampai kuadriplegia. 4. Hipotensi ortostatik. 5. Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang tubulus distal. 6. Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus. 7. pH urine kurang akibatnya akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang. 8. Hipokalemia yang kronik bila ekskresi kurang dari 20 mEq/L. (Ilmu penyakit Dalam, 2001, hal.308) 8. Pencegahan
Kekurangan kalium bisa dihindari dengan menjaga agar kadar kalium dalam darah tetap pada kondisi normal. Ada beberapa makanan yang bisa dikonsumsi untuk membuat kadar kalium tetap normal, di antaranya adalah: Alpukat, pisang, buah ara, kiwi, jeruk, bayam, tomat, susu, kacangkacangan, selai kacang, gandum. C. KONSEP
DASAR
KEPERAWTAN
PADA
GANGGUAN
KESEIMBANGAN KESEIMBANG AN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 1. Pengkajian a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, tanggal lahir, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, status perkawinan, penanggung penanggung biaya. b. Keluhan utama
Mengalami muntah-muntah 1 hari sebelum MRS. c. Riwayat penyakit sekarang
Contohnya dengan mengecek hasil pemeriksaan laboratorium dari cairan dan elektrolit. Klien kekurangan volume cairan dan elektrolit.Pengkajian yang didapat, meliputi timbulnya mual dan muntah-muntah, lemah, penurunan tekanan nadi. d. Riwayat penyakit dahulu Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit yang dialami klien, seperti hipertensi, DM, hipokalemia, dan penggunaan obatobatan. e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya anggota generasi terdahulu yang menderita penyakit seperti klien. f. Pola makan atau cairan
Kaji pola nutrisi sebelum MRS dan saat MRS Kaji pola nutrisi sebelum MRS dan saat MRS biasanya pada klien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit timbul haus, kelemahan, kulit kering, membran mukosa kering, penurunan haluaran urine, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan nadi, penurunan BB tiba-tiba, mual, kembung dan muntah. g. Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur sebelum MRS dan saat sakit. Biasanya klien mengalami perubahan pada pola istirahat tidur karena Hambatan lingkungan, kurang kontrol tidur, kurang privasi. h. Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi sebelum dan saat sakit. -Eliminasi fekal/BAB -Eliminasi Urine/BAK i. Pola aktivitas dan latihan
Klien dengan gangguan cairan dan elektrolit biasaynya mengalami kelemahan beraktivitas. j. Pola presepsso dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya serta penyakit yang dideritanya. k. Pola peran hubungan
Kaji bagaiman peran dan fungsi serta hubungan dengan orang-orang di sekeitar. l. Pola nilai dan kepercayaan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap penyakit yang dialami klien. m. Pola kebersihan diri Kaji bagaimana tindakan klien dalam menjaga kebersihan dirinya.
2. Penyimpangan KDM
Adanya gangguan pada
Merangsang Pengeluaran zat bradikinin, histamine dan serotin
mukosa sebagai barrier
Peningkatan Asam Lambung
Rangsangan dihantar Rangsangan di hantar ke hi otal otalam amus us
Merangsang medulla vo vomi mitin tin ce cent ntre re
Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan
Rangsangan Nyeri di erse sikan Anoreksia / Muntah
Defisit Nutrisi
Kekurangan Volume cairan dan elektrolit
3. Diagnosa Keperawatan Keperawatan
Dx 1
: Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d gangguan
mekanisme regulasi d.d muntah berlebihan berlebihan Dx2
: Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d
nafsu makan menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, B,J., Ladwing, G. B., & Makic, M.B.F(2017) Nursing diagnosis Handbook, an evidence-based guide to planning care. 11 Ed. St. Louis: Elsevier. care. 11 Carpenito-Moyet, L.J (2013). Nursing diagnosis appllication to clinical practice. 14 Ed.philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Sparks & Taylor (2011). Nursing diagnosis pocket guide. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins. Herdman,
T.H.,&Kamitsuru,
S.(2014).
Nursing
diagnosis
definition and classification 2015-2017 10 Ed. Oxford: Willey Blackwell Newfield, S.A Hinz, M.,D., Tilesu, D.S., Sridaromont, K.L, Maramba. P.J (2012) Cox’s Clinical Applications of Nursing Diagnosisi Adult, Child, Women’s. Women’s. Brunner & Suddarth: Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Kusuma Hardi.2015 NANDA NIC – NOC jilid I II III. Jakarta: MediAction
View more...
Comments