kelompok PHATT jadi.docx
December 5, 2018 | Author: Maki Lukmanul Hakim | Category: N/A
Short Description
Download kelompok PHATT jadi.docx...
Description
TUGAS PHATT
KE BUTUHAN BUTUHAN AI R PADA TANAMAN TANAMAN PADI PADI VARI E TAS BE RBE DA DAN BAWANG BAWANG MERAH PAPER
Dosen Pengampu : Ir. Sukuryati S. Dewi, MS.
Disusun oleh :
Maki Lukmanul Hakim Faris Abdu Randy Akbar Putra Azmi Hanafiah Dwi P Urwatul Wusqa
(20150210084) (20150210084) (20150210089) (20150210089) (20150210105) (20150210105) (20150210100) (20150210100) (20150210096) (20150210096)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2016
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ETtanaman) tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang tanah yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan l ingkungan tumbuh tertentu. Untuk menghitung ET-tanaman direkomendasikan suatu prosedur tiga tahap, yaitu: 1. Pengaruh iklim terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh Eto. 2. Pengaruh karakteristik tanaman terhadapa kebutuhan air tanaman diberikan oleh koefisien tanaman (KC) yang menyatakan hubungan antara Eto dan ET tanaman (ETtanaman =Kc.ETo). nilai Kc beragam dengan jenis tanaman, fase pertumbuhan tanaman, musim pertumbuhan dan kondisi cuaca yang ada. 3. Pengaruh konndisi lokal dan praktek pertanian terhadap kebutuhan air tanaman, termasuk variasi lokal cuaca, tinggi tempat, ukuran petak lahan, adveksi angin, ketersediaan lengas lahan, salinitas, metode irigasi dan kultivasi tanaman. Peningkatan produktivitas air akan mengurangi kebutuhan tambahan air dibidang pertanian, yang dapat dilakukan melalui pengelolaan irigasi. Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapontranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah. Kebutuhan air sawa h untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut : a. penyiapan lahan b. penggunaan konsumtif c. perkolasi dan rembesan d. pergantian lapisan air e. curah hujan efektif. Kebutuhan air di sawah dinyatakan dalam mml/hari atau ltl/dt/ha. Kebutuhan air belum termasuk efisiensi di jaringan tersier dan utama. Efisiensi dihitung dalam kebutuhan pengambilan air irigasi.
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis Tanaman Budidaya 1.
Padi (Oryza sativa L.)
a) Padi Ciherang Padi varietas ciherang dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 0-650 mdpl dengan suhu antara 30 oC-22,5oC. Curah hujan yang dibutuhkan untuk tanaman padi rata-rata 200 mm/bulan atau lebih dengan distribusi 4 bulan. Padi varietas ciherang memiliki masa pertumbuhan 115-125 hari dimana 55 hari sebagai fase vegetatif dan 65 hari sebagai fase generatif (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi). Kebutuhan air untuk penggenangan lahan pada ekosistem sawah bervariasi untuk setiap fase pertumbuhan karena disesuaikan dengan umur serta fase pertumbuhan padi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air karena proses evapotranspirasi tanaman (ETc) dari tanaman sehat yang tumbuh pada sebidang lahan dengan dengan kondisi lahan tidak ada kenadal (kesuburan atau kadar lengas). Padi ciherang memerlukan penggantian lapisan genangan air (WLR) sebanyak 3,33 mm/hari. Tanaman padi memilik koefisien tanaman (Kc) pada fase pertunasan adalah 0,8, fasevegetatif aktif 1,10, fase generatif 1,30 dan fase akhir 1,25 (Allen et. al., 1998). b) Padi Sitibagendit Varietas Situ Bagendit merupakan salah satu varietas padi Situbagendit yang telah dilepas di pasaran oleh pemerintah sejak tahun 2003. Varietas ini dapat tumbuh di lahan sawah maupun di lahan kering dengan tinggi tanaman antara 299 cm – 105 cm. Batang dan daun varietas Situ Bagendit berwarna hijau dengan permukaan daun bertekstur kasar, sedangkan posisi daunnya tegak.
Bentuk gabah panjang ramping dan
berwarna kuning bersih. Tekstur nasi yang dihasilkan cenderung pulen dengan kadar amilosa 22%. Varietas Situ Bagendit memiliki umur tanam
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
2
sekitar 110 – 120 hari yang termasuk salah satu varietas padi yang masa tanamnya lama (Suprihatno dkk., 2009). Kemampuan benih padi situbagendit varietas Situ Bagendit untuk tumbuh baik pada lahan kering maupun lahan sawah tadah hujan masih relatif lama seperti varietas lainnya. Varietas Situ Bagendit membutuhkan masa tanam sekitar 3 bulan hingga panen dengan masa perkecambahan kurang lebih sekitar 2 minggu (Anynomous1, 2013).
Pertumbuhan
kecambah padi situbagendit varietas Situ Bagendit yang telah mendapat perlakuan Asam Giberalat dapat menjadi petunjuk awal tentang kemampuan varietas tersebut untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan padi umumnya. 2.
Bawang Merah ( Allium ascalonium L. )
Bawang merah sama seperti bawang putih tidak tahan kekeringan karena sistem perakarannya yang pendek. Kebutuhan air terutama selama pertumbuhan dan pembentukan umbi. Bawang merah juga tidak dapat hidup ditempat yang airnya tergenang. Seperti halnya bawang putih, bawang merah ditanam pada musim kemarau atau akhir musim hujan dengan pengairan yang baik (Wibowo, 1994). Dalam pertumbuhannya, tanaman bawang merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah, terutama yang mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Apabila tanaman bawang merah ditanam ditempat yang terlindung dapat menyebabkan pertumbuhan umbi yang kecil dan hasilnya kurang memuaskan (Rahayu dan Berlian, 1999). Tanaman bawang merah menyukai tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya besar – besar. Selain itu, bawang merah hendaknya ditanam di tanah yang mudah meneruskan air. emasaman tanah yang paling sesuai untuk bawang merah adalah yang agak asam sampai normal (6,0 – 6,8). Tanah ber pH 5,5 – 7,0 masih dapat digunakan untuk penanaman bawang merah (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah dan menyukai jenis tanah lempung berpasir. Di Indonesia 70 % penanaman dilakukan pada PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
3
dataran rendah di bawah 450 meter. Bawang merah membutuhkan banyak air tetapi kondisi yang basah menyebabkan penyakit busuk. Tanah yang cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah (Rismunandar, 1986). B. Rumus Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman 1.
Etc (Penggunaan Konsumtif)
Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumtive use) dapat didekati dengan menghitung evapotranspirasi tanaman, yang besarnya dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman dan faktor klimatologi. Nilai evapotranspirasi merupakan jumlah dari evaporasi dan transpirasi. Yang dimaksud dengan evaporasi adalah proses perubahan molekul air di permukaan menjadi molekul air di atmosfir. Sedangkan transpirasi adalah proses f isiologis alamiah pada tanarnan, dimana air yang dihisap oleh akar diteruskan lewat tubuh
tanaman
dan
diuapkan
kembali
melalui
pucuk
daun.
Nilai
evapotranspirasi dapat diperoleh dengan pengukuran di lapangan atau dengan rumus-rumus empiris. Untuk keperluan perhitungan kebutuhan air irigasi dibutuhkan nilai evapotranspirasi potensial (Eto) yaitu evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air untuk tanaman adalah nilai Eto dikalikan dengan suatu koefisien tanaman.
ETc = kc x Eto
Keterangan :
ETc = Evapotranpirasi tanaman (mm/hari)
ETo = Evaporasi tetapan/tanarnan acuan (mm/hari)
Kc
= Koefisien tanaman
Contoh perhitungan : Kc padi salibu pada bulan Januari adalah 1,03. ETo padi ciherang pada bulan Januari adalah 120,84 mm/hari Maka :
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
4
ETc = 1,03 x 120,84 = 124,47 mm/hari
Kebutuhan air konsumtif ini dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman (tingkat pertumbuhan tanaman). Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai kebutuhan air konsumtif meningkat sesuai pertumbuhannya dan mencapai maksimum pada saat pertumbuhan vegetasi maksimum. Setelah mencapai maksimum dan berlangsung beberapa saat menurut jenis tanaman, nilai kebutuhan air konsumtif akan menurun sejalan dengan pematangan biji. Pengaruh watak tanaman terhadap kebutuhan tersebut dengan faktor tanaman (kc). Nilai koefisien pertumbuhan tanaman ini tergantung jenis tanaman yang ditanam. Untuk tanaman jenis yang sama juga berbeda menurut varietasnya. Sebagai contoh padi dengan varietas unggul masa t umbuhnya lebih pendek dari padi varietas biasa. ETo adalah evapotranspirasi tetapan yaitu laju evaportranspirasi dari suatu permukaan luas tanaman rumput hijau setinggi 8 sampai 15 cm yang menutup tanah dengan ketinggian seragam dan seluruh permukaan teduh tanpa suatu bagian yang menerima sinar secara l angsung serta rumput masih tumbuh aktif tanpa kekurangan air. Evapotranspirasi tetapan disebut juga dengan evapotranspirasi referensi/ keluar.
Rumus yang digunakan dalam mencari ETo adalah :
ETo =
n (,)+
Keterangan :
Eto
= Tumlah air yang dievapotranspirasikan tanaman (mm/hari)
n
= Lama Penyinaran
T
= Suhu (oC)
Contoh Perhitungan : Lama penyinaran matahari (n) pada bulan Januari adalah 6,42 %. Suhu (T) pada bulan Januari adalah 23,4 oC. PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
5
Maka :
=
6,42 x (45,7)23,4 813 100
= 120,84 mm/hari
2. NFR (Need Field Requiretment) Kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal.
NFR = Etc + P – Re + WLR mm/hari
Keterangan :
Etc
: Penggunaan konsumtif (mm/hari)
P
: Kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari)
Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat-sifat tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1 – 3 mm/ hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tunggul sawah.
Re
: Curah hujan efektif (mm/hari)
WLR
: Penggantian lapisan genangan air (mm/hari)
WLR
: 3,3
Contoh Perhitungan : ETc padi ciherang pada bulan Januari adalah 124,47 mm/hari. Perkolasi tanah andosol adalah 2,2. Curah hujan efektif pada bulan Januari adalah 194 mm/hari. WLR padi salibu adalah 3,3
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
6
Maka :
NFR = 124,47 + 2,2 – 194 + 3,3 = -64,03 mm/hari
3. WDR (Kebutuhan Air Irigasi Padi)
Kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal.Analisis kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini, (1) pengolahan lahan, (2) penggunaan konsumtif, (3) perkolasi (4) penggantian lapisan air, dan (5) sumbangan. hujan efektif. Kebutuhan air total di sawah merupakan jumlah faktor 1 sampai dengan 4, sedangkan kebutuhan netto air di sawah merupakan kebutuhan total dikurangi faktor hujan efektif. Kebutuhan air di sawah dapat dinyatakan dalam satuan mm/hari ataupun lt/dt. Rumus :
WDR
NFR ef 8,64
Keterangan :
NFR
: Kebutuhan air untuk tanaman di lahan tersier (mm/hari)
Efisiensi : Efisiensi irigasi secara keseluruhan (%) asumsi 80%
Koefisien 8,64
adalah
faktor karena perubahan satuan dari mm/hari
menjadi ltr/det. Contoh perhitungan : NFR padi ciherang pada bulan Januari adalah -64,03 Effisiensi : 80%. Koefsien : 8,64
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
7
Maka :
WDR =
−64,03
= −0,093
80/100 x 8,64
4. WRP (Kebutuhan Air Irigasi Palawija)
Masa prairigasi diperlukan guna menggarap lahan untuk ditanami dan untuk menciptakan kondisi kelembaban yang memadai untuk persemaian tanaman. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada kodisi tanah dan pola tanam yang diterapkan. Kriteria Perencanaan Irigasi mengusulkan air untuk pengolahan lahan sejumlah 50 - 120 mm untuk tanaman ladang dan 100 - 120 mm untuk tanaman tebu, kecuali jika terdapat kondisi-kondisi khusus mis alnya ada tanaman lain yang segera ditanam setelah tanaman padi. Rumus :
WRP
ETc
Re
ef 8,64
Contoh perhitungan : ETc bulan Januari adalah 124,47 mm/hari. Curah hujan efektif pada bulan Januari adalah 194. Effisiensi : 80% Maka :
WRP =
5.
(124,47 − 194) 80/100 x 8,64
= −0,101
DR (Kebutuhan Pengambilan) Kebutuhan pengambilan untuk tanaman adalah jumlah debit air yangdibutuhkan oleh satu hektar sawah untuk menanam padi atau palawija. Kebutuhanpengambilan ini dipengaruhi oleh efisiensi irigasi. Efisiensi irigasi adalahperbandingan jumlah air yang benar benar sampai ke petak tersier dengan jumlah airyang disadap (Yulianur, 2005 : 26). Besarnya kebutuhan pengambilan dihitung dengan rumus berikut.
DR = ( IR x A )/Ef
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
lt/dt
8
Keterangan :
IR
= NFR/ eff
Eff
= 80%
IR
= Kebutuhan Air Tanaman
A
= Luas lahan
Contoh perhitungan : IR tanaman kacang tanah pada bulan April adalah 0,724. Luas lahan : 40 ha Effisiensi : 80% Maka :
=
(0,724 40) 80/100
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
= 0,362/
9
III. PEMBAHASAN A. Jadwal Tanam No
Parameter
Jan
Feb
Mart
April
Mei
Juni
Juli
Agt
1
POLA TANAM
Padi Ciheran g
Padi Situbagen dit
Padi Situbag endit
Padi Situbag endit
Padi Situbag endit
Bawang Merah
Bawang Merah
Bawang Merah
23,4
23,41
23,8
23,7
23,5
23,6
22,5
1,03
1,20
1,20
1,14
1,05
0,50
6,42
7,24
8,12
9,15
9,97
2
T ( o C) (data)
3
kc (data)
4
n (penyinaran pagisiang-sore (%) (data)
Sept
Okt
Nop
Des
Bawang Merah
Padi Ciheran g
Padi Ciheran g
Padi Ciheran g
23,2
23,7
23,8
23,8
23,1
0,51
0,69
0,90
1,20
1,20
1,07
10,38
10,17
9,49
8,60
7,58
6,69
6,21
5
ETo = n(45,7 T + 813) 100
120,84
136,28
154,33
173,49
188,12
204,85
187,25
177,77
163,06
144,07
6
ETc = kc x Eto
124,47
163,54
185,20
197,78
197,53
102,43
95,50
122,66
146,75
172,88
7
Curah hujan rata2 bulanan ( mm/hr ) (data)
194
178,14
185,71
180,86
123,43
53,03
33,29
23,76
38,80
120,43
127,15 152,58
212
Tabel 1. Jadwal Tanam
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
10
Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa jenis tanaman pada bulan pertama sampai kelima (Januari - Mei) digunakan untuk menanam padi karena memang curah hujan yang cenderung tinggi, sedangkan pada pada bulan keenam sampai bulan kesembilan (Juni – September) digunakan untuk menanam bawang merah, sed angkan pada bulan kesepuluh sampai keduabelas (Oktober – Desember) digunakan untuk menanam padi kembali, yang mana siklus musim hujannya akan menyambung ke bulan berikutnya atau bulan Januari. Pemberauan tidak perlu dilakukan karena tidak terjadi penanaman secara berurutan dengan komoditas yang sama, sehingga pada tahun tersebut bisa dilakukan penanaman secara terus menerus, karena pada kondisi seperti ini musim tanam dimulai pada bulan Oktober bukan dari Januari. Berdasarkan data tabel 1, puncak curah hujan terjadi pada bulan Januari dengan rata-rata 194 mm/tahun dan memiliki suhu terendah 22,5ºC. Terdapat pembagian intensitas curah hujan yang menarik pada tahun ini, dimana intensitas curah hujan yang rendah berada diantara bulan-bulan dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Hal ini cukup menguntungkan karena dengan adanya siklus curah hujan seperti ini maka terjadi pergantian tanam secara otomotis. Pada kisaran bulan Oktober hingga Mei intensitas
116,04 124,16
155,57
Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa jenis tanaman pada bulan pertama sampai kelima (Januari - Mei) digunakan untuk menanam padi karena memang curah hujan yang cenderung tinggi, sedangkan pada pada bulan keenam sampai bulan kesembilan (Juni – September) digunakan untuk menanam bawang merah, sed angkan pada bulan kesepuluh sampai keduabelas (Oktober – Desember) digunakan untuk menanam padi kembali, yang mana siklus musim hujannya akan menyambung ke bulan berikutnya atau bulan Januari. Pemberauan tidak perlu dilakukan karena tidak terjadi penanaman secara berurutan dengan komoditas yang sama, sehingga pada tahun tersebut bisa dilakukan penanaman secara terus menerus, karena pada kondisi seperti ini musim tanam dimulai pada bulan Oktober bukan dari Januari. Berdasarkan data tabel 1, puncak curah hujan terjadi pada bulan Januari dengan rata-rata 194 mm/tahun dan memiliki suhu terendah 22,5ºC. Terdapat pembagian intensitas curah hujan yang menarik pada tahun ini, dimana intensitas curah hujan yang rendah berada diantara bulan-bulan dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Hal ini cukup menguntungkan karena dengan adanya siklus curah hujan seperti ini maka terjadi pergantian tanam secara otomotis. Pada kisaran bulan Oktober hingga Mei intensitas curah hujan tinggi, sehingga pada bulan tersebut dapat dijadikan sebagai musim tanam pertama dengan menanam padi ciherang dan dilanjutkan dengan menanam padi situbagendit yang membutuhkan pengairan cukup banyak. Memasuki bulan selanjutnya yaitu bulan Juni, curah hujan mulai menurun dengan puncak penurunan intensitas curah hujan yang terjadi pada bulan agustus, yaitu sebesar 23,76 mm/tahun, hal ini mengakibatkan terjadinya puncak musim kemarau. Bulan Mei terjadi musim peralihan dengan intensitas curah hujan 123,43mm/tahun. Pada bulan Juni hingga September terjadi musim kemarau, hal ini ditandai dengan penurunan intensitas curah hujan 53,03 hingga 23,76 mm/tahun. Pada musim ini dapat dijadikan sebagai musim tanam ketiga dengan tanaman bawang merah yang tidak memerlukan irigasi yang banyak dan kedua tanaman ini memiliki syarat tumbuh yang sesuai dengan kondisi tersebut. Pada tanaman padi ciherang dan padi situbagendit, nilai ETc tertinggi terjadi pada bulan oktober dan bulan dimana bulan tersebut menjadi bulan pertama penanaman padi ciherang dan bulan ketiga penanaman untuk padi situbagendit. Padi ciherang memiliki nilai ETc tertinggi mencapai 172,88mm/hari dan padi situbagendit memiliki nilai ETc
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
11
tertinggi mencapai 197,78. Sedangkan tanaman bawang merah nilai ETc ter tinggi terjadi pada bulan keempat penanaman, yaitu dengan nilai ETc 146,75 mm/hari. B. Musim Tanam I (Padi Salibu)
Petak
1
2
3
4
Luas Tanam (ha)
NFR
WDR
WRP
Kebutuhan Air
Fase
172,88
(mm/hari) 57,95
(mm/hari) 0,084
(mm/hari) 0,076
(IR) 0,724
(lt/dt) 0,362
40
212
152,58
-53,92
-0,078
-0,086
-0,674
-0,337
3
155,57
124,16
-25,91
-0,037
-0,045
-0,324
-0,162
40
4
194
124,47
-64,03
-0,093
-0,101
-0,800
-0,400
30
1
120,43
172,88
57,95
0,089
0,081
0,773
0,309
30
2
212
152,58
-53,92
-0,083
-0,092
-0,719
-0,288
30
3
155,57
124,16
-25,91
-0,040
-0,048
-0,345
-0,138
30
4
194
124,47
-64,03
-0,099
-0,107
-0,854
-0,341
60
1
120,43
172,88
57,95
0,089
0,081
0,773
0,618
60
2
212
152,58
-53,92
-0,083
-0,092
-0,719
-0,575
60
3
155,57
124,16
-25,91
-0,040
-0,048
-0,345
-0,276
60
4
194
124,47
-64,03
-0,099
-0,107
-0,854
-0,683
80
1
120,43
172,88
57,95
0,096
0,087
0,828
0,946
80
2
212
152,58
-53,92
-0,089
-0,098
-0,770
-0,880
80
3
155,57
124,16
-25,91
-0,043
-0,052
-0,370
-0,423
80
4
194
124,47
-64,03
-0,106
-0,115
-0,915
-1,045
CH
Etc
(mm)
(mm/hari)
1
120,43
40
2
40
Tabel 2. Musim Tanam I Musim tanam pertama digunakan untuk budidaya padi salibu yang memiliki umur tanam kurang lebih 90 hari. Berdasarkan tabel 2, luas tanaman padi ciherang dibedakan menjadi 4 petak yang masing-masing memiliki luas 40, 30, 60 dan 80 ha. Pada petakan tersebut memiliki 4 macam fase dimana padi ciherang ditanam pada bulan Oktober - Januari dengan curah hujan pada fase pert ama 120,43 mm/hari, fase kedua 212 mm/hari, fase ketiga 155,57 mm/hari, dan fase keempat 194 mm/hari, dengan pengunaan konsumtif air (Etc ) pada fase pertama 172,88 mm/hari, fase kedua 152,58 mm/hari, fase ketiga 124,16 mm/hari dan fase keempat 124,47 mm/hari. Sehingga menghasilkan kebutuhan air untuk tanaman di lahan tersier (NFR) yaitu pada fase pertama 57,95 mm/hari, fase kedua yaitu -53,92 mm/hari, fase ketiga 25,91 mm/har, dan fase keempat -64,03. Sedangkan nilai WDR (kebutuhan air
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
12
DR
khusus untuk tanaman padi) pada fase pertama yaitu 0,096 mm/hari, fase kedua 0,089 mm/hari, fase ketiga -0,043 mm/hari, dan fase keempat -0,106 mm/hari. Pada musim tanam pertama, nilai ETc tertinggi pada setiap petak terdapat pada fase/bulan pertama yaitu pada saat fase pertumbuhan awal dengan nilai Etc sebesar 172,88 mm/hari, hal ini disebabkan karena pada fase pertumbuhan awal digunakan untuk pembentukan organ-organ tanaman atau berada pada fase vegetatif. Etc paling rendah terdapat pada fase ketiga, yaitu 124,16 mm/hari yaitu terjadi masa generative. NFR pada setiap petak dan setiap fase bernilai negatif karena curah hujan yang terjadi di kawasan tersebut sudah memenuhi kebutuhan air yang harus tersedia bagi tanaman. Jumlah kelebihan air paling banyak terjadi pada bulan ketiga setelah penanaman, hal ini disebabkan oleh jumlah evapotranspirasi tanaman yang terjadi pada fase ini rendah. WDR atau kebutuhan air irigasi untuk tanaman padi tersebut memiliki kebutuhan air yang telah terpenuhi dan sudah tersedia bagi tanaman. Kebutuhan air yang terdapat pada padi memiliki jumlah air dengan kebutuhan yang telah maksimal atau dapat dikatakan kelebihan yang terjadi pada bulan keti ga setelah penanaman, hal ini disebabkan oleh jumlah evapotranspirasi tanaman padi pada fase ini rendah. DR atau debit air tertinggi yang dibutuhkan dalam suatu petak luasan sawah terjadi pada bulan pertama penanaman. Hal ini terjadi karena koefisien kebutuhan air tanaman pada bulan pertama lebih tinggi dibandingkan pada bulan-bulan selanjutnya sehingga debit airnya pun tinggi. Kebutuhan air setiap tanaman tinggi pada bulan bulan pertama atau pada fase vegetative disebabkan karena pada fase ini tanaman mengalami pembentukkan organ-organ dengan laju pertumbuhan yang cukup pesat untuk menunjang proses metabolisme tanaman.
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
13
C. Musim Tanam II (Padi Situbagendit) 1. Padi Situbagendit
Petak
1
2
3
4
Luas Tanam (ha)
NFR
WDR
WRP
Kebutuhan Air
Fase
163,54
(mm/hari) -9,1
(mm/hari) -0,013
(mm/hari) -0,021
(IR) -0,114
(lt/dt) -0,057
40
185,71
185,2
4,99
0,007
-0,001
0,062
0,031
3
180,86
197,78
22,42
0,032
0,024
0,280
0,140
40
4
123,43
197,53
79,6
0,115
0,107
0,995
0,498
30
1
178,14
163,54
-9,1
-0,014
-0,023
-0,121
-0,049
30
2
185,71
185,2
4,99
0,008
-0,001
0,067
0,027
30
3
180,86
197,78
22,42
0,035
0,026
0,299
0,120
30
4
123,43
197,53
79,6
0,123
0,114
1,061
0,425
60
1
178,14
163,54
-9,1
-0,014
-0,023
-0,121
-0,097
60
2
185,71
185,2
4,99
0,008
-0,001
0,067
0,053
60
3
180,86
197,78
22,42
0,035
0,026
0,299
0,239
60
4
123,43
197,53
79,6
0,123
0,114
1,061
0,849
80
1
178,14
163,54
-9,1
-0,015
-0,024
-0,130
-0,149
80
2
185,71
185,2
4,99
0,008
-0,001
0,071
0,081
80
3
180,86
197,78
22,42
0,037
0,028
0,320
0,366
80
4
123,43
197,53
79,6
0,132
0,123
1,137
1,300
CH
Etc
(mm)
(mm/hari)
1
178,14
40
2
40
Tabel 3. Musim Tanam II (Padi Situbagendit) Musim tanam kedua digunakan untuk budidaya padi situbagendit. Padi situbagendit memiliki umur tanam kurang lebih 120 hari. Berdasarkan tabel 3, luas tanaman padi situbagendit dibedakan menjadi 4 petak yang masing-masing memiliki luas 40, 30, 60, dan 80 ha. Pada petakan tersebut memiliki 4 macam fase dimana padi situbagendit ditanam pada bulan Februari - Mei dengan curah hujan pada fase pertama 178,14 mm/hari, fase kedua 185,71 mm/hari, fase ketiga 180,86 mm/hari dan fase keempat 123,43 mm/hari dengan pengunaan konsumtif air (Etc ) pada fase pertama 163,54 mm/hari, fase kedua 185,2 mm/hari, fase ketiga 197,78 mm/hari dan fase keempat 197,53 mm/hari, sehingga menghasilkan kebutuhan air untuk tanaman di lahan tersier (NFR) yaitu pada fase pertama -9,1 mm/hari, fase kedua yaitu 4,99 mm/hari, fase ketiga 22,42 mm/hari dan fase keempat 79,6 mm/hari. Sedangkan nilai WDR (kebutuhan air khusus untuk tanaman padi) pada fase pertama yaitu -0,015
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
14
DR
mm/hari, fase kedua 0,008 mm/hari, fase ketiga 0,037 mm/hari dan fase keempat 0,132 mm/hari. Pada setiap petak difase pertama memiliki NFR sebesar -9,1 mm/hari, hal ini dikarenakan curah hujan yang terjadi di kawasan t ersebut sudah memenuhi kebutuhan air yang harus tersedia bagi tanaman. Jumlah kelebihan air paling banyak terjadi pada bulan pertama setelah penanaman, hal ini disebabkan oleh jumlah evapotranspirasi tanaman yang terjadi pada fase ini rendah. Pada fase kedua hingga fase keempat memiliki kebutuhan air yang belum terpenuhi sehingga perlu dilakukan irigasi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. WDR atau kebutuhan air irigasi untuk tanaman padi tersebut memiliki kebutuhan air yang telah terpenuhi dan sudah tersedia bagi tanaman pada fase pertama di setiap petak sebesar -6,898 mm/hari. Pada fase kedua hingga keempat memiliki jumlah air yang belum terpenuhi sehingga perlu dilakukan irigasi untuk memenuhi kebutuhan air padi. DR atau debit air tertinggi yang dibutuhkan dalam suatu petak luasan sawah terjadi pada bulan kedua penanaman. Hal ini terjadi karena koefisien kebutuhan air tanaman pada bulan kedua lebih tinggi dibandingkan pada bulan sebelumnya maupun selanjutnya sehingga debit airnya pun tinggi.
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
15
D. Musim Tanam III
Petak
1
2
3
4
Luas Tanam (ha)
NFR
WDR
WRP
Kebutuhan Air
Fase
102,43
(mm/hari) 49,4
(mm/hari) 0,071
(mm/hari) 0,071
(IR) 0,618
(lt/dt) 0,309
40
33,29
95,5
62,21
0,090
0,090
0,778
0,389
3
23,76
122,66
98,9
0,143
0,143
1,236
0,618
40
4
38,8
145,75
106,95
0,155
0,155
1,337
0,668
30
1
53,03
102,43
49,4
0,076
0,076
0,659
0,263
30
2
33,29
95,5
62,21
0,096
0,096
0,829
0,332
30
3
23,76
122,66
98,9
0,153
0,153
1,319
0,527
30
4
38,8
145,75
106,95
0,165
0,165
1,426
0,570
60
1
53,03
102,43
49,4
0,076
0,076
0,659
0,527
60
2
33,29
95,5
62,21
0,096
0,096
0,829
0,664
60
3
23,76
122,66
98,9
0,153
0,153
1,319
1,055
60
4
38,8
145,75
106,95
0,165
0,165
1,426
1,141
80
1
53,03
102,43
49,4
0,082
0,082
0,706
0,807
80
2
33,29
95,5
62,21
0,103
0,103
0,889
1,016
80
3
23,76
122,66
98,9
0,164
0,164
1,413
1,615
80
4
38,8
145,75
106,95
0,177
0,177
1,528
1,746
CH
Etc
(mm)
(mm/hari)
1
53,03
40
2
40
Tabel 4. Musim Tanam III Musim tanam ketiga digunakan untuk budidaya bawang merah yang memiliki umur tanam kurang lebih 120 hari. Berdasarkan tabel 4, luas tanaman bawang merah dibedakan menjadi 4 petak yang masing-masing memiliki luas 40, 30, 60, dan 80 ha. Pada petakan tersebut memiliki 4 macam fase dimana bawang merah ditanam pada bulan Juni - September dengan curah hujan pada fase pertama 53,03 mm/hari, fase kedua 33,29 mm/hari, fase ketiga 23,76 mm/hari dan fase keempat 38,8 mm/hari dengan pengunaan konsumtif air (Etc ) pada fase pertama 102,43 mm/hari, fase kedua 95,5 mm/hari, fase ketiga 122,66 mm/hari dan fase keempat 145,75 mm/hari, sehingga menghasilkan kebutuhan air untuk tanaman di lahan tersier (NFR) yaitu pada fase pertama 49,4 mm/hari, fase kedua yaitu 62,21 mm/hari, fase ketiga 98,9 mm/hari dan fase keempat 106,95 mm/hari. Sedangkan nilai WDR (kebutuhan air khusus untuk tanaman padi) pada fase pertama yaitu 0,082 mm/hari, fase kedua 0,103mm/hari, fase ketiga 0,164 mm/hari dan fase keempat 0,177 mm/hari.
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
16
DR
Berdasarkan tabel 4, Etc paling tinngi terjadi pada fase keempat 145,75mm/hari, hal ini dikarenakan kebutuhan air pada masa vegetatif pertama untuk pertumbuhan awal dan pembentukan organ tanaman. Pada fase kedua jumlah Etc paling rendah 95,5 mm/hari, hal ini dikarenakan pada fase vegetatif kedua hanya terjadi pembesaran organ tanaman, sehingga tidak membutuhkan air terlalu banyak. Pada fas e ketiga Etc mengalami peningkatan sebesar 122,66mm/hari yang telah memasuki fase generativ pertama seperti pembungaan dan pembuahan. Pada fase pertama, NFR dan WDR menunjukan hasil positif sebesar 49,4mm/hari dan 0,071mm/hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan air di alam belum mencukupi sehingga perlu penambahan air untuk irigasi pada lahan dan setiap tanamannya. Pada fase selanjutnya jumlah NFR dan WDR menunjukkan hasil yang baik karena tidak terjadi minus, hal itu dikarenakan curah hujan yang cenderung sediit menyebabkan lahan tersebut tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Pada fase keempat yang terjadi dibulan September yang memiliki intensitas curah hujan 38,80 mm/tahun merupakan musim yang masih ada pada bulan kemarau , sehingga memiliki nilai NFR dan WDR sama yaitu mencapai 0,177 mm/hari.
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
17
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan perhitungan untuk kebutuhan air tanaman padi salibu, padi situbagendit dan kacang tanah, dapat disimpulkan bahwa: 1. Nilai Etc tertinggi rata-rata terjadi pada bulan/fase pertaman penanaman, yaitu pada saat tanaman mengalami fase vegetative. 2. Nilai NFR, WDR, dan WRP yang bertanda negative menunjukkan bahwa air di lahan yang berasan dari air hujan sudah mencukupi kebutuhan air lahan dan tanaman sehingga tidak diperlukan pengairan tamabahan melalui irigasi. Sebaliknya, nilai NFR, WDR, dan WRP yang bertanda positif menunjukkan bahwa tanaman pada lahan tersebut membutuhkan tambahan air iringasi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. 3. Nilai DR tergantung pada koefisien kebutuhan air tanaman dan luasan lahan yang digunakan. 4. Nilai DR menunjukkan debit air yang dibutuhkan pada luasan lahan per hektar.
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
18
Daftar Pustaka
Aji, Syahruroji. 2016. https://eijeiai.wordpress.com/2016/02/20/kebutuhan-air-tanamandan-efisiensi-penggunaan-air/. Diakses tanggl 2 Desember 2016. Dony, Rahadi. 2008. Metodologi Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman. Girisanta. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta. 103 – 159 Hal. Soemarno. 2010. Kebutuhan Air Untuk Tanaman. http://yanessipil.wordpress.com/2010/03/28/kebutuhan-air-untuk-tanaman/. Diakses tanggal 2 Desember 2016. Soenarjo. E. 1991. Padi Buku 3. Badan Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 997 Hal. Anonim.______ .http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/irigasidanbangunanair/bab3 -kebutuhan_air_irigasi.pdf . Diakses tanggal 3 Desember 2016.
PHATT | Kebutuhan Air Tanaman
19
View more...
Comments