Antraks Adalah Penyakit Menular Akut Dan Sangat Mematikan Yang Disebabkan Bakteri Bacillus Anthracis Dalam Bentuknya Yang Paling Ganas

December 3, 2018 | Author: Jihad | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

nama penyakit...

Description

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil Alamin, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, karena dengan mata-Nya kita melihat, dengan telinga-Nya kita mendengar, dengan firman-Nya kita berbicara, dan dengan ruh-Nya kita dihidupkan. Pada penyusunan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin, namun ketidaksempurnaan adalah milik kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran ataupun kritikan dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari  bantuan berbagai pihak.

Untuk itu dengan penuh rasa hormat kami

merangkaikan untaian terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga segala  bantuannya bernilai pahala di sisi Allah Swt. Harapan kami, Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bermamfaat dalam mengembangkan dunia pendidikan.

Makassar, 12 September 2014 2014

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................ ................................................................... ................................... ............

i

DAFTAR ISI ............................................. ................................................................... ............................................ ........................... .....

ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................... ................................................................. ............................... .........

1

A. Latar belakang ........................................... ................................................................. .................................. ............

1

B. Rumusan masalah............................................. masalah................................................................... ........................... .....

2

C. Tujuan penuliasan ............................................ .................................................................. ........................... .....

2

BAB II PEMBAHASAN ............................................ .................................................................. ............................... .........

3

A. Sejarah penyakit ........................................... ................................................................. ............................... .........

3

B. Penyebab penyakit ........................................... ................................................................. ........................... .....

8

C. Penularan penyakit ........................................... ................................................................. ........................... .....

12

D. Pencegahan penyakit ............................................ .................................................................. ........................

16

E. Pengobatan penyakit ............................................ .................................................................. ........................

18

BAB III PENUTUP ......................................... ............................................................... .......................................... .................... 20 A. Kesimpulan ........................................... ................................................................. ...................................... ................

20

B. Saran........................................... ................................................................. ............................................ ........................... .....

20

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

 pembangunan suatu negara, sehingga sngat perlu mendapat perhatian untuk menjaga agar perkembangan di sektor peternakan semakin maju. Perkembangan sektor peternakan diindonesia belum begitu maju jika dibandingkan dengan negara negara tetangga. Salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan sektor  peternakan

diindonesia

adalah

banyaknya

jenis

penyakit

menular

yang

menjangkiti ternak yang dipelihara oleh peternak kecil. Penyakit, adalah hal yang tidak bisa kita hindari sebagai pete rnak. Selalu ada  penyakit yang akan menyerang ternak peliharaan. Oleh karena itu, para peternak harus selalu siap dalam menghadapi penyakit apapun yang menyerang. Begitu  banyak jenis penyakit yang dapat menyerang hewan yang diternakkan. Salah satu  penyakit yang cukup mematikan dan dapat memberikan kerugian yang besar bagi  peternak yaitu penyakit anthrax. Penyakit antrhax menyerang mamalia. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan populasi ternak dalam suatu peternakan menurun drastis karna tingkat kematian ternak yang terkena penyakit ini cukup tinggi. Selain itu, penyakit ini juga bersifat zoonosis sehingga membutuhkan  penanganan

yang

sangat

baik

untuk

mengatasinya.

Hal

inilah

yang

melatarbelakangi dibuatnya makalah mengengenai penyakit antrhax ini.

1

B.

Rumusan masalah 1. apa itu antrhax dan bagaimana sejarah penyakit antrhax? 2. apakah penyebab penyakit antrhax? 3.  bagaimana penularan penyakit antrhax? 4. apakah gejala-gejala terinfeksi penyakit anthrax? 5.  bagaimana usaha pencegahan penyakit antrhax? 6.  bagaimana pengobatan penyakit antrhax?

C.

Tujuan penulisan Tujuan penulian makalah ini yaitu untuk mengetahui segala sesuatu

mengenai penyakit menular berbahaya antrhax, mulai dari sejarah, penyebab,  penularan, gejala penyakit, usaha pencegahan yang dapat diusahakan, hingga cara  pengobatan dan penanganan pasien yang terinfeksi penyakit ini. Dengan membaca makalah ini, diharapkan para pembaca memahami dan dapat mengenali gejala  penyakit antrhax sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan dengan segera, sehingga jumlah ternak yang mati karena penyakit ini dapat  berkurang.

2

BAB II PEMBAHASAN

Antraks adalah  penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri  Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks bermakna "batubara"  dalam  bahasa Yunani,  dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam. Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan. Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia,  namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia (anonim, 2013) Infeksi antraks jarang terjadi namun hal yang sama tidak berlaku kepada herbivora-herbivora seperti ternak, kambing, unta, dan antelop. Antraks dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini lebih umum di negara-negara  berkembang atau negara-negara tanpa program kesehatan umum untuk penyakit penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia (Amerika Selatan dan Tengah, Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur Tengah) melaporkan kejadian antraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan dibandingkan manusia (anonim, 2013) A.

Sejarah Penyakit

Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan genangan air dimana-mana dan juga sering menyebabkan banjir. Itulah yang menyebabkan  bakteri-bakteri penyebab anthrax dapat berkembang biak dan menyebar dengan sangat mudah di Indonesia. Penyakit Anthrax diketahui sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Di tahun 1613, Eropa dilanda wabah penyakit ini dan tercatat sekitar 60 ribu orang tewas. Penyakit anthrax sangat ditakuti, karena bakteri penyebabnya dapat mematikan, mudah menyebar, sulit dimusnahkan dan bersifat zoonotik (dapat menular pada manusia). Pada tahun 1877, Robert Koch mencoba mengembangbiakan bakteri ini

3

untuk pertama kali. Penelitiannya menunjukkan adanya jamur sporadis pada jenis Bacillus yang terdapat dalam tubuh hewan. Menurut catatan, anthrax sudah dikenal di Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1884 di daerah Teluk Betung. Selama tahun 1899 1900 di daerah Karesidenn Jepara tercatat sebanyak 311 ekor sapi terserang anthrax, dan sejumlah itu 207 ekor mati. Pada tahun 1975, penyakit itu ditemukan di enam daerah : Jambi, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Kemudian, 1976-1985, anthrax  berjangkit di 9 propinsi dan menyebabkan 4.310 ekor ternak mati. Dalam  beberapa tahun terakhir ini, hampir setiap tahun ada kejadian anthrax di Kabupaten Bogor yang menelan korban jiwa manusia. Akhir-akhir ini diberitakan media elektronik maupun cetak, 6 orang dan Babakan Madang meninggal dunia gara-gara memakan daging yang berasal dan ternak sakit yang diduga terkena anthrax. Kejadian ini telah mendorong Badan Litbang Pertanian mengambil Iangkah proaktif untuk meneiti kejadian ini agar tidak menimbulkan dampak negatif

yang

lebih

luas.

Inilah yang mendasari saya mengangkat masalah tentang penyakit anthrax . Karena masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa dan bagaimana  penyakit anthrax itu sebenarnya. Anthrax termasuk kedalam penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan berbagai macam kerugian lainnya. Untuk itu saya  berharap dengan makalah ini masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara  pencegahan pencegahan penyakit anthrax dan pengobatannya jika telah terserang  penyakit ini. Penyakit antraks paling sering terjadi pada binatang herbivora akibat tertelan spora dari tanah. Spora dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama di dalam tanah. Burung gagak dikatakan dapat berperan dalam penyebaran mikroorganisme ini. Kejadian luar biasa epizootik pada herbivora pernah terjadi  pada tahun 1945 di Iran yang mengakibatkan 1 juta domba mati. Program vaksinasi pada binatang secara dramatis menurunkan mortalitas pada binatang  piaraan. Walaupun demikian spora antraks tetap ada dalam tanah pada beberapa  belahan dunia.

4

Pada manusia terdapat tiga tipe antraks yaitu: antraks kulit, antraks inhalasi, dan antraks gastrointestinal. Antraks inhalasi secara alamiah sangat jarang terjadi. Di Amerika Serikat dilaporkan 18 kasus antraks inhalasi dari tahun 1900-1976. Hampir semua kasus terjadi pada pekerja yang mempunyai risiko tertular antraks, seperti tempat pemintalan bulu kambing atau wool atau penyamakan kulit. Tidak ada kasus antraks inhalasi di AS sejak tahun 1976. Secara alamiah antraks kulit merupakan bentuk yang paling sering terjadi dan diperkirakan terdapat 2000 kasus pertahunnya di seluruh dunia. Pada umumnya penyakit timbul setelah seseorang terpajan dengan hewan yang terinfeksi antraks. Di AS dilaporkan 224 kasus antraks kuli t dari tahun 1944-1994. Centers for diseases Control and Prevention (CDC) melaporkan kejadian antraks kulit dari tahun 1984-1993 hanya tiga orang, dan satu kasus dilaporkan terjadi  pada tahun 2000. Kejadian luar biasa terjadi di Zimbabwe pada tahun 1978-1980 yang mengakibatkan 10.000 orang terjangkit antraks kulit terutama pada pekerja  perkebunan. Kejadian itu terjadi akibat perang yang menyebabkan terhentinya  program vaksinasi, kerusakan infrastruktur medis dan veteriner. Walaupun jarang terjadi, di Afrika dan Asia ledakan kasus antraks gastrointestinal masih sering dilaporkan. Kejadian luar biasa 24 kasus antraks gastrointestinal terjadi di Thailand pada tahun 1982. Kejadian itu terjadi akibat konsumsi daging kerbau yang terkontaminasi dan proses pemasakan yang tidak sempurna. Kejadian epidemi antraks pada manusia berhubungan langsung dengan epizootik pada ternak. Penemu metode dalam memurnikan antrax yaitu Robert Heinrich Herman Koch. Penelitian Robert koch terhadap antraks dimulai ketika antraks menjadi

 penyakit hewan dengan prevalensi paling tinggi pada masa itu. Dengan berbekal sebuah mikroskop sederhana dalam laboratorium di ruangan rumahnya, Koch mencoba membuktikan secara ilmiah mengenai bacillus yang menyebabkan antraks. Hal itu dilakukan dengan menyuntikkan  Bacillus anthracis  ke dalam tubuh sejumlah tikus. Koch mendapatkan  Bacillus anthracis  tersebut dari limpa hewan ternak yang mati karena antraks.

5

Hasilnya, semua tikus yang telah disuntik oleh  Bacillus anthracis ditemukan dalam keadaan mati. Sementara itu, tikus yang suntik oleh darah yang berasal dari limpa hewan sehat ditemukan dalam keadaan masih hidup. Melalui percobaannya ini, Koch memperkuat hasil penelitian ilmuwan lain yang menyatakan, penyakit ini dapat menular melalui darah dari hewan yang menderita antr aks. Setelah berhasil melakukan percobaan pertamanya, rasa keingintahuan Koch terhadap antraks semakin besar. Casimir Davaine merupakan ilmuwan yang membuktikan penularan langsung Bacillus anthracis di antara beberapa ekor sapi.  Namun, Koch ingin mengetahui apakah  Bacillus anthracis  yang tidak pernah kontak dengan segala jenis hewan dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Koch menemukan metode dalam pemurnian  bacillus dari sampel darah untuk kemudian dikembangbiakkan. Melalui metode tersebut Koch mampu mengidentifikasi, mempelajari, dan mengambil gambar bacillus yang sedang dikembangbiakkan. Setelah itu dapat disimpulkan, jika  Bacillus anthracis  berada dalam lingkungan yang tidak disukainya dan berada di luar inang (host), bakteri tersebut akan memproduksi spora untuk melawan lingkungan yang tidak cocok baginya. Kondisi seperti ini dapat bertahan dalam waktu yang sangat lama. Ketika kondisi lingkungan telah kembali cocok dan normal, spora akan memicu berkembangnya kembali bacillus. Jika spora tersebut tertanam dalam tanah, maka akan menyebabkan penyebaran antraks secara spontan (spontaneous outbreak). Dari percobaan keduanya tersebut, Koch menyimpulkan, meskipun bacillus tidak kontak dengan segala jenis hewan, namun mereka tetap dapat menyebabkan timbulnya antraks. Hasil penemuan tersebut didemonstrasikan oleh Koch di hadapan dua orang profesor yang bernama Ferdinand Cohn dan Cohnheim. Kedua orang profesor itu sangat terkesan dengan penemuan Koch. Pada tahun 1876 Ferdinand Cohn mempublikasikan penemuan Koch dalam sebuah jurnal. Tidak lama setelah itu, Koch menjadi cukup terkenal dan dirinya diberi penghargaan berupa sebuah pekerjaan di Kantor Kesehatan Kekaisaran (Imperial Health Office) pada tahun 1880 di Berlin.

6

Popularitas dan penghargaan tidak membuat Koch cepat berpuas diri. Di tempat kerjanya yang baru, Koch mendapat fasilitas berupa laboratorium yang lebih baik dari sebelumnya. Koch kemudian menemukan metode penanaman kultur bakteri dalam media padat seperti kentang. Koch pun mengembangkan metode baru dalam mengidentifikasi bakteri dengan zat warna (staining) agar lebih mudah terlihat. Berbagai metode yang ditemukan oleh Koch tersebut dapat membuat bakteri  patogen lebih mudah didapatkan dalam kultur murni (pure culture). Padahal sebelumnya, bakteri patogen sangat sulit didapatkan karena tercampur dengan organisme lain yang dapat ikut teridentifikasi. Dengan alasan tersebut, Koch memberikan rumusan berupa sejumlah kondisi yang harus dipenuhi sebelum  bakteri dianggap sebagai penyebab penyakit. Rumusan tersebut dikenal dengan Postulat- postulat Koch (Koch’s Postulates). Dalam Postulat-postulat Koch disebutkan, untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat yakni: 

Ditemukan pada semua kasus dari penyakit yang telah diperiksa. Telah diolah dan dipelihara dalam kultur murni (pure culture). Mampu membuat infeksi asli (original infection), meskipun sudah  beberapa generasi berada dalam kultur.



Dapat diperoleh kembali dari hewan yang telah diinokulasi dan dapat dikulturkan kembali.

7

B.

Penyebab : Bacill us antrhacis 

 Bacillus anthracis meupakan bakteri pathogen penyebab penyakit anthraks. Penyakit ini biasanya menyerang hewan ternak maupun manusia yang kontak dengan hewan yang sudah terinfeksi.  Bacillus anthracis  merupakan bakteri  berbentuk batang, berukuran 1,6 μm, tidak mempunyai alat gerak atau motil, merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob.  Bacillus anthracis  memiliki dua tahap dalam siklus hidupnya yaitu fase vegetatif dan spora ( asri, 2012) Dalam mempertahankan siklus hidupnya Bacillus anthracis membentuk dua sistem pertahanan yaitu spora dan kapsul. Dalam menginfeksi sel inangnya spora anthrax mengeluarkan 2 racun yaitu, edema toxin dan lethal toxin. Penyebaran spora anthrax dapat melalui kontak langsung/melalui kulit, melalui saluran  pernpasan, dan melalui per oral atau saluran pencernaan, hal ini dapat menyebabkan macam-macam penyakit anthrax,seperti anthrax kulit, anthrax saluran pernapasan, anthrax saluran pencernaan dan dapat sampai ke otak yang disebut anthrax otak/meningitis. Penyakit antharax yang disebabkan bakteri  Bacillus anthracis dapat dicegah dengan vaksin anthrax dan dapat diobati dengan  berbagai macam antibiotika (prayoghie, 2010) Siklus hidup anthrax terdiri atas dua fase, yaitu fase vegetatif dan fase spora. 1.

Fase Vegetatif Berbentuk batang, berukuran panjang 1-8 mikrometer, lebar 1-1,5

mikrometer. Jika spora antraks memasuki tubuh inang (manusia atau hewan memamah biak) atau keadaan lingkungan yang memungkinkan spora segera  berubah menjadi bentuk vegetatif, kemudian memasuki fase berkembang biak. Sebelum inangnya mati, sejumlah besar bentuk vegetatif bakteri antraks memenuhi darah. Bentuk vegetatif biasa keluar dari dalam tubuh melalui  pendarahan di hidung, mulut, anus, atau pendarahan lainnya. Ketika inangnya mati dan oksigen tidak tersedia lagi di darah bentuk vegetatif itu memasuki fase tertidur (dorman/tidak aktif). Jika kemudian dalam fase tertidur itu berkontak dengan oksigen di udara bebas, bakteri antraks membentuk spora (prosesnya disebut sporulasi). Bentuk vegetatif juga dapat terbawa oleh nyamuk atau

8

serangga pengisap darah yang menggigit korban yang berada pada fase akhir. Bisa  juga terbawa serangga yang memakan bangkai korban. Serangga ini kemudian dapat menularkan bakteri itu ke inang lainnya, hingga menyebabkan antraks kulit. 2.

Fase Spora Berbentuk seperti bola golf, berukuran 1-1,5 mikrometer. Selama fase ini

 bakteri dalam keadaan tidak aktif (dorman), menunggu hingga dapat berubah kembali menjadi bentuk vegetatif dan memasuki inangnya. Hal ini dapat terjadi karena daya tahan spora antraks yang tinggi untuk melewati kondisi tak ramah-termasuk panas, radiasi ultraviolet dan ionisasi, tekanan tinggi, dan sterilisasi dengan senyawa kimia. Hal itu terjadi ketika spora menempel pada kulit inang yang terluka, termakan, atau--karena ukurannya yang sangat kecil--terhirup. Begitu spora antraks memasuki tubuh inang, spora itu berubah ke bentuk vegetatif.

9

1. Aspek Biologi Morfologi Ciri-ciri : 

Berbentuk batang lurus



Ukuran 1,6μm



Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob



Tidak tahan terhadap suhu tinggi



Mempunyai kemampuan membentuk spora



Tidak mempunyai alat gerak (motil)



Berkapsul dan tahan asam



Dinding sel bakteri merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari Nasetilglukosamin dan D-galaktosa



eksotoksin kompleks yang terdiri atas Protective Ag (PA), Lethal Factor (LF), dan Edema Factor (EF)

Klasifikasi : 

Kingdom : Bacteria



Filum : Firmicutes



Kelas : Bacilli



Ordo : Bacillales



Famili : Bacillaceae



Genus : Bacillus



Spesies : Bacillus anthracis

10

Gambar 1. Biakan Bacillus anthracis. Fotomikrograf b. Anthracis (pewarnaan gram) 2.

Fisiologi Dalam mempertahankan siklus hidupnya,  Bacillus anthracis  membentuk

dua system pertahanan, yaitu kapsul dan spora. Dua bentuk inilah, terutama spora yang menyebabkan Bacillus anthracis dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun lamanya. Sedangkan kapsul merupakan suatu lapisan tipis yang menyelubungi dinding luar dari bakteri. Kapsul ini terdiri atas polipeptida berbobot molekul tinggi yang mengandung asam D-glutamat dan merupakan suatu hapten.  Bacillus anthracis dapat membentuk kapsul pada rantai yang berderet. Pada media biasa, kapsul  Bacillus anthracis  tidak terbentuk kecuali pada galur  Bacillus anthracis yang ganas. Lebih jauh, bakteri ini akan membentuk kapsul dengan baik jika terdapat  pada jaringan hewan yang mati atau pada media khusus yang mengandung natrium bikarbonat dengan konsentrasi karbondioksida (CO2) 5 persen. Kapsul inilah yang berperan dalam penghambatan fagositosis oleh sistem imun tubuh, dan juga dapat menentukan derajat keganasan atau virulensi bakteri. Selain itu, Bacillus anthracis juga membentuk spora sebagai bentuk resting cells. Pembentukan spora akan terjadi apabila nutrisi esensial yang diperlukan tidak memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan, prosesnya disebut sporulasi. Spora berbentuk elips atau oval, letaknya sentral dengan diameter tidak lebih dari diameter bakteri itu sendiri. Spora  Bacillus anthracis  ini tidak terbentuk pada  jaringan atau darah binatang yang hidup, spora tersebut tumbuh dengan baik di tanah maupun pada eksudat atau jaringan hewan yang mati karena antraks. Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar menjadi baik kembali atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan berubah kembali menjadi bentuk bakteri. Spora. spora ini dapat terus bertahan hidup selama puluhan tahun dikarenakan sulit dirusak atau mati oleh pemanasan atau

11

 bahan kimia tertentu, sehingga bakteri tersebut bersifat dormant, hidup tapi tak  berkembang biak (Masyifa. 2009)

12

C.

Penularan Penyakit

Spora dapat terbentuk apabila bakteri kontak dengan udara/oksigen. Tanah merupakan tempat atau sumber alami bagi bakteri ini. Spora ini sangat resisten dan dapat survive di tanah bertahun-tahun, juga dapat hidup pada rambut hewan, wool, kulit atau bahan yang terkontaminasi sehingga dapat menyebar ke manamana. Bentuk spora mempunyai resistensi tinggi, tahan terhadap panas dan dingin. Spora ini bentuknya oval, terletak di tengah dan tidak disertai oleh  pembengkakan sel. Infeksi dapat terjadi melalui kulit dan alat pernafasan, tetapi kejadian yang  paling sering adalah melalui saluran pencernaan. Spora teringesti/termakan, kemudian mengalami germinasi dan menjadi bentuk vegetatif dalam mukosa kerongkongan ataupun saluran pencernaan. Kapsul yang tersusun oleh asam  poliglutamat akan terbentuk dan berfungsi melindungi bakteri dari proses fagositosis serta antibodi yang akan melumpuhkan bakteri tetapi tidak menggertak  pembentukan antibody pelindung. Hewan dapat tertular antraks melalui pakan (rumput) atau minum yang terkontaminasi spora. Spora yang masuk ke dalam tubuh melalui oral dan akan mengalami germinasi, multiplikasi di sistem limfe dan limpa, menghasilkan toksin sehingga menyebabkan kematian (biasanya mengandung ± 109 kuman/ml darah. Adapun pada manusia, masuknya spora lewat kulit yang luka (antraks kulit), membran mukosa (antraks gastrointestinal), atau lewat inhalasi ke paru-paru (antraks

pernafasan).

Spora

tumbuh

pada

jaringan

tempat

masuknya

mengakibatkan edema melalui saluran getah bening ke dalam aliran darah, kemudian menuju ke jaringan, terjadilah sepsis yang dapat berakibat kematian. Pada antraks inhalasi, spora  Bacillus anthracis  dari debu wol, rambut atau kulit terhirup, terfagosit di paru-paru, kemudian menuju ke limfe mediastinum dimana terjadi germinasi, diikuti dengan produksi toksin dan menimbulkan mediastinum haemorrhagic dan sepsis yang berakibat fatal (asr i. 2012)

13

Beberapa alasan yang mendasari penyakit anthrax menjadi penting dan strategis karena: kemampuan menular yang tersifat zoonotik, bakteri mampu membentuk spora yang mempunyai ketahanan tinggi di lingkungan, sehingga sulit dieradikasi. Pandangan umum anthrax identik dengan kematian menyebabkan kepanikan tersendiri. Dewasa ini penyakit anthrax semakin populer karena dapat digunakan sebagai senjata biologis. Diagnosis Antraks pada hewan dapat ditemukan dalam bentuk perakut, akut, subakut sampai dengan kronis. Untuk ruminansia biasanya berbentuk perakut dan akut ; kuda biasanya berbentuk akut ; sedangkan anjing, kucing dan babi biasanya  berbentuk subakut sampai dengan kronis. Gejala penyakit pada bentuk perakut  berupa demarn tinggi (42°C), gemetar, susah bernafas, kongesti mukosa, konvulsi, kolaps dan mati. Darah yang keluar dari lubang kumlah (anus, hidung, mulut atau vulva) berwarna gelap dan sukar membeku. Bentuk akut biasanya menunjukan gejala depresi, anoreksia, demam, nafas cepat, peningkatan denyut nadi, kongesti membran mukosa. Pada kuda terjadi enteritis, kolik, demam tinggi, depresi dan kematian terjadi dalam waktu 48 - 96  jam. Sedangkan pada bentuk subakut sampai dengan kronis, terlihat adanya  pembengkakan

pada

lymphoglandula

pharyngeal

karena

kumnn

antraks

terlokalisasi di daerah itu (OIE, 2000). Di Indonesia, kejadian antraks biasanya  perakut, yaitu : demam tinggi, gemetar, kejang-kejang, konvulsi, kolaps dan mati (anggraeni, 2012) Adapun pada manusia, anthrax ditemukan dalam tiga jenis. yaitu (asri. 2012) : 1.

Inhalational anthrax Anthrax dapat masuk tubuh melalui perut (proses pencernaan), paru-paru

atau kulit (berkenaan dengan kulit) dan gejala-gejala penyebab klinis terpisah;  jelas berdasar pada lokasi infeksi. Satu manusia yang terkena infeksi/tersebar akan secara umum dikarantina. Bagaimanapun, anthrax tidak biasanya menyebar dari satu manusia yang terinfeksi sampai manusia yang tidak terinfeksi. Tetapi jika  penyakit itu pada tubuh maka berakibat fatal bagi orang tersebut dan koloni

14

 Bacillus anthracis  menjadi suatu sumber yang potensial menginfeksi yang lain dan kehati  –   hatian harus digunakan untuk mencegah lebih lanjut pencemaran. Sayangnya inhalation anthrax, jika dihentikan terapinya hingga gejala  –   gejala yang timbul, akan mengakibatkan kematian. Anthrax dengan penanganan infeksi yang menyebar pada binatang atau wolnya, bakteri atau kecelakaan laboratorium. Infeksi lewat jalur pernafasan (inhalation) pada awalnya terlihat dengan gejala  –   gejala seperti influenza atau untuk beberapa hari, yang diikuti oleh keparahan; sulit bernafas; batuk yang keras dan berat ( sering juga fatal) kolaps  pernapasan. Inhalational anthrax sangat fatal, dengan mortalitas mendekati 100% . Tingkat kematian (lethal level) dari anthrax dilaporkan diakibatkan oleh  pernafasan (inhalation). Menghirup sekitar 10.000-20.000 spora menyebabkan terjadinya inhalation anthrax juga tergantung pada tingkat kepekaan dengan bukti  bahwa sebagian orang meninggal dari kasus-kasus penyakit inhalation anthrax; ada bukti yang didokumentasikan untuk memverifikasi eksak atau rata-rata angka dari

spora-

spora.

Gambar 2. Infeksi anthrax lewat pernafasan 2.

Gastrointestinal (gastroenteric) anthrax Infeksi gastrointestinal paling sering disebabkan oleh daging terinfeksi

anthrax dan ditandai oleh kerusakan saluran gastrointestinal yang serius,seperti

15

muntah darah, diare parah; sulit buang air besar;feses yang keras; radang akut saluran usus, dan hilangnya selera makan. Beberapa luka telah ditemukan di dalam perut dan di dalam mulut serta kerongkongan. Setelah bakteri masuk ke sistem usus, bakteri menyebar melalui aliran darah sepanjang tubuh, membuat lebih toksik lagi dalam perjalanan. Gastrointestinal anthrax dapat diterapi tetapi  biasanya mengakibatkan daftar kematian dari 25% kepada 60%, tergantung  bagaimana perawatan dimulai. 3.

Cutaneus anthrax Bentuk cutaneus anthrax menginfeksi sebagai luka kulit seperti bisul yang

akhirnya membentuk borok dengan suatu centre (ie yang hitam, eschar). Eschar yang hitam sering kali muncul sebagai suatu, borok nekrotik tanpa rasa sakit (mulai sebagai luka kulit yang gatal atau lepuh yang gelap dan biasanya memusat sebagai suatu titik yang hitam, dari jumlah yang sedikit sampai banyak ) (seperti cetakan roti) di lapangan infeksi cutaneu anthrax secara umum membentuk di dalam lokasi dari penetrasi spora di dalam 2 sampai 5 hari setelah penginfeksian. Tidak seperti memar tetapi hampir semua luka-luka, infeksi anthrax jenis cutaneus secara normal tidak menyebabkan nyeri. Infeksi cutaneus anthrax adalah wujud sedikit fatal dari infeksi anthrax yang lain jika dilakukan terapi. Tetapi tanpa  perawatan, kira-kira 20% dari semua kasus-kasus infeksi cutaneus anthrax terjadi

16

toksemia dan kematian. Terapi anthrax jenis cutaneus, terkadang berakibat fatal. Gambar 3. Infeksi anthrax lewat kulit

17

D.

Pencegahan Penyakit

Cara pencegahan penyakit anthrax adalah dengan menghindari kontak langsung dengan binatang atau benda-benda yang membawa bakteri penyakit ini. Ternyata bakteri ini memiliki kemampuan yang unik . Jangkitan yang disebabkan oleh penyakit ini tidak mudah untuk di musnahkan, karena bakteri ini memiliki kecenderungan untuk merubah bentuknya menjadi spora yang amat stabil. Saat  berubah menjadi spora bakteri ini dapat masuk kedalam tanah dan mampu  bertahan selama lima puluh sampai enam puluh tahun di dalam tanah. Uniknya  bila tanah tempat ia tinggal tergenang air, kuman ini dapat tumbuh kembali dan menyerang hewan ataupun manusia yang ada di sekitamya. Selain itu saat terjadi musim kemarau biasanya ternak menaik rumput sampai ke akarnya ,inilah yang membuat penyakit ini akan terus terulang di daerah yang pernah terkena antrax . Repotnya lagi kuman ini dapat terserap oleh akar tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah, hingga mampu menginfeksi tenak maupun manusia yang mengkonsumsinya. Bahkan serangga, burung, anjing, dan  binatang-binatang lain juga dapat menjadi perantara penularan penyakit ini, apabila telah mengalami kontak langsung dengan bakteri penyebab penyakit ini . Vaksinasi merupakan salah satu cara yang dipergunakan untuk pencegahan  penyakit Anthrax. Vaksin pertama kali dibuat oleh PASTEUR (1879). Pasteur menemukan bahwa inkubasi bakteri pada suhu 420C akan menyebabkan  penurunan sifat virulensi bakteri ini. Vaksin ini tidak digunakan lagi setelah ditemukan vaksin spora (“ spore live vaccine”) oleh karena dapat disimpan lebih lama. Vaksin spora ini berasal dari varian yang tidak berkapsel dan tidak virulen. Penambahan saponin dalam vaksin akan menghambat penyebaran yang cepat dari spora ke dalam jaringan sehingga akan dihasilkan efek adjuvan (vaksin carbozoo) (Anggraeni, 2012) Anthraxin merupakan antigen antraks yang diinaktivasi dan dimurnikan dan  banyak digunakan dalam mengevaluasi vaksinasi dan studi retrospektif pada hewan dan manusia. Teknik ini diaplikasikan dengan cara menyuntikkan 0,1 ml Anthraxin secara intradermal dan diamati dalam waktu 48 jam. Adanya

18

 pembengkakan dan kemerahan kulit menunjukkan reaksi positif (Anggraeni, 2012) Selain itu, dilakukannya tindakan mengasingkan hewan -hewan yang menderita anthrax, hewan ternak yang sakit dilarang disembelih karena ada kemungkinan hewan tersebut terkena penyakit antrhax , bangkai hewan yang mati karena anthrax harus segera dibinasakan dengan dibakar habis atau dikubur dalam-dalam, untuk mencegah perluasan penyakit melalui serangga dipakai obatobat pembunuh serangga, hewan yang mati karena anthrax dicegah agar tidak dimakan oleh hewan pemakan bangkai , dan tindakan sanitasi umum terhadap orang yang kontak dengan hewan penderita penyakit dan untuk mencegah  perluasan penyakit. Selain itu, penyembelihan hewan di laksanakan di RPH resmi dibawah pengawasan dokter hewan dan Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum penyembelihan (ante mortem) yaitu pemeriksaan kesehatan daging, karkas, jeroan dan kepala setelah penyembelihan (post mortem) oleh dokter hewan atau para medis kesehatan hewan dibawah pengawasan dokter hewan pun juga perlu di lakukan (anonim, 2011) Pencegahan penularan pada manusia dapat di lakukan dengan cara mencuci tangan sebelum makan, hindari kontak dengan hewan atau manusia yang sudah terjangkit anthrax, membeli daging dari rumah potong hewan yang resmi, memasak daging dengan sempurna, menghindari menyentuh cairan dari luka anthrax, melaporkan secepat mungkin bila ada masyarakat yang terjangkit anthrax. Bagi peternak atau pemilik hewan ternak, mengupayakan untuk menvaksinka hewan ternaknya (anonim, 2011)

19

E.

Pengobatan Penyakit

Pemberian antibiotik intravena direkomendasikan pada kasus antraks inhalasi, gastrointestinal dan meningitis. Pemberian antibiotik topikal tidak dianjurkan pada antraks kulit. Antraks kulit dengan gejala sistemik, edema luas, atau lesi di kepala dan leher juga membutuhkan antibiotic intravena. Walaupun sudah

ditangani

secara

dini

dan

adekuat,

prognosis

antraks

inhalasi,

gastrointestinal, dan meningeal tetap buruk. B. anthracis alami resisten terhadap antibiotik yang sering dipergunakan pada penanganan sepsis seperti sefalosporin dengan spektrum yang diperluas tetapi hampir sebagian besar kuman sensitif terhadap penisilin, doksisiklin, siprofloksasin, kloramfenikol, vankomisin, sefazolin,

klindamisin,

rifampisin,

imipenem,

aminoglikosida,

sefazolin,

tetrasiklin, linezolid, dan makrolid. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin maka kloramfenikol, eritromisin, tetrasikilin, atau siprofloksasin dapat diberikan. Pada antraks kulit dan intestinal yang bukan karena bioterorisme, maka pemberian antibiotik harus tetap dilanjutkan hingga paling tidak 14 hari setelah gejala reda. Oleh karena antraks inhalasi secara cepat dapat memburuk, maka  pemberiaan antibiotik sedini mungkin sangat perlu. Keterlambatan pemberian antibiotik

sangat

mengurangi

angka

kemungkinan

hidup.

Oleh

karena

 pemeriksaan mikrobiologis yang cepat masih sulit dilakukan maka setiap orang yang memiliki risiko tinggi terkena antraks harus segera diberikan antibiotik sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Sampai saat ini belum ada studi klinis terkontrol mengenai pengobatan antraks inhalasi. Untuk kasus antraks inhalasi Food and Drug Administration (FDA) menganjurkan penisilin, doksisiklin, dan siprofloksasin sebagai antibiotik pilihan. Untuk hewan sakit dapat dipilih salah satu dari perlakuan sebagai berikut : 

Penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan (hewan besar 20-30 ml, hewan kecil 10-1 ml)



Penyuntikan antibiotika



Penyuntikan kemoterapetika



Penyuntikan antiserum dan antibiotika atau antiserum dan kemoterapetika. Cara penyuntikan antiserum homolog ialah IV atau SC, sedangkan untuk 20

antiserum heterolog SC. Dua minggu kemudian bila tidak timbul penyakit, disusul dengan vaksinasi.

21

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan Antrhax merupakan salah satu penyakit yang tergolong sangat berbahaya

dan menular baik antar hewan maupun antara hewan ke manusia ( zoonosis ).  penyebab timbulnya penyakit antrhax yaitu bakteri Bacillus anthracis. bakteri ini memiliki kamampuan membentuk spora yang sangat stabil sehingga dapat  bertahan hidup bertahun-tahun meskipun berada di tempat yang minim nutrisi. kemampuan

bakteri

Bacillus

anthracis

untuk

membentuk

spora

cukup

membahayakan karena spora ini dapat diterbangkan oleh udara sehingga  penularannya dapat melalui pernafasan. hal ini yang menyebabkan penularan  penyakit ini cukup cepat. pencegahan penyakit ini dilakukan dengan cara vaksinasi. hewan yang telah terjangkin sebaiknya dimusnahkan dan dilrang untuk dilakukan

nekropsi.

sanitasi

sangat

penting

untuk

dilakukan.

dilahan

 penggembalaan yang pernah terdapat kasus anthrax sebaiknya tidak digunakan memngingat spora antrhax dapat bertahan hingga bertahun tahun dan menjangkiti apapun yang ada diatasnya. B.

Saran Sebaiknya, vaksinasi antrax dengan menggunakan antrhaxin dilakukan

sesuai prosedur yang dianjurkan. jika ada gejala antrhax yang muncul, segera melapor pada petugas setempat. dan memperketat program sanitasi dalam kandang ternak.

22

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni. 2012.  Pengendalian Penyakit Anthrax Melalui Vaksinasi Pada Sapi  Dan Kambing-Domba Di Indonesia. Universitas Brawijaya. Malang. Diakses Pada 9 September 2014. Anonim. 2013.  Antraks. Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Antraks. Diakses Pada 9 September 2014 Anonim. 2011.  Makalah Penyakit Anthrax. Http://Blackhole-Shadow.Blogspot. Com/2011/11/Makalah-Penyakit-Anthrax.Html/

Diakses

Pada

9

September 2014. Asri. 2012. Bacillus antracis. Http:// Asriveteriner. Wordpress. Com/2012 /05/02/ Bacillus- Anthracis/. Diakses Pada 9 September 2014 Fathurrohman. M.N. 2014.  Robert Koch - Penemu Metode Untuk Memurnikan  Bacillus

Antraks. Http://Blogpenemu.Blogspot.Com/2014/02/Robert-

Koch--Penemu-Metode-Untuk-Memurnikan-BacillusAntraks.Html/.Diakses Pada 9 September 2014. Masyifa. 2009.  Bakteri Bacillus antrhacis. Http:// Yenmasyifa. Blogspot.Com/ 2009/03/ Bakteri- Bacillus- Anthracis.Html. Diakses Pada 9 September 2014. Prayogie.

2010.  Bacillus

Antrhacis.

Http://Mikrobia.Files.Wordpress.Com/

2008/05/ Bacillus-Anthricus4.Pdf./ Diakses Pada 9 September 2014.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF