208118451 Laporan Kasus Keratitis
February 12, 2017 | Author: ardhianta1 | Category: N/A
Short Description
keratitis...
Description
Laporan Kasus
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL Oleh: Immanuel Van Donn Batubara 13014101150
Supervisor Pembimbing Dr. Herny Poluan, SpM
BAGIAN / SMF ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2013
LEMBAR PENGESAHAN Laporan kasus “KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL” telah dikoreksi, dibaca dan disetujui pada tanggal November 2013
Supervisor Pembimbing
Dr. Herny Poluan, SpM
LEMBAR PENGESAHAN Laporan kasus “KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL” telah dikoreksi, dibaca dan disetujui pada tanggal
November 2013
Residen Pembimbing
dr. Felly A. Toad
PENDAHULUAN Kornea adalah bagian anterior mata, merupakan selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata depan. Kornea juga berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Kornea terdiri atas lima lapisan yaitu epitel, membran Bowman, stroma, membran Descement, dan endotel. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea.1,2 Keratitis adalah suatu peradangan kornea yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan lapisan kornea yang terkena, seperti keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma. Bentuk klinis dari keratitis superfisialis antara lain adalah keratitis pungtata superfisialis, keratitis flikten, keratitis sika, keratitis lepra, keratitis nummular. Sedangkan bentuk-bentuk klinis keratitis
profunda antara
lain keratitis
interstisial
luetik
dan keratitis
sklerotikans.1,3 Keratitis juga dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya yaitu keratitis karena berkurangnya sekresi air mata, keratitis karena keracunan obat, keratitis reaksi alergi, infeksi, reaksi kekebalan, reaksi terhadap konjungtivitis menahun.1-3 Pada keratitis sering timbul rasa sakit yang berat oleh karena kornea bergesekan dengan palpebra. Lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan apabila lesi terletak sentral dari kornea. Hal tersebut terjadi karena
kornea berfungsi sebagai media untuk refraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata. Fotofobia terutama disebabkan oleh peradangan pada iris. Keratitis akan memberikan gejala seperti mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.1,2 Manajemen yang tepat dapat mengurangi insidensi kehilangan penglihatan dan membatasi kerusakan kornea. Keterlambatan diagnosis infeksi adalah salah satu faktor yang berperan terhadap terapi awal yang tidak tepat. kebanyakan gangguan penglihatan dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.1,4 Berikut akan dilaporkan sebuah kasus keratitis pungtata superfisial pada seorang pasien perempuan, umur 41 tahun yang berobat ke Poliklinik Mata RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado.
LAPORAN KASUS A. Identitas Nama
: SM
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 41 tahun
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Talisei Gg. 2, Likupang
Agama
: Kristen Protestan
Pendidikan
: SMP
B. Anamnesis Hari/tanggal periksa
: Senin, 21 Oktober 2013
Keluhan utama
: Mata kanan merah
Riwayat Penyakit Sekarang: Mata kanan merah dialami pasien sejak 3 hari yang lalu. Pasien tidak mengetahui mengapa sampai matanya menjadi merah. Pasien hanya merasa matanya tiba-tiba menjadi gatal dan kemudian Pasienmengucak-ucak matanya.Akibatnya mata kanannya menjadi merah. Pasien juga mengeluh mata kanannya seperti ada yang mengganjal, terasa nyeri, sering berair ,dan pandangannya perlahan-lahan menjadi lebih kabur, serta terasa silau bila terkena cahaya. Riwayat pengobatan tidak ada dilakukan oleh pasien.
Riwayat trauma pada mata, darah tinggi, gula, ginjal dan alergi disangkal pasien. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya dan tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit saluran pernafasan.
Riwayat Penyakit Keluarga: Hanya pasien yang sakit seperti ini. Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit saluran pernafasan.
C. Pemeriksaan Fisik Umum Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Komposmentis
Tanda Vital
: TD = 120/80 mmHg N = 88x/menit RR = 20x/menit Suhu = 36,9oC
Jantung dan Paru
: Dalam batas normal
Abdomen
: Abdomen datar lemas, hepar dan lien tidak teraba
D. Status Oftalmologi Pemeriksaan Subyektif JENIS PEMERIKSAAN Form Sentral Distance vision Sense (Snellen Chart) Near Vision (Jaegger Test) Perifer
OD 6/12
OS 6/6
N8
N8
Normal
Normal
Colour Sense Light Sense Light Projection Tes Konfrontasi Pemeriksaan Obyektif a. Pemeriksaan Bagian Luar JENIS PEMERIKSAAN 1. Inspeksi Edema Umum Hiperemis Sekret Lakrimasi Fotofobia Blefarospasme Posisi bola mata Benjolan/tonjolan 2. Inspeksi Supersilia Khusus P Posisi A Warna L Bentuk P Edema E Pergerakan B Ulkus R Tumor A Lain-lain Posisi Ulkus Margo Krusta Palpebra Silia Skuama K Warna O Palpebra Sekret N Edema J Warna U Benjolan N Bulbi Pembuluh G darah T Injeksi I Forniks V Posisi A Gerakan Warna B Perdarahan Sklera U Benjolan L Lain-lain B Kornea Kekeruhan U Ulkus
Normal Normal Normal Normal
Normal Normal Normal Normal
OD + + + + + Normal Normal Normal Hiperemis Normal + Normal Normal + Hiperemis Hiperemis Pelebaran (+) + Hiperemis Normal Normal Normal -
OS Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal + Normal Normal Pelebaran (-) Normal Normal Normal Normal -
S
Sikatriks Pannus Arkus senilis Permukaan
O K U L I
Refleks kornea Lain-lain COA
Iris Pupil Lensa 3. Palpasi
Perlekatan Warna Lain-lain Bentuk Refleks Kekeruhan
Nyeri tekan Tumor TIO digital
b. Pemeriksaan Kamar Gelap JENIS PEMERIKSAAN 1. Obliqus Ilumination Kornea COA
2. Direct Ophtalmoscope
3. Slit Lamp
Iris Lensa Refleks fundus Papil N. II Pembuluh darah Retina Makula lutea Kornea COA Iris Lensa Konjungtiva bulbi
-
-
Tidak licin Menurun
Licin (+) normal
Cukup dalam Cokelat kehitaman Bulat + Normal /palpasi
Cukup dalam Cokelat kehitaman Bulat + Normal /palpasi
OD Infiltrat pungtata epitelial Cukup dalam Normal Normal + Normal Normal Normal Refleks fovea (+) Infiltrat pungtata epitelial Cukup dalam Normal Jernih Injeksi
OS Jernih Cukup dalam Normal Normal + Normal Normal Normal Refleks fovea (+) Jernih Cukup dalam Normal Jernih Normal
silier (+)
•
Pemeriksaan Fluoresensi : Terdapat bintik-bintik berwarna hijau pada permukaan kornea.
RESUME MASUK Seorang pasienperempuan, umur 41 tahun, datang berobat kepoliklinik mata RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou pada tanggal 21-10-2013 dengan keluhan utama mata kanan merah sejak 3 hari yang lalu. Gatal (+), seperti ada yang mengganjal (+), nyeri (+), lakrimasi (+), pandangan kabur (+), nyeri bila kena cahaya (+). Riwayat pengobatan (-), riwayat trauma (-), riwayat penyakit dahulu (-), riwayat penyakit keluarga (-).
Pemeriksaan Fisik : Status Generalis dalam batas normal. Status Ophtalmicus: Pada pemeriksaan subyektif didapatkan VOD 6/12, VOS 6/6, TIODS normal. Pada pemeriksaan obyektif, inspeksi OD:palpebra edema (+), lakrimasi (+), fotofobia (+), blefarospasme (+), konjungtiva hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), injeksi silier (+), kornea: infiltrat pungtata epitelial (+), tes fluorescein: staining (+). Inspeksi OS : dalam batas normal.
Diagnosis Keratitis pungtata superfisial oculus dextra
Terapi -
Vitamin B compleks 2x1 tab
-
Ofloxacin ED 6x1 gtt OD
-
Nutriflam 3x1 caps
Anjuran - Pakai obat secara teratur - Eye higiene - Memakai kaca mata pelindung
PEMBAHASAN Keratitis pungtata superfisial adalah penyakit bilateral recurens menahun yang jarang ditemukan, tanpa pandang jenis kelamin maupun umur. Gejala klinisnyapasien akan mengeluh sakit, silau, mata merah dan rasa kelilipan, disertai tanda berupa injeksi silier dan kornea keruh yang penuh dengan infiltrat halus pada permukaan kornea.1-3 Organisme penyebabnya belum ditemukan, namun dicurigai virus. Pada satu kasus berhasil diisolasi virus varisella-zoster dari kerokan kornea. Penyebab lainnya dapat terjadi pada moluskulum kontangiosum, akne roasea, blefaritis neuroparalitik, trakoma, trauma radiasi, lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan pengawet lainnya. 1-3 Membedakan etiologi keratitis infektif sulit dilakukan secara klinis dan membutuhkan pemeriksaan diagnosis penunjang, dan pada keratitis pungtata superfisial dilakukan uji fluorescein.6 Penyakit ini ditandai kekerutan epitel yang meninggi berbentuk lonjong dan jelas, yang menampakkan bintik-bintik pada pemulasan dengan fluorescein, terutama di daerah pupil. Kekeruhan ini tidak tampak dengan mata telanjang, namun dapat dilihat dengan slit-lamp atau kaca pembesar.Fluoresceinmerupakan sebuah tes untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel kornea. Dasar dari uji ini adalah bahwa zat warna fluorescein akan berubah berwarna hijau pada media
alkali. Zat warna fluorescein bila menempel pada epitel kornea maka bagian yang terdapat defek akan memberikan warna hijau.7 Uji fluorescein ini dilakukan dengan meneteskan pantokain 1 tetes terlebih dahulu, kemudian zat warna flouresein diteteskan pada mata atau dapat juga menggunakan kertas fluoresein yang ditaruh pada forniks inferior. Zat warna lalu diirigasi dengan garam fisiologik sampai seluruh air mata tidak berwarna hijau lagi. Kemudian dilakukan penilaian menggunakan slit-lamp dengan lampu berwarna biru sehingga pada epitel kornea yang terdapat defek akan memberikan warna hijau. Kekeruhan subepitelial dibawah lesi epitel sering terlihat semasa penyembuhan penyakit epitel ini, uji sensibilitas kornea juga diperiksa untuk mengetahui fungsi dari saraf trigeminus dan fasial baik bila keratitis pungtata superfisialis disebabkan oleh virus umumnya sensibilitas kornea menurun.1,2,7 Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tak dapat segera datang, seperti pada jaringan lain yang terdapat banyak vaskularisasi. Maka badan kornea dan sel-sel lain yang terdapat di dalam stroma kornea akan segera bekerja sebagai makrofag. Kemudian akan disusul dengan dilatasi dari pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudah itu terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklier, sel plasma, leukosit PMN, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin. Bila peradangan hanya dipermukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pada peradangan yang dalam, penyembuhan akan berakhir
dengan pembentukan jaringan parut yang dapat berupa nebula, makula, atau leukoma.2 Pasien dengan keratitis pungtata superfisial biasanya datang dengan iritasi ringan, mengeluh adanya benda asing, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan silau. Pasien akan mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea superfisialis maupun yang sudah dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Apabila lesi terletak pada sentral kornea maka akan menyebabkan penglihatan menjadi kabur.9 Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan apakah tanda yang kita temukan merupakan proses yang masih aktif atau merupakan kerusakan dari struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah tanda dan pemeriksaan sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab dari suatu peradangan kornea seperti pemeriksaan sensasi kornea, lokasi dan morfologi kelainan, pewarnaan dengan fluoresin, neovaskularisasi, derajat defek pada epithel, lokasi dari infiltrat pada kornea, edema kornea, keratik presipitat, dan keadaan di bilik mata depan. Tanda-tanda yang ditemukan ini juga berguna dalam mengawasi perkembangan penyakit dan respon terhadap pengobatan.10 Terapi keratitis pungtata superfisial pada prinsipnya adalah diberikan sesuai dengan etiologi. Untuk etiologi virus dapat diberikan idoxuridin, trifluridin atau asiklovir. Sedangkan untuk terapi simptomatisnya dapat diberikan air mata buatan, sikloplegik dan kortikosteroid.1,2,10 Pasien pada kasus ini, terapi yang diberikan vitamin B kompleks, ofloksasin ED, dan antiinflamasi.
Edukasi perlu dilakukan dengan tujuan pasienmemahami bahwa penyakit ini dapat berlangsung kronik dan juga dapat kambuh kembali.Pasien dilarang untuk mengucek matanya karena dapat memperberat lesi yang telah ada. Pasienjuga dianjurkan menggunakan pelindung mata (kaca mata hitam) untuk melindungi dari exposure dari luar seperti debu dan sinar ultraviolet. Prognosis akhirnya baik karena dapat sembuh tanpa jaringan parut atau vaskularisasi. Bila tidak ditangani penyakit ini dapat berlangsung 1-3 tahun.
PENUTUP Keratitis pungtata superfisial merupakan penyakit mata bilateral rekuren, dapat mengenai siapa saja tanpa melihat umur dan jenis kelamin. Penyakit ini memberikan gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan kornea. pada uji flouresein akan menampakkan bintik-bintik terutama di daerah pupil. Penyebabnya tidak spesifik tetapi dicurigai penyebabnya adalah infeksi virus. Pada keratitis pungtata pasien akan mengeluh sakit, silau, mata merah dan rasa kelilipan. Terapi yang diberikan yaitu sesuai dengan etiologinya dan simptomatis. Jika keratitis atau peradangan pada kornea mata tidak diobati dengan benar dapat menyebabkan timbulnya ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan dan pengurangan penglihatan.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2011.
2. 3.
Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta: 1989. hlm. 83-84. Vaughan, Deaniel. Ofthalmology Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya Medika Jakarta, 2000: hlm. 4-6
4.
Srinivasan M, et al. Distinguishing infectious versus non infectious keratitis. INDIAN Journal of Opthalmology. 2006: hlm. 56:3,50-56
5.
Ophthalmology AAo. Examination techniques for the external eye and cornea. Basic and Clinical Science Course. Cornea and external eye disease. Vol 8. San Francisco: American Academy of Ophthalmology; 2009-2010:2530
6.
Edelstein SL, Wichiensin P, Huang AJ. Bacterial keratitis. In: Krachmer JH, Mannis MJ, Holland EJ, eds. Cornea. Vol 1. 3rd ed. San Francisco: Mosby; 2011:919-940.
7. Ilyas, Sidarta. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2003. 8. Thygeson, P., 1950. Superficial Punctate Keratitis. Journal of the AmericanMedical
Association.
Available
from:http://webeye.ophth.uiowa.edu/dept/diagtrt/thygeson/thygeson.htm.
9. Ilyas, Sidarta. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta 2000 : 52. 10. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Hal: 56
View more...
Comments