3 Makalah Rumah Sehat Fix

December 18, 2018 | Author: Siti hawa | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

makalah...

Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rumah merupakan kebutuhan primer dan merupakan tempat tinggal yang sangat  penting bagi kehidupan manusia disamping sandang dan pangan. Karena itu, masalah  perumahan merupakan masalah yang mempunyai pengaruh didalam kehidupan manusia sehari-hari dan rumah yang sehat dapat memberikan pengaruh baik bagi manusia didalamnya. Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berupa rumah yang mewah tetapi rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni, asalkan memenuhi syarat-syarat dan kriteria rumah sehat. Rumah merupakan salah satu  bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan sehingga menjadikan rumah tersebut rumah yang ideal dan layak untuk ditempati. Akhir-akhir ini, akibat dari bertambahnya populasi manusia dan kurangnya lahan untuk membangun rumah, menyebabkan banyak timbul masalah kesehatan pada rumah serta lingkungannya dan terdapat banyakrumah yang dibangun tanpa mempedulikan aspek kesehatan, kenyamanan, dan keamanan. Bangunan-bangunan rumah yang ada pada saat ini khususnya bangunan rumah sederhana sebagian besar tidak memenuhi syarat kesehatan, dimana syarat kesehatan tersebut mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan,  penghawaan, serta suhu udara dan kelembapan dalam ruangan. Rumah yang tidak sehat akan menjadi tempat yang nyaman untuk berbagai macam sumber penyakit dan dapat  berdampak buruk bagi penghuni didalamnya. Hal ini dapat membuat orang yang tinggal didalamnyaakan mudah terjangkit berbagai macam penyakit. Melihat dari banyaknya efek negatif yang ditimbulkan dari rumah tidak sehat dan  pengetahuan masyarakat mas yarakat yang masih minim mengenai rumah sehat, maka kami berusaha untuk menyusun makalah ini guna menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai syarat-syarat dan kriteria rumah sehat.

1.2 Rumusan Masalah

1

Rumusan masalah yang tercakup dalam makalah ini perihal: 1. Apakah definisi rumah sehat itu? 2. Apa saja syarat-syarat dan kriteria rumah sehat? 3. Bagaimana kondisi rumah yang disurvei? 4. Bagaimana perbandingan antara rumah yang disurvei dengan kriteria rumah sehat? 5. Apa saja usulanperbaikan yang dapat diusulkan bagi sebuah rumah yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat agar menjadi rumah sehat secara ekonomis?

1.3 Tujuan Penulisan 

Makalah ini merupakan tugas yang diberikan kepada mahasiswa pada semester ke-3 Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Tekn ik, Universitas Indonesia.



Untuk mengetahui definisi dan kriteria-kriteria rumah sehat



Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada kita akan pentingnya rumah sehat



Merencanakan usulan perbaikan terhadap rumah yang disurvei menjadi rumah yang sehat karena menurut analisis kami, berdasarkan teori rumah sehat , dianggap tidak memenuhi syarat.



Menjawab dan memberikan contoh pemenuhan kebutuhan rumah sehat yang aman, nyaman dan layak huni

1.4 Pokok Permasalahan

Masalah utama yang dihadapi adalah kurangnya pengetahuan warga akan syarat rumah sehat itu sendiri, seperti dari segi pencahayaan, penghawaan, suhu udara, kelembaban, konstruksi bangunan.

1.5 Metode Penulisan

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah dengan melakukan survei di salah satu rumah yang termasuk dalam kriteria rumah tidak sehat. Kami melakukan  pengukuran konstruksi rumah dan melakukan tanya jawab kepada pemilik rumah mengenai keadaan rumah tersebut. Setelah itu data-data yang didapatkan dari proses survey kami diskusikan kembali dengan berdasar kepada syarat-syarat dan ketentuan rumah sehat. Selain itu, penulis juga menggunakan studi literatur dengan menggunakan

2

Rumusan masalah yang tercakup dalam makalah ini perihal: 1. Apakah definisi rumah sehat itu? 2. Apa saja syarat-syarat dan kriteria rumah sehat? 3. Bagaimana kondisi rumah yang disurvei? 4. Bagaimana perbandingan antara rumah yang disurvei dengan kriteria rumah sehat? 5. Apa saja usulanperbaikan yang dapat diusulkan bagi sebuah rumah yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat agar menjadi rumah sehat secara ekonomis?

1.3 Tujuan Penulisan 

Makalah ini merupakan tugas yang diberikan kepada mahasiswa pada semester ke-3 Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Tekn ik, Universitas Indonesia.



Untuk mengetahui definisi dan kriteria-kriteria rumah sehat



Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada kita akan pentingnya rumah sehat



Merencanakan usulan perbaikan terhadap rumah yang disurvei menjadi rumah yang sehat karena menurut analisis kami, berdasarkan teori rumah sehat , dianggap tidak memenuhi syarat.



Menjawab dan memberikan contoh pemenuhan kebutuhan rumah sehat yang aman, nyaman dan layak huni

1.4 Pokok Permasalahan

Masalah utama yang dihadapi adalah kurangnya pengetahuan warga akan syarat rumah sehat itu sendiri, seperti dari segi pencahayaan, penghawaan, suhu udara, kelembaban, konstruksi bangunan.

1.5 Metode Penulisan

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah dengan melakukan survei di salah satu rumah yang termasuk dalam kriteria rumah tidak sehat. Kami melakukan  pengukuran konstruksi rumah dan melakukan tanya jawab kepada pemilik rumah mengenai keadaan rumah tersebut. Setelah itu data-data yang didapatkan dari proses survey kami diskusikan kembali dengan berdasar kepada syarat-syarat dan ketentuan rumah sehat. Selain itu, penulis juga menggunakan studi literatur dengan menggunakan

2

informasi yang diperoleh dari buku dan internet.Selanjutnya kami menyusun usulan  perbaikan untuk rumah tersebut dalam bentuk gambar manual, gambar elektronik (Auto Cad), dan laporan.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Pokok Permasalahan 1.5 Metode Penelitian 1.6 Sistematika Penulisan BAB II: RUMAH SEHAT 2.1 Definisi Rumah Sehat 2.2 Syarat-syarat dan Kriteria Kriteria Bangunan 2.3 Standar dan Peraturan BAB III : HASIL PENGAMATAN SURVEI 3.1 Kondisi Rumah Tidak Tidak Sehat 3.2 Perbandingan dengan Rumah Sehat BAB IV: ANALISA DAN USULAN PERBAIKAN 4.1 Analisa Rumah 4.2 Usulan Perbaikan Rumah BAB V: RENCANA ANGGARAN BIAYA B IAYA BAB VI : PENUTUP 6.1 Kesimpulan 6.2 Saran

3

BAB II RUMAH SEHAT

2.1 Definisi Rumah Sehat

Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas melepas

lelah,

 beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari, sebagai tempat bergaul dengan keluarga, sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya, sebagai lambang status sosial, tempat menyimpan kekayaan (Azwar, 1996). Rumah adalah struktur fisik fisik atau bangunan

sebagai tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut tersebut

 berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (WHO dalam Keman, 2005). Rumah sehat merupakan  bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki  jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI, 2003). Dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan  beristirahat yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar rumah (Azwar, 1996): 1) Lingkungan di mana masyarakat masyarakat itu berada, baik fisik, fisik, biologis, sosial. Suatu daerah dengan lingkungan fisik pegunungan, tentu saja perumahannya berbeda dengan  perumahan di daerah pantai.Selanjutnya masyarakat yang bertempat tinggal di daerah lingkungan biologis yang banyak hewan buasnya tentu saja mempunyai bentuk rumah yang lebih terlindung, dibanding dengan perumahan di lingkungan biologis yang tidak ada hewan buasnya.Demikian pula lingkungan sosial, seperti adat, kepercayaan dan lainnya, banyak memberikan pengaruh pada bentuk rumah yang didirikan.

4

2) Tingkat sosial ekonomi masyarakat, ditandai dengan pendapatan yang dipunyai, tersedianya bahan-bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan dan atau dibeli dan lain sebagainya. Jelaslah bahwa suatu masyarakat yang lebih makmur, secara relatif akan mempunyai perumahan yang lebih baik, dibanding dengan masyarakat miskin. 3) Tingkat kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi bangunan. Masyarakat yang telah maju teknologinya, mampu membangun perumahan yang lebih komplek dibandingkan dengan masyarakat yang masih sederhana. 4) Kebijaksanaan pemerintah tentang perumahan menyangkut tata-guna tanah, program  pembangunan perumahan (RumahSederhana, Rumah Susun (Rusun), Rumah Toko (Ruko), Rumah Kantor (Rukan))

2.2 Syarat- syarat dan Kriteria Bangunan



Kriteria rumah sehat yang diajukan oleh dalam Entjang (2000) dan Wicaksono

(2009) yang dikutip dari Winslow antara lain: 1. harus dapat memenuhi kebutuhan fisiologis; 2. harus dapat memenuhi kebutuhan psikologis; 3. harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan; dan 4. harus dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit.



Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut  American Public Health

 Asociation (APHA), yaitu sebagai berikut:

1. Memenuhi Kebutuhan Dasar Fisik. Sebuah rumah harus dapat memenuhi kebutuhan dasar fisik, seperti: A). Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungan yang penting untuk mencegah bertambahnya panas atau kehilangan panas secara berlebihan. Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4°C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22°C - 30°C sudah cukup segar.

5

B). Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas cahaya matahari

(penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya (penerangan

 buatan).Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau. C). Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu derasdan tidak terlalu sedikit. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis. E). Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk anakanak

dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai kesempatan bergerak,

 bermain dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak

tidak bermain di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang

membahayakan.

2. Memenuhi Kebutuhan Dasar Psikologis. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan dasar psikologis penghuninya seperti berikut. A). Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni. Adanya ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri. B). Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana anakanak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang tuanya.

6

C). Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin. D). Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas dalam ruangan E). W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila terasa ingin  buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena harus antri di W.C. orang lain atau harus buang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun. F). Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.

3. Melindungi dari Penyakit Rumah

tersebut

harus

dibangun

sedemikian

rupa

sehingga

dapat

melindungipenghuninya dari kemungkinan penularan penyakit atau zat-zat yang membahayakan kesehatan. Dari segi ini, maka rumah yang sehat adalah rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup dengan sistem perpipaan seperti sambungan atau  pipa dijaga jangan sampai sampai bocor sehingga tidak tercemar oleh air dari tempat lain. Rumah juga harus terbebas dari kehidupan serangga dan tikus, memiliki tempat  pembuangan sampah, pembuangan air limbah serta pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan.

4. Melindungi dari Kemungkinan Kecelakaan Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin, terhindar dari

bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan

keracunan gas bagi

penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain

sebagainya (Azwar, 1990; CDC, 2006; Sanropie, 1989).

7



Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat :

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan kesehatan

perumahan. meliputi 3 lingkup kelompok komponen

 penilaian, yaitu : 1) Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana  pembuangan asap dapur dan pencahayaan. 2)

Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih,

pembuangan kotoran,

 pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah. 3)

Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah,

membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada tempat sampah. 

Komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah :

1) Langit-langit Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan. 2) Dinding Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut. 3) Lantai Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu dipijak,  permukaan lantai mudah dibersihkan. Menurut Sanropie (1989), lantai tanah sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan

8

gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik.Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah. 4) Pembagian ruangan / tata ruang Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah : a. Ruang untuk istirahat/tidur Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 mdan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.  b. Ruang dapur Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat teralirkan keluar. c. Kamar mandi dan jamban keluarga Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi untuk  berhubungan dengan udara luar. 5) Ventilasi Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya : a. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan.

9

 b.

Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan, dari

 pabrik, sampah, debu dan lainnya. c. Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua lubang jendela  berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar. 6) Pencahayaan Cahaya yang cukup kuat

untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan

manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan cahaya  buatan.Yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan. a. Pencahayaan alamiah Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui  jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain untuk penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu (Azwar, 1996). Suatu cara sederhana menilai baik tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam sebuah rumah adalah: baik,  bila jelas membaca dengan huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila membaca huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf  besar.  b. Pencahayaan buatan Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya. (Azwar, 1996). 7) Luas Bangunan Rumah Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas  bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah menular

10

kepada anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat, dikatakan memenuhi syarat jika ≥ 8 m2/ orang.



Aspek Sarana Sanitasi

1) Sarana Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Di Indonesia standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes RI No. 01/Birhubmas/1/1975 (Chandra, 2009). Dikatakan air bersih jika memenuhi 3 syarat utama, antara lain : a. Syarat fisik Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman.  b. Syarat kimia Air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama yang  berbahaya bagi kesehatan. c. Syarat bakteriologis Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Misal sebagai petunjuk bahwa air telah dicemari oleh faces manusia adalah adanya E. coli karena bakteri ini selalu terdapat dalam faces manusia baik yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air. 2) Jamban (sarana pembuangan kotoran) Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga atau sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara pembuangan tinja, prinsipnya yaitu : a. Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah.  b. Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan / air tanah.

11

c. Kotoran manusia tidak dijamah lalat. d. Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu. e. Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan. Ada 4 cara pembuangan tinja (Azwar, 1996), yaitu : a. Pembuangan tinja di atas tanah Pada cara ini tinja dibuang begitu saja diatas permukaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan sebagainya. Cara demikian tentunya sama sekali tidak dianjurkan, karena dapat mengganggu kesehatan.  b. Kakus lubang gali (pit privy) Dengan cara ini tinja dikumpulkan kedalam lubang dibawah tanah, umumnya langsung terletak dibawah tempat jongkok. Fungsi dari lubang adalah mengisolasi tinja sehingga tidak memungkinkan penyebaran bakteri. Kakus semacam ini hanya baik digunakan ditempat dimana air tanah letaknya dalam. c. Kakus Air (Aqua pravy) Cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali, hanya lubang kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air, terletak langsung dibawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan peralihan antara lubang kakus dengan septic tank. Fungsi dari tank adalah untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta melindunginya dari lalat dan serangga lainnya. d. Septic Tank Septic Tank merupakan cara yang paling dianjurkan. Terdiri dari tank sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air masuk dan mengalami proses dekomposisi yaitu proses  perubahan menjadi bentuk yang lebih sederhana (penguraian). 3) Pembuangan Air Limbah (SPAL)

12

Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri, dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandungbahan atau zat yang membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra, 2007). Menurut Azwar (1996) air limbah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat, dapat dikatakan makin tinggi tingkat kehidupan masyarakat, makin kompleks pula sumber serta macam air limbah yang ditemui.

Air limbah adalah air

tidak bersih mengandung

 berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil perbuatan manusia.Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal adalah : a. Limbah rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan dapur.  b. Limbah perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam renang. c. Limbah industri. 4) Sampah Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat aktifitas manusia, yang dianggap sudah tidak bermanfaat.Entjang (2000) berpendapat agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan pembuangannya, seperti tempat

sampah yaitu tempat penyimpanan

sementara sebelum sampah tersebut

dikumpulkan untuk dibuang (dimusnahkan). Syarat tempat sampah adalah : a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah bocor, kedap air.  b. Harus ditutup rapat sehinga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya seperti tikus, kucing dan sebagainya. 

Aspek Karakteristik Keluarga

A. Tingkat Pendidikan Orangtua

13

Pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan adalah suatu

 pembentukan watak yaitu sikap disertai kemampuan dalam bentuk kecerdasan,  pengetahuan, dan keterampilan.Pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan tinggi. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang. Tingkat pendidikan yang lebih baik memungkinkan seseorang dapat menyerap informasi

lebih baik dan

juga dapat berpikir secara rasional dalam

menanggapi setiap masalah yang dihadapi. B. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan  penginderaan terhadap suatu objek.Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Pengetahuan merupakan domain penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh  pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dantingkat yang berbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam 6 tingkat  pengetahuan, yaitu : 1) Tahu (know) Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Misal keluarga yang telah mendapatkan penyuluhan rumah sehat dapat menyebutkan kembali komponen-komponen rumah yang sehat. 2) Memahami (comprehension) Pada tingkatan ini orang paham dan dapat menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya.Misal dapat menjelaskan pentingnya kepemilikan jamban sehat. 3) Aplikasi (application)

14

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari  pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4) Analisis (analysis) Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah dipelajari dalam komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain. Misalnya membedakan, memisahkan, mengelompokkan. 5) Sintesis (synthetis) Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada dengan

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. C. Jenis Pekerjaan Orangtua Pekerjaan adalah rutinitas yang dilakukan yang dijadikan pokok penghidupan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Sering pekerja-pekerja dari jenis pekerjaan tertentu bermukim dilokasi yang tertentu pula sehingga sangat erat hubungannya dengan lingkungan tempat tinggal mereka.Pekerjaan juga mempunyai hubungan yang erat dengan status sosial ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit yang timbul dalam keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang mempengaruhi pendapatan keluarga (Noor, 2008). D. Pendapatan Keluarga Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh yang lebih baik, misalnya di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya jika pendapatan

lemah akan maka hambatan

dalam pemenuhan kebutuhantersebut. Keadaan ekonomi atau penghasilan memegang

15

 peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga.Dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan  pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun  biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). E. Perilaku a. Pengertian Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.Secara umum dapat dikatakan faktor genetik dan lingkungan merupakan penentu dari perilaku mahluk hidup termasuk dari manusia.Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (disertai tindakan) (Sarwono, 2004).Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulusatau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem  pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) Adalah perilaku atau usaha seseorang untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek : a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan jika telah sembuh dari penyakit.  b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

16

c) Perilaku gizi, makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. 2)

Perilaku pencarian dan penggunaan

fasilitas pelayanan kesehatan atau disebut

 perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). 3)

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang berespons terhadap

lingkungannya sebagai determinan

kesehatan manusia sehingga lingkungan tersebut

tidak mempengaruhi kesehatannya. Perilaku ini antara lain mencakup : a) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen, manfaat, dan  penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.  b)

Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi

higiene, pemeliharaan, teknik, dan penggunaannya. c) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair, termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang

sehat, serta dampak

 pembuangan limbah yang tidak baik. d) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya. e)

Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk ( vektor ), dan

sebagainya. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor  perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehavior causes). Selanjutnya  perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : 1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pegetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

17

2) Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan misalnya

 puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3) Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku  petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari  perilaku masyarakat. F. Letak Rumah Letak rumah adalah salah satu faktor yang penting artinya bagi kesehatan penghuni. Sebagai contoh adalah, sebuah rumah seharusnya tidak didirikan di dekat tempat dimana sampah dikumpulkan atau dibuang, dengan pertimbangan karena di tempat pembuangan sampah tersebut akan banyak lalat, serangga maupun tikus yang akan membawa kuman  penyakit kedalam lingkungan rumah (WHO, 1995).Perlu diperhatikan juga letak sebuah  bangunan hendaknya menyerong dari arah lintasan matahari yaitu arah utara – selatan untuk mencegah penyinaran yang terus-menerus pada satu bagian rumah. Di bangun dengan lubang bukaan maksimal pada arah utara, arah selatan, dan arah timur, serta seminimal mungkin pada arah barat.Lubang bukaan pada arah utara-selatan diharapkan sebanyak mungkin memasukan sinar matahari dari kubah langit.Sementara lubang pada arah timur untuk memasukan sinar matahari pagi yang dapat meningkatkan kesehatan.Kurangnya cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah. Rumah terasa sumpek, pengap,

panas, dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan penghuni. Selain

 berguna untuk penerangan sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu, misalnya untuk membunuh bakteri adalah cahaya pada panjang gelombang 4000 A sinar ultra violet (Azwar, 1996).

2.3 Standar dan Peraturan

18

Standar

dan Peraturan Mengenai Koefisien Bangunan dan Garis Bangunan

a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Mengatur agar luas bangunan rumah maksimal 60% lahan agar tidak mengganggu daya serap air pada suatu lingkungan. Selain itu, agar tidak mengganggu keseimbangan tanah, bangunan rumah sebaiknya mengikuti bentuk topografi alam sekitar. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) merupakan angka prosentase berdasarkan  perbandingan jumlah luas lantai dasar bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah  perencanaan yang dilkuasai sesuai tata ruang kota.Dilihat dari artinya, KDB merupakan angka koefesien perbandingan antara luas bangunan lantai dasar dengan luas tanah kavling atau blok peruntukan. Secara matematis, untuk menentukan angka KDB  bangunan rumah dapat dirumuskan sebagai berikut:

 =

 

 %

Persyaratan angka KDB untuk setiap bangunan rumah, berfungsi untuk menata kawasan dan menjaga kelestarian lingkungan. Karenanya, sebelum membangun atau merenovasi rumah untuk menambah bagian bangunan, hendaknya diketahui terlebih dahulu berapa angka KDB yang diijinkan. Walaupun setiap daerah menetapkan angka KDB yang berbeda-beda, secara umum ada 3 kategori KDB yang diterapkan : 1. KDB padat dengan angka KDB antara 60% –  100% 2. KDB sedang dengan angka KDB antara 40%-60% 3. KDB renggang dengan angka KDBB dibawah 40%  b. Koefisien Luar Bangunan (KLB) Merupakan koefisien yang mengatur perbandingan luas keseluruhan lantai rumah dengan luas tanah. Hal ini ditujukan agar setiap rumah tidak memiliki ketinggian melebihi yang telah ditentukan. Misalnya, area tersebut adalah area perumahan dengan ketinggian rata-rata dua lantai, karena tanahnya kecil sementara ruangan yang diperlukan  banyak, maka rumahnya mencapai empat lantai seperti halnya ruko-ruko. Hal ini tidak diperbolehkan karena bisa dibayangkan ada bangunan tinggi di antara bangunan rendah.

19

Atau sebaliknya, di area cluster   untuk rumah-rumah yang besar dengan ketinggian ratarata dua lantai ada bangunan kecil dengan ketinggian satu lantai. Hal ini mengakibatkan suasana lingkungan yang diharapkan tidak tercipta semestinya. Cara menghitung KLB cukup sederhana. Contoh, luas lantai dasar beserta lantai atasnya seluas 200 m2. Jika luas lahan 200 m2, maka nilai KLB adalah 1,0. Jika aturan KLB adalah 1,2, maka nilai KLB telah memenuhi persyaratan karena tidak melebihi nilai yang telah ditetapkan. Berbeda dengan KDB yang ditulis dalam bentuk persen, KLB dinyatakan dalam bentuk desimal.

c. Garis Sempadan Jalan (GSJ) Garis sempadan jalan (GSJ) adalah garis batas pekarangan terdepan atau dengan kata lain GSJ merupakan batas terdepan pagar halaman yang boleh didirikan. Oleh karena itu biasanya di muka GSJ terdapat jalur untuk instalasi air, listrik, gas, serta saluran-saluran pembuangan. Pada GSJ tidak boleh didirikan bangunan rumah, kecuali jika GSJ berimpit dengangaris

sempadan

bangunan

(GSB).

Ketentuan

mengenai

GSJ

biasanya

sudahterdapatdalam dokumen rencana tata ruang kota setempat, bisa didapat di dinas tata kota atau Bappeda. GSJ dimaksudkan mengatur lingkungan hunian memiliki kualitas visual yang  baik, selainitu juga mengatur jarak pandang yang cukup antara lalu lintas di jalan dan  bangunan.

d. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Garis sempadan bangunan (GSB) merupakan batas dinding bangunan terdepan  pada suatu persil tanah. Panjang jarak antara GSBdengan GSJ ditentukan oleh  persyaratan yang berlaku untuk masing-masing jenis bangunan dan letak persil tanahsetempat, serta mengacu pada rencana tata ruang kota setempat. Tujuan dari GSB adalah sebagai berikut.

20

1. Supaya hunian/rumah tinggal memiliki pekarangan di depan rumah yang cukup untukpenghijauan, pengudaraan alami, dan menambah daerah resapan air hujan serta mempercantik rumah. 2. Untuk keamanan rumah agar tidak dapat secara langsung dimasuki tamu tak diundang/maling, dan sebagai tempat bermain anak-anak supaya terhindar dari risikokecelakaan, selain itu juga dapat memperlancar lalu lintas. 3. Mengurangi pengaruh suara bising dari kendaraa bermotor yang lalu lalang di depan rumah, dan memungkinkan dibuat teritis atap yang cukup lebar sebagai pelindung  bangunan dari panas matahari dan tempias air hujan.

Garis Sempadan Jalan dan Garis Sempadan Bangunan

e. Garis Jarak Bebas Samping (GJBS) Pada bangunan berbentuk tunggal/lepas dan renggang, induk bangunan harus memiliki jarak

bebas terhadap batas pekarangan yang terletak di samping (sisi).

Padabangunan

turutan/anak/tambahan boleh dibangun rapat dengan batas pekarangan

samping dengan dinding terdepan berada pada jarak minimal dua kali jarak antara GSB dan GSJ sesuai denganpersyaratan yang berlaku. Sedangkan lebar jarak garis bebas samping antara bangunan dengan batas pekaranganditentukan

berdasarkan 21

 jenisbangunan dan persil tanah setempat. Luas areal bebas samping adalah lebar jarak  bebas samping dikali panjang jarak antara GSB dan GSJ yang ditentukan. Tujuan garis jarak bebas samping ini dimaksudkan untuk memenuhi  persyaratan kesehatan, kenyamanan, dan keindahan mengingat faktor iklim tropis lembab di Indonesia dengan ciri-ciri temperatur udara cukup tinggi, curah hujan besar, sudut datang sinar matahari yang besar dan lain-lain. Maka dengan adanya jarak bebas samping memungkinkan: 1. Sirkulasi udara yang baik ke dalam ruangan untuk mengurangi panas dan lembab; 2. Sinar matahari langsung ke dalam rumah (pada pagi hari) untuk kesehatan; dan 3. Lebar teritis atap yang cukup untuk melindungi bangunan dari panas matahari danhempasan air hujan.

f. Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB) Garis jarak bebas belakang adalah garis batas bangunan yang boleh didirikan  pada bagian belakang terhadap batas pekarangan bagian belakang. Panjang garis bebas  belakang

ditentukan sesuai dengan jenis bangunan dan lingkungan persil tanah

setempat. Pada halaman belakang suatu persil tanah boleh didirikan bangunan turutan/tambahan, asal tidak memenuhi seluruh pekarangan belakang. Halaman kosong di  belakang rumah minimal mempunyai lebar sama dengan panjang garis bebas belakang yang ditentukan. Tujuan adanya garis jarak bebas belakang adalah: 1. Memungkinkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami ke dalam ruangan; 2.

Memungkinkan

adanya

taman

belakang

rumah

untuk

kesejukan

danmenambahvolume oksigen bagi penghuni rumah; 3. Menghindari atau mencegah bahaya kebakaran; 4. Sebagai area servis seperti tempat cuci dan jemur agar tidak merusak tampilanrumah bagian depan. 5. Sebagai tempat rekreasi mini atau tempat bercengkerama bagi penghuni rumah.

22

Garis-garis pada bangunan

 Rasio/Perbandingan

Luas Bangunan dengan Penghuni yang Tepat :

Secara jelas kebutuhan luas minimum bangunan dan lahan untuk rumah sederhana sehat disajikan dalam tabel berikut. Luas (m 2) untuk Tiga Jiwa Standar per Jiwa Lahan Unit Rumah Minimal Efektif (Ambang Batas) 21,6 60,0 72-90 7,2 (Indonesia) 27,0 60,0 72-90 9,0 (Internasional) 36,0 60,0 12,0

Ideal 200 200 -

23



Menurut Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah membuat ketentuan-ketentuan

rumah sederhana sehat berdasarkan: a. Kebutuhan minimal keamanan dan keselamatan Pada dasarnya, bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah tinggal sederhana adalah: pondasi, dinding (beserta kerangka bangunan), atap serta lantai, sedangkan bagian-bagian lain seperti langit-langit, talang, dan sebagainya merupakan estetika struktur bangunan saja. 

Pondasi Secara umum, pondasi yang memikul beban kurang dari dua ton (beban kecil)

dan

yang

biasa

digunakan

untuk

rumah

sederhana

dapat

dikelompokkan ke dalam tiga sistem pondasi, yaitu: pondasi langsung,  pondasi setempat, dan pondasi tidak langsung. Sistem pondasi yang digunakan pada Rumah Inti Tumbuh (RIT) dan pengembangannya dalam hal ini adalah Rumah Sederhana Sehat adalah sistem pondasi setempat dari bahan  pasangan batu kali atau pasangan beton tanpa tulangan dan sistem pondasi tidak langsung dari bahan kayu ulin atau galam.



Dinding Bahan dinding yang digunakan dapat berupa conblock, papan, setengah conblock, dan setengah papan atau bahan lain seperti bambu, tergantung pada  potensi bahan yang dominan pada daerah di mana rumah akan dibangun. Ukuran conblock yang digunakan harus memenuhi SNI PKKI NI-05. Untuk dinding papan harus dipasang pada kerangka yang kokoh, untuk kerangka dinding digunakan kayu berukuran 5/7 dengan jarak maksimum 100 cm. Kayu yang digunakan baik untuk papan dan balok adalah kayu kelas kuat awet II. Apabila untuk kerangka digunakan kayu berukuran 5/10 atau yang

24

 banyak beredar di pasaran dengan ukuran sepadan, jarak tiang rangka kurang lebih 150 cm. Papan yang digunakan dengan ketebalan minimal 2 cm setelah diserut dan sambungan dibuat alur lidah atau sambngan lainnya yang menjamin kerapatan. Ring-balok dan kolom dari kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar di pasaran dengan ukuran sepadan.



Kerangka bangunan Rangka dinding untuk rumah tembok dibuat struktur beton bertulang. Untuk rumah setengah tembok menggunakan setengah rangka dari beton  bertulang dan setengah rangka dari kayu. Untuk rumah kayu tidak panggung, rangka dinding menggunakan kayu. Untuk sloof disarankan menggunakan  beton bertulang, sedangkan rumah kayu panggung seluruhnya menggunakan kayu, baik untuk rangka bangunan maupun untuk dinding dan pondasinya.



Kuda-kuda Rumah sehat dapat menggunakan atap pelana dengan kuda-kuda kerangka kayu dengan kelas kuat dan awet II berukuran 5/10 dari atau yang banyak  beredar di pasaran dengan ukuran sepadan. Di samping sistem sambungan kuda-kuda tradisional yang selama ini sudah digunakan dan dikembangkan oleh masyarakat setempat , dalam rangka mempercepat pelaksanaan  pemasangan kerangka kuda-kuda, disarankan me nggunakan sistem kuda-kuda  papan paku, yaitu pada setiap titik simpul menggunakan klam dari papan 2/10 dari kayu dengan kelas yang sama dengan rangka kuda-kudanya. Khusus untuk tembok dengan konstruksi pasangan, dapat menggunakan kuda-kuda dengan memanfaatkan ampig tembok yang di sekelilingnya dilengkapi dengan ring-balok konstruksi beton bertulang. Kemiringan sudut atap harus memiliki ketentuan sudut berdasarkan jenis  penutup atap yang digunakan, sesuai dengan spesifikasi yang dikeluarkan oleh pabrik atau minimal 20o  untuk pertimbangan kenyamanan ruang di dalamnya.

25

 b. Kebutuhan kesehatan dan kenyamanan Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh tiga aspek yang merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah : 1. Pencahayaan Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai  pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 

Cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan



Ruang kegiatan mendapatkan cukup cahaya



Ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata

Kualitas pencahayaan alami pada siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh: 

Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata)



Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata)



Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan



Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan



Sinar matahari dapat masuk secara langsung ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari



Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan 16.00

2. Penghawaan Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernapas. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinu melalui ruangan-ruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi.

26

Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan  peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut: 

Lubang penghawaan minimal 5% dari luas lantai ruangan



Volume udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar ruangan



Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC

Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower   atau exhaust  fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 

Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan di sekitarnya



Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam bangunan seperti: ruang keluarga, ruang tidur, ruang tamu, dan ruang kerja.

3. Suhu udara dan kelembaban Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa  pengap dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan. Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan,  penghuni dalam kegiatannya perlu memperhatikan: 

Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar



Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak



Menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan

27

c. Memenuhi kebutuhan minimal masa (penampilan) dan ruang (luar-dalam) manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci, dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. Rumah sederhana sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat dan menjalankan kehidupan sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: 

Kebutuhan luas per jiwa



Kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)



Kebutuhan luas bangunan per Kepala Keluarga (KK)



Kebutuhan luas lahan per unit bangunan

28

BAB III HASIL PENGAMATAN SURVEI

3.1 Kondisi Rumah Tidak Sehat

Berikut adalah data mengenai rumah tidak sehat yang kami survei. 1.  Nama Pemilik Rumah

: Mulyadi

2. Lokasi rumah survei (alamat) :

3. Luas tanah

: 29,75 m2

4. Luas bangunan

: 22,85 m2

5. Jumlah ruangan Rumah ini terdiri atas 4 (empat) ruangan dengan rincian sebagai berikut : a. 1 (satu) ruang tamu  b. 1 (satu) kamar tidur dan ruang makan yang di satukan (hanya dibatasi oleh kain) c. 1 (satu) ruang dapur d. 1 (satu) kamar mandi 6. Jumlah penghuni

: Rumah ini dihuni oleh 3 (tiga) orang

7. Denah lokasi

: Terlampir

8. Denah rumah eksisting

: Terlampir

3.2 Perbandingan dengan rumah sehat

Dari survei yang telah kami lakukan, kami akan menyajikan data berupa  perbandingan antara rumah hasil observasi dengan kriteria rumah sehat yang seharusnya. Data-data tersebut akan kami sajikan dalam bentuk tabel.

Tabel Perbandingan Rumah Hasil Survey dengan Rumah Sehat  No

Faktor

Rumah Hasil Survey

Rumah Sehat

Pembanding 1

Konstruksi  perencanaan

dan

a

Kamar tidur dan ruang

Pada rumah sehat, seharusnya

makan pada rumah ini

kamar tidur dan ruang makan

29

tidak ada tembok yang

memiliki tembok yang

memisahkannya, hanya

memisahkannya. (Kamar tidur

dipisahkan oleh kain,

seharusnya tertutup demi faktor

sehingga sisa makan

kenyamanan dan keamanan)

dan peralatannya dapat mengotori kamar tidur dan membuat bau kurang enak  b

Tidak ada nya pintu

Pada rumah sehat, seharusnya

antara ruang tamu,

setiap ruangan ini memiliki pintu

kamar tidur, dan dapur

khususnya pada kamar tidur demi kenyamanan dan keamanan.

c

Penataatan ornamen

Penataan ornamen sebaiknya juga

interior kurang tertata

diperhatikan dalam penataan

dengan baik, contohnya

ruangan untuk kepentingan

dengan adanya kasur

estetika, karena dengan adanya

 pada ruang tamu.

kasur di ruang tamu, sehingga tamu yang datang berkunjung bisa melihat apabila ada anggota keluarga yang sedang tidur.

d

2

Pencahayaan

a

Rumah ini tidak memenuhi garis-garis

Garis-garis standar bangunan

standar bangunan,

merupakan salah satu standar yang

karena letaknya yang

sangat penting karena diatur juga

sangat rapat dengan

dalam perundang-undangan untuk

 jalan

terwujudnya rumah sehat.

Jumlah jendela sangat

Berdasarkan referensi yang kami

sedikit, hanya terdapat

 peroleh, rumah yang sehat

di ruang tamu saja,

memiliki jumlah jendela atau

sehingga pada ruangan-

ventilasi minimal 1/9 dari bagian

ruangan lainnya

rumah. Dengan demikian rumah

30

 pencahayaannya sangat

tersebut mendapatkan cukup

kurang walaupun pada

cahaya di setiap ruangannya.

siang hari

Selain itu kualitas pencahayaan yang baik adalah dari matahari (pencahayaan alami)

3

Penghawaan

a

Jumlah jendela dan

Sistem penghawaan berperan

ventilasi tidak sesuai

 penting dalam rumah sehat, dalam

dengan luas bangunan.

hal ini indikatornya adalah jumlah  jendela dan ventilasi. Ventilasi yang memenuhi standar yakni 1:20 dari lantai ruang

4

Sanitasi

a

Jarak septic tank

Jarak septic tank dengan sumber

dengan sumber air

air bersih idealnya adalah 10 meter

 bersih kurang dari 10

untuk menghindari

meter.

terkontaminasinya sumber air  bersih dengan septic tank

31

BAB IV ANALISA DAN USULAN PERBAIKAN 4.1 Analisa Rumah

Dalam bagian penganalisaan ini, penulis membagi ke dalam beberapa aspek seperti aspek internal, aspek eksternal, aspek teknik, dan aspek ruang.Berikut dijelaskan  berbagai aspek tersebut.

1. Aspek Internal Dalam aspek internal ini akan dibahas satu persatu mengenai keadaan fisik rumah seperti organisasi bangunan, kualitas, dan utilitas bangunan. Organisasi bangunan sudah cukup baik. Ruang tamu terletak tepat setelah masuk rumah, sehingga tamu tidak perlu melewati ruangan lainnya dan privasi dan keamanan dapat lebih terjaga. Organisasi bangunan yang kurang baik adalah  penempatan ruang makan dan kamar tidur yang disatukan dan hanya dipisahkan oleh kain yang digantung, sehingga menyebabkan kamar tidur menjadi mudah kotor, selain itu seharusnya kamar tidur tertutup untuk mendapatkan keamanan, kenyamanan, dan privasi dari pemilik kamar. Dari segi kualitas, rumah ini memiliki plafon di setiap ruangan. Namun, terdapat bagian plafon di beberapa bagian yang sudah mengalami kerusakan. Dilihat dari utilitasnya, rumah ini memiliki ukuran kakus yang sempit dan tidak ideal. Selain itu, ukuran kamar mandi juga tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan memcuci pakaian.

2. Aspek Eksternal Rumah yang dikatakan sehat harus memiliki infrastruktur yang diperlukan sehingga memungkinkan terwujudnya rasa nyaman dan aman bagi siapa pun  penghuninya. Infrastruktur yang diperlukan bagi sebuah rumah untuk bisa dikatakan sebagai rumah sehat adalah tempat pembuangan sampah, instalasi air  bersih dan kotor yang baik, dan instalasi listrik.

32

Rumah yang kami survei memiliki sumber air bersih yang terlalu dekat dengan septic tank sehingga dapat menyebabkan sumber air bersih terkontaminasi dengan septic tank.

3. Aspek Teknik Dalam aspek teknik, yang akan dibahas adalah dari segi properti dan material bangunan yang digunakan pada rumah tersebut. Pada rumah yang kami survei ini terlihat pada beberapa bagian dinding mengalami keretakan sehingga  perlu untuk di maintenance. Selain itu, sekat-sekat antar ruangan dalam rumah  juga terlihat masih sangat terbatas, sehingga rumah tersebut akan kurang kuat saat terjadinya gempa.

4. Aspek Ruang Dari aspek ruang, hal yang akan dibahas adalah tentang sirkulasi (pergerakan orang), penghawaan, dan pencahayaan. Pencahayaan di dalam rumah sangat kurang, jendela hanya terdapat di ruang tamu saja, sehingga pada siang hari pun tetap gelap karena kurangnya  pencahayaan. Pada aspek penghawaan juga sangat kurang karena jumlah ventilasi yang tidak sesuai standar, yaitu 1:20 dari lantai ruang. Jumlah luas bangunannya pun kurang jika berdasar dari kriteria rumah sehat, yaitu setiap 1 (orang) mendapatkan 9 m2, karena luas bangunan rumah yang kami survei hanya 22,85 m2 dengan jumlah penghuni 3 orang.

4.2 Usulan Perbaikan Rumah

Tujuan penulisan dari bab ini adalah sebagai penjelasan dari denah perbaikan yang telah dilampirkan pada bagian lampiran, selain itu juga memberikan penjelasan mengapa  perbaikan perlu dilakukan. Perbaikan yang dilakukan diperhitungkan dengan biaya sehemat mungkin namun tetap memenuhi standar rumah sehat.

33

1. Aspek Internal Dari aspek-aspek internal yang telah dibahas sebelumnya, penulis mengajukan perbaikan dari aspek internalnya sendiri, seperti memperbaiki plafon yang sudah mengalami kerusakan. Memperbaiki organisasi ruang, seperti memisahkan setiap ruangan dan memasang pintu kecuali pada dapur dengan ruang makan. Ukuran kamar mandi juga sebaiknya diperbesar supaya bisa melakukan kegiatan mencuci pakaian.

2. Aspek Eksternal Pada rumah ini memiliki jarak sumber air bersih dan septic tank yang terlalu dekat, sehingga kami mengusulkan untuk memisahkan sumber air bersih dan septic tank sejauh minimal 10 m.

3. Aspek Teknik Pada aspek teknik kami mengusulkan untuk menambahkan sekat-sekat antar setiap ruangan untuk memperkuat rumah tersebut. Dan pada penggunaan material tidak ada usulan karena sudah menggunakan konstruksi beton yang menurut kami sudah tepat .

4. Aspek Ruang Pencahayaan dalam rumah akan diperbaiki dengan menambah jendela di  bagian dapur dan kamar tidur yang sebelumnya tidak memiliki jendela agar mendapatkan pencahayaan yang lebih baik. Selain itu penambahan ventilasi  pada setiap ruangan juga diperlukan khususnya pada bagian kamar mandi dan kamar tidur agar penghawaan cukup. Kami juga mengusulkan menggunakan luas tanah sisanya untuk mencukupi sirkulasi(pergerakan orang)

34

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

Daftar Harga BahanDaftar Upah Pasir urug Rp. 270.000,- / m3 Pasir pasang 350.000,- / m3 Pasir beton 470.000,- / m3 Bati kali 460.000,- / m3 Kerikil 300.000,- / m3 Batu bata 1000,- / buah PC 50.000,- / zak Papan bekisting 12.500,- / m2 Besi beton polos 14.000,- / kg

Tukang batu Rp. 80.000,- / hari Pekerja 65.000,- / hari Mandor 120.000,- /hari Kepala tukang 95.000,- / hari

Koefisien Harga Satuan Pekerjaan Jenis pekerjaan

Koefisien Bahan

1 m3 Galian Tanah 1 m3 Pasir Urug (dasar pondasi)

3

1 m Pasangan Batu Kali 1 PC : 4 Pasir

1 m3 Urugan (Tanah) Kembali

3

1 m Pasangan Dinding Bata 1 PC : 5 Pasir

0,8625 pekerja 0,0575 mandor

---

1,20 m3

Koefisien Upah

pasir urug

1,20 m3  batu kali 4,0715 zak semen PC 0,522 m3  pasir

---

550 bh. bata 1,4798 zak semen PC 0,3841 m3  pasir pasang

0,3450 pekerja 0,1150 mandor 1,2000 0,1200 3,6000 0,1800

tukang batu kepala tukang pekerja mandor

0,5 X Koef. Upah Pekerja-an Galian Tanah 1,9461 0,1946 2,6759 0,2676

tukang batu kepala tukang pekerja mandor

35

2

1 m Plesteran dan Acian 1 PC : 5 Pasir + Acian

3

1 m Pekerjaan beton 1 : 2 : 3 slof dan kolom

JENIS PEKERJAAN

0,1872 zak PC 0,0240 m3 pasir pasang

0.1150 0,0115 0,2875 0,0230

tukang batu kepala tukang pekerja mandor

9,4300 0,5750 0,9545 250 13,3330

0,4025 0,0403 4,6000 0,2588

tukang batu kepala tukang pekerja mandor

HARGA BAHAN

1 m3 Galian Tanah 1 m3 Pasir Urug (dasar pondasi) 1 m3 Pasangan Batu Kali 1 PC : 4 Pasir 1 m3 Urugan (Tanah) Kembali 1 m3 Pasangan Dinding Bata 1 PC : 5 Pasir

1 m2 Plesteran dan Acian 1 PC : 5 Pasir + Acian

1 m3 Pekerjaan beton 1 : 2 : 3 slof dan kolom

zak PC m3 pasir beton m3  kerikil kg pembesian m2  bekisting

--Rp

324,000.00

Rp

540,000.00

Rp Rp

211,718.00 182,700.00

Rp Rp Rp

--550,000.00 76,949.60 134,435.00

Rp Rp

9,734.40 8,400.00

Rp 490,360.00 Rp 276,000.00 Rp 305,440.00 Rp 3,375,000.00 Rp 166,662.50

UPAH PEKERJA Rp

51,750.00

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

6,900.00 20,700.00 13,800.00 96,000.00 11,400.00 216,000.00 21,600.00

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

29,325.00 155,688.00 18,487.00 160,554.00 32,112.00 9,200.00 1,092.50 17,250.00 2,760.00 32,200.00 3,828.50 276,000.00 31,056.00

36

JENIS PEKERJAAN 1 m³ Galian Tanah 1 m³ Pasir Urug (1 PC : 4 Pasir) 1 m³ Pasangan Batu Kali 1 m³ Urugan (Tanah) Kembali 1 m³ Pasangan Dinding Bata (1 PC : 5 Pasir + Acian)

JUMLAH HARGA SATUAN PEKERJAAN Rp 58,650.00 Rp 358,500.00 Rp 1,279,418.00 Rp 29,325.00 Rp 1,128,225.60

1 m² Plesteran dan Acian (1 PC : 5 Pasir + Acian)

Rp 48,436.90

1 m³ Pekerjaanu beton 1 : 2 : 3 (Sloof, Ring Balok, dan Kolom)

Rp 4,956,547.00

Genteng Harga Genteng : Rp. 5000,-/buah (16 bh genteng per m²)

Luas Atap : 2,3m x 7,5m x 2m = 34,5m² Diperlukan Genteng 34,5m² x 16 bh = 552 buah 552 buah x Rp. 5000,00 = Rp. 2.760.000,00

Galian Tanah

Pekerja Mandor Volume Total

Pasir Urug Pekerja Mandor Bahan

: Rp

51,750 : Rp 6,900 : 69,23 m3 : 51.750 x 69.23 = 3.582.652,5 6.900 x69.23 = 477.687 Rp 4.060.339,00

:20.700 :13.800 :324.000

37

Volume Total

:0.082 m3 : Rp 29.397,00

Pasang Batu Kali Bahan :Batu PC Pasir Pekerja Pasir Mandor Pasir Pekerja PC Mandor PC Volume Total

:540.000 :211.718 :182.700 :96.000 :11.400 :216.000 :21.600 :21.375 m3 :Rp 27.347.559,00

Tanah Urug Pekerja : Rp 29,325.00 Volume : 69,23 –  43,98 = 25,28 m3 Total : Rp 741.336,00

Pasang Dinding Bata Pekerja :155.688 160.554 Mandor :18.487 32.112 Bahan :550.000 76.949 134.435 Volume :20 m3 Total :Rp 11.575.500,00

Peleteran dan Acian Bahan :9.734 8400 Pekerja :9.200 17.250 Mandor :1.092 2.760 Volume :3.651 m3 Total :Rp 176.839,00

38

Beton Bahan :

Pekerja :

490,360 276,000 305,440 3,375,000 166,662 32,200 3,828 276,000 31,056

Volume : 1,2 m3 Total : Rp 5.947.855,00

Total RAB 2.760.000 + 4.060.339 + 29.397 + 27.347.559 + 741.336 + 11.575.500 + 176.839+5.947.855 = Rp 52.638.825,00 Pembulatan = Rp 53.000.000,00

39

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setiap orang pasti ingin memiliki rumah yang sehat baik dari segala aspek.Namun, selama ini mereka berpikir bahwa rumah yang sehat memerlukan biaya yang tidak sedikit.Dengan makalah ini kami ingin menunjukkan bahwa rumah yang sehat  juga dapat dibangun dengan biaya yang terjangkau. Rencana anggaran biaya yang cukup terjangkau pun telah kami susun untuk membantu pembangunan ulang rumah contoh yang kami survei ini.Kami berharap ini dapat membantu warga dalam mewujudkan hidup sehat dengan rumah yang sehat.

6.2 Saran

Kita perlu memperhatikan aspek dan syarat rumah sehat, sebelum berencana membangun ulang sebuah rumah.Segi estetika, kenyamanan, dan keamanan perlu juga diperhatikan, setelah mengedepankan segi kesehatan.Pemilik rumah juga perlu membersihkan dan merawat rumahnya secara rutin.Selain itu, maintenance berkala juga diperlukan untuk perbaikan-perbaikan bagian rumah yang rusak.

40

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat (Jakarta: 2002) Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun Jilid 1 dan 2.

M. Ikhsan Bouty. Rancangan Rumah Sehat di Daerah Tropis. (Jakarta:2003)

http://www.gudangmateri.com/2011/07/pengertian-rumah-sehat-dan-higiene.html

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2002.  Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat.

Susanta, Gatut. 2010. Panduan Lengkap Membangun Rumah. Jakarta: Griya Kreasi

http://www.propertykita.com/artikel/Muhammad_Akram_/Pentingnya_Koefisien_Dasar_  Bangunan-204.html

http://www.pu.go.id/itjen/hukum/km403-02-1.pdf

http://www.jakarta.go.id/dinasperumahan, Dinas Perumahan DKI Jakarta

http://vano-architect.blogspot.com/2010/08/garis-garis-sempadanpada bangunan.html

41

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF