Guideline Epilepsi 2006

October 11, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Guideline Epilepsi 2006...

Description

BAB I PENDAHULUAN

Angka kejadian epilepsi cukup tinggi, diperkirakan prevalensinya berkisar antara 0,5-4 0,5-4 % (WHO). (WHO). Bila Bila jumlah jumlah penduduk penduduk Indonesi Indonesiaa berkis berkisar ar 220 juta, juta, maka pasien pasien epilepsi epilepsi mencapai mencapai 1,1-8,8 juta orang. Berkaitan Berkaitan dengan umur, grafik grafik prevalensi prevalensi epilepsi menunjukkan menunjukkan pola bimodal. bimodal. Prevalensi Prevalensi epilepsi epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, tinggi, menurun menurun pada dewasa muda dan pertengahan, pertengahan, kemudian kemudian meningkat lagi pada kelompok  kelompok  1 usia lanjut. Di kalangan kalangan masyarakat masyarakat awam masih terdapat terdapat pandangan pandangan yang keliru keliru terhadap terhadap epilepsi. Ini berpengaruh negatif terhadap upaya pelayanan pasien epilepsi. Di negaranegara yang sedang berkembang pelayanan pasien epilepsi masih menghadapi banyak  kendala. kendala. Di lain pihak, oleh karena berbagai kendala kendala tadi maka penatalaksana penatalaksanaan an kasuskasus kasus epil epileps epsii oleh oleh tena tenaga ga medi medik k masi masih h kuran kurang g mema memada dai. i. Berb Berbag agai ai kenda kendala la tadi tadi seyogyanya diidentifikasi dan diinventarisasi secara sistematik sehingga mudah untuk  diminimalisasi atau dihilangkan. Beberapa kendala yang sudah diidentifikasi diidentifikasi antara lain lain keter keterba bata tasa san n dalam dalam hal hal tenag tenagaa medi medik, k, sara sarana na pela pelaya yana nan, n, dana dana dan dan kema kemamp mpua uan n masyarakat. Berbagai keterbatasan tadi dapat menurunkan optimalisasi penanggulangan  penyakit. Epilepsi Epilepsi berpotensi berpotensi untuk menimbulkan menimbulkan masalah masalah sosio-medi sosio-medikolega kolegall yang secara secara keseluruhan dapat menurunkan atau mengganggu kualitas hidup pasien epilepsi, bahkan keharmonisan keluarga pasien epilepsi juga dapat terganggu. Masalah sosio-medikolegal meliputi meliputi kesempatan kesempatan untuk memperoleh memperoleh pekerjaan, pekerjaan, hak untuk memperoleh memperoleh tanggungan asur asuran ansi si,, hak hak untu untuk k memp memper erol oleh eh SIM, SIM, hak dan dan kewa kewaji jiba ban n dala dalam m bida bidang ng hukum hukum,,  pendidikan, karir, dan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN

Angka kejadian epilepsi cukup tinggi, diperkirakan prevalensinya berkisar antara 0,5-4 0,5-4 % (WHO). (WHO). Bila Bila jumlah jumlah penduduk penduduk Indonesi Indonesiaa berkis berkisar ar 220 juta, juta, maka pasien pasien epilepsi epilepsi mencapai mencapai 1,1-8,8 juta orang. Berkaitan Berkaitan dengan umur, grafik grafik prevalensi prevalensi epilepsi menunjukkan menunjukkan pola bimodal. bimodal. Prevalensi Prevalensi epilepsi epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, tinggi, menurun menurun pada dewasa muda dan pertengahan, pertengahan, kemudian kemudian meningkat lagi pada kelompok  kelompok  1 usia lanjut. Di kalangan kalangan masyarakat masyarakat awam masih terdapat terdapat pandangan pandangan yang keliru keliru terhadap terhadap epilepsi. Ini berpengaruh negatif terhadap upaya pelayanan pasien epilepsi. Di negaranegara yang sedang berkembang pelayanan pasien epilepsi masih menghadapi banyak  kendala. kendala. Di lain pihak, oleh karena berbagai kendala kendala tadi maka penatalaksana penatalaksanaan an kasuskasus kasus epil epileps epsii oleh oleh tena tenaga ga medi medik k masi masih h kuran kurang g mema memada dai. i. Berb Berbag agai ai kenda kendala la tadi tadi seyogyanya diidentifikasi dan diinventarisasi secara sistematik sehingga mudah untuk  diminimalisasi atau dihilangkan. Beberapa kendala yang sudah diidentifikasi diidentifikasi antara lain lain keter keterba bata tasa san n dalam dalam hal hal tenag tenagaa medi medik, k, sara sarana na pela pelaya yana nan, n, dana dana dan dan kema kemamp mpua uan n masyarakat. Berbagai keterbatasan tadi dapat menurunkan optimalisasi penanggulangan  penyakit. Epilepsi Epilepsi berpotensi berpotensi untuk menimbulkan menimbulkan masalah masalah sosio-medi sosio-medikolega kolegall yang secara secara keseluruhan dapat menurunkan atau mengganggu kualitas hidup pasien epilepsi, bahkan keharmonisan keluarga pasien epilepsi juga dapat terganggu. Masalah sosio-medikolegal meliputi meliputi kesempatan kesempatan untuk memperoleh memperoleh pekerjaan, pekerjaan, hak untuk memperoleh memperoleh tanggungan asur asuran ansi si,, hak hak untu untuk k memp memper erol oleh eh SIM, SIM, hak dan dan kewa kewaji jiba ban n dala dalam m bida bidang ng hukum hukum,,  pendidikan, karir, dan perkawinan.

BAB II DEFINISI, KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI ETIOLOGI DEFINISI

Epilep Epilepsi si didefi didefinis nisika ikan n sebaga sebagaii suatu suatu ganggua gangguan n (kecen (kecender derunga ungan) n) kronik kronik yang ditandai dengan adanya bangkitan epileptik berulang akibat gangguan fungsi otak secara interm intermite iten n yang terjad terjadii oleh oleh lepas lepas muatan muatan listri listrik k abnorm abnormal al di neuron-n neuron-neur euron on secara secara 2  paroksismal, disebabkan oleh berbagai etiologi. Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis dari bangkitan serupa (stereotipik) (stereotipik) yang berlebihan dan abnormal, berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau tanpa perubahan kesadaran, disebabkan oleh hiperaktifitas listrik sekelompok sel saraf di otak, bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (unprovoked  (unprovoked ) 3. Epilepsi adalah situasi dimana terjadi terjadi bangkitan kejang 2 kali atau atau lebih dalam setahun. setahun. Sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis epilepsi yang terjadi secara bersama-sama, meliputi berbagai etiologi, umur, onset , jenis bangkitan, faktor   pencetus, dan kronisitas.

KLASIFIKASI Klasifikasi ILAE 1981 untuk tipe bangkitan epilepsi

4

1. Bang Bangki kita tan n pars parsia iall 1.1.Bangkitan parsial sederhana (kesadaran baik) 1.1.1. Motorik  1.1.2. Sensorik  1.1.3. Otonom 1.1.4. Psikis 1.2. Bangkitan Bangkitan parsial parsial kompleks kompleks (kesadar (kesadaran an terganggu) terganggu) 1.2.1. Bangkitan Bangkitan parsial parsial sederhana sederhana diikuti diikuti dengan dengan gangguan gangguan kesadaran kesadaran 1.2.2. 1.2.2. Ganggua Gangguan n kesadar kesadaran an saat saat awal bangk bangkita itan n 1.3. Bangki Bangkitan tan umum umum sekun sekunder  der  1.3.1. 1.3.1. Parsia Parsiall sederha sederhana na menjad menjadii tonik tonik klonik  klonik  1.3.2. 1.3.2. Parsia Parsiall komplek komplekss menjadi menjadi tonik tonik kloni klonik  k  1.3.3. Parsial Parsial sederhana sederhana menjadi menjadi parsial parsial kompleks kompleks menjadi menjadi tonik tonik klonik  klonik  2. Bang Bangki kittan Umum Umum 2.1. Lena (absence) absence) 2.2. 2.2. Miok Mioklo loni nik  k  2.3. 2.3. Klon Kloniik  2.4. Tonik 

2.5. 2.5. Toni Tonik-k k-klo loni nik  k  2.6. 2.6. Aton Atoniik  3. Tak Tak terg tergol olon ongk gkan an Klasifikasi ILAE 1989 untuk sindrom epilepsi

5

1. Berk Berkai aita tan n denga dengan n letak letak foku fokuss 1.1. Idiopatik (primer) 1.1.1 1.1.1 Epil Epilep epsi si Rola Rolandi ndik k Beni Benign gnaa (childhood (childhood epilepsy with centrotemporal spikes) spikes) 1.1.2 1.1.2 Epilep Epilepsi si pada pada anak anak dengan dengan paroks paroksism ismal al oksip oksipit ital al 1.1.3 1.1.3 Epil Epilep epsi si memb membac acaa pri prime merr ( primary  primary reading epilepsy) epilepsy) 1.2. Simtomatik (sekunder) 1.2. 1.2.1 1 Lobu Lobuss tem tempor poralis alis 1.2. 1.2.2 2 Lobu Lobuss fr front ontali alis 1.2. 1.2.3 3 Lobu Lobuss par pariet ietali alis 1.2. 1.2.4 4 Lobu Lobuss oksi oksipi pita tali liss 1.2.5 1.2.5 Kronik Kronik progre progresi siff pars parsial ialis is kontin kontinua ua 1.3. Kriptogenik  2. Umum 2.1. Idiopatik (primer) 2.1.1 2.1.1 Kejan Kejang g neona neonatu tuss famil familia iall benig benigna na 2.1. 2.1.2 2 Keja Kejang ng neo neona natu tuss beni benign gnaa 2.1.3 2.1.3 Kejan Kejang g epile epileps psii miok mioklo loni nik k pada pada bayi bayi 2.1. 2.1.4 4 Epil Epilep epsi si len lenaa pada pada ana anak  k  2.1.5 2.1.5 Epil Epilep epsi si lena lena pada pada rema remaja ja 2.1.6 2.1.6 Epil Epilep epsi si mio miokl kloni onik k pada pada rem remaj ajaa 2.1.7 2.1.7 Epilep Epilepsi si dengan dengan bangkit bangkitan an tonik-k tonik-klon lonik ik pada saat saat terja terjaga ga 2.1.8 2.1.8 Epilep Epilepsi si toni tonik k kloni klonik k dengan dengan bangki bangkitan tan acak  acak  2.2. Kriptogenik Kriptogenik atau simtomati simtomatik  k  2.2.1 2.2.1 Sindro Sindrom m West West (spasm (spasmus us infant infantil ilis is dan hipsa hipsari ritmi tmia) a) 2.2.2 2.2.2 Epil Epilep epsi si miok mioklo loni nik k ast astat atik  ik  2.2. 2.2.3 3 Sind Sindro rom m Lenn Lennox ox-G -Gas asta taut ut 2.2.4 2.2.4 Epil Epilep epsi si lena lena miokl miokloni onik  k  2.3. 2.3. Simt Simtom omat atik  ik  2.3. 2.3.1 1 Etio Etiolo logi gi non non spe spesi sifi fik  k  Ensefalopati mioklonik neonatal Sindrom Ohtahara 2.3.2 2.3.2 Etio Etiolo logi gi / sind sindro rom m spe spesi sifi fik  k  Malformasi serebral Gangguan metabolisme -

3. Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum 3.1. Bangkitan umum dan fokal Bangkitan neonatal Epilepsi mioklonik berat pada bayi Sindrom Taissinare Sindrom Landau-Kleffner  3.2. Tanpa gambaran tegas fokal atau umum 4. Epilepsi berkaitan dengan situasi 4.1 Kejang demam 4.2 Berkaitan dengan alkohol 4.3 Berkaitan dengan obat-obatan 4.4 Eklamsi 4.5 Bangkitan berkaitan dengan pencetus spesifik (epilepsi reflektorik) Klasifikasi bangkitan neonatal

6

1.Samar-samar (Subtle) (30%) a. Gerakan mengayuh sepeda  (Bicycling / pedaling ) atau gerakan bertinju (boxing movements)  b. Gerakan mulut (mengunyah, menelan, atau menjulurkan lidah) c. Deviasi bola mata (ke bawah atau ke atas) 2.Klonik (25%) a. Fokal (satu lengan atau satu tungkai)  b. Multifokal (misalnya lengan ipsilateral dan tungkai kontralateral) c. Jacksonian (menjalar atau marching / migrating ) 3.Mioklonik (20 %) a. Fokal  b. Multifokal c. Umum 4.Tonik (20 %) a. Fokal  b. Umum ETIOLOGI

1. Idiopatik: penyebabnya tidak diketahui, umumnya mempunyai predisposisi genetik. Biasanya berupa epilepsi dengan bangkitan kejang umum. 2. Kriptogenik : dianggap simtomatik tapi penyebabnya belum diketahui, termasuk di sini adalah sindrom West, sindrom Lennox-Gestaut dan epilepsi mioklonik. Gambaran klinis sesuai dengan ensefalopati difus. 3. Simtomatik : Trauma

Infeksi Kelainan kongenital Lesi desak ruang Gangguan peredaran darah otak  Toksik (alkohol, obat) Metabolik  Kelainan neurodegeneratif 

BAB III DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS DIFERENSIAL

DIAGNOSIS

Ada 3 langkah untuk menuju diagnosis epilepsi, yaitu:7  • Langkah pertama: memastikan apakah kejadian yang bersifat paroksismal menunjukkan bangkitan epilepsi atau bukan epilepsi? • Langkah kedua: apabila ya, maka bangkitan yang ada termasuk jenis bangkitan yang mana? • Langkah ketiga: apakah faktor penyebabnya, sindrom epilepsi apa yang ditunjukkan oleh bangkitan tadi, atau penyakit epilepsi apa yang diderita oleh  pasien? Secara struktural, diagnosis epilepsi ditegakkan atas dasar : 1. Anamnesis (auto dan aloanamnesis) 8 • Pola / bentuk bangkitan • Lama bangkitan • Gejala sebelum, selama dan pascabangkitan • Frekuensi bangkitan • Faktor pencetus • Ada/ tidak adanya penyakit lain yang diderita sekarang • Usia pada saat terjadinya bangkitan pertama • Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan • Riwayat penyakit, penyebab atau terapi sebelumnya • Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga 2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologik  Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus, kecanduan alkohol atau obat terlarang dan kanker. 3. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan indikasi dan bila memungkinkan 3.1. EEG Indikasi : - Membantu menegakkan diagnosis - Menentukan prognosis pada kasus tertentu - Pertimbangan dalam penghentian obat anti-epilepsi - Membantu dalam menentukan letak fokus

• •



Rekaman EEG termasuk rekaman waktu tidur, stimulasi fotik, dan hiperventilasi. Kira-kira 29-38% dari pasien epilepsi dewasa, EEG tunggal menunjukkan kelainan epileptiform. Bila diulang pemeriksaannya, gambaran epileptiform meningkat menjadi 59-77%. ,3,8,9 Bila EEG normal dan persangkaan epilepsi sangat tinggi, maka dapat dilakukan EEG ulangan dengan persyaratan khusus.

3.2. Pemeriksaan neuroimaging struktural dan fungsional Indikasi : - Semua kasus bangkitan pertama yang diduga ada kelainan struktural - Adanya perubahan bentuk bangkitan - Terdapat defisit neurologik fokal - Epilepsi bangkitan parsial - Bangkitan pertama diatas usia 25 tahun - Untuk persiapan operasi epilepsi CT scan : dapat mendeteksi lesi fokal tertentu MRI

: merupakan prosedur imaging pilihan untuk epilepsi dengan sensitivitas tinggi dan lebih spesifik dibanding CT scan. Dapat mendeteksi sklerosis hipokampus, disgenesis kortikal, tumor dan hemangioma kavernosa. Diindikasikan untuk epilepsi refrakter  yang sangat mungkin memerlukan terapi pembedahan 8,10,11

3.3. Pemeriksaan Laboratorium Darah : rutin, elektrolit, kadar gula, fungsi hati, dll sesuai indikasi Cairan serebrospinal : atas indikasi Pemeriksaan-pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi Dagnosis pasti Ditegakkan atas dasar adanya gejala dan tanda klinis bangkitan berulang (minimum 2 kali) yang ditunjang oleh gambaran epileptiform pada EEG.

DIAGNOSIS DIFERENSIAL

1. Pada neonatus dan bayi •  Jittering  •  Apneu 2. Pada anak  •  Breath holding spell  • Sinkop

• Migren • Bangkitan psikogenik / konversi •  Prolonged QT syndrome •  Night terror  • Tic •  Hypercyanotic attack (pada tetralogi Fallot) 3. Pada dewasa • Sinkop; dapat sebagai vasovagal attack , sinkop kardiogenik, sinkop hipovolumik, sinkop hipotensi dan sinkop saat miksi (micturition syncope) • Serangan iskemik sepintas (TIA) • Vertigo • Transient global amnesia •  Narkolepsi • Bangkitan panik, psikogenik  • Menier  • Tic

GAMBARAN KLINIS A. Bentuk Bangkitan

12,13

Contoh beberapa bentuk bangkitan epilepsi 1. Bangkitan Umum Lena (Petit mal) • gangguan kesadaran mendadak (“absence”) berlangsung beberapa detik  • selama bangkitan kegiatan motorik terhenti dan pasien diam tanpa reaksi • mungkin terdapat automatisme •  pemulihan kesadaran segera terjadi tanpa perasaan bingung 2. Bangkitan Umum Tonik Klonik (Grand mal) • dapat didahului prodromal seperti jeritan, sentakan , mioklonik  •  pasien kehilangan kesadaran, kaku (fase tonik) selama 10-30 detik, diikuti gerakan kejang pada kedua lengan dan tungkai (fase klonik) selama 30-60 detik, mulut berbusa • selesai bangkitan pasien menjadi lemas (fase flaksid) dan tampak bingung •  pasien sering tidur setelah bangkitan 3. Bangkitan Parsial Kompleks •  bangkitan fokal disertai kehilangan / terganggunya kesadaran • sering diikuti dengan automatisme yang stereotipik seperti mengunyah, menelan, tertawa dan kegiatan motorik lainnya tanpa tujuan yang jelas

4. Bangkitan Parsial Sederhana • tidak terjadi perubahan kesadaran •  bangkitan dimulai dari tangan, kaki atau muka (unilateral / fokal) kemudian menyebar ( Jacksonian march) • kepala mungkin berpaling kearah yang terkena kejang (serangan “adversif”) 5. Bangkitan Umum Sekunder  •  berkembang dari bangkitan parsial sederhana atau kompleks yang dalam waktu singkat menjadi bangkitan umum •  bangkitan parsial dapat berupa aura •  bangkitan umum yang terjadi biasanya bersifat kejang tonik-klonik 

B. Sindrom Epilepsi

14,15

Contoh sindrom epilepsi yang sering ditemui 1. Sindrom West • Terdiri dari trias kombinasi bangkitan epilepsi (spasmus infantilis) yang  berlangsung beberapa detik, terhentinya perkembangan psikomotor dan pola EEG yang khas yaitu hipsaritmia. • Terjadi pada usia di bawah 1 tahun. 2. Sindrom Lennox-Gastaut • Bangkitan epilepsi : bangkitan tonik aksial, atonik, dan lena atipikal. • EEG abnormal : diffuse slow spike and wave (SSW) atau  petit mal variant  (PMV) pada kondisi sadar, burst of fast rhytms 10 spd pada keadaan tidur. • Perkembangan mental yang lambat. • Biasanya muncul pada usia 3-5 tahun, lebih banyak pada perempuan. 3. Sindrom Landau Kleffner  • Kelainan pada anak-anak dengan 2 gejala mayor berupa afasia didapat dan gambaran EEG paroksismal dengan spike dan spike and wave, sebagian besar  multifokal terutama di regio temporal atau parieto-temporo-parietal selama tidur. • Kejang jarang didapatkan, bila ada berbentuk tonik klonik umum atau parsial motor.

BAB IV TERAPI TUJUAN TERAPI

Mengontrol gejala atau tanda secara adekuat dengan menggunakan obat tanpa / dengan efek samping minimal.

PRINSIP TERAPI

• •

• • • •

• •

Terapi dilakukan bila terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam setahun. Terapi mulai diberikan bila diagnosis telah ditegakkan dan setelah pasien dan atau keluarganya menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan dan kemungkinan efek  samping. Pemilihan jenis obat sesuai dengan jenis bangkitan. Sebaiknya terapi dengan monoterapi. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif  tercapai. Pada prinsipnya terapi dimulai dengan obat antiepilepsi lini pertama. Bila diperlukan  penggantian obat, maka dosis obat pertama diturunkan secara bertahap dan dosis obat kedua dinaikkan secara bertahap. Bila didapatkan kegagalan monoterapi maka dapat dipertimbangkan untuk diberi kombinasi OAE. Bila memungkinkan dilakukakan pemantauan kadar obat sesuai indikasi.

Pasien dengan bangkitan pertama direkomendasikan untuk dimulai terapi bila 16 :

• • • • • •

Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG. Pada pemeriksaan CT scan atau MRI otak dijumpai lesi yang berkorelasi dengan  bangkitan. Pada pemeriksaan neurologik dijumpai kelainan yang mengarah pada adanya kerusakan otak. Ada riwayat epilepsi pada orang tua dan saudara kandung kecuali kejang demam sederhana. Ada riwayat infeksi otak atau trauma kapitis terutama yang disertai penurunan kesadaran. Bangkitan pertama berupa status epileptikus.

JENIS OBAT ANTI EPILEPSI Pemilihan obat anti-epilepsi didasarkan atas jenis bangkitan epilepsi, efek  samping, interaksi antara obat anti-epilepsi.

Tabel 1. Pemilihan obat anti-epilepsi atas dasar jenis bangkitan epilepsi 3 TIPE KEJANG DAN SINDROMA EPILEPSI

OBAT LINI PERTAMA

OBAT LINI KEDUA

Kejang sederhana dan kejang  parsial kompleks, kejang umum tonik-klonik primer dan sekunder 

Carbamazepine, valproate dan  phenytoin

Levetiracetam, Acetazolamide, clobazam, clonazepam, ethosuximide*, gabapentin, lamotrigine, , oxcarbazepine,  phenobarbital, primidone*, tiagabine*, topiramate, vigabatrin

Generalized absence seizures

Valproate, ethosuximde*

Acetazolamide, clobazam, clonazepam , lamotrigine,  phenobarbital, primidone*

Atypical absence, tonic and clonic seizures

Valproate

Acetazolamide, carbamazepine, clobazam, clonazepam, ethosuximide* , lamotrigine, oxcarbazepine, phenobarbital,  phenytoin, primidone*, topiramate

Myoclonic seizures

Valproate

Clobazam, clonazepam, ethosuximide* , lamotrigine,  phenobarbital, piracetam, primidone*

* Obat tersebut belum tersedia di Indonesia

Tabel 2. Pedoman dosis obat anti-epilepsi lini pertama pada orang dewasa 10,17,18

OBAT

INDIKASI

DOSIS AWAL

DOSIS HARIAN UMUM (Miligram)

DOSIS RUMATAN

JUMLAH DOSIS PER  HARI

WAKTU PARUH PLASMA (Jam)

Carbamazepine

Parsial & KUTK

400

600

600-1200

2-3*

16-36

Phenytoin

Parsial & KUTK   atau status epilepticus

300

300

300-500

1

24-40

Valproic acid

Parsial & KUTK

500-1000

1000

1000-3000

2

8-16

Phenobarbital

Parsial & KUTK, kejang neonatal, atau status epilepticus

60-90

120

90-120

1

72-120 †

Primidone

Parsial & KUTK

Ethosuximide Clonazepam

48 ‡ 100-125

500

250-1500

3

Kejang absans umum

500

1000

1000-2000

2

Epilepsi mioklonik, sindroma L-G, spasme infantil, atau status epilepsticus

1

4

2-8

1 or 2

†: dewasa

‡ : anak-anak 

* KUTK (Kejang Umum Tonik Klonik)

L-G (Lennox Gastaut)

Tabel 3. Pedoman dosis obat anti-epileptik baru 17,18

OBAT

INDIKASI

DOSIS AWAL

DOSIS RUMATAN

WAKTU PARUH DALAM PLASMA (JAM)

Levetiracetam †

Parsial & KUTKS

2 X 1000 mg/hari 1000 mg/hari q 2 wk 

1000-3000 mg/hari

not established

Gabapentin

Parsial & KUTKS (dewasa)

300 mg/hari ;

900-3600 mg/hari

6

25 (12-14 dengan obat-obat induksi enzim ; 60 dengan VPA)

↑ 300mg/hari q1-3d 

Lamotrigine †

Parsial & KUTKS (dewasa)

25-50mg/d; ↑ 50mg q1-2 wk; or  25mg q2d; with VPA

Sampai 700 mg/hari (100-150 mg/hari dengan VPA)

Felbamate

Parsial & KUTKS (dewasa)

2-3 X 400 mg/hari (↓ concomitant PHT, CBZ,VPA tiap 2033%) dengan dosis ↑ tiap 400-600 mg/d q2wk 

1800-4800 mg/d

Sindroma L-G

3-4 x 15 mg/kg/d; (↓ concomitant PHT, CBZ,VPA tiap 2033%), dengan dosis ↑ 15 mg/kg/d q1-2 wk 

Parsial & KUTKS

10mg qb atau

20-30mg/hari

2 X10 mg/hari

sampai 60mg/d

Clobazam Oxcarbazepine †

Parsial & KUTKS

2 X 300mg/d

Tiagabine**

Parsial & KUTKS

Tidak Tersedia

Topiramate †

Parsial & KUTKS

↑ 100 mg/hari ; 25 -50 mg/hari tiap minggu

Vigabatrine**

Parsial & KUTKS Dimungkinkan untuk spasme infantil

Zonisamide*

Parsial & KUTKS

20-23

sampai 45 mg/kg/d

30-46

1200-2400mg/hari

8-24

32-56mg/hari

6-8

400-1000mg/hari

20-24

2 X 500 mg/hari

Sampai 3 g/hari

4-8 (efek    berlangsung sampai 3 hari)

100-200 mg/hari 100 mg/hari q1-2 wk 

400-600 mg/hari

50-68 (27-38 dengan obat-obat induksi enzim)

** - di Indonesia tidak tersedia dan dilaporkan banyak efek samping  KUTKS : Kejang Umum Tonik-Klonik Sekunder ; L-G = Lennox-Gastaut ; q = every ; qb = at bedtime

Catatan : ada obat yang sudah diakui sebagai mono terapi yaitu oxcarbazepine, lamotrigin, topiramat, levetriracetam untuk mioklonik.

Tabel 4.

OBAT

Pedoman dosis obat anti-epilepsi klasik pada anak-anak 16 

INDIKASI

DOSIS AWAL

DOSIS RUMATAN STANDAR  (RANGE)

JUMLAH DOSIS/ HARI

Mg/kg/hari

TARGET KONSENTRASI OBAT DALAM DARAH (RANGE) Μg/mgG

Carbamazepine

Parsial & KUTKS

5

10-25

2-4

6-12

Phenytoin

Parsial & KUTKS atau status epilepsi

5

5-15

1 or 2

10-20

Valproic acid

Parsial & KUTKS

5

15-40

1-3

50-100

Phenobarbital

Parsial & KUTKS, kejang neonatal, atau status epileptikus

4

4-8

1 or 2

10-40

Primidone

Parsial & KUTKS

10

20-30

1 or 2

5-12

Ethosuximide

Kejang absans umum

10

15-30

1 or 2

40-100

Clonazepam

Epilepsi mioklonik, sindroma Lennox-Gastaut, spasme infantil, atau status epileptikus

0.025

0.025-0.1

2 or 3

none

KUTKS : Kejang Umum Tonik-Klonik Sekunder 

Tabel .5. Efek samping obat anti-epilepsi klasik  17 

DRUG

SIDE EFFECT TERKAIT DOSIS

IDIOSINKRETIK  

Carbamazepin

Diplopia, dizziness, nyeri kepala, mual, mengantuk, neutropenia, hiponatremia

Ruam morbiliform, agranulositosis, anemia aplastik, efek hepatotoksik, Sindroma Stevens-Johnson, teratogenecity

Phenytoin

Nistagmus, ataxia, mual, muntah, hipertrofi gusi, depresi, mengantuk, paradoxical increase in seizure, anemia megaloblastik 

Jerawat, coarse facies, hirsutism, cariasis, lupus-like syndrome, ruam, Sindroma Stevens-Johnson,  Dupuytren’s contracture, efek  hepatotoksik, teratogenicity

Valproic acid

Tremor, berat badan bertambah, dispepsia, mual, muntah, kebotakan, tetratogenicity

Pankreatitis akut, efek  hepatotoksik, trombositopenia, ensefalopati , udem perifer 

Phenobarbital

Kelelahan, listlesness, depresi, insomnia (pada anak), distractability (pada anak), hiperkinesia (pada anak), irritability (pada anak)

Ruam makulopapular, exfoliation, nekrosis epidermal toksik, efek  hepatotoksik, arthritic changes,  Dupuytren’s contracture, teratogenicity

Pirimidone

Kelelahan, listlessness, depresi,  psikosis, libido menurun, impoten

Ruam, agranulositosis, trombositopenia, lupus-like  syndrome, teratogenicity

Ethosuximide

Mual, anoreksia, muntah agitasi, mengantuk, nyeri kepala, lethargy

Ruam, eritema multiformis, Sindroma Steven-Johnson, lupuslike syndrome, agranulositosis, anemia aplastik 

Clonazepam

Kelelahan, sedasi, mengantuk, dizziness, agresi (pada anak) hiperkinesia (pada anak)

Ruam, trombositopenia

Tabel.6. Efek samping obat anti-epilepsi baru 16   ___________________________________________________________________________  OBAT

EFEK SAMPING UTAMA

Levetiracetam

Somnolen, asthenia, sering muncul ataksia. Juga dilaporkan penurunan kecil kadar sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit.

Gabapentin

Somnolen, kelelahan, ataksia, dizziness, gangguan saluran cerna

Lamotrigine

Ruam, dizziness, tremor, ataksia, diplopia, nyeri kepala, gangguan saluran cerna

Clobazam

Sedasi, dizziness, irritability, depresi, disinhibition

Vigabatrin

Perubahan perilaku, depresi, sedasi, kelelahan, berat badan bertambah, gangguan saluran cerna

Oxcarbazepine  Dizziness, diplopia, ataksia, nyeri kepala, kelemahan, ruam, hiponatremia Zonisamide

Somnolen, nyeri kepala, dizziness, ataksia, renal calculi

Tiagabine

Confusion, dizziness, gangguan saluran cerna, anoreksia, kelelahan

Topiramate

Gangguan kognitif, tremor, dizziness, ataksia, nyeri kepala, kelelahan, gangguan saluran cerna, renal calculi

EFEK SAMPING YANG LEBH SERIUS NAMUN JARANG

Sindroma Stevens- Johnson

Psikosis

Tabel . Dosis obat untuk status epileptikus konvulsif 

 Drug

Route

Clomethiazole

IV Infusa dalam 0,8% cairan

Clonazepam

IV Bolus IV Infusa

Diazepam

IV Bolus Rectal IV Infus

Adult Dose

40-100 ml (320-800) pada  pemberian 5-15 ml/menit, kemudian dilanjutkan 0,5-20 ml/menit 1 mg pada pemberian < 2 mg/menit Dosis rumatan 10 mg/24 jam 10-20 mg pada pemberian< 5 mg/menit 10-30 mg 3 mg/kg/hari

Fosphenytoin

IV Bolus

15 mg PE/kg pada rentang  pemberian
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF