beban kerja mental
January 11, 2019 | Author: deza fahmi | Category: N/A
Short Description
buku mengenai beban kerja mental...
Description
Beban Kerja Mental
Beban Kerja Mental
A. PENDAHULUAN
Beban kerja merupakan konsekuensi konsekuensi dari kegiatan kegiatan yang diberikan diberikan kepada pekerja. Aktivitas pekerja pada dasarnya dapat dibedakan antara aktivitas fisik dan aktivitas mental. Dalam prakteknya beban kerja yang dijumpai merupakan kombinasi antara beban kerja fisik dan beban keja mental. Menurut Henry R.Jex (1988), beban kerja mental merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi. Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran secara objektif dapat dilakukan dengan beberapa anggota tubuh antara lain kedipan mata, flicker test dan pengukuran asam saliva. Sedangkan untuk pengukuran subjektif dapat dilakukan dengan menggunakan metode NASA-TLX, Subjective Workload Assessment Technique (SWAT), Harper Qoorper Rating (HQR), dan dan Task Difficulty Scale. Pengukuran beban kerja mental secara subjektif merupakan teknik pengukuran yang paling banyak digunakan karena mempunyai tingkat validitas yang tinggi dan bersifat langsung dibandingkan dengan dengan pengukuran lain.
Tujuan Praktikum
a. Mampu menghitung secara subjektif beban kerja mental operator. b. Mampu mengintrepetasikan dan menganalisa skor perhitungan performansi beban kerja mental pada pekerjaan tertentu. c. Mampu menghitung performansi beban kerja operator dengan menggunakan metode NASA-TLX. d. Mampu memberikan bobot dan rating dari beban kerja mental yang pada pekerjaan tertentu Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 1
Beban Kerja Mental
e. Mampu mengintrepetasikan dan menganalisa skor perhitungan beban kerja mental pada pekerjaan tertentu. f. Mampu memberikan rekomendasi berdasarkan hasil analisa.
B. INPUT DAN OUTPUT Input :
1. Kuesioner NASA-TLX 2. Jumlah Tally Bobot Indikator NASA-TLX 3. Jumlah Rating Indikator NASA-TLX 4. Jenis Pekerjaan
Output :
1. Hasil kuisioner NASA-TLX 2. Score NASA-TLX 3. Kategori beban kerja mental pada suatu pekerjaan 4. Rekomendasi beban kerja
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 2
Beban Kerja Mental
C. LANDASAN TEORI 1.
Beban Kerja
Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi “permintaan” dari pekerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas adalah kemampuan/kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun mental seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu.Menurut Herrianto (2010) beban kerja adalah jumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004, beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu dalam 1.1 keadaan normal Gambar Perincian Bagian Tubuh Nordic Body Map (Sumber : Kroemer, 2 Untuk mencapai beban kerja normal dalam arti volume pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan kerja cukup sulit, sehingga selalu terjadi ketidakseimbangan meskipun penyimpangannnya kecil. Beban kerja terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu : 1) Beban kerja diatas normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih besar dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan melebihi kemampuan pekerjaan; 2) Beban kerja normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan sama dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan sama dengan kemampuan pekerja; 3) Beban
kerja
dibawah
normal
artinya
waktu
yang
digunakan
untuk
menyelesaikan pekerjaan lebih kecil dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan lebih rendah dari kemampuan pekerjaan.
1.1 Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja
Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Menurut Tarwaka (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain :
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 3
Beban Kerja Mental
a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti; 1. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan. 2. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang. 3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis b. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
1.2 Kategori Beban Kerja
Pengukuran beban kerja dikategorikan menjadi tiga yaitu pengukuran beban kerja berdasarkan pengukuran waktu, mental dan fisik. Kategori pengukuran beban kerja disajikan pada Gambar 1.1. Secara Langsung
Pengukuran Waktu Secara Tidak Langsung
Objektif 1. Selang Kedipan Mata 2. Flicker Test 3. Pengukuran kadar asam saliva
Beban Kerja
Pengukuran Mental
Subjektif 1. SWAT 2. NASA TLX 3. RSME 4.Modified Cooper Harper Scaling 5. Multidescriptor Scal
Pengukuran Fisik 1. Konsumsi Oksigen 2. Denyut Jantung 3. Kalori
Gambar 4.1 Kategori Beban Kerja Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 4
Beban Kerja Mental 2.
Beban Kerja Mental (Mental
Workload )
A. Definisi Beban Kerja Mental
Menurut Henry R. Jex, 1998 , dalam bukunya
“Human Mental Workload”,
beban
kerja mental adalah: "Beban kerja yang merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan
kapasitas
maksimum
beban
mental
seseorang dalam kondisi termotivasi”. Beban kerja mental yang berlebihan akan mengakibatkan
adanya
stres
kerja.
Menurut
Lazarus (dalam Fraser, 1992) mengatakan bahwa stres kerja adalah kejadian – kejadian disekitar kerja yang merupakan bahaya atau ancaman seperti rasa takut, cemas, rasa bersalah, marah sedih, putus asa, bosan, dan timbulnya stres kerja disebabkan beban kerja yang diterima melampaui batas – batas kemampuan pekerja yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama pada situasi dan kondisi tertentu. Stoner (1986) mengatakan bahwa pekerjaan yang berbeda bagi setiap pekerja akan menimbulkan tingkat stres kerja yang berbeda pula. Stres kerja berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap aspek – aspek pekerjaan terutama terhadap motif berprestasi yang kelak akan berhubungan dengan proses kerja.
B. Dampak Beban Kerja Mental Berlebihan
Ada beberapa gejala yang merupakan dampak dari kelebihan beban mentalberlebih, seperti yang diterangkan oleh Hancock dan Mesahkati (1988),yaitu: a.
Gejala fisik Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur lesu, kaku leher belakang sampai punggung, napsu makan menurun dan lain-lain.
b.
Gejala mental Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah tersinggung, gelisah, dan putus asa.
c.
Gejala sosial atau perilaku Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri dan menghindar.
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 5
Beban Kerja Mental C. Pengendalian Beban Kerja Mental Berlebihan
Cara mencegah dan mengendalikan stres kerja menurut Sauter (1990) dalam Prihatini(2007) adalah sebagai berikut 1.
Beban kerja mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban berlebih maupun beban kerja yang terlalu ringan.
2.
Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan.
3.
Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier, mendapatkan promosi dan pengembangan keahlian.
4.
Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu dengan yang lain.
5.
Tugas-tugas harus harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya.
D. Pengukuran Beban Kerja Mental 1)
Metode Pengukuran Obyektif
Berdasarkan Widyanti dkk.(2010), Beban kerja mental dapat diukur dengan pendekatan fisologis (karena terkuantifikasi dengan dengan kriteria obyektif, maka disebut metode obyektif). Kelelahan mental pada seorang pekerja terjadi akibat adanya reaksi fungsionil dari tubuh dan pusat kesadaran. Pendekatan yang bisa dilakukan antara lain : 1.
Pengukuran selang waktu kedipan mata (eye blink rate) Durasi kedipan mata dapat menunjukkan tingkat beban kerja yang dialami oleh seseorang. Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi kedipan matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan (tidak terbebani mental maupun psikisnya), durasi kedipan matanya relatif cepat.
2.
Flicker test Alat ini dapat menunjukkan perbedaan performansi mata manusia, melalui perbedaan nilai flicker dari tiap individu. Perbedaan nilai flicker ini umumnya sangat dipengaruhi oleh berat/ringannya pekerjaan, khususnya yang berhubungan dengan kerja mata.
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 6
Beban Kerja Mental 3.
Pengukuran kadar asam saliva Memasang alat khusus untuk mengetahui beban kerja yang diterima pekerja yang melibatkan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar liur utama yang terletak diluar rongga mulut.
2)
Metode Pengukuran Subyektif
Sedangkan metode pengukuran beban kerja secara suyektif menurut Widyanti dkk. (2010)
merupakan pengukuran beban kerja mental berdasarkan persepsi subyektif
responden/pekerja. Berikut ini merupakan beberapa jenis metode pengukuran subjektif : 1. National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX) 2.
Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)
3. Modified Cooper Harper Scaling 4. Multidescriptor Scale 5. Rating Scale Mental Effort (RSME) Tahapan Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subyektif: 1.
Menentukan faktor-faktor beban kerja mental pekerjaan yang diamati.
2.
Menentukan range dan nilai interval.
3.
Memilih bagian faktor beban kerja yang signifikan untuk tugas-tugas yang spesifik.
4.
Menentukan
kesalahan
subjektif
yang
diperhitungkan
berpengaruh
dalam
memperkirakan dan mempelajari beban kerja. Tujuan Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif 1.
Menentukan skala terbaik berdasarkan perhitungan eksperimental dalam percobaan.
2.
Menentukan perbedaan skala untuk jenis pekerjaan yang berbeda.
3.
Mengidentifikasi faktor beban kerja mental yang secara signifikan berhubungan berdasarkan penelitian empiris dan subjektif dengan menggunakan rating beban kerja sampel populasi tertentu. Dari beberapa metode tersebut metode yang paling banyak digunakan dan terbukti
memberikan hasil yang cukup baik adalah NASA-TLX dan SWAT (Hancock dan Meshkati, 1988).
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 7
Beban Kerja Mental 3.
Metode NASA-TLX A. Definisi NASA-TLX
Metode NASA-TLX ( National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis beban kerja mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus melakukan berbagai aktivitas dalam pekerjaannya. Metode ini di kembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981
berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subje ktif yang terdiri dari skala sembilan faktor (Kesulitan tugas, tekanan waktu, jenis aktivitas, usaha fisik, usaha mental, performansi, frustasi, stress dan kelelahan). Dari sembilan faktor ini disederhanakan lagi menjadi 6 yaitu Kebutuhan Mental demand (MD), Physical demand (PD), Temporal demand (TD), Performance (P), Frustation level (FR). Perlu digarisbawahi bahwa yang diukur disini merupakan beban kerja dari jenis pekerjaannya, bukan beban kerja yang dimiliki
oleh masing-masing pekerja.
NASA-TLX ( Nasa Task Load Index ) adalah suatu metode pengukuran beban kerja mental secara subyektif. TLX
dibagi
Pengukuran metode NASA-
menjadi
dua
tahap,
yaitu
perbandingan tiap skala ( Paired Comparison) dan pemberian nilai terhadap pekerjaan ( Event Scoring ).
B. Indikator NASA-TLX
Dalam melakukan pengukuran NASA-TLX terdapat 6 indikator yang harus diperhatikan (Hancock dan Meshkati, 1988) , yaitu: Tabel 4.1 Indikator NASA-TLX SKALA
MENTAL DEMAND (MD)
RATING
Rendah, Tinggi
KETERANGAN
Seberapa besar aktivitas mental dan perseptual yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari.Apakah pekerjaan tersebut sulit,sederhana atau kompleks. Longgar atau ketat
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 8
Beban Kerja Mental SKALA
PHYSICAL
RATING
Rendah, Tinggi
KETERANGAN
Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan (misalnya mendorong, menarik dan
DEMAND (PD)
mengontrol putaran). TEMPORAL
Rendah, Tinggi
Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang dirasakan selama elemen
DEMAND (TD)
pekerjaan berlangsung. Apakah pekerjaan perlahan atau santai atau cepat dan melelahkan
PERFORMANCE
Tidak Tepat,
Seberapa besar keberhasilan seseorang di
(OP)
Sempurna
dalam pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya
FRUSTATION
Rendah, Tinggi
Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu, dibandingkan dengan perasaan
LEVEL (FR)
aman, puas, nyaman dan kepuasaan diri yang dirasakan EFFORT (EF)
Rendah, Tinggi
Seberapa keras kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
C. Pengukuran metode NASA-TLX
Langkah-langkah pengukuran dengan menggunakan NASA TLX adalah sebagai berikut (Hancock dan Meshkati, 1988) : 1.
Pembobotan Pada bagian ini responden diminta untuk memilih salah satu dari dua indikator yang
dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan tersebut. Kuesioner NASA-TLX yang diberikan berupa perbandingan berpasangan. Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally menjadi bobot untuk tiap indikator beban mental. Berikut tabel perbandingan indikator NASA TLX:
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 9
Beban Kerja Mental Tabel 4.2 Perbandingan Indikator MD
PD
TD
OP
EF
FR
MD PD TD OP EF FR
2.
Pemberian Rating Pada bagian ini responden diminta memberi rating terhadap keenam indikator beban
mental. Rating yang diberikan adalah subyektif tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut. Untuk mendapatkan skor beban mental NASA-TLX, bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan 15 (jumlah perbandingan berpasangan). Berikut skala rating dari NASA TLX:
Gambar 4.2 Rating NASA TLX
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 10
Beban Kerja Mental 3.
Menghitung nilai produk Diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor untuk masing-masing
deskriptor. Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD, CE, FR, EF):
Produk = rating x bobot factor
4.
Menghitung Weighted Workload (WWL) Diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk
5.
Menghitung rata-rata WWL Diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total
6.
Interpretasi Skor Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) dalam teori NASA-TLX, skor
beban kerja yang diperoleh terbagi dalam tiga bagian yaitu : Tabel 4.3 Skor NASA-TLX Golongan Beban
Nilai
Kerja Rendah
0-9
Sedang
10 - 29
Agak Tinggi
30 - 49
Tinggi
50 - 79
Sangat Tinggi
80 - 100
Output yang dihasilkan dari pengukuran dengan NASA-TLX ini berupa tingkat beban kerja mental yang dialami oleh pekerja. Hasil pengukuran dapat menjadi pertimbangan manajemen untuk melakukan rekomendasi, misalnya dengan mengurangi beban kerja untuk pekerjaan yang memiliki skor di atas 80, kemudian mengalokasikannya pada pekerjaan yang memiliki beban kerja di bawah 50 atau langkah-langkah yang lainnya.
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 11
Beban Kerja Mental Contoh Kasus pengukuran metode NASA-TLX
Pada kasus ini pengukuran beban kerja mental dilakukan pada perawat poliklinik bedah, mata, fisioterapi, internist dan neurologi sebanyak 8 responden. Berikut langkah-langkah pengerjaannya : 1. Pembobotan Kuisioner perbandingan indikator pada Tabel 4.4 disebar kepada 3 reponden yang bekerja pada satu tempat yang sama. Kemudian dilakukan rekapitulasi pada jumlah tally kuisioner yang disebarkan sehingga mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4 Indikator
PD
TD
OP
EF
PD
PD
EF
PD
T
TD
TD
OP
OP
D
EF
Tabel 4.5 Data Pembobotan Kuisioner Objek Penelitian
Indikator
Total
MD
PD
TD
OP
EF
FR
1
4
4
3
3
0
15
Supir Taksi
2
2
4
1
3
3
15
Supir Travel
2
3
2
4
0
4
15
Supir angkutan Umum
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 12
Beban Kerja Mental 2. Pemberian Rating Pemberian rating didapatkan dari lembar pengamatan yang telah diisi oleh ketiga operator setelah menyelesaikan BKM Test , operator diminta untuk memberikan rating terhadap indikator beban mental dan rating yang diberikan bersifat subjektif sesuai dengan beban mental yang dirasakan oleh operator terhadap masing-masing pekerjaannya. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.6. sebagai berikut: Tabel 4.6. Data Hasil Rating Objek
Indikator
MD
PD
TD
OP
EF
FR
70
90
40
40
80
0
Supir Taksi
60
70
80
50
70
70
Supir Travel
70
90
60
40
80
60
Supir angkutan Umum
3. Nilai Produk Nilai Produk diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor. Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD, P, EF, FR) pada masing-masing tipe soal, hasilnya pada Tabel 4.7. sebagai berikut: Tabel 4.7. Total Nilai Produk Objek
Indikator
MD
PD
TD
OP
EF
FR
70
360
160
120
240
0
Supir Taksi
120
140
320
50
210
210
Supir Travel
140
270
120
160
0
240
Supir angkutan Umum
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 13
Beban Kerja Mental 3. Weighted Workload (WWL) Weighted Workload diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.8. sebagai berikut: Tabel 4.8. Total Nilai Weighted Workload Objek
Indikator
Total
MD
PD
TD
OP
EF
FR
70
360
160
120
240
0
950
Supir Taksi
120
140
320
50
210
210
1050
Supir Travel
140
270
120
160
0
240
930
Supir angkutan Umum
4. Rata-rata WWL Rata-rata Weighted Workload diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total yaitu 15, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.9. se bagai berikut: Tabel 4.9. Perhitungan Rata-rata Weighted Workload Objek
Indikator
Total
MD
PD
TD
OP
EF
FR
4,67
24
10,67
8
16
0
63,3
Supir Taksi
8
9,33
21,33
3,33
14
14
70
Supir Travel
9,33
18
8
10,67
0
16
62
Supir angkutan Umum
5. Interpretasi Skor NASA-TLX Dari total rata-rata WWL yang didapatkan kemudian dihubungkan dengan skor NASATLX untuk menentukan golongan beban kerja. Didapatkan kategori untuk setiap tipe soal pada Tabel 4.6. sebagai berikut:
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 14
Beban Kerja Mental Tabel 4.10. Kategori Penilaian Beban Kerja Objek
Nilai Beban
Kategori
Kerja
63,33
Tinggi
Supir Taksi
70
Tinggi
Supir Travel
62
Tinggi
Supir angkutan Umum
7. Analisi Hasil 7.1 Beban Kerja mental supir angkutan umum Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan dengan menggunakan metode NAS-TLX, beban kerja mental pada operator 1 yang bekerja sebagai supir angkutan umum sebesar 63,33. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja yang dialami oleh operator 1 berada pada 50-79 yang artinya beban kerja tinggi. Faktor dominan yang diakibatkan dari beban kerja yang tinggi pada operator 1 adalah faktor kekuatan fisik, dimana dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa salah satu aktivitas yang membuat operator 1 terbebani adalah dalam hal kebutuhan fisik (PD) dimana operator 1 yang berusia > 40 tahun dituntut untuk bekerja sebagai supir angkutan umum yang berkeliling kota mencari penumpang dari pagi hingga sore hari sehingga membutuhkan energi yang banyak dalam melakukan pekerjaannya.
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 15
Beban Kerja Mental
Latihan Soal
Pada kasus ini pengukuran beban kerja mental dilakukan pada perawat poliklinik bedah, mata, fisioterapi, internist dan neurologi sebanyak 8 responden (Hidayat dkk, 2013). Telah diketahui pembobotan dari rekapitulasi pada jumlah tally kuisioner yang disebarkan mendapatkan hasil pada Tabel 4.11 dan pemberian rating juga diketahui pada Tabel 4.12 Maka berapakah interprestasi skor dari tiap pekerjaan ?
Tabel 4.11 Data Pembobotan Kuisioner
Tabel; 4.12 Pemberian Rating
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 16
Beban Kerja Mental D. PRAKTIKUM
Alur pengerjaan praktikum Beban Kerja Mental seperti dijelaskan pada flowchart berikut:
Mulai Sesi Praktikum
Teori dalam kelas : 1. Penyampaian materi 2. Post Test
Pengambilan data
1. Responden kerja 2. Pengisian Kuesioner NASA-TLX 3. Pemberian rating
Data yang dibutuhkan terkumpul
Pengolahan Data
Analisis Data
No
Pengambilan Keputusan
Konsultasi kepada asisten pembimbing
ACC Asisten Yes Pengumpulan Laporan
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 17
Beban Kerja Mental E. REFERENSI
Adipradana, 2008, Analisis beban kerja, Sumber http://adipradana.wordpress.com. [200811-27]. Fraser, 1992, Stres dan Kepuasan Kerja, Jakarta : Pustaka Binawan Pressindo Hancock, P. A. & Meshkati, N.,1988, Human Mental Workload . Elsevier. Hart, S. G. (2006), NASA-Task Load Index (NASA-TLX), 20 years later. In Human Factors and Ergonomics Society 50th Annual Meeting (pp. 904-908). Santa Monica, CA: Human Factors and Ergonomics Society. Henry, R. J., 1988,Human Mental Workload, Elsevier Science Publisher B.V., New York, USA. Herrianto, R.,2010, Kesehatan Kerja. Jakarta :Buku kedokteran EGC. Hidayat, T.F., Pujangkoro,S. & Anizar, 2013, Pengukuran Beban Kerja Perawat Menggunakan Metode NASA-TLX di Rumah Sakit XYZ, e-Jurnal Teknik Industri FT USU, 1(2), pp.42-47. James, A.F.Stoner, 1986, Manajemen II. Jakarta: Erlangga Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia, 2004, Pedoman Perhitungan
Kebutuhan
Penyusunan
Formasi
Pegawai Pegawai
Berdasarkan Negeri
Sipil
Beban
Kerja
dalam
(Kep.
Men.PAN
Rangka
Nomor
:
KEP/75/M.PAN/7/2004). Jakarta. Manuaba. 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Surabaya : Guna Widya Purnomo, H. 2014. Metode Pengukuran Kerja. Yogyakarta : Sigma Prihatini, 2007, Analisis Hubungan baban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang, Medan. Tarwaka, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas ,Penerbit UNIBA Press, Universitas Islam Surakarta Widyanti, A., Johnson, A. & Waard, D.d., 2010, Pengukuran Beban Kerja Mental Dalam Searching Task Dengan Metode Rating Scale Mental Effort (RSME), JTI Undip, 1(V).
Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi | 18
View more...
Comments